Konsep Dasar Stres | Karya Tulis Ilmiah Konsep Dasar Stres

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:41 2017 / +0000 GMT

Konsep Dasar Stres
LINK DOWNLOAD [45.16 KB]
1 Pengertian Stres
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Hawari, 2001).
Stres merupakan suatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi, atau mendapatkan
keuntungan (Swarth, 2002).
Stress adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespon atau melakukan
tindakan (Selye, 1976 dalam Potter dan Perry, 2005)
Jadi menurut Hawari, Swarth dan Selye Stres adalah reaksi tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita
yang juga merupakan bagian dari system pertehanan yang membuat kita tetap hidup.
2 Jenis Stres
Mengalami kondisi stres adalah kondisi yang normal karena dalam setiap kehidupan merupakan suatu stress. Kondisi stress yang
dihadapi seseorang dibagi dalam dua jenis (wong, 1995 : 106-113 dalam Nasir, 2011).
2.1 Stres biasa
Tekanan yang harus ditanggung dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Stres luar biasa
Tekanan sangat hebat yang disebabkan peristiwa traumatik. (Selye, 2004) menjelaskan tentang jenis stress dan membaginya menjadi
3, yaitu :


- Stress akut
Stress akut diakibatkan oleh ketegangan hidup sehari-hari mencakup situasi yan g tidak menyengkan. Stress akut muncul secara
tiba-tiba dan hanya sementara, serta masih dapat dikendalikan. Penderita stress akut dapat menolak untuk berubah hingga dirinya
dan orang-orang disekelilingnya.

- Stress kronik
Stress kronik yaitu stress yang diakibatkan oleh masalah-masalah keluarga yang berkepanjangan. Stress ini bersifat jangka panjang,
penderita tidak mempunyai problem solving dari situasi yang penuh stress.

- Stress traumatic
Stress traumatic merupakan dampak dari sebuah tragedi yang luar biasa. Gejala stress traumatik dapat berupa kenangan terhadap
suatu peristiwa yang menyebabkan trauma dan berlanjut dengan meningkatnya kepekaan terhadap peristiwa kecil pada tahun-tahun
berikutnya
Menurut (Nasir dan Muhith, 2011:76) ada dua jenis stress, yaitu ?baik? dan ?buruk?. Stress melibatkan perubahan fisiologis yang
kemungkinan dapat dialami sebagai perasaan yang baik pleasure (eustres) atau anxiousness (distress).
a) Stress yang baik atau eustres
Sesuatu yang positif. Stress dikatan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang
lain maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga.
b) Stress yang buruk atau distress

Stress yang bersifat negative. Distress dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu yang buruk, di mana respon yang
digunakan selalu negative dan ada indikasi mengganggu intregitas diri sehingga bias diartikan sebagai sebuah ancaman.
3 Reaksi Stress
Bila individu mengalami stress, maka semua fungsi tubuh bereaksi dan bekerja untuk menghadapi stress yang menekan. Tubuh akan
merasa terancam dan siaga dalam menghadapi tekanan-tekanan atau ketegangan-ketegangan karena stress. Reaksi stress adalah suatu

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/7 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:41 2017 / +0000 GMT

tanda terhadap bahaya sebagai mekanisme untuk mempertahankan hidup. Reaksi stress tersebut merupakan alarm yang
memungkinkan seseorang untuk terus berjaga-jaga, membela diri dan tetep bertahan (waitz, 1984 :1 dalam Nasir dan Muhith, 2011).
Manusia memiliki cara-cara dalam bereaksi tehadap stress. Ada 2 cara dalam bereaksi terhadap stress yaitu (Wong, 1995:107-108
dalam Nasir, 2011) :
3.1 Reaksi biologis
Merupakan suatu pertahananyang dilakukan oleh tubuh dan terjadi secara biologis, sejumlah adrenalin beredar dalam tubuh dan
otot-otot menegang, jantung memompa keras, tekanan darah naik sehingga tubuh siap menghadapi stress.

3.2 Reaksi psikologis
Merupakan pertahanan yang dilakukan oleh tubuh dengan mekanisme pertahanan diri dalam bentuk penyangkalan terhadap adany
asters yang merupakan mekanisme pertahanan diri untuk melindungi psikisnya. Sejumlah reaksi biolaogis dan psikologis yang
sangat rumit berlangsung untuk membuat seseorang bertahan terhadap situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Individu akan
memperbesar dan melebih-lebihkan stress, sehingga stress menempati setiap bagian dalam pikiran (Wong, 1995:108 dalam Nasir
dan Muhith, 2011).
3.3 Jenis reaksi stress
Ada berbagai jenis reaksi stress yang umunya dialami manusia (Patel, 1996:78 dalam Nasir dan Muhith, 2011).

Too little stress. Dalam kondisi ini, seseorang belum mengalami tantangan yang berat dalam memenuhi kebutuhan pribadinya.
Seluruh kemampuan belum sampai dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya kebosanan dan kkurangnya
makna dalam tujuan hidup.
Optimun stress. Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang saat berada di ?atas? maupun ?bawah? akibat proses manajemen
yang baik oleh dirinya. Kepuasan kerja dan perasaan individu dalam meraih prestasi menyebabkan seseorang mamapu menjalani
kehidupan dan pekerja sehari-hari tanpa menghadapi masalh yang terlalu banyak atau rasa lelah yang berlebihan.
Too much stress. Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang terlalau banyak setiap hari. Dia mengalami
kelelahan fisik maupun emosional. Serta tidak mampu menyediakan waktu untuk beristirahat atau bermain. Kondisi ini dialami
secara terus-menerus tanpa memperoleh hasil yang diharapkan.
Breakdown stress. Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan usahanya pada kondisi yang statis, kondisi akan
berkembang menjadi adanya kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikosomatis.

4 Sumber Stress
Ada beberapa sumber stress yang berasal dari lingkungan, di antaranya adalah lingkungan fisik, seperti : populasi udara, kebisingan
dan lingkungan kontak social yang bervariasi serta kompitisi hidup yang tinggi. Selain itu, sumber stress yang lain meliputi hal-hal
berikut (Atkitson, 1990 dalam Nasir dan Muhith, 2011):
4.1 Dalam Diri Individuiri seseorang
Tingkatan stress yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu, selain itu stress juga akan muncul dalam dalam
diri seseorang melalui dorongan-dorongan yang saling berlawanan. Kecenduerungan ini menghasilkan tipe dasar konflik (Wieten,
1992 dalam Nasir, 2011) yaitu sebagai berikut :

Konflik pendekatan-pendekatan (approach-avoidance). Yaitu kondisi yang mengharuskan individu mengambil keputusan antara 2
hal tetapi individu mengalami ketakutan untuk menentukan keputusannya karena akibat yang di tmbulkan.
Konflik pendekatan gamda (approach-aprpoach), yaitu kondisi yang mengharuskan individu memilih satu hal walaupun
kedua-duanya sangat si senangi.sikap berlebihan dalam mencapai cita-cita dan mematuhi norma-norma yang di anut. Tekanan dari
luar berupa tuntutan dari lingkungan.
Konflik penolakan ganda (avoidance-avoidance), yaitu kondisi yang mengharuskan individu memilih salah satu dan kedua hal
tersebut tidak disenangi.
4.2 Dalam keluarga
Stress yang muncul dapat bersumber dari interaksi diantara para anggota keluarga, Yaitu hubugan antara anggota keluarga serta
segala permasalahan yang di hadapi, antara orang tua dan anak, adik dan kakak, hal tersebut yang dapat memicu timbulnya stress.


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/7 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:41 2017 / +0000 GMT

4.3 Dalam kimunitas dan lingkungan
Interaksi individu di luar linkungan keluarga dapat menjadi sumber stress, baik interaksi antara teman sebaya maupun dengan orang
yang lebih tua.
Keadaan stress dapat pula bersumber pada hal berikut (Maramis, 2004):
a) Frustasi
Frustasi timbul bila ada hambatan dalam mencapai tujuan individu. Frustasi dapat berasal dari luar seperti bencana alam, kecelakaan
dan kegagalan dalam usaha sehingga penilaian diri menjadi buruk karena kebutuhan rasa harga diri kurang terpenuhi.
b) Konflik
Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan, di mana masing-masing perilaku tersebut butuh untuk
diekspresikan atau malah saling memberatkan.
c) Tekanan (strain)
Tekanan dapat menimbulkan masalah penyusaian baik tekanan kecil yang terjadi sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam
berupa sikap berlebihan dsalam mencapai cita-cita dan mematuhi norma-norma yang di anut.tekanan dari luar berupa tuntunan dari

lingkungan untuj menentukan keputusan.
d) Krisis
Krisis adalah suatu keadaan yang mendadak dan menimbulkan stress pada individu atau kelompok.
5. Tahapan stres
Menurut (Hawari, 2005) tahapan ? tahapan stres sebagai berikut :

- Stres tahap I, yaitu: Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan ?
perasaan sebagai berikut: (1) Semangat besar, (2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, (3) Energi dan gugup
berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasa. Tahap ini biasanya menyenangkan dan orang lalu
bertambah semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energi sedang menipis.
- Stres tahap II, yaitu: Dalam tahapan ini dampak stres yang paling menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan ?
keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagicukup sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut : (1)
Merasa letih sewaktu bangun pagi, (2) Merasa lelah sesudah makan siang, (3) Merasa lelah menjelang sore hari, (4)
Terkadang gangguan pada sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang - kadang jantung berdebar - debar, (5)
Perasaan tegang pada otot - otot punggung dan tengkuk (belakang leher), (6) Perasaan tidak bisa santai.
- Stres tahap III, yaitu : Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai dengan gejala - gejala : (1) Gangguan usus
lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakng), (2) Otot ? otot terasa lebih tegang, (3) Perasaan tegang yang
semakin meningkat, (4) Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu
pagi), (5) Badan terasa mau pingsan, (6) Pada tahap ini penderita harus berkonsultasi dengan dokter kecuali beban stress
dikurangi.

- Stres tahap V, yaitu : Pada tahap ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk dengan ciri-ciri : (1) Untuk tetap
bertahan setiap hari terasa sulit, (2) Kegiatan - kegiatan yang menyenangkan kinitersa sulit, (3) Kehilangan kemampuan
untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial, dan kegiatan rutin lainnya terasa berat, (4) Sulit tidur, mimpi ? mimpi
menegangkan dan terbangun dini hari, (5) Perasaan negativistik, (6) Konsentrasi menurun tajam, (7) Persaan takut yang tidak
jelas penyebabnya.
- Stres tahap V, yaitu : Pada tahap ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV, yaitu : (1) Keletihan yang
mendalam, (2) Kurangnya kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang sederhana, (3) Gangguan sistem pencernaan
(maag), sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan sering kebelakang.
- Stres tahap VI, yaitu: Pada tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Gejala ? gejala
pada tahap ini yaitu : (1) Debar jantung yang keras, (2) Nafas sesak, (3) Badan gemetar, tbuh dingin, keringat bercucuran, (4)
Ketidak mampuan melakukan hal - hal yang ringan, pingsan.
6. Gejala stress
Pada umumnya gejala stress lebih mudah dikenal daripada penyebabnya, baik gejala yang muncul secara fisik, psikis, emosional
maupaun yang berhubungan dengan interpersonal. Gejala stress seperti setelah adanya reaksi terhadap stress. Saat tubuh bereaksi
terhadap stress baik secara biologis, fisiologis maupun psikologis selanjutnya akan memunculkan gejala stress yang muncul

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/7 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:41 2017 / +0000 GMT

diantaranya sebagai berikut (Waitz, 1994:42-68 dalam Nasir, 2011) :
6.1 Kegugupan dan kecemasan
Kegugupan bias di alami individu saat menghadapi situasi baru atau situasi yang menurut induvidu untuk melakukan sesuatu yang
membuatnya tidak tenang. Sementara kecemasan muncul karena ketegangan saraf yang terlalu besar dalam jangka waktu lama saat
individu menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dan keadaan tersebut selalu mencul dalam bidang kehidupan yang lain tanpa
diketahui penyebabnya.
6.2 Mudah tersinggung (irirtabilitas)
Stress yang memebawa pada keadaan iritabilitas menyebabkan stress lebih besar dan akan berakibat pula pada problem fisik.
Iritabilitas juga merupakan suatu gejala dari stress terutama kepekaan terhadap bunyi.
6.3 Kelelahan kronis
Individu yang mengalami ketegangan tinggi dalam jangka waktu lama akhirnya mudah lelah, makin lama ketegangan tersebut makin
cepat lelah. Kegugupan yang berhubungan dengan stress juga akan menghabiskan tenaga, semakin lama seseorang beraktivitas maka
akan cepat lelah.
6.4 Rasa takut pada problem
Adanya reaksi menarik diri dari problem serta munculnya persaan cemas bahwa akan timbul problem baru pada beberapa individu.
Individu mengembangkan fobia konflik yaitu suatu rasa takut yang amat besar untuk berkonflik dengan orang lain dan menganggap
rendah diri sendiri.

6.5 Hilangnya spontanitas
Stress dapat menyebabkan keadaan yang menyedihkan, sehingga akan menyebabkan hilangya spontanitas.
6.6 Susah tidur
Dengan suatu problem yang memebuat individu merasa tegang, cemas selalu akan mengalami sulit tidur sebagai factor pembangun
energy yang terpenting, aktivitas tidur menjadi suatu kewajiban yang mutlak dalam kehidupan individu agar berfungsi secara
normal. Adanya reaksi biologis terhadap stress seperti adrenalin meningkat, jantung memompa keras dan aliran darah
meningkatnmenyebabkan seseorang menjadi terus terjaga, mengalami kecemasan yang pada akhirnya mengganggu kemampuan
untuk dapat tidur secara memadai.
Tidak semua gejala stress mudah dikenali, gejala stress yang timbul pada setiap orang berbeda. Ada beberapa gejala yang perlu juga
diwaspadai sebagai suatu perubahan (Hawari, 2004) :

- kenaikan darah
- Cepat marah dan tersinggung
- Gelisah
- Nafsu makan hilang atau bertambah secara tidak wajar
- Tidak bias berkonsentrasi penuh
7 . Faktor yang mempengaruhi respon terhadap stress
Respon terhadap stress segala bentuk stressor bergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian, dan karakteristik perilaku, sperti juga
halnya sifat dari stressor tersebut. Sifat stressor mencakup factor-faktor berikut ini (Lazarus dan Folkman, 1984 dalam Potter dan
Perry, 2005) :


- Intensitas
- Cakupan
- Durasi
- Jumlah dan sifat stressor
8. Respons terhadap stress
Ada beberapa respon yang menurut (Potter dan Perry, 2005:480), yaitu:
8.1 Respons fisiologis
Menurut (Selye, 1946 dalam Potter dan Perry, 2005) mengidentifikasikan 2 respons fisiologis terhadap stress :

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/7 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:42 2017 / +0000 GMT

- Sindrom adaptasi local (LAS)
Adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya.
LAS mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Respons yang terjadi setempat; respons ini tidak melibatkan seluruh system tubuh.
b) Respons adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlikan untuk menstimulasinya.
c) Respons adalah berjangka pendek. Respons tidak terdapat terus-menerus.
d) Respons adalah restorative, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan homeostasis region atau bagian tubuh.

- Sindrom adaptasi umum (GAS)
Adalah respons fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respons ini melibatkan beberapa system tubuh, terutama system saraf
otonom dan system endokrin.
8.2 Respons psikologis
Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respons adaptasif psikologis dan fisiologis, ketika seseorang terpejam pada stressor,
maka kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan darah terganggu. Gangguan atau ancaman ini, baik yang actual atau yang
diserap, menimbulakan frustasi, ansietas, dan ketegangan (Kline-Leidy, 1990). Perilaku adaptif psikologis individu membantu
kemampuan seseorang untuk menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksaan stress didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima dan berhasil. Perilaku adaptif
psikologis dapat kontruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan
konflik. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas, kemapuan pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat
berat. Perilaku adaptif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping.
9 . Alat ukur kekebalan stress
Untuk mengetahui taraf kekebalan terhadap stress dari seseorang telah di kembangkan semacam alat ukur yang dikenal dengan
sebutan Skala miller dan Smith. Pada alat ukur ini terdapat 20 aktifitas kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh orang, yang
masing-masing jenis aktifitas diberi nilai (score) dari 1 hingga 5. Nilai angka (score) 1 artinya hampir selalu dikerjakan, sedangkan
nilai angka 5 artinya tidak pernah di kerjakan. Sedangkan nilai angka 2, 3dan 4 adalah berada diantara 1 dan 5. Pengukuran
kekebalan ini dapat dilakukan oleh diri yang bersangkutan (self assessment). Ke 20 butir aktifitas kehidupan sehari-hari yang
dimaksud adalah table 2.1 sebagai berikut :
Table 2.1 alat ukur kekebalan stress menrut Hawari:2001

no
Aktivitas kehidupan sehari-hari
Nilai (score) 1-5

Tiap hari saya sedikitnya sesekali menghadapi makanan hangat dan berimbang.
12345

Sedikitnya empat malam dalam seminggu saya tidur 7-8 jam.
12345

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/7 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:42 2017 / +0000 GMT

Saya secara teratur menerima dan member kasih sayang.
12345

Sedikitnya saya mempunyai seorang saudara dalam jarak 75 km yang bisa saya andalkan.
12345

Setidaknya dua kali dalm seminggu saya gerak badan sampai berkeringat.
12345

Saya tidak merokok, kalaupun merokok kurang dari 10 batang sehari.
12345

Saya tidak minum alcohol, kalaupun minum kurang dari 5 kali dalam seminggu.
12345

Berat badan saya sesuai dengan tinggi badan.
12345

Saya mempunyai penghasilan cukup untuk menutupi pengeluaran pokok.
12345

Saya memperoleh kekuatan dari agama saya.
12345

Saya secara teratur menghadiri kegiatan-kegiatan social atau klub.
12345

Saya mempunyai lingkungan sahabat dan kenalan.
12345

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/7 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:31:42 2017 / +0000 GMT

Saya mempunyai sahabat satu atau lebih kepada siapa saya dapat percanyakan soal-soal pribadi saya.
12345

Kesehatan saya baik (termasuk mata, telinga dan gigi).
12345

Saya berbicara terus terang mengutarakan perasaan hati di waktu marah atau gelisah.
12345

Saya secara teratur bercakap-cakap dengan orang-orang dengan siapa saya tinggal, soal urusan domestic mesalnya kebersihan rumah
dan kehidupan sehari-hari.
12345

Setidaknya seminggu sekali saya melakukan sesuatu untuk hiburan.
12345

Saya bisa mengatur waktu secara efektif.
12345

Sahari-hari saya minum air ?putih? dan tidak minum kopi, the atau cola; kalaupun minum kurang dari 3 cangkir seahari.
12345

Saya setiap hari mencari waktu untuk menenangkan diri.
12345

Sumber : (Hawari, 2001:59-61)
Untuk memperoleh nilai sejauh mana derajat kekebalan seseorang terhadap stress, maka nilai angka (score) dari ke 20 butir aktifitas
keseharian di atas dijumlahkan; dari penjumlahan tadi lalu dikurangi dengan angka 20. Jumlah nilai angka kurang dari 30, orang
tersebut kebal. Jumlah nilai angka di atas 50-80 orang tersebut tidak kebal terhadap stress.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/7 |