Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Melalui Sistem Tanam Jajar Legowo Dengan Sistem Tanam Non Jajar Legowo

TINJAUAN PUSTAKA
Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial
maupun politik. Pada umumnya usahatani padi masih merupakan tulang
punggung perekonomian keluarga tani dan perekonomian desa. Sejak tahun awal
2007 pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi beras 2 juta ton
pada tahun 2007 dan selanjutnya meningkat 5% per tahun hingga tahun 2009.
Untuk mencapai target atau sasaran tesebut maka diluncurkan Program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4
(empat) strategi program yaitu:
1.

Peningkatan produktivitas; antara lain dengan menggunakan bibit varietas
yang bermutu,

2.

Perluasan areal; tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra
produksi padi,

3.


Pengamanan produksi; dengan memberikan bantuan sarana pascapanen, dan

4.

Kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi; dengan
menguatkan peran gabungan kelompok yani dan kemitraan
(Badan Litbang Pertanian, 2007a; Purwanto, 2008).
Ini sesuai dengan visi-visi pembangunan pertanian nasional tahun 2010-2014

yaitu terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumber
daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah dan ekspor
serta kesejahteraan petani.

Universitas Sumatera Utara

Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa pendapatan adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya dalam usahatani. Dimana penerimaan usahatani
merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam
hal usaha tani, modal sangat diperlukan sebab dengan adanya modal petani dapat
membeli semua keperluan yang dibutuhkan untuk lahan sawahnya misalnya beli

bibit unggul, pupuk, pestisida, membayar upah buruh tani dan lain sebagainya.
Untuk itulah modal memiliki peran penting dalam menentukan produksi serta
produktivitas.
Jumlah pendapatan yang besar menunjukkan besarnya modal yang
dimiliki untuk mengelola usahataninya sedangkan jumlah pendapatan yang kecil
menunjukkan investasi yang menurun sehingga berdampak buruk terhadap
usahataninya (Soekartawi, 1993).

Landasan Teori
Sebagaimana telah diketahui pada umumnya petani masih mengalami
kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat
berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan minimnya
ketrampilan serta lemahnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani itu sendiri.
Fasilitas yang dapat diberikan untuk petani itu sendiri dapat berupa sarana
produksi pertanian seperti varietas bibit unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi
hama dan lain sebagainya (Soekartawi, 1998).
Penelitian Mosher (1997), menyebutkan bahwa lahan pertanian sebagai
aset penting yang dimiliki petani sangat menentukan peluang berusaha bagi


Universitas Sumatera Utara

dirinya. Aset ini berpengaruh terhadap besarnya pendapatan yang mereka peroleh
dari pengelolaan lahan tersebut. Lahan sempit tentu saja hasil yang diperoleh juga
tidak memadai, pendapatan yang mereka peroleh juga rendah.
Menurut Sembiring (2008) keberhasilan peningkatan produksi padi lebih
banyak disumbangkan oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan
peningkatan luas panen. Pada periode 1971-2006 peningkatan produktivitas
memberikan kontribusi sekitar 56,1%, sedangkan peningkatan luas panen dan
interaksi keduanya memberikan kontribusi masing-masing 26,3% dan 17,5%
terhadap peningkatan produksi padi.
Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usaha tani yang bagus
sebagai usahatani yang produktif dan efisien yang sudah sering dibicarakan
sehari-hari. Usahatani yang produktif berarti usahatani yang produktivitasnya
tinggi. Maksud dari produktivitas ini sebenarnya merupakan penggabungan antara
konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur
banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu kesatuan (input).
Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan
tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi
bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Oleh karena itu,

secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan
kapasitas (tanah).
Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa kualitas manusia
(pendidikan, ketrampilan, dan keahlian) yang rendah mengakibatkan rendahnya
pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam proses produksi, tidak hanya
kemampuan produksi akan rendah, tetapi juga produktivitas dalam produksi pun

Universitas Sumatera Utara

akan rendah. Dengan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia,
kemampuan dalam pengembangan teknologi punakan semakin rendah pula. Hal
ini disimpulkan dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun
kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluh pertanian pada suatu desa dapat
mendorong perubahan karakteristik masyarakat, dimana dapat mempengaruhi
produktivitas kerja petani dalam menerapkan inovasi-inovasi baru.
Penyebab semakin berkurangnya produktivitas padi sawah antara lain
ketidakterpaduannya pengelolaan lahan dan kurangnya perhatian terhadap upaya
pelestarian lahan dan lingkungan. Di sisi lain, terabaikannya penggunaan bahan
organik dan intensifnya pemberian pupuk kimia untuk mengejar hasil tinggi telah
menurunkan bahan organik tanah dan unsur hara. Akibat lebih lanjut dari kondisi

ini adalah menurunnya kemampuan tanah menyimpan dan melepaskan unsur hara
dan air bagi tanaman-tanaman, sehingga dapat mengurangi efisiensi penggunaan
pupuk dan air irigasi. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi tanaman padi
telah dilakukan oleh petani-petani, baik dengan penggunaan bibit unggul,
pemupukan yang tepat, pengairan yang cukup, pengendalian hama penyakit dan
lain sebagainya (BPTP Deli Serdang, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Sistem Tanam Jajar Legowo

Gambar 1. Sistem Tanam jajar legowo

Legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas
dan “dowo” yang berarti panjang. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo
adalah meningkatkan populasi dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu
sistem ini juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi
dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui
tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan
kualitas gabah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan

mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak (Anonimus, 2001).
Legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam
antar rumpun maupun antar barisan, sehingga terjadi pemadatan rumpun padi
didalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan. Pada sistem jajar legowo
dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari pertanaman.
Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh
pinggir (border effect). Permana (1995) melaporkan bahwa rumpun padi yang

Universitas Sumatera Utara

berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 – 2 kali lipat lebih tinggi dari produksi pada
yang berada di bagian dalam. Disamping itu sistem Legowo yang memberikan
ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan
(minapadi Legowo).

Keuntungan Sistem Tanam Jajar Legowo
1.

Masa pemeliharaan ikan dapat lebih lama, yaitu 70-75 hari. Dibandingkan
dengan cara tandur jajar biasa yang hanya 45 hari,


2.

Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33% /ha. Semua barisan rumpun
tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberikan hasil lebih
tinggi (efek tanaman pinggir),

3.

Memudahkan pemeliharaan tanaman,

4.

Hasil ikan yang diperoleh dapat menutupi sebagian biaya usaha tani,

5.

Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 30-50%,

6.


Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah,

7.

Penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong
mas,dan

8.

Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Perspektif sistem usahatani padi-ikan dalam meningkatkan pendapatan petani

adalah jika hasil padi telah mencapai tingkat maksimum sampai batas potensi
genetik varietas dan daya dukung lingkungan (carrying capacity), maka sasaran
program intensifikasi adalah mempertahankan tingkat produktivitas padi dan
meningkatkan pendapatan petani. Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam
jajar legowo 2:1 atau 4:1 , berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%. Disamping itu sistem legowo yang
memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan
pemeliharaan ikan (minapadi legowo). Hasil ikan yang diperoleh mampu menutup
sebagian biaya usahatani (Pelita Karawang Online, 2010).

Tipe Sistem Tanam Jajar Legowo
1.

Jajar legowo 2:1. Setiap dua baris diseling satu barisan kosong dengan lebar
dua kali jarak dalam

barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang

memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Dengan
demikian, jarak tanam pada tipe jajar legowo 2:1 adalah 20cm (antar barisan)
× 10cm (barisan pinggir) × 40cm (barisan kosong).

Gambar 2. Jajar Legowo 2:1


2.

Jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong
dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang
dipinggir di rapatkan dua kali dengan jarak tanam yang ditengah.Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian, jarak tanam legowo tipe 3:1 adalah 25 cm (jarak antar barisan) x 15
cm (jarak dalam barisan) x 50 cm (jarak lorong). Umumnya, bila jarak antar
barisan adalah 25 cm maka jarak dalam barisan adalah 15 cm sedangkan bila
jarak antar barisannya adalah 20 cm maka jarak dalam barisan adalah 10 cm.
Modifikasi jarak antar barisan dan dalam barisan disesuaikan untuk tujuan
peningkatan populasi tanaman padi dan penciptaan iklim mikro yang tidak
mengundang timbulnya hama dan penyakit.

Gambar 3. Jajar Legowo 3:1

3.


Jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong
dengan lebar dua kali jarak dalam barisan, demikian seterusnya. Jarak tanam
yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang di tengah. Dengan demikian,
jarak tanam pada tipe legowo 4:1 adalah 20cm (antar barisan tengah dan pada
barisan tengah) × 10cm (barisan pinggir) × 40cm (barisan kosong). Menurut
Sekarmadjapahit (2012) tipe sistem tanam jajar legowo (4:1) dipilih sebagai
anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi
padi karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melihat

Universitas Sumatera Utara

serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi
dalam penggunaan puppuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil
produksi tanaman padi.

Gambar 4. Jajar Legowo 4:1

Jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dimodifikasi dengan berbagai
pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa
dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang
akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Demikian juga pada tanah yang
kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm, sedangkan pada tanah
yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar 22 cm x 22 cm atau
pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm x 25 cm. Pemilihan ukuran
jarak tanam bertujuan agar dapat mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Sistem Tanam Jajar Legowo
1.

Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir
barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka
proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan
mendapatkan bobot buah yang lebih berat.

2.

Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang
relatif terbuka, hama tikus kurg suka tinggal didalamnya.

3.

Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban
akan semakkin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.

4.

Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama/ penyakit.
Posisi

orang

yang

melaksanakan

pemupukan

dan

pengendalian

hama/penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
5.

Menambah populasi tanaman, sehingga juga dapat meningkatkan produksi
tanaman padi.

6.

Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir.

7.

Menambah jumlah tanaman padi (Anonimus, 2011).

Kelemahan sistem tanam jajar legowo antara lain:
1.

Membutuhkan tenaga kerja untuk tanaman yang lebih banyak dan waktu
tanam yang lebih lama pula, karena cara tanamnya satu per satu.

2.

Membutuhkan benih yang lebih banyak dengan semakin banyaknya populasi,

3.

Biasanya pada legowonya akan lebih banyak ditumbuhi rumput.

4.

Menurut penelitian yang saya lakukan cara penerapannya lebih rumit
dibandingkan sistem tanam tegel (PPL, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Kerangka Pemikiran
Petani adalah individu yang melakukan usahatani. Usahatani yang
dimaksud yaitu berupa usaha yang dilakukan oleh petani pemilik, penggarap atau
penyewa lahan pada sebidang tanah yang dikuasainya, tempat petani mengelola
input produksi yang tersedia dengan segala pengetahuan dan kemampuannya
untuk memperoleh hasil.Di desa Sukamandi Hilir ini menggunakan dua sistem
tanam yang berbeda, yaitu yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan
sistem tanam non jajar legowo.
Penyebab rendahnya produktivitas petani dikarenakan berbagai faktor,
salah satunya yaitu pengaturan jarak tanam yang salah. Jarak tanam yang
digunakan mempengaruhi tinggi rendahnya produksi dan produktivitas. Jumlah
produksi dan produktivitas dapat diketahui setelah adanya hasil yang dicapai yaitu
melalui panen berikutnya, dimana antara perbedaan pendapatan yang diterima
oleh petani dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh setelah menghitung
biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan selama dalam proses produksi.

Universitas Sumatera Utara

Petani Padi
Menggunakan

Tidak Menggunakan

Teknologi Tanam

Teknologi Tanam

Jajar Legowo

Jajar Legowo

Produksi

Produksi

Produktivitas

Produktivitas

Pendapatan

Pendapatan
Gambar 5. Kerangka Pemikiran

Keterangan :
: Adanya hubungan
_ _ _ _ _ _ : Membandingkan

Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan produktivitas dan pendapatan petani yang nyata yang
menggunakan sistem tanam jajar legowo dengan yang menggunakan
sistem tanam non jajar legowo.
2. Ada perbedaan pendapatan petani dimasing-masing strata luas lahan.

Universitas Sumatera Utara