TINGKAT ADOPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH

TINGKAT ADOPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH
DI NAGARI PADUKUAN KECAMATAN KOTO SALAK
KABUPATEN DHARMASRAYA

KARYA TULIS ILMIAH

MOCH. KHAIRUL AMIN, SST
NIP. 19870427 201001 1 008

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KECAMATAN KOTO SALAK
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
KABUPATEN DHARMASRAYA
2015

TINGKAT ADOPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI SAWAH
DI NAGARI PADUKUAN KECAMATAN KOTO SALAK
KABUPATEN DHARMASRAYA


Oleh :

MOCH. KHAIRUL AMIN, SST
NIP. 19870427 201001 1 008

KARYA TULIS ILMIAH
Digunakan untuk mengikuti Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Penyuluh
Pertanian Tahun 2015 dalam mendukung Swasembada Pangan Nasional

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN
KECAMATAN KOTO SALAK
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PELAKSANA PENYULUHAN
KABUPATEN DHARMASRAYA
2015

ABSTRACK
Moch. Khairul Amin/19870427 201001 1 008 “Tingkat Adopsi Anggota
Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di
Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya”.
Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima

motivasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan
untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi
kawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang untuk
mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk
menerimanya (Adjid, 2001). Sistem tanam jajar legowo dapat
meningkatkan hasil gabah kering panen sekitar 19,90-22% (Misran, 2014).
Kegiatan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan Kajian Tingkat
Adopsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo
Padi Sawah Di Nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten
Dharmasraya, dari tanggal tanggal 17 Maret sampai dengan 20 April
2015. Populasi dan Sampel ditentukan secara purposive sampling atau
pengambilan sampel secara sengaja, kelompok tani berjumlah 6
kelompok dengan total sampel 35 responden. Analisis data menggunakan
Koefisien korelasi Rank Spearman, yang ada pada aplikasi SPSS 18.0 for
windows, untuk mengetahui kekuatan hubungan antara tingkatan adopsi
dengan karakteristik sosial petani.
Tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi sistem tanam
jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten
Dharmasraya masih dalam tahapan mencoba. Hasil pengisian kuesioner
60 % dari 35 responden menunjukkan tingkat yang tinggi dalam mencoba

teknologi sistem tanam jajar legowo. Tahapan mencoba sistem tanam
jajar legowo anggota kelompok tani ternyata mempunyai hubungan
dengan karakteristik Sosial (umur, tingkat pendidikan, pengalaman
bertani, dan luas lahan). Hubungan yang sangat nyata terutama dengan
luas lahan yang dimiliki (koefisien korelasi rs = 0,602**) dan pengalaman
bertani, (koefisien korelasi rs = 0,447**) yang artinya semakin luas lahan
yang dimiliki dan semakin lama pengalaman bertani anggota
kelompoktani, semakin tinggi tingkat mencoba teknologi sistem tanam
jajar legowo. Masalah yang menghambat proses Adopsi sistem tanam
jajar legowo antara lain, kurangnya motivasi petani untuk mencari
informasi lebih lanjut tentang sistem tanam jajar legowo, krngnya
keyakinan dalam menerapkan secara swadaya dan, tidak ada contoh
nyata di sekitar mereka. Solusi yang telah dirancang dan dilaksanakan
untuk melanjutkan proses adopsi sistem tanam jajar legowo antara lain,
mengadakan demplot, memperbanyak media informasi, memberikan
informasi tentang sarana pendukung teknologi, dan memberdayakan
pengurus kelompok sebagai penyuluh swadaya.

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015


Judul

: Tingkat Adopsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem
Tanam Jajar Legowo Padi Sawah Di Nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya

Nama

: MOCH. KHAIRUL AMIN, SST

NIP

: 19870427 201001 1 008

Jabatan

: Peyuluh Pertanian Pertama

Alamat


: Jorong Koto Padang, nagari Koto Padang, kecamatan Koto
Baru, kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Unit Kerja

: Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kecamatan Koto Salak

SKPD

: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

Disetujui,
Koordinator
BP3K Kecamatan Koto Salak

SURATNO, S.PKP, MM
NIP. 19641231 198803 1 072


i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang

telah

melimpahkan

Rahmat-Nya

sehingga

penulis

dapat


menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “ Tingkat Adopsi
Anggota Kelompok Tani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Padi
Sawah

Di

Nagari

Padukuan

Kecamatan

Koto

Salak

Kabupaten

Dharmasraya ”. KTI ini disusun dalam rangka Mengikuti Lomba Penulisan
Karya Tulis Ilmiah bagi Penyuluh Pertanian Tahun 2015.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya KTI ini
penulis ucapkan terima kasih, terutama Kepada :
1. Bapak

Suratno,

S.PKP,

MM

selaku

koordinator

BP3K

kecamatan Koto Salak
2. Seluruh Penyuluh Pertanian se-kecamatan Koto Salak
3. Pengurus dan anggota Kelompoktani wilayah binaan nagari
Padukuan

4. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini
Penulis menyadari bahwa KTI ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan dimasa yang akan datang.
Demikianlah semoga KTI ini bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Koto Salak,

April 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI
hal
LEMBARAN PENGESAHAN
.........................................................
KATA PENGANTAR
.......................................................................

DAFTAR ISI
...................................................................................
DAFTAR TABEL
.............................................................................
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
PENDAHULUAN ..............................................................................
Latar Belakang
.......................................................................
Rumusan Masalah.......................................................................
Tujuan
....................................................................................
Manfaat
.................................................................................

i
ii
iii
iv
v

vi
1
1
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
Penyuluhan Pertanian .............................................................
Adopsi .........................................................................................
Pengertian Adopsi ...............................................................
Proses Adopsi .....................................................................
Sifat Adopsi ....................................................................
Kelompok Tani ............................................................................
Pengertian Kelompoktani ....................................................
Ciri Kelompoktani ................................................................
Unsur Pengikat Kelompoktani .............................................
Fungsi Kelompoktani...........................................................
Sistem Tanam Jajar Legowo .......................................................
Kerangka Pemikiran ....................................................................
Defenisi Operasional ...................................................................

6
6
7
7
8
10
12
12
12
12
12
13
15
16

METODE PELAKSANAAN ..............................................................
Waktu dan Tempat ..................................................................
Populasi dan Sampel ...............................................................
Data dan Pengumpulan Data
.................................................
Instrumen ................................................................................
Analisis Data ............................................................................

19
19
19
20
21
23

iii

HASIL DAN PEMBAHASAN
...........................................................
Keragaan Wilayah ....................................................................
Karakteristik Sosial Responden ...................................................
Pembahasan Hasil Kajian .......................................................
Tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani Terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo ..............................................
Tingkat Minat Anggota Kelompoktani Terhadap Sistem
Tanam Jajar Legowo ......................................................
Tingkat Menilai sistem Jajar Legowo oleh Anggota
Kelompoktani ......................................................................
Tingkat Mencoba sistem Jajar Legowo Anggota
Kelompoktani ......................................................................
Tingkat menerapkan sistem Jajar Legowo Anggota
Kelompoktani ......................................................................
Permasalahan Proses Adopsi Sistem Tanam Jajar Legowo
Anggota Kelompoktani ................................................................
Strategi Penyuluhan ....................................................................

24
24
28
30

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
Kesimpulan ..................................................................................
Saran ..........................................................................................

41
41
42

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN...........................................................................................

43
45

iv

30
32
34
36
38
39
40

DAFTAR TABEL
No
1.

hal
Kelompok Tani Padi Sawah nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya tahun 2015 .......................

19

2. Jumlah Sampel Tiap Kelompok Tani Padi Sawah nagari
Padukuan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2015 ..................................................................................

20

3. Luas lahan menurut penggunaan di nagari Padukuan Kecamatan
Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ....................... 24
4. Luas Sawah menurut spesifik air di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ....

25

5. Luasan dan Produktifitas tanaman Padi di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ....

26

6. Jumlah penduduk menurut golongan umur di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2014 ....

26

7. Jumlah penduduk menurut pendidikan di nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015 ....

27

8. Kelembagaan Petani di nagari Padukuan Kecamatan Koto Salak
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015 ..........................................

28

9. Karaktersitik Sosial Responden Penelitian ...................................

29

10. Persentase tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani terhadap
Sistem tanam jajar legowo............................................................

30

11. Koefesien Korelasi tingkat Kesadaran Anggota Kelompoktani
terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik
sosial ............................................................................................

31

12. Persentase Tingkat Minat Anggota Kelompok Tani terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo ........................................................

32

13. Koefesien Korelasi tingkat minat Anggota Kelompoktani terhadap
sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik
sosial ............................................................................................ 33
14. Persentase Tingkat menilai Anggota Kelompok Tani terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo ........................................................

v

34

15. Koefesien Korelasi penilaian Anggota Kelompoktani terhadap sistem
tanam jajar legowo dengan karakterisitik sosial............................ 35
16. Persentase Tingkat mencoba Anggota Kelompok Tani terhadap
Sistem Tanam Jajar Legowo ........................................................

36

17. Koefesien Korelasi tingkat mencoba Anggota Kelompoktani
terhadap sistem tanam jajar legowo dengan karakterisitik sosial .

37

18. Persentase Tingkat menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo
Anggota Kelompok Tani ...............................................................

38

19. Koefesien Korelasi menerapkan teknologi sistem tanam jajar
legowo Anggota Kelompoktani dengan karakterisitik sosial ........

39

vi

DAFTAR GAMBAR
No

hal

1. Skema Kerangka Pemikiran tingkat adopsi anggota Kelompok tani
terhadap sistem tanam jajar legowo berdasarkan Karakteristik
Sosial ................................................................................................... 16

vii

DAFTAR LAMPIRAN
No

hal

1.

Instrumen Penelitian ....................................................................

45

2.

Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Kesadaran (X1) ..........

49

3.

Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Respon (X2) ..............

50

4.

Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Minat (X3) ..................

51

5.

Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Mencoba (X4) .............

52

6.

Hasil Kuesioner 35 Responden Indikator Menerapkan (X5) ........

53

7.

Hasil Kuesioner 35 Responden variabel Karakteristik Sosial (Y)

54

8.

Hasil Aplikasi SPSS 18.0 for Windows korelasi rank spearman’s

55

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian akan memberi harapan dengan hasil yang
optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Penyuluhan
pertanian yang baik, disertai dengan sistem pelayanan yang teratur akan
menjadi jaminan yang efektif untuk tercapainya tujuan pembangunan
pertanian itu sendiri. Inti dari kegiatan penyuluhan pertanian adalah
komunikasi gagasan inovatif yang dapat memberi nilai ekonomis yang
lebih baik kepada para petani dan keluarganya. Hal terpenting dalam
komunikasi inovasi adalah terjadinya komunikasi antara komunikator
dengan komunikan (petani). Interaksi tersebut tergantung pada sistem
sosial budaya masyarakat setempat dan latar belakang petani penerima
pesan. (Levis, 1996)
Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi
kehidupan para petani di daerah pedesaan dimana tempat mayoritas para
petani

menjalani

kehidupannya

sehari-hari,

mempunyai

beberapa

permasalahan seperti tingkat pendidikan rendah, tingkat keterampilan
masih terbatas, produktifitas dan tingkat pendapatan rendah, adanya sikap
mental

yang

kurang

mendukung

dan

masalah-masalah

lainnya.

Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat
petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan. (Mosher, 1983)
Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi
bila para pengelola usahatani lebih terbuka sikapnya dan mampu
melaksanakan anjuran penggerak perubahan atau yang biasa disebut
bertahap reseptivitasnya terhadap hal-hal yang baru. Pengelolaan
usahatani dimana saja dan kapan saja pada hakekatnya akan dipengaruhi
oleh perilaku petani yang mengusahakan. Perilaku orang itu ternyata
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya watak, suku dan kebangsaan
dari petani itu sendiri, tingkat kebudayaan bangsa dan masyarakatnya,
juga kebijakan pemerintah. (Wiriatmadja, 1982)
Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015

1

2

Pada

masa

pembangunan

ini

pandangan,

perhatian

dan

pemeliharaan terhadap petani di pedesaan ternyata demikian besar,
seperti diadakannya penyuluhan-penyuluhan

yang bertujuan untuk

melakukan perubahan-perubahan antara lain peningkatan hasil pertanian
dan peningkatan taraf hidup petani. Petani adalah tulang punggung
perekonomian negara dan desa adalah pangkal kehidupan perkotaan,
tetapi kenyataannya kehidupan para petani di pedesaan masih berada
pada tingkat kesejahteraan yang rendah. petani kurang akan pendidikan
dan teknologi yang baik untuk usahataninya, sehingga produksi yang
dilakukan dari generasi ke generasi hanyalah berdasarkan pengalaman
dan usaha sendiri. Dalam waktu yang demikian lama perilaku kehidupan
petani tidak mengalami perubahan. Petani tidak bisa melakukan
perubahan karena terbentur pada keadaan sendiri, antara lain karena
pendidikan yang diperolehnya terlalu rendah. (Mardikanto, 1993)
Dalam rangka mempercepat laju pembangunan pertanian, kegiatan
penyuluhan pertanian sangat memegang peranan penting. Dengan
adanya penyuluhan pertanian para petani diharapkan mempunyai
persepsi yang positif terhadap suatu teknologi, kemudian dengan persepsi
positif tersebut diharapkan para petani bersedia mengubah sikap dan
perilaku dalam pengelolaan usahatani sesuai dengan anjuran teknologi
yang hendak diterapkan. (Suhardiyono, 1992).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi di lahan sawah
irigasi di nagari Padukuan adalah dengan sistem tanam jajar legowo
dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu. Sistem tanam jajar
legowo diharapkan akan meningkatkan produksi Padi lebih tinggi. Menurut
Suwono et al.(2000), bahwa keunggulan cara tanam jajar legowo bila
dibandingkan dengan tegel adalah jumlah tanaman per satuan luas lebih
banyak sehingga produksinya lebih tinggi dan dengan jarak yang
berselang seling menyebabkan sirkulasi udara dan sinar matahari yang
masuk lebih

banyak sehingga

mengurangi hama

pemupukan dan penyiangan lebih mudah.

Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015

penyakit serta

3

Sistem tanam jajar legowo dapat meningkatkan hasil gabah kering
panen sekitar 19,90-22% (Misran, 2014).
Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya
dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan
perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective),
maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah
menerima inovasi yang disampaikan penyuluh kepada masyarakat
sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekadar tahu, tetapi
sampai benar benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan
benar

serta

menghayatinya

dalam

kehidupan

dan

usahataninya.

Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung oleh orang lain, sebagai cerminan dari adanya
perubahan

sikap,

pengetahuan,

dan

atau

ketrampilannya

(azisturindra.wordpress.com,2009).
Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi
inovasi biasa dilakukan dengan menggunakan tolok ukur tingkat mutu
intensifikasi, yaitu dengan membandingkan rekomendasi yang ditetapkan
dengan jumlah dan kualitas penerapan yang dilakukan di lapangan.
Mengukur tingkat adopsi dengan tiga tolok ukur, yaitu kecepatan atau
selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang dilakukan,
luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah diberi inovasi
baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan
rekomendasi yang disampaikan oleh penyuluhnya (Mardikanto, 1994).
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas maka dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi
sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan Koto
Salak kabupaten Dharmasraya?
2. Apakah ada hubungan antara faktor sosial ekonomi petani (umur,
tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan luas lahan) dengan
Indikator tingkat adopsi petani padi sawah terhadap teknologi

Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015

4

Teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
3. Masalah-masalah apa yang dihadapi petani padi sawah dalam
mengadopsi teknologi Teknologi sistem tanam jajar legowo di
nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam mengadopsi
teknologi Teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya?
Tujuan
Adapun tujuan dilakukan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat adopsi petani padi sawah
terhadap teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan
kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor sosial
ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas
lahan,) dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi sistem
tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan Koto Salak
kabupaten Dharmasraya.
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani padi
sawah dalam mengadopsi teknologi sistem tanam jajar legowo di
nagari Padukuan kecamatan Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
masalah yang dihadapi petani padi sawah

dalam mengadopsi

teknologi sistem tanam jajar legowo di nagari Padukuan kecamatan
Koto Salak kabupaten Dharmasraya.
Manfaat
1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi
pihak pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan pertimbangan
bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam rangka
peningkatan produksi usahatani padi

Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015

5

2. Sebagai bahan informasi bagi penyuluh dalam mengembangkan
kemampuan menyuluh
3. Sebagai wahana berlatih penyuluh untuk meningkatkan kopetensi
dalam bidang Karya Tulis Ilmiah.

Karya Tulis Ilmiah 1
(KTI) 2015

TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan Pertanian
Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), pengertian
penyuluhan adalah “proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku
usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam
mengakses informasi informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber
daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.
Pengajaran dibidang penyuluhan merupakan suatu proses yang
dirancang untuk membantu petani di dalam mengembangkan dirinya agar
dapat atau mampu mencapai tujuan yang di inginkannya. Dengan
demikian hal ini yang sangat penting pada waktu menyelenggarakan
kegiatan penyuluhan adalah menumbuhkan suasana belajar yang
menyenangkan dan menumbuhkan pengalaman yang baru, berupa
keterampilan yang baru, pengetahuan baru serta sikap positif yang perlu
untuk mereka guna memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan
maupun di rumah tangganya (Suhardiyono, 1992).
Dapat kita lihat bersama bahwa penyuluh jelas tidak dapat
memecahkan masalah semua yang dihadapi petani. Pengetahuan dan
wawasan yang memadai hanya digunakan untuk memecahkan sebagian
dari masalah yang dikemukakan. Ini pun jika agen penyuluhan sendiri
memiliki pengetahuan serta wawasan yang dibutuhkan atau bersama
sama dengan petani mengupayakan. Fungsi sosial lain, seperti penelitian
ilmiah dapat membantu memecahkan persoalan sosial, misalnya dengan
mengembangkan metode untuk meningkatkan hasil panen (Van den Ban
dan Hawkins H S, 1999).
Peran

penyuluh

hanya

dibatasi

pada

kewajibannya

untuk

menyampaikan inovasi dan mempengaruhi petani melalui metoda dan
teknik tertentu sampai mereka itu dengan kesadaran dan kemampuannya
Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6
6

7

sendiri mengadopsi inovasi yang disampaikan, selain itu penyuluh juga
mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga
penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya baik dalam hal
menyampaikan inovasi atau kebijakan kebijakan yang harus diterima dan
dilaksanakan oleh masyarakat sasaran maupun untuk menyampaikan
umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau
lembaga penyuluhan yang bersangkutan (Mardikanto, 2009)
Adopsi
Pengertian Adopsi
Besarnya perhatian dan keyakinan pemerintah Indonesia akan
pentingnya sektor pertanian dapat dilihat dari kesungguhannya dalam
membangun pertanian di negara ini. Segala sarana dan prasarana
pertanian disediakan, demikian pula segala kemudahan bagi petani,
termasuk berbagai bentuk subsidi. Guna mencapai peningkatan produksi,
teknologi memang diperlukan, dan para petani perlu mengadopsi
teknologi itu. Petani harus berubah dari penggunaan teknologi lama ke
penggunaan teknologi baru yang lebih maju (Slamet, 2003).
Dalam menerapkan anjuran yang disampaikan oleh penyuluh
lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan
dan proses adopsi terhadap teknologi baru. Dalam penerimaan teknologi
baru yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan
penerimaan petani terhadap teknologi tidaklah sama tergantung pada
sikap

dan

kondisi

masing-masing

petani

pada

saat

teknologi

diperkenalkan kepada mereka.
Teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian
Indonesia

merupakan

teknologi

untuk

meningkatkan

produktivitas,

peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik itu
untuk skala kecil, menengah, maupun besar. (Van den Ban dan Hawkins
H S, 1999).
Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima
inovasi dan menggunakannya dalam praktek usaha taninya. Keputusan
untuk menerima inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

8

kawasan

pengetahuan,

mengetahui

adanya

sikap

inovasi

dan
sampai

keterampilan

seseorang

untuk

mengambil

keputusan

untuk

menerimanya (Adjid, 2001).
Proses Adopsi
Dalam proses adopsi dapat dibedakan lima tahap, sebagai berikut:
Tahap Kesadaran, Pada tahapan ini petani untuk pertama kalinya
belajar tentang sesuatu yang baru. Informasi yang dipunyai tentang
teknologi baru yang akan diadopsi itu masih bersifat umum. Petani
mengetahui sedikit sekali bahkan informasi yang diketahui tersebut
kadang-kadang tidak ada kaitannya dengan kualitas khusus yang
diperlukan untuk melakukan adopsi.
Tahapan

Menaruh

Minat,

Pada

tahapan

ini

petani

mulai

mengembangkan informasi yang diperoleh dalam menimbulkan dan
mengembangkan

minatnya

untuk

adopsi

inovasi.

Petani

mulai

mempelajari secara Iebih terperinci tentang ide baru tersebut, bahkan
tidak puas kalau hanya mengetahui saja tetapi ingin berbuat yang lebih
dari itu. Oleh karena itu, pada tahapan ini, petani tersebut mulai
mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, apakah itu dari media cetak
ataupun dari media elektronik.
Tahapan Menilai; Pada tahapan ini, seseorang yang telah
mendapatkan informasi dan bukti yang telah dikumpulkan pada tahapantahapan sebelumnya dalam menentukan apakah ide baru tersebut akan
diadopsi atau tidak maka diperlukan kegiatan yang disebut evaluasi atau
penilaian. Maksudnya tentu saja untuk mempertimbangkan lebih lanjut
apakah minat yang telah ditimbulkan tersebut perlu diteruskan atau tidak
Hal ini berarti petani mulai menilai secara sungguh-sungguh dan
mengaitkannya dengan situasi yang mereka miliki.
Tahapan

Mencoba; Pada

tahapan

ini petani atau

individu

dihadapkan dengan suatu masalah yang nyata. Ia harus rnenuangkan
buah pikirannya tentang minat dan evaluasi tersebut dalam suatu
kenyataan yang sebenarnya. Pemikiran itu harus dituangkan dalam
praktek sesuai dengan apa yang disebut dengan tahapan mencoba dan

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

9

ide baru tersebut. Hal ini berarti bahwa ia harus belajar, apa yang disebut
ide baru. bagaimana melakukannya, mengapa harus la lakukan, dengan
siapa Ia melakukan ide baru tersebut, apakah dilakukan sendiri atau
berkelompok dan dimana la harus melakukan percobaan ide baru
tersebut.
Tahapan Adopsi; Pada tahapan ini petani atau individu telah
memutuskan bahwa ide baru yang Ia pelajari adalah cukup baik untuk
diterapkan di lahannya dalam skala yang agak luas. Tahapan adopsi ini
barangkali yang paling menentukan dalarn proses kelanjutan pengambilan
keputusan lebih lanjut.(Soekartawi, 2005)
Lima tahap proses adopsi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti
di ikuti oleh petani, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang
sering ditemukan baik oleh peneliti atau oleh petani (Adjid, 2001).
Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis.
Hal ini disebabkan proses adopsi inovasi sebenarnya menyangkut proses
pengambilan keputusan dimana dalam proses ini banyak faktor yang
mempengaruhinya. Berarti dalam hal ini adalah proses pengambilan
keputusan untuk menerima ide-ide baru karena dalam proses adopsi
inovasi diperlukan informasi yang cukup, maka calon adopter biasanya
senantiasa mencari informasi dari sumber informasi yang relevan.
Ada tiga hal yang diperlukan bagi calon adopter dalam kaitannya
dengan proses adopsi inovasi, yaitu:
1) Adanya pihak lain yang telah melaksanakan adopsi inovasi dan
berhasil dengan

sukses.

Pihak yang tergolong kriteria

ini

dimaksudkan sebagai sumber informasi yang relevan.
2) Adanya suatu proses adopsi inovasi yang berjalan secara
sistematis, sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh calon
adopter.
3) Adanya hasil adopsi inovasi yang sukses dalarn artian telah
memberikan keuntungan. Dengan demikian informasi seperti ini
akan

memberikan

dorongan

kepada

calon

adopter

melaksanakan adopsi inovasi.

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

untuk

10

Sifat Adopsi
Rogers (1995) dalam Alfian dkk (2008) juga memberikan beberapa
hal yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi diadopsi oleh
individu atau masyarakat adopters yaitu:
Relative advantage (keunggulan relatif), apakah inovasi yang
diintroduksikan memberikan manfaat kepada adopters yang diukur tidak
hanya pada aspek teknis dan ekonomis, juga dikaitkan dengan social
prestige, kenyamanan (convenience) dan kepuasan (satisfaction), jadi
apakah inovasi tersebut lebih baik dibandingkan inovasi sebelumnya
(existing), paling tidak inovasi itu mempunyai keuntungan relatif 25-30%
dari sebelumnya atau relatif lebih besar dari nilai sebelumnya. Apabila
inovasi dirasakan memberikan manfaat kepada adopters maka adopsi
inovasi akan relatif lebih cepat.
Compatibility (kesesuaian), apakah inovasi tersebut konsisten
dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman sebelumnya dan kebutuhan
adopter. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
adopter akan sulit diadopsi.
Complexity (kerumitan), berkaitan dengan tingkat kesulitan hasil
inovasi

untuk

dipahami

dan

digunakan

oleh

individu

atau

masyarakat/dunia industri. Inovasi yang kompleks relatif lebih sulit
diadopsi, inovasi yang relatif lebih sederhana akan lebih mudah diadopsi.
Trialability (ketercobaan), sejauh mana inovasi dapat dicoba dan
diuji dalam skala kecil, inovasi (teknologi) yang trialable akan mengurangi
keraguan untuk mempelajari dan kemudian mempertimbangkan untuk
mengadopsinya.
Observability (keteramatan), mudah dilihat atau diamati secara fisik
relatif akan memudahkan dalam menstimulasi individu atau masyarakat
untuk mengadopsinya.
Banyak penelitian dilakukan tentang hubungan antara indeks adopsi
dan variasi ciri-ciri sosial individu. Variabel yang erat hubungannya
dengan indeks adopsi kemudian diteliti di beberapa wilayah pertanian
yang berbeda, baik di negara maju maupun sedang berkembang yaitu

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

11

pada pendidikan, pelayanan kesehatan dan perilaku konsumen (Van den
Ban dan Hawkins H S, 1999).
Menurut Negara (2000) adopsi teknologi baru adalah merupakan
proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi pada usaha
taninya. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar, dimana
selanjutnya akan menanamkan pengertian yang menguntungkan menuju
penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang
berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
Umur Petani, makin muda umur petani maka makin semangat untuk
mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk
cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum
berpengalaman soal adopsi tersebut
Luas Pemilikian Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan
lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit,
hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana produksi
Pengalaman Bertani, petani yang sudah lebih lama berusaha tani
akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini
dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat
membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.
Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang
lebih banyak daripada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat
perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh.
Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya
fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian
yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya.
Mereka

ini

bersikap

apatis

terhadap

adanya

teknologi

(Kartasapoetra, 1991)

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

baru

12

Kelompok Tani
Pengertian Kelompoktani
Kelompoktani

adalah

kumpulan

petani/peternak/pekebun

yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan
(sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di
perdesaan yang ditumbuhkembangkan “dari, oleh dan untuk petani”,
memiliki karakteristik sebagai berikut:
Ciri Kelompoktani
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama
anggota,
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusaha tani,
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan
usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa,
pendidikan dan ekologi.
4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama.
Unsur Pengikat Kelompoktani
1. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya,
2. Adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab
bersama diantara para anggotanya,
3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para
petani dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya,
4. Adanya

kegiatan

yang

dapat

dirasakan

manfaatnya

oleh

sekurangnya sebagian besar anggotanya,
5. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat
untuk menunjang program yang telah ditentukan.
Fungsi Kelompoktani
Kelas belajar; Kelompoktani merupakan wadah belajar mengajar
bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

13

sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam
berusaha tani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya
bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
Wahana kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan
antar kelompoktani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini
diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing
anggota kelompoktani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu
kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Sistem Tanam Jajar Legowo
Jajar Legowo (Jarwo) 2:1 adalah salah satu cara tanam pindah padi
sawah yang mengatur setiap dua barisan tanaman dan diselingi dengan
satu barisan kosong (legowo) dengan penerapan jarak tanam, baik dalam
barisan maupun antar barisan disesuaikan dengan maksud kesuburan
tanah dan ketinggian tempat. Semakin subur tanah, maka jarak tanam
yang diterapkan semakin lebar. Demikian pula dengan ketinggian tempat,
semakin tinggi tempat maka jarak tanam yang diterapkan semakin lebar.
Maksud dan tujuan penerapan sistem Jarwo, di antaranya; (a)
Memanfaatkan radiasi matahari pada tanaman yang terletak di pinggir
petakan, sehingga diharapkan seluruh pertanaman memperoleh efek
pinggir (border effect), (2) Memanfaatkan efek turbulensi udara yang bila
dikombinasikan dengan sistem pengairan basah-kering berselang maka
dapat mengangkat asam-asam organik tanah yang berbahaya bagi
tanaman dari bagian bawah ke bagian atas (menguap), (3) Meningkatkan
kandungan karbon dioksida (CO2) dan hasil fotosintesis tanaman, (4)
Memudahkan dalam pemupukan dan pengendalian tikus, dan (5)
Meningkatkan populasi tanaman per satuan luas. Sistem Tanam Jajar
Legowo (Jarwo) sebagai salah satu komponen teknologi dari Pendekatan

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

14

Pengelolaan

Tanaman

Terpadu

(PTT)

Padi

Sawah

yang

dapat

memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas hasil padi.
Pengaturan populasi tanaman dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan petani dengan pertimbangan tingkat kesuburan tanah dan
ketinggian tempat, sebagai berikut :
(a) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 21 rumpun per m2 atau
sekitar 210.000 rumpun per ha.
(b) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 30 x 15 x 40 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 30 rumpun per m2 atau
300.000 rumpun per ha.
(c) Sistem Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm,
maka jumlah populasi tanaman adalah 33 rumpun per m2 atau
330.000 rumpun per ha.
(d) Dst.
(e) Jumlah rumpun tanaman yang optimal akan menghasilkan lebih
banyak malai permeter persegi dan berpeluang besar untuk
pencapaian hasil yang lebih tinggi.
(f) Pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam mempercepat
penutupan permukaan tanah, sehingga dapat menekan atau
memperlambat pertumbuhan gulma dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap hama dan penyakit.
Penerapan teknologi sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo) harus
diterapkan bersama-sama dengan penerapan umur bibit muda ( 55

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

17

Pendidikan, adalah jenis pendidikan formal yang terakhir yang
diselesaikan oleh responden. Pendidikan dikategorikan menjadi :
1) Pendidikan Dasar; Sekolah Dasar (SD)
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3) Pendidikan Menengah; Sekolah Menengah Atas (SMA)
4) Pendidikan Tinggi; Diploma, Sarjana, Magister, Doktor
Luas Lahan; adalah luas sawah yang dimiliki petani dalam
usahatani padi sawah, dikategorikan menjadi:
1. < 0,25 ha
2. 0,25 - 0,50
3. 0,51 - 0, 75
4. > 0,75
Pengalaman bertani; adalah lamanya petani berusahatani padi
sawah, dikategorikan menjadi:
1)

< 2 tahun

2)

2 – 5 tahun

3)

6 – 9 ha

4)

> 9 ha

Kesadaran; adalah tanggapan petani terhadap sistem tanam jajar
legowo. kesadaran diukur melalui jawaban kuesioner, indikator kesadaran
dengan 5 pernyataan yang diajukan. Setiap setiap pernyataan diberi skala
1-4:
1) Sangat Setuju, skala 4
2) Setuju, skala 3.
3) Kurang Setuju, skala 2.
4) Tidak Setuju, skala 1
Respon/minat; adalah seberapa tinggi keinginan petani terhadap
teknologi sistem tanam jajar legowo. Respon/minat diukur melalui jawaban
kuesioner, hanya 1 Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan luas
keinginan mencoba. Setiap jawaban diberi nilai atau skala 1-4.
Menilai; adalah penilaian petani terhadap teknologi sistem tanam
jajar legowo yang telah dilakukan oleh petani lain, informasi dari

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

18

narasumber, dan media lainnya. menilai ini diukur melalui jawaban
kuesioner, sebanyak 5 pernyataan. Setiap jawaban diberi skala 1-4, yaitu:
1) Sangat Bagus, skala 4
2) Bagus, skala 3
3) Kurang Bagus, skala 2
4) Tidak Bagus, skala 1
Mencoba; adalah kemampuan petani mencoba teknologi sistem
tanam jajar legowo saat ini. Kemampuan ini diukur melalui jawaban
kuesioner 2 buah pernyataan yang berkaitan dengan luasan dan motivasi.
Setiap jawaban diberi skala 1-4.
Penerapan/Adopsi; adalah tingkat keseringan petani dalam
melaksanakan teknologi sistem tanam jajar legowo. Ada 4 pernyataan
yang berkaitan dengan frekuensi dan evaluasi.

Karya Tulis Ilmiah
(KTI) 2015

6

METODE PELAKSANAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan Kajian Tingkat Adopsi
Anggota Kelompok Tani terhadap
Sawah

Sistem Tanam Jajar Legowo Padi

Padi Sawah dilaksanakan di nagari Padukuan Kecamata Koto

Salak Kabupaten Dharmasraya, dari tanggal 17 Maret sampai dengan 20
April 2015.
Populasi Dan Sampel
Populasi dan Sampel ditentukan secara purposive sampling atau
pengambilan sampel secara sengaja. Ini dikarenakan terbatasnya waktu,
tenaga dan biaya yang ada. Dari 14 Kelompok Tani yang ada di nagari
Padukuan, hanya 6 kelompok tani yang merupakan kelompok tani Padi
Sawah seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Kelompok Tani Padi Sawah Nagari Padukuan Kecamatan Koto
Salak Kabupaten Dharmasraya tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6

Kelompok
Tani
Usaha
Bersama
Adil Makmur
APM
Tani Makmur
Tani Maju
Jaya Baru I
Total

Jumlah Tahun
Kelas
Anggota Berdiri
Kelompok
54 2007
Lanjut
17
19
25
34
27
176

2009
2008
2011
2006
2007

Pemula
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula

Ketua
Pujianto
Sadimin
Palimin
Nandang
Suli Wijaya
Sukino

Dengan memperhatikan anggota yang aktif dari tiap-tiap kelompok
tersebut serta terbatasnya waktu pelaksanaan kegiatan KTI, maka sampel
yang digunakan seperti pada Tabel 3.

Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015

19

20

Tabel 2 Jumlah sampel tiap Kelompok Tani Padi Sawah Nagari Padukuan
Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya tahun 2015
No
1
2
3
4
5
6

Desa/Kelompok Jumlah Tahun
Tani
Anggota Berdiri
Usaha Bersama
10 2007
Adil Makmur
6 2009
APM
6 2008
Tani Makmur
4 2011
Tani Maju
4 2006
Jaya Baru I
5 2007
Total
35

Kelas
Kelompok
Lanjut
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula
Pemula

Ketua
Pujianto
Sadimin
Palimin
Nandang
Suli Wijaya

maka ditentukan sampel yang dijadikan responden berjumlah 35 orang.
Data dan Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder.
Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan
responden. Data ini mencakup berbagai variabel yang terdiri atas keadaan
sosial ekonomi, meliputi (umur petani, pendidikan formal, luas lahan, dan
pengalaman bertani), tingkat adopsi

meliputi (pengetahuan, respon,

keterampilan penggunaan alat, keterampilan menjalankan aplikasi dan
frekuensi penggunaan aplikasi).
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga
terkait serta hasil-hasil penelitian.
Teknik pengumpulan data, dengan cara :
Wawancara, dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, meminta
penjelasan kepada responden, tokoh masyarakat, dan petugas yang
terkait.
Pengamatan, yaitu dengan melihat secara langsung kondisi dan
kegiatan responden di lapangan, yang berguna untuk melengkapi data
yang diperoleh.
Rekapitulasi, yaitu dengan melakukan pencatatan dan perekapan
seluruh data sekunder yang telah di peroleh dari berbagai sumber, seperti
kantor BP3K, kantor desa, kantor kecamatan, Internet dan perpustakaan.

Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015

21

Instrumen
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam kajian ini adalah
berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan
dengan

peubah-peubah

kajian.

Instrument

disusun

dengan

memperhatikan langkah-langkah: (1) Menentukan peubah-peubah yang
terpilih pada judul kajian, (2) Peubah-peubah tersebut dijadikan dalam sub
peubah, (3) Menjabarkan sub-sub peubah dalam bentuk indikatorindikator,

(4)

Menjabarkan

indikator-indikator

menjadi

komponen-

komponen yang dijadikan butir-butir pertanyaan dan (5) Seluruh butir
pertanyaan disusun instrument berupa kuesioner. Kuesioner yang disusun
menggunakan skala Likert sebagai parameter pengukurannya.
Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini merupakan skala
seimbang. Menurut Sumarwan (2011) skala seimbang merupakan angka
untuk kategori yang menyenangkan dan tidak menyenangkan mempunyai
jumlah yang sama. Skala yang akan digunakan menggunakan skala yang
seimbang agar dapat menghasilkan data yang objektif. Menurut Elbany
(2009) penggunaan empat skala didasarkan pada kebijaksanaan untuk
menghindari ekstrim bias yang cenderung memberikan pendapat yang
netral (tengah). Adapun empat skala yang digunakan disesuaikan dengan
indikator dari masing-masing variabel.
Peneliti membuat instrumen dengan pembagian indikator menjadi 5
(lima) sesuai dengan ukuran tingkatan/tahapan proses adopsi dengan
penentuan sebagai berikut:
1.

Tingkat Kesadaran, apabila persentase jawaban petani tinggi hanya
pada kuesioner indikator kesadaran.

2.

Tingkat Minat, apabila persentase jawaban petani tinggi pada
kuesioner indikator kesadaran dan minat/respon

3.

Tingkat Menilai, apabila persentase jawaban petani tinggi pada
kuesioner indikator kesadaran, minat/respon dan menilai

4.

Tingkat Mencoba, apabila persentase jawaban petani tinggi pada
kuesioner indikator kesadaran, minat/respon, menilai dan mencoba

Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015

22

Tingkat Adopsi/penerapan, apabila persentase jawaban petani

5.

tinggi pada kuesioner di semua indikator.
Keberhasilan petani padi sawah tidak terlepas dari karakteristik
sosial ekonomi petani dan tingkat adopsi petani tersebut. Negara (2000)
menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Tingkat Adopsi dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya” ada 4 sudut pandang sosial ekonomi,
yaitu :
1.

Tingkat pendidikan, pendidikan merupakan sarana belajar,
dimana

selanjutnya

akan

menanamkan

pengertian

yang

menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih
modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam
melaksanakan adopsi.
2.

Umur Petani, makin muda umur petani, maka makin semangat
untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka
berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya
mereka masih belum berpengalaman soal teknologi tersebut.

3.

Luas Pemilikin Lahan, petani yang memiliki lahan yang luas akan
lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani yang berlahan
sempit, hal ini dikarenakan keefisienan penggunaan sarana
produksi.

4.

Pengalaman Bertani (Lama Bertani), petani yang sudah lebih
lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari
pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih
banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam
mengambil keputusan.
Dalam penelitian ini akan dilihat ke-4 sudut pandang di atas memiliki

hubungan yang erat atau tidak terhadap tingkat adopsi di daerah
penelitian.
Instrumen yang telah disusun tidak di uji validitas dan realibilitasnya
karena:
1. Terbatasnya waktu dan biaya

Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015

23

2. Pengisian kuesioner oleh responden penelitian dipandu oleh
peneliti untuk menghindari kesalahan persepsi dalam setiap item
pertanyaan.
Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan
analisis koefisien korelasi Rank Spearman. Koefisien korelasi Rank
Spearman digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara dua
variabel ordinal (Nazir 2009). Penggunaan metode korelasi Rank
Spearman adalah untuk membuktikan berhubungan atau tidaknya antara
masing-masing variabel. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
aplikasi SPSS 18.0 for windows.
Berdasarkan nilai korelasi tanda positif yang terdapat pada nilai rs
menunjukkan hubungan yang searah, jika nilai korelasi bertanda negatif
menunjukkan hubungan yang tidak searah. Kriteria pengujian hubungan
observasi dilakukan pada taraf nyata (α = 5 persen) dimana nilai rs
Spearman’s Rho (ρ) untuk sampel 35 dengan alpha 0,5 adalah 0,335.
Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut
(Nugroho, 2005) :
1) 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah.
2) 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah.
3) 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat.
4) 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat.
5) 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat
sekali.
6) 1,00 berarti korelasinya sempurna

Karya Tulis Ilmiah26
(KTI) 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Wilayah
Letak Geografis
Nagari Padukuan merupakan salah satu nagari dalam wilayah
administrasi

Nagari

Padukuan,

Kabupaten

Dharmasraya,

Provinsi

Sumatera Barat dengan batas wilayah :

 Utara berbatasan dengan Propinsi Jambi

 Selatan berbatasan dengan propinsi Jambi
 Timur berbatasan dengan nagari Ampalu

 Barat berbatasan dengan Kecamatan sungai Rumbai
Mempunyai luas wilayah 6.598 ha, de