BPK RI Perwakilan Provinsi Maluku Peraturan Bupati Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pedoman Pembentukan Badan Usaha Milik Ohoi (BUMO)

SALINAN

BUPATI MALUKU TENGGARA
PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA
NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK OHOI (BUMO)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALUKU TENGGARA,
Menimbang

: a. bahwa untuk meningkatkan usaha perekonomian dan
pendapatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
potensi ohoi di Kabupaten Maluku Tenggara diperlukan
suatu wadah yang mengelola perekonomian Ohoi maka
dipandang perlu untuk membentuk Badan Usaha Milik Ohoi
(BUMO);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut
pada huruf a diatas, perlu membentuk Peraturan Bupati
tentang Pedoman Pembentukan Badan Usaha Milik Ohoi

(BUMO);

Mengingat

: 1. Undang-Undang
Nomor
60
Tahun
1958
Tentang
Pembentukan Daerah-daerah Swantantra Tingkat II dalam
Wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1645);
2. Undang-Undang
Nomor
10
Tahun
1992
tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3475);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4438);
5. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5234);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 264);
7. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana

8.

9.

10.

11.

12.


13.

14.

telah diubah dengan beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679);
Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1952 tentang
Pembubaran Daerah Maluku Selatan dan Pembentukan
Daerah Maluku Tengah dan Daerah Maluku Tenggara
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 264), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1953 tentang

Pembubaran Daerah Maluku Selatan dan Pembentukan
Daerah Maluku Tengah dan Daerah Maluku Tenggara
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 3);
Peraturan Pemerintah Nomor
38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
Peraturan Pemerintah Nomor
35 Tahun 2011 tentang
Pemindahan Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara dari
Wilayah Kota Tual ke Wilayah Kecamatan Kei Kecil
Kabupaten Maluku Tenggara Propinsi Maluku (Lembaran
Negara Tahun 2011 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5227);
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5539), sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5717);
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5558), sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5694);
Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 8
Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 04 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan

Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Maluku Tenggara
(Lembaran Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2015
Nomor 8 Seri D);
Peraturan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara Nomor 03
Tahun 2009 tentang Ratschap dan Ohoi (Lembaran Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2009 Nomor 09 Seri D).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN
BADAN USAHA MILIK OHOI.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kabupaten Maluku Tenggara.
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara.
c. Bupati adalah Bupati Maluku Tenggara.

d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Maluku Tenggara.
e. Ohoi adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memilik batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f. Badan Usaha Milik Ohoi selanjutnya disebut BUMO adalah badan usaha
yang didirikan di ohoi yang modal penyertaanya sebagian besar milik
pemerintah ohoi serta berfungsi untuk meningkatkan pendapatan asli Ohoi.
g. Pemerintahan Ohoi adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
h. Pemerintah Ohoi adalah kepala Ohoi dibantu perangkat Ohoi sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Ohoi.
i. Badan Saniri Ohoi selanjutnya disingkat BSO adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Ohoi dan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Ohoi.
j. Peraturan Ohoi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh
BSO dan Kepala Ohoi.
k. Keputusan Ohoi adalah semua keputusan yang diambil oleh Kepala Ohoi

setelah dimusyawarahkan/dimufakatkan dengan Badan Saniri Ohoi (BSO).
l. Peraturan Kepala ohoi dan/atau Keputusan Kepala Ohoi adalah pelaksanaan
dari Peraturan Ohoi.
m. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Badan Usaha Milik Ohoi.
n. Usaha Ekonomi Masyarakat adalah semua usaha ekonomi yang diusahakan
oleh, dari dan untuk masyarakat baik secara perorangan atau secara
kelompok.
o. Lembaga Keuangan Mikro Perdesaan adalah suatu lembaga yang bergerak di
bidang perkreditan dan merupakan milik masyarakat yang diusahakan serta
dikelola oleh masyarakat perdesaan.
p. Lembaga kemasyarakatan Ohoi atau yang disebut dengan nama lain adalah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan
merupakan mitra Pemerintah Ohoi dalam memberdayakan masyarakat.
q. Pelaksana Operasional adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat
setempat sabagai pelaksana operasional Badan Usaha Milik Ohoi.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Pendirian BUMO dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di
bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Ohoi dan/atau
kerja sama antar Ohoi.
Pasal 3
Tujuan pendirian BUMO, antara lain :
a. Meningkatkan perekonomian Ohoi;
b. Mengoptimalkan aset Ohoi agar bermanfaat untuk kesejahteraan Ohoi;
c. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Ohoi;
d. Mengembangkan rencana kerja sama antar ohoi dan/atau pihak ketiga;
e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
f. Membuka lapangan kerja;
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Ohoi; dan
h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Ohoi dan Pendapatan Asli Ohoi.

BAB III
TATA CARA PENDIRIAN BUMO
Pasal 4
(1) Pendirian BUMO disepakati melalui Musyawarah Ohoi.

(2) Hasil musyawarah Ohoi menjadi dasar bagi Pemerintah Ohoi dan Badan
Saniri Ohoi untuk menetapkan Peraturan Ohoi tentang Pendirian BUMO.
Pasal 5
(1) Pembentukan BUMO sebagaimana dimaksud pasal 4 didasarkan pada hasil
analisa usaha, yang dilakukan dan dibahas bersama antara Pemerintah
Ohoi dengan BSO.
(2) Pembentukan BUMO melalui kerja sama antar ohoi atau kerja sama dengan
pihak ketiga, didasarkan pada analisa usaha yang dilakukan oleh Tim
Persiapan Pembentukan BUMO yang dibentuk oleh pihak yang melakukan
kerja sama.
(3) Hasil analisa yang dibuat Tim Persiapan Pembentukan BUMO sebagaimana
dimaksud ayat (2) dibahas bersama pihak ketiga untuk dijadikan dasar
perjanjian kerja sama.
(4) Apabila hasil Analisa sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
menunjukan nilai positif pembentukan BUMO ditetapkan dengan Peraturan
Ohoi atau Peraturan Ohoi Bersama.
BAB IV
PRINSIP DASAR
Pasal 6
Prinsip dasar dalam mendirikan BUMO :
(1) Pemberdayaan, memiliki makna untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat, keterlibatan masyarakat dan tanggung jawab masyarakat.

(2) Keberagaman, bahwa usaha kegiatan masyarakat memiliki keberagaman
usaha sebagai bagian dari unit usaha BUMO tanpa mengurangi status
keberadaan dan kepemilikan usaha ekonomi masyarakat yang sudah ada.
(3) Partisipasi, pengelolaan harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat
agar senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap
perkembangan kelangsungan BUMO.
(4) Demokrasi, mempunyai makna bahwa dalam mengelola didasarkan pada
kebutuhan masyarakat dan harus diselenggarakan dalam perspektif
penyelenggaraan administrasi keuangan yang benar.
Pasal 7
Selain memperhatikan prinsip-prinsip dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal
6, pembentukan Badan Usaha Milik Ohoi harus memperhatikan prinsip-prinsip
usaha yang baik, yakni :
a. Dikelola secara profesional;
b. Berorientasi pada keuntungan (profit oriented);
c. Berkelanjutan;
d. Berwawasan lingkungan;
e. Mengembangkan kemitraan;
f. Kredibel dan akuntabel.

BAB V
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BUMO
Bagian Kesatu
Organisasi, Tata Kerja, Pengurusan dan Masa Bakti
Pasal 8
(1) Organisasi BUMO berada di luar struktur organisasi Pemerintah Ohoi.
(2) Organisasi BUMO dirumuskan dalam musyawarah Ohoi dan ditetapkan
dengan Peraturan Ohoi.
(3) Organisasi BUMO sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan
kebutuhan Ohoi dan sekurang-kurangnya terdiri dari : Pembina, Pelaksana
Operasional dan Badan Pengawas.
(4) Susunan Organisasi Kepengurusan terdiri dari :
a. Penasehat;
b. Pelaksana Operasional;
c. Pengawas.
(5) Penasehat secara ex officio dijabat oleh Kepala Ohoi bersangkutan.
(6) Direksi dan Kepala Unit Usaha, ditunjuk oleh masyarakat setempat
berdasarkan musyawarah yang dituangkan dalam Berita Acara.
(7) Kepengurusan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Ohoi dan disampaikan
kepada Bupati melalui Camat.
(8) Masa bakti kepengurusan BUMO selama 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih
kembali untuk masa bakti berikutnya.
Pasal 9
(1) Penasehat BUMO dalam melakukan tugasnya berkewajiban :
a. Memberikan nasehat kepada pelaksana Operasional dalam melaksanakan
pengelolaan BUMO;
b. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting dalam pengelolaan BUMO;

c. Mengawasi pelaksanaan kegiataan usaha apabila terjadi gejala
menurunnya kinerja kepengurusan.
(2) Untuk melaksanakan kewajibannya, Penasehat mempunyai kewenangan :
a. Meminta penjelasan dari pengurus mengenai segala persoalan yang
menyangkut pengelolaan usaha;
b. Melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat merusak
kelangsungan dan citra BUMO.
Pasal 10
(1) Pemilihan Pelaksana Operasional dan Kepala Unit Usaha dipilih berdasarkan
persyaratan sebagai berikut :
a. Warga ohoi yang mempunyai jiwa wirausaha;
b. Bertempat tinggal dan menetap di ohoi sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun;
c. Berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, penuh pengabdian
terhadap perekonomian ohoi;
d. Pendidikan minimal setingkat SMU/Madrasah Aliyah/ SMK atau
sederajat.
(2) Kepengurusan BUMO mendapat gaji dan tunjangan penghasilan yang
besarnya disesuaikan dengan kemampuan dan keuntungan usaha.
Pasal 11
(1) Masa bakti kepengurusan pengurus dan kepala unit usaha ditetapkan 3
(tiga) tahun dan setelah itu dapat dipilih kembali untuk kepengurusan
berikutnya.
(2) Kepengurusan dapat diberhentikan, jika :
a. Telah selesai masa bakti sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUMO;
b. Meninggal dunia;
c. Mengundurkan diri;
d. Tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kinerja BUMO;
e. Terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka.
Pasal 12
(1) Tugas Pelaksana Operasional sebagai berikut :
a. Melaksanakan dan mengembangkan BUMO agar menjadi lembaga yang
melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum masyarakat
Ohoi;
b. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Ohoi untuk
meningkatkan pendapatan asli Ohoi;
c. Melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga perekonomian lainnya
yang ada di Ohoi.
(2) Pelaksanaan Operasional berkewajiban :
a. Menyampaikan rencana operasional BUMO dan target-target yang akan
dicapai kepada penasehat;
b. Mempertanggung jawabkan operasional kegiatan BUMO dalam kaitanya
dengan pencapaian target yang telah ditetapkan kepada penasehat;
c. Melaksanakan kebijkan yang ditetapkan Penasehat;
d. Laporan keuangan unit usaha;
e. Progress kegiatan dalam bulan berjalan;
f. Pengurus menyampaikan laporan dari seluruh kegiatan usaha kepada
penasehat setiap tiga bulan sekali;

g. Laporan secara keseluruhan dalam 6 (enam) bulan harus diketahui oleh
warga Ohoi dalam suatu musyawarah Ohoi.
Bagian Kedua
Jenis Usaha BUMO
Pasal 13
(1) Pengaturan jenis usaha dan pengelolaan BUMO diatur dalam Keputusan
Kepala Ohoi.
(2) Jenis usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa :
a. Unit Jasa : Simpanan, Pinjaman, Perkreditan, Unit Usaha Pengelolaan
Sarana Air Bersih, Listrik Desa, Sewa Alat Pesta, Biro Jasa, Jasa
Kontruksi, Jasa Percetakan, Pembayaran Elektronik, Telekomunikasi
Desa, Wisata, Angkutan Perdesaan, Pengelolaan Balai Latihan dan
Keterampilan Tenaga Kerja, Sewa Gedung, Pengelolaan Limbah Sampah
(Bank Sampah);
b. Unit Perdagangan Umum : Penyalur dan Penyediaan 9 (Sembilan) Bahan
Pokok, Penyalur dan Penyediaan Saprodi, Pupuk dan Bibit
Pertanian/Perkebunan, Peternakan, Perikanan, Konveksi, Industri Rumah
Tangga dan Produk Agro industri lainnya;
c. Unit Industri Agraris, Extraktif dan kerajinan rakyat.
Pasal 14
(1) Dalam hal pengembangan Badan Usaha Milik Ohoi yang dilakukan oleh dua
ohoi atau lebih, maka pengembangannya dilakukan dengan keputusan
bersama antar ohoi yang bersangkutan.
(2) Peraturan Ohoi dan Keputusan bersama antar Ohoi sebagaimana maksud
dalam ayat (1) pasal ini disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari sejak tanggal ditetapkan untuk dilakukan penilaian.
(3) Apabila Peraturan Ohoi dimaksud bertentangan dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten,
Propinsi atau Pemerintah Pusat, maka Bupati dapat membatalkan Peraturan
Desa tersebut dan pemberitahuan pembatalan disampaikan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal diterimanya Peraturan Desa
tersebut oleh Bupati.
(4) Badan Usaha Milik Ohoi berkedudukan di Ohoi.
Bagian Ketiga
Permodalan
Pasal 15
(1) BUMO mendapatkan modal pangkal untuk melaksanakan kegiatankegiatannya dari kekayaan Ohoi atau kekayaan Ohoi yang dipisahkan dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Ohoi (APBOhoi), serta dari Lembaga
Keuangan yang ada di Ohoi dan sudah diserahkan kepada masyarakat.
(2) BUMO dapat memperoleh modal dari bantuan Pemerintah (APBD Kabupaten,
APBD Propinsi, APBN).
(3) BUMO dapat memperoleh modal dari sumber lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.
(4) BUMO dapat memperoleh permodalan dari penyertaan modal pihak ketiga /
swasta.

(5) BUMO dapat memperoleh permodalan dari pinjaman melalui lembaga
keuangan perbankan atau lainnya yang pengaturan pinjamannya dilakukan
oleh atas nama Pemerintah Ohoi dan diatur dalam Peraturan Kepala Ohoi.

Bagian Keempat
Pengelolaan Barang
Pasal 16
Perencanaan kebutuhan, tata cara pengadaan, pendistribusian, penyimpanan,
pemeliharaan, inventaris dan perubahan status hukum barang BUMO setelah
mendapatkan persetujuan dari pembina.

Bagian Kelima
Bagi Hasil Usaha
Pasal 17
Pembagian hasil usaha dari pendapatan BUMO ditetapkan berdasarkan
presentasi dari hasil penerimaan netto dengan berpedoman pada prinsip kerja
sama yang saling menguntungkan yang pengaturannya ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Bagian Keenam
Perikatan/Kerja Sama Dengan Pihak Ketiga
Pasal 18
BUMDes dapat membuat perikatan/kerja sama dengan pihak ketiga dengan
ketentuan :
1. Apabila perikatan kerja sama dimaksudkan memerlukan jaminan harta benda
yang dimiliki atau dikelola BUMO yang mengakibatkan beban utang, maka
rencana perikatan/ kerja sama tersebut harus mendapatkan persetujuan
Penasehat dan disetujui oleh masyarakat dalam musyawarah Ohoi;
2. Apabila perikatan/kerja sama dimaksud tidak memerlukan jaminan harta
benda yang dimiliki atau dikelola BUMO dan tidak mengakibatkan beban
hutang, maka rencana kerja sama tersebut diberitahukan kepada penasehat;
3. Dalam mengelola asset ohoi, BUMO dapat bekerja sama dengan pihak ketiga
atas persetujuan Pemerintah Ohoi;
4. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada angka 3 dituangkan dalam bentuk
Peraturan Desa dan disampaikan kepada Bupati melalui Camat;
5. Jangka waktu kerja sama dimaksud pada angka 1, angka 2 dan angka 3
maksimum 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

Bagian Ketujuh
Mekanisme Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Pasal 19
(1) Pengelolaan kegiatan BUMO harus dilakukan secara transparan artinya dapat
diketahui, diikuti, dipantau, diawasi dan dievaluasi oleh warga masyarakat
ohoi secara tertulis.

(2) Pengelolaan kegiatan harus akuntabel, mengikuti kaidah yang berlaku
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada warga masyarakat di Ohoi.
(3) Warga masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pelestarian kegiatan.
(4) Pengelolaan kegiatan perlu berkelanjutan, yang dapat memberikan hasil dan
manfaat kepada warga masyarakat.
(5) Pengelolaan kegiatan perlu akseptabel, yakni berdasarkan kesepakatan antar
pelaku dalam warga masyarakat Ohoi sehingga memperoleh dukungan dari
semua pihak.
Pasal 20
(1) Pertanggungjawaban BUMO, dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga.
(2) Sistem pelaporan kepada masyarakat maupun kepada pihak-pihak tertentu,
dibuat berdasarkan jenis usaha, dengan sistematika sebagai berikut :
a. Pendahuluan, memuat latar belakang, maksud tujuan usaha;
b. Kegiatan usaha memuat tata kelola usaha, tenaga kerja, produksi,
penjualan/pemasaran, keuntungan dan kerugian;
c. Hambatan, memuat pengadaan bahan baku, pemasaran, tenaga kerja,
permodalan dan mitra usaha.

Bagian Kedelapan
Kepailitan BUMO
Pasal 21
(1) Kerugian yang dialami dalam pengelolaan unit usaha BUMO yang terjadi di
Ohoi menjadi tanggung jawab BUMO.
(2) Apabila BUMO tidak mampu menanggung segala kerugian yang ditimbulkan,
maka dapat dilakukan musyawarah bersama Pembina, Badan Pengurus
BUMO dan Pengawas serta masyarakat untuk memutuskan kerugian unit
usaha yang terjadi.
(3) Unit usaha milik BUMO yang tidak mampu menutupi kerugian dengan aset
dan kekayaan yang tersedia, dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai kepailitan.

BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 22
(1) Pembinaan terhadap BUMO dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Maluku Tenggara dan Kecamatan sesuai dengan tugas dan fungsi.
(2) Badan/Dinas/Lembaga yang berkaitan dengan kegiatan BUMO dapat
melakukan fasilitasi teknis manajemen melalui pelatihan, pendampingan dan
monitoring serta evaluasi BUMO.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara.

Ditetapkan di Langgur
Pada tanggal, 5 Februari 2016
BUPATI MALUKU TENGGARA,

Cap/ttd.
ANDERIAS RENTANUBUN

Diundangkan di Langgur
Pada tanggal, 5 Februari 2016
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN MALUKU TENGGARA,

Cap/ttd.
PETRUS BERUATWARIN

BERITA DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2016 NOMOR
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM,

P. B. ROY RAHAJAAN, SH, M.Si
NIP. 19680529 198803 1 004