Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kebahagiaan pada Imam Biarawan T1 802007030 BAB V

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa memang
ada beberapa individu yang memfokuskan diri pada aspek
sipiritual yang juga sekaligus kaya akan emosi positif dalam
hidupnya, individu tersebut adalah imam biarawan. Hal ini
menunjukan bahwa memang benar bahwa kebahagiaan
merupakan konsep yang subjektif tergantung dari masingmasing individu, sejalan dengan ini Seligman (2005)
mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan konsep yang
subjektif karena setiap individu memiliki tolak ukur
kebahagiaan yang berbeda-beda sehingga bias mendatangkan
kebahagiaan untuknya. Faktor-faktor itu antara lain uang,
status pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, emosi
negatif, pendidikan, iklim, ras dan jenis kelamin, serta agama
atau tingkat religiusitas seseorang.
Seligman (2005) memberikan salah satu pandangan
mengenai kebahagiaan dan beberapa aspeknya yang terdiri
dari emosi positif pada masa lalu, emosi positif pada masa
yang akan datang, dan emosi positif pada masa kini. Aspek
emosi positif dari Seligman peneliti gunakan untuk melihat

seperti apa gambaran kebahagiaan seorang imam biarawan.

181

182

Jika dilihat dalam aspek emosi positif pada masa
lalu yang memiliki indikator merasa bangga terhadap dirinya
dan kehidupan yang sedang dijalaninya, merasa lega,
tenteram dan tidak gelisah serta khawatir akan hal yang
menjadi beban dan pikirannya di masa lalu, merasa puas
akan kehidupannya karena telah terpenuhi keinginan dan
kebutuhannya, bersyukur atas peristiwa baik maupun buruk
yang terjadi dalam hidupnya dan mampu memaafkan
seseorang atau peristiwa di masa lalu yang pernah menyakiti
perasaannya, ketiga partisipan memiliki kondisi yang
berbeda-beda.
Semua partisipan merasa puas akan kehidupannya
dan merasa tercukupi kebutuhan dan keinginannya, dalam
hal ini kebutuhan jasmaniah seperti makanan, materi, jabatan

dan sebagainya. Akan tetapi jika dikaitkan dengan kebutuhan
rohani atau kehidupan rohani, semua partisipan merasa
bahwa mereka selalu merasa masih kurang sempurna dalam
berdoa, memperbaiki diri sesuai kehendak Tuhan dan terus
mengembangkan diri menjadi imam yang baik dimata umat
dan Tuhan. Kehidupan rohani yang dirasa masih kurang
memuaskan dalam hal ini terkait dengan pertobatan pada
partisipan kedua sedikit banyak cenderung dipengaruhi oleh
kehidupan masa lalunya seperti dulu suka berjudi dan
melawan PKI yang dirasa tidak baik. Sehingga hal ini yang
menyebabkan partisipan tidak memenuhi salah satu indikator

183

merasa lega, tenteram dan tidak gelisah serta khawatir akan
masa lalu. Begitu pula dengan perasaan bangga terhadap
hidup yang dijalani, partisipan kedua merasa tidak bangga
jika definsi bangga yang digunakan seperti yang biasa orangorang tahu, menurutnya bangga seperti definisi orang lain
termasuk di dalamnya terdapat unsur kesombongan. Ia
merasa tidak terlalu bangga, karena apa yang ia jalani ini,

semata-mata karena penyelenggaraan Tuhan dan karena
tuntunan dari Tuhan.
Emosi positif pada masa yang akan dating cukup
dirasakan oleh semua partisipan. Namun tidak semua
indikator terpenuhi. Semua partisipan memiliki keyakinan
dan kepercayaan akan masa depan yang cerah dan baik,
memiliki usaha untuk mencapai masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dan optimis akan kehidupan di masadepan,
akan tetapi untuk memiliki gambaran yang jelas di masa
yang akan datang, dua partisipan agak kesulitan untuk
mewujudkannya. Partisipan pertama dan kedua sebenarnya
memiliki harapan, keinginan, dan gambaran nantinya di masa
yang akan datang bagaimana gambaran kehidupannya, akan
tetapi partisipan pertama merasa bahwa apa yang ia
rencanakan tidak serta merta mudah untuk diwujudkan
karena hidupnya yang terikat oleh kaul ketaatan dimana ia
harus taat pada pimipinan paroki, dimana nanti ia akan
tinggal, menjabat sebagai apa, di bidang apa, apakah bisa

184


melanjutkan sekolah atau tidak. Walaupun demikian,
partisipan sungguh mengahayati kaul tersebut, sehingga ini
tidak menjadi masalah untuknya. Begitu juga dengan
partisipan kedua yang menghayati kaul ketaatan, sehingga
apa yang terjadi di depan ia akan berusaha untuk menerima
dan mensyukuri apapun yang diberikan olehTuhan.
Gratifikasi dan kenikmatan sebagai indikator dari
emosi positif pada masa kini dirasakan oleh ketiga partisipan.
Beberapa kegiatan yang menjadi kegemaran ketiga partisipan
seringkali membuat mereka terlibat sepenuhnya dengan
kegiatan yang dilakukannya sehingga ia tenggelam dan
merasa waktu berhenti ketika melakukan kegiatan tersebut.
Bahkan partisipan ketiga merasakan gratifikasi melalui
kegiatannya melayani umat dalam sakramen-sakramen
penting seperti perminyakan dan ekaristi. Dari beberapa
pembahasan dan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kebahagiaan pada imam biarawan lebih menitikberatkan
pada aspek religiusitas atau faktor agama. Dalam penelitian
ini,


dapat

dilihat

bahwa

ketiga

partisipan

sangat

menitikberatkan kehidupannya pada aspek religiusitasnya,
bahwa hidup harus berarti demi sesama yang berlandaskan
cinta kasih dari Tuhan dan dalam menjalani kehidupannya
sebagai seorang imam, ketiga partisipan selalu berusaha
menghayati setiap makna dari ketiga kaul yang telah mereka
ucapkan. Hal inilah yang membuat partisipan selalu berusaha


185

untuk menciptakan emosi positif dalam hidupnya dan secara
tidak langsung mereka merasakan adanya sukacita dan
kebahagiaan. Sumber kebahagiaan yang dirasakan oleh
ketiga partisipan lebih banyak datang dari emosi positif
ketika mereka melakukan kegiatan imamat.Seligman (2005)
mengatakan bahwa orang yang religius lebih bahagia dan
lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak
religius.
B. Saran
Adapun saran daripenelitianini yang dapatdiajukanadalah :
1. Bagi imam biarawan, diharapkan dapat memahami dan
mengaplikasikan emosi-emosi positif baik itu masa lalu,
yang akan datang dan masa kini yang dapat membantu
mereka dalam memberikan pelayanan yang terbaik
kepada

umat


dan

membantu

mereka

dalam

meningkatkan kebahagiaan.
2. Bagi gereja, paroki, dan seminari tempat dimana imam
biarawan berkarya hendaknya membantu setiap imam
biarawan yang berkarya di gereja, paroki atau seminari
tersebut untuk lebih meningkatkan emosi-emosi positif
di setiap fase perkembangan hidupnya salah satunya
dengan cara memfasilitasi kegemaran dan hobi dari
setiap imam sehingga potensi imam-imam tersebut
tersalurkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan
kebahagiaan imam dan kualitas pelayanan pada umat.

186


3. Bagi peneliti selanjutnya.
a. Hendaknya dapat melakukan penelitian dengan
lebih baik lagi dengan mengusahakan mencari
partisipan untuk triangulasi penelitian, sehingga
hasil penelitian dapat lebih meningkatkan derajat
kepercayaan data.
b. Mengingat

bahwa

tipe

penelitian

ini

adalah

kualitatif, pada dasarnya akan lebih menarik jika

penelitian

dapat

dilakukan

terhadap

beberapa

partisipan lagi, yang juga berasal dari tempat yang
berbeda. Hal ini diharapkan agar dapat memperoleh
data yang lebih kaya terkait dengan topik penelitian.
c. Akan lebih baik lagi apabila penelitian selanjutnya
juga

menggali

tentang


kebahagiaan

otentik

partisipan, oleh karena itu identifikasi kekuatan
karakter dan keutamaan dari setiap partisipan
diperlukan.