Unduh BRS Ini

No. 03/1/13/Th XIX, 4 Januari 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN
GABAH
A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT DESEMBER 2015 SEBESAR 97,75 ATAU TURUN 0,32 PERSEN


NTP Sumatera Barat bulan Desember 2015 tercatat sebesar 97,75 atau turun sebesar 0,32 persen
bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 98,06 (November 2015). Indeks harga yang diterima
petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib)
mengalami kenaikan sebesar 0,89 persen.



Pada bulan Desember 2015 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 98,30 untuk subsektor
tanaman pangan (NTPP), 93,66 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 96,07 untuk subsektor tanaman
perkebunan rakyat (NTPR), 101,87 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 105,73 untuk subsektor

perikanan (NTN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan
perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 99,55 dan 107,29.



Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Desember 2015 terjadi inflasi di daerah perdesaan
sebesar 1,10 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (2,42
persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,10 persen), kelompok perumahan
(0,01 persen), kelompok sandang (0,28 persen), kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,09
persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,16 persen). Sedangkan kelompok kesehatan
mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.

A. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of
trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada
bulan Desember 2015, NTP Sumatera Barat mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dibanding bulan

November 2015, yaitu dari 98,06 menjadi 97,75. Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga yang
diterima petani (0,57 persen), lebih kecil dari kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,89 persen).

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

1

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

2

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pada bulan Desember 2015 NTP empat subsektor
mengalami penurunan, masing-masing subsektor hortikultura (0,88 persen), subsektor tanaman
perkebunan rakyat (0,51 persen), subsektor peternakan (0,85 persen), dan subsektor perikanan (0,09
persen). Hanya NTP subsektor tanaman pangan mengalami peningkan sebesar 0,53 persen.


2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian
yang dihasilkan petani. Pada bulan Desember 2015 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima
petani (It) sebesar 0,57 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 116,99 menjadi
117,66. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada tiga subsektor, yaitu
subsektor tanaman pangan (1,43 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,56 persen), dan
subsektor perikanan (0,50 persen). Sedangkan It pada subsektor hortikultura dan subsektor peternakan
mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,11 persen dan 0,10 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta
fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Desember 2015 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar
0,89 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 119,30 menjadi 120,36. Meningkatnya nilai Ib
disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,89 persen),
subsektor hortikultura (0,78 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,07 persen), subsektor
peternakan (0,76 persen), dan subsektor perikanan (0,58 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

3

Grafik 1
NTP Sumatera Barat Bulan Desember 2014 – Desember 2015
(2012=100)

4.

NTP Subsektor
a.


Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)
NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Desember 2015 mengalami
peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,53 persen dari 97,78 menjadi
98,30. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,43 persen), lebih
besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,89 persen).
Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,43 persen disebabkan
oleh meningkatnya indeks subkelompok padi sebesar 1,01 persen, dan subkelompok palawija
sebesar 2,93 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami
peningkatan sebesar 0,89 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi
rumahtangga (IKRT) sebesar 1,17 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan
penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)
Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Desember 2015
mengalami penurunan sebesar 0,88 persen dari 94,49 menjadi 93,66. Hal ini dikarenakan indeks
harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,11 persen, sedangkan indeks harga
yang dibayar petani mengalami peningkayan sebesar 0,78 persen.
Menurunnya nilai It sebesar 0,11 persen disebabkan adanya penurunan nilai indeks harga
kelompok komoditas pada subkelompok buah-buahan sebesar 2,90 persen dan subkelompok
tanaman obat sebesar 0,27 persen. Sedangkan It pada subkelompok sayur-sayuran mengalami

peningkatan sebesar 1,27 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,78 persen disebabkan naiknya
indeks harga subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,95 persen, sedangkan
indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami
penurunan sebesar 0,12 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

4

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
NTPR pada bulan Desember 2015 mengalami penurunan sebesar 0,51 persen, yaitu dari
96,56 menjadi 96,07. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga
yang diterima petani (0,56 persen), lebih rendah dibanding peningkatan indeks yang dibayar
petani (1,07 persen).
Meningkatnya nilai Ib sebesar 1,07 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada
subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,21 persen, dan indeks harga pada subkelompok
biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.


d.

Subsektor Peternakan (NTPT)
NTPT pada Desember 2015 mengalami penurunan sebesar 0,85 persen, yaitu dari 102,74
menjadi 101,87. Penurunan NTP ini terjadi diakibatkan oleh penurunan pada indeks harga yang
diterima petani sebasar 0,10 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami
kenaikan sebesar 0,76 persen.
Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,10 persen terjadi karena
penurunan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 0,80 persen. Sedangkan tiga
subkelompok lainnya mengalami peningkatan yakni subkelompok ternak kecil (0,09 persen),
subkelompok unggas (1,37 persen), dan subsektor hasil ternak (1,41 persen). Peningkatan
indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,76 persen diakibatkan oleh peningkatan indeks harga
pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,05 persen, dan subkelompok biaya
produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,45 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)
Pada bulan Desember 2015, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTN) mengalami

penurunan sebesar 0,09 persen, yaitu dari 105,83 menjadi 105,73. Kondisi ini diakibatkan
peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,50 persen), lebih kecil dari peningkatan
indeks yang dibayar petani (0,58 persen).
Peningkatan nilai It sebesar 0,50 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks
harga pada subsektor budidaya ikan sebesar 0,81 persen. Sedangkan indeks harga pada
subsektor penangkapan ikan mengalami penurunan sebesar 0,83 persen. Kenaikan indeks harga
yang dibayar petani sebesar 0.58 persen terjadi diakibatkan kenaikan indeks harga pada
subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,77 dan
kenaikan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) mengalami
peningkatan sebesar 0,28 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di
wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Desember 2015 terjadi inflasi di
daerah perdesaan sebesar 1,10 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga
pada kelompok bahan makanan (2,42 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau (0,10 persen), kelompok perumahan (0,01), kelompok sandang (0,28 persen),

kelompok pendidikan rekreasi, olahraga (0,09 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi
(0,16 persen). Sedangkan indeks harga pada kelompok kesehatan mengalami penurunan sebesar
0,05 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

5

Tabel 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Menurut Kelompok Pengeluaran November 2015 - Desember 2015
(2012=100)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Desember 2015 terhadap Bulan sebelumnya
**) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Desember 2015 terhadap Bulan Desember 2014
***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Desember 2015 terhadap Bulan Desember 2014

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Desember 2015 sebesar 2,08 persen, sama
dengan nilai inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 2,08 persen.


Grafik 2
Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Desember 2014 – Desember 2015
(2012=100)

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

6

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DESEMBER 2015
HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 6,24 %


Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat
selama Desember 2015, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .




Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu
sebesar Rp 6.700,- per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah
berasal dari gabah kualitas GKP varietas Batu Bara , yaitu senilai Rp 4.300,00- per kg, terjadi di
Kabupaten Pasaman.



Tidak berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Desember 2015 rata-rata harga gabah kualitas
GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 6,24 persen dari Rp 5.111,90,- per kg
(November 2015) menjadi Rp 5.431,05,- per kg ( Desember 2015), dan di tingkat penggilingan naik
6,48 persen dari Rp 5.199,28,- per kg (November 2015) menjadi Rp 5.536,27,- per kg (Desember
2015). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat
dibandingkan.
Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat,

yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman.
Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Desember 2015 dibanding bulan November 2015 untuk
kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 6,24 persen dari Rp 5.111,90 per kg (November 2015)
menjadi Rp 5.431,05 per kg (Desember 2015). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP
naik sebesar 6,48 persen dari Rp 5.199,28,- per kg (November 2015) menjadi Rp 5.536,27,- per kg
(Desember 2015).
Tabel 3
Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan,
Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Desember 2015
Kelompok
Kualitas

Jumlah
Observasi

(1)

HHarga Pembelian
Rata-rata HargaP Pemerintah
Tkt Penggilingan
(
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
Rata-rata

Harga di Tk Petani (Rp/Kg)

(Rp/kg)

(%)

(7)

(8)

(9)

4.600,00,-

--

--

3.700,00,(Petani)

1731,05

46,78

3.750,00,(Penggilingan)

1786,27

47.63

--

--

--

--

--

--

--

--

Terendah

Tertinggi

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

GKG

0
(0,00%)

--

--

--

--

GKP

99
(100%)

4300,00-

6700,00,-

5.431,05-

5.536,27,-

0
(0 %)

--

--

--

99
(100,00)

--

--

--

KualitasRendah

Total

Selisih harga kol (5&6)
terhadap kol (7)

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Desember 2015 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten
Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.300,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di
Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.400,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

7

Kabupaten Tanah Datar , yaitu sebesar Rp6.700,00,- per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat
penggilingan juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar yaitu sebesar Rp 6.750,- per kg.
Tabel 4
Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat
Oktober 2015 s/d Desember 2015
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)

Tingkat Petani (Rp/Kg)

Kabupaten

Okt.’15

Nov’15

Des’15

% Perubahan
Bulan Des 2015
thd.Nov 2015

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1

Pes, Selatan

4.511 ,33

5.479 64

5 369, 53

2

Solok

5.098,00

5490,43

3

Tanah Datar

4.792,21

4

Pdg, Prmn.

5

No.

Okt.’15

Nov.’15

Des.’15

% Perubahan
Bulan Des 2015
thd.Nov 2015

(7)

(8)

(9)

(10)

-2,01

4.470,39

5.436,67

5.308,42

- 2,36

5 628,13

2,51

4.998,00

5.375,57

5.539,80

3,06

5.081,88

5.912,19

16,34

4.742,21

5.040,38

5.863,01

16,32

4.837,47

5.514,66

5.551,93

0,68

4.724,97

5.399,04

5.334,58

-1,19

Agam

4.615,00

5.135,00

5.362,50

4,43

4.552,50

5.085,00

5.290,00

4,03

6

50 Kota

4.562,67

4.960,00

5.336,67

7,59

4.440,00

4.813,33

5.170,00

7,41

7

Pasaman

4.561,68

4.733,33

5.592,95

18,16

4.525,00

4.633,33

5.511,52

18,95

4.711,33

5.199,28

5.536,27

6,48

4.636,15

5.111,90

5.431,05

6,24

(1)

Sumbar

Grafik 3
Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan
Dan HPP Sumatera Barat Des 2013 – Des 2015
5795,8

5800
5538,7

5199,3

5300

5536,3

Rata-rata Harga (Rp/Kg)

4966,1

4800

4698,9

4593,49
4912,7

4649,5

4643,3

5127,0

4681,0

4609,1

4994,9
4631,1
4890,8

4981,4

4553,5
4360,2

4656,8

4579,2

4300

4711,3

4584,4

4413,4

4450,3

3800
3300
2800
2300

Des-15

Nop-15

Okt-15

Sep-15

Agust-15

Jul-15

Jun-15

Mei-15

Apr-15

Mar-15

Feb-15

Jan-15

Des-14

Nop-14

okt-14

Sep-14

Agust-14

Jul-14

Jun-14

Mei-14

Apr-14

Mar-14

Feb-14

Jan-14

Des-13

1800

Bulan
Hargaa Gabah di Pen ggilingan
HPP di penggilingan

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal
17 Maret 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp
3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar
Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan September 2015 tidak ditemukan
kasus harga gabah yang berada di bawah HPP.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

8

Badan Pusat Statistik
Provinsi Sumatera Barat
Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si
Kepala Bidang Statistik Distribusi
JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135
Telp. (0751)442158,442159
Homepage : http://sumbar.bps.go.id
Email : [email protected]

Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 03/1/13/Th XIX,

4 Januari 2016

9