497 koperasi diminta tak andalkan dana pemerintah
Koperasi diminta tak andalkan dana pemerintah
Written by Artikel
Wednesday, 24 November 2010 09:40 -
JAKARTA Pemerintah meminta koperasi berbasis lembaga keuangan mikro (LKM) harus berani
meninggalkan ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah jika ingin menjadi pelaku
ekonomi nasional.
"Koperasi yang sudah mapan sebaiknya jangan selalu berkiblat kepada pembiayaan
pemerintah," ujar Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan pada acara temu mitra
Lembaga Keuangan Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) di Gedung Smesco UKM
Indonesia, kemarin.
Peserta temu mitra antara lain LKM, kepala dinas koperasi provinsi, lembaga keuangan bank
serta lembaga keuangan nonbank. Sekitar 400 orang hadir pada pertemuan itu untuk
memberdayakan pelaklu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui koperasi.
Dia menjelaskan mengandalkan permodalan dari pemerintah bisa saja dilakukan, tetapi setelah
berkembang menjadi besar koperasi harus berani menyerap pembiayaan dari sumber
permodalan komersial, seperti perbankan.
"Yang menerima pembiayaan dari pemerintah umumnya adalah pelakuusaha lemah. Bagi
saudara pengelola koperasi yang masih menerima dana bergulir dari LPDB, mereka masih
tergolong koperasi lemah," ujar Sjarifuddin.
Oleh karena itu, bagi LKM seperti koperasi simpan pinjam (KSP) yang sudah kuat dalam
permodalan, dia mempersilakan segera mengakses dana perbankan. Jika kesulitan,
Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan pendampingan.
Jika operasional LKM mengacu pada filosofi yang dimaksud tersebut. Menteri Koperasi dan
UKM optimistis mereka bisa bertumbuh dan menjadi lebih besar dari saat ini, atau setidaknya
bisa menjadi pengusaha kaliber nasional.
Peluang menjadi pengusaha besar masih terbuka lebar, karena menurut catatan kementerian
jumlah pengusaha Indonesia yang memiliki skala nasional masih sangat kecil, 4.677 orang,
dibandingkan dengan total seluruh pengusaha nasional 52,7 juta.
Dia menjelaskan ketika LKM mengakses pembiayaan untuk UMKM dari perbankan, bunganya
memang besar, karena biaya administrasi (bunga) tergantung dari situasi pasar uang. Namun,
Sjarifuddin optimistis LKM mampu mengatasi persoalan itu dengan penerapan manajemen
prima.
Sumber : Bisnis Indonesia
1/1
Written by Artikel
Wednesday, 24 November 2010 09:40 -
JAKARTA Pemerintah meminta koperasi berbasis lembaga keuangan mikro (LKM) harus berani
meninggalkan ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah jika ingin menjadi pelaku
ekonomi nasional.
"Koperasi yang sudah mapan sebaiknya jangan selalu berkiblat kepada pembiayaan
pemerintah," ujar Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan pada acara temu mitra
Lembaga Keuangan Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) di Gedung Smesco UKM
Indonesia, kemarin.
Peserta temu mitra antara lain LKM, kepala dinas koperasi provinsi, lembaga keuangan bank
serta lembaga keuangan nonbank. Sekitar 400 orang hadir pada pertemuan itu untuk
memberdayakan pelaklu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui koperasi.
Dia menjelaskan mengandalkan permodalan dari pemerintah bisa saja dilakukan, tetapi setelah
berkembang menjadi besar koperasi harus berani menyerap pembiayaan dari sumber
permodalan komersial, seperti perbankan.
"Yang menerima pembiayaan dari pemerintah umumnya adalah pelakuusaha lemah. Bagi
saudara pengelola koperasi yang masih menerima dana bergulir dari LPDB, mereka masih
tergolong koperasi lemah," ujar Sjarifuddin.
Oleh karena itu, bagi LKM seperti koperasi simpan pinjam (KSP) yang sudah kuat dalam
permodalan, dia mempersilakan segera mengakses dana perbankan. Jika kesulitan,
Kementerian Koperasi dan UKM akan melakukan pendampingan.
Jika operasional LKM mengacu pada filosofi yang dimaksud tersebut. Menteri Koperasi dan
UKM optimistis mereka bisa bertumbuh dan menjadi lebih besar dari saat ini, atau setidaknya
bisa menjadi pengusaha kaliber nasional.
Peluang menjadi pengusaha besar masih terbuka lebar, karena menurut catatan kementerian
jumlah pengusaha Indonesia yang memiliki skala nasional masih sangat kecil, 4.677 orang,
dibandingkan dengan total seluruh pengusaha nasional 52,7 juta.
Dia menjelaskan ketika LKM mengakses pembiayaan untuk UMKM dari perbankan, bunganya
memang besar, karena biaya administrasi (bunga) tergantung dari situasi pasar uang. Namun,
Sjarifuddin optimistis LKM mampu mengatasi persoalan itu dengan penerapan manajemen
prima.
Sumber : Bisnis Indonesia
1/1