Bulletin Warta NTT 8

88

TRIWULAN III/TAHUN 2014

sebagai Agen Perubahan Demokrasi
dan Otonomi Daerah,” ujar Lery.
Piranti aturan lanjutannya yang
bersifat administratif bisa di sepakati
sepanjang kedua peran di atas bisa
dimainkan secara maksimal.
Senada dengan itu, Yusuf
Kuahati meminta agar DPD perlu
melakukan publikasi terhadap setiap
kegiatannya. Masih banyak warga
bangsa yang belum mengenal
DPD dan perannya. Disinggung
pula pentingnya Anggota DPD
terdahulu untuk melakukan publikasi
aktivitasnya agar lebih dikenal.
”DPD perlu membangun komunikasi
politik yang intens dengan media

untuk menjaga eksistensinya,” lanjut
Kuahati. Kuahati juga mengingatkan
agar tidak tergesa-gesa melakukan
amandemen UUD’45. ”Sebagai
masyarakat, kami berharap ada
evaluasi menyeluruh terhadap empat
kali amandemen terdahulu” ujarnya.
Pada bagian lain, Kris Boro
Tokan mencoba menggugah ingatan
sejarah peserta tentang pentingnya
pengamalan ideologi Pancasila
dalam kehidupan bernegara. Peserta
lainnya mengusulkan agar DPD
memanfaatkan hasil judicial revieu
DPD dalam Keputusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012.
Dalam materinya, DPD melakukan
uji materi terhadap Undang-Undang

Moderator Beny Ndoenboy bersama para pemateri FGD, Selasa (22/7/2014),

Aula STKIP Citra Bina Nusantara Kupang.

Nomor 22 Tahun 2009 tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD atau yang lazim
dikenal dengan Undang-Undang
MD3. Hasil dari perjuangan strategis
DPD ini dapat digunakan sebagai
pintu masuk untuk penguatan bobot
kewenangn DPD.
Sementara itu, Maksi Deki
mencoba mengangkat isu antara
korupsi dan kewenangan ”Power
tends to corrupt, absollutly power
corrup absollutly.” Dengan konsep
ini, peserta dari DPRD Ende
berpandangan jika belum terlibatnya
DPD dalam berbagai kasus korupsi
sebagai cerminan baiknya moral

para anggota DPD, tetapi bisa juga

karena belum besarnya kewenangan
yang dimiliki (unpowerfull).
Menariknya paparan materi
keempat penyaji, membuat peserta
tetap berada dalam ruangan
walaupun belum sempat menikmati
suguhan makan siang, saat jam
dinding menunjukan pukul 15.00
Wita. Atmosir kekawatiran akan
besarnya dominasi peran partai
politik sangat terasa dalam diskusi.
Akhirnya moderator menutup sesi
diskusi bersama sepuluh orang
penanya, dengan simpulan ”Perlunya
Penguatan Kewenangan DPD RI.”

Peserta dan suasana FGD dengan topik “Eksistensi Dewan Perwakilan Daerah
RI untuk Daerah dan NKRI.”Selasa (22/7/2014), Aula STKIP Citra Bina
Nusantara Kupang.