KARYA TULIS ILMIAH BIOLOGI. docz

KARYA TULIS ILMIAH BIOLOGI
“PEMANFAATAN TOMAT BUSUK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN
MIKROORGANISME LOKAL (MOL)”
OLEH:
FATMA ZAHRA
XII IPA 1
GURU PEMBIMBING: NOFIARDI S,Pd
SMAN 1 LEMBAH GUMANTI
KABUPATEN SOLOK
TP.2013/2013
KATA PENGANTAR

1.
2.
3.
4.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya, karya
tulis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah
untuk melengkapi tugas biologi dengan judul “PEMANFAATAN TOMAT BUSUK SEBAGAI
BAHAN PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)”

Dalam penulisan karya tulis ini penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun, berkat bimbingan dari
berbagai pihak, akhirnya karya tulis ini dapat diselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
Bapak Nofiardi,S.Pd, yang telah memberi bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan, restu, dan motivasi untuk
memudahkan dan mengiringi langkah penulius dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Semua referensi baik media cetak maupun media elektronik.
Penulis sadar,sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
karya tulis ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat positif guna penulisan karya tulis yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.

Alahan Panjang, Oktober 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………….............................1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..........................2

1.3 Hipotesa……………………………………………………………………………………3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat………………………………………………………………….………4
2.2 Tanaman Bawang Merah…………………………………………………........................6
2.3 Mikroorganisme Lokal (MOL)………………………………………………………..….7
2.4 Fermentasi……………………………………………………………………………….10
2.5 Peta Konseptual………………………………………………………………………...11
BAB III METODE PENENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian……………………………………………………………………….…..12
3.2 jadwal pelaksanaan………………………………………………………………….……12
3.3 Obyek Penelitian…………………………………………………………………….…...12
3.4 Variabel…………………………………………………………………………………..12
3.5 Alat dan Bahan…………………………………………………………………………...13
3.6 Cara Kerja……………………………………………………………………………...…13

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………………………………….…..15

4.2 Pembahasan ………………………………………………………………………...……16
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………………………..................19
B. Saran…..……………………………………………………………………… ………….19
DAFTAR PUSTAKA ............................................ ...............................................................20
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecematan Lembah Gumanti adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Solok yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian yang menonjol
adalah tomat. Tomat adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae dengan nama ilmiah Solanum
lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tomat
merupakan tanaman asli dari kawasan Meksiko hingga Peru tumbuhan asli Amerika Tengah dan
Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in

America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai yang menonjol dari barat
Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman
tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol kemudian juga membawa tomat ke Filipina,

yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Tomat merupakan
tumbuhan siklus hidup singkat, yang dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tanaman tomat tidak hanya bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan, tetapi juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) melalui proses pembusukan dan
fermentasi.
Menurut Hadinata (2008), Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian,
perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk
mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum,
rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan
air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi
basi, dan urin sapi .
Ferdiaz (1992), mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam
proses fermentasi terutama karbohidrat , sedangkan asam amino hanya dapat difermentasikan
oleh berbagai jenis bakteri tertentu.
Menurut Purwasasmita dan Kunia, (2009) MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan
juga mengandung mikrob yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang

pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan
yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk
hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida .
Banyaknya produksi tanaman tomat khususnya di daerah Kec. Lembah Gumanti dan
sekitarnya seringkali menimbulkan masalah bagi lingkungan, karena tidak semua hasil panen
habis terjual, sehingga di lahan pertanian maupun di pasar-pasar sering kali ditemukan limbah
tomat atau buah tomat yang membusuk.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pemanfaatan Tomat Busuk Sebagai Bahan Pembuatan Mikroorganisme Lokal
(MOL)”.
1.2 Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
e.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
Apakah yang dimaksud dengan tanaman tomat?
Apakah yang dimaksud dengan tanaman bawang merah?

Apakah yang dimaksud dengan mikroorganisme lokal (MOL) ?
Apakah yang dimaksud dengan fermentasi?
Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman
bawang?

1.3 Hipotesa
Hipotenusa dari penelitian ini adalah :
a. Tomat busuk dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
b. Pemberian larutan MOL tomat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang.
1.4 Manfaat dan Tujuan penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis sebagai bahan untuk melengkapi tugas biologi yang diberikan oleh guru
pembimbing dan sebagai bahan acuan untuk mengenal lebih dalam mengenai pembuatan MOL
dari tomat serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman bawang.
b. Bagi pembaca agar bisa memanfaatkan tomat sebagai bahan pembuatan MOL dan
menjadikannya sebagai pupuk yang ramah lingkungan guna menjaga lingkungan.
a.
b.
c.
d.

e.

Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanaman tomat.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanaman bawang merah
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mikroorganisme lokal (MOL).
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fermentasi.
Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman
bawang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat
2.1.1 Pengertian Tomat
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga
Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat
merupakan tumbuhan siklus hidup singkat yang dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tanaman tomat merupakan tanaman yang secara lengkap diklasifikasikan ke dalam golongan
sebagai berikut:
Divisio
: Spermatophyta

Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicum
Spesies
: Lycopersicum esculentum Mill (Redaksi Agromedia, 2007).
Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan
berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika
Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga
kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di

seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah
di wilayah beriklim Mediterania.


Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), ciri morfologi tanaman tomat adalah batang
tomat muda berbentuk silinder dan lunak bila sudah tua akan berbentuk segi empat dan sedikit
berkayu sehingga mudah patah, diameter batang dapat mencapai 4 cm serta mempunyai banyak
cabang. Pada ujung batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif
membentuk daun dan bunga. Menurut Budijaya (1997), ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya
bulu-bulu halus di seluruh permukaannya. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas,
yakni pada kedalaman 30-70 cm. Daun tanaman tomat termasuk berdaun majemuk dan bercelah
menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm, dan
lebar 15-20 cm, antara pasanga-pasangan daun terdapat daun kecil yang disebut foliol. Bunga
tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10
bunga/dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunga terdiri dari lima helai daun
kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat 4 kantong yang letaknya
menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik.
Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan, rasa, dan kandungan
bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi kualitas buah tomat. Buah tomat
adalah buah buni (beri) berdaging dengan permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung
banyak biji, biji dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk
pipih dan berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
2.1.2 Pembusukan pada Tomat

Pembusukan adalah peristiwa perubahan kimia karena mikroorganisme. Pada tomat yang
membusuk, tomat berubah menjadi bau, berlendir, dan mengeluarkan gas. Oleh karena sifat
tomat setelah membusuk berbeda dengan tomat sebelum membusuk, maka peristiwa
pembusukan tomat dapat dikatakan sebagai perubahan kimia. Pembusukan tomat terjadi karena
adanya pengaruh bakteri pembusuk. Pembusukan lebih sering terjadi pada benda yang basah dan
lembab. Hal ini karena kadar air yang tinggi dalam suatu benda mempercepat proses
pembusukan. Bakteri adalah salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses
pembusukan tomat. Karena tomat merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
tomat yang telah terkontaminasi bakteri menyebabkan perubahan fisik maupun perubahan kimia.
Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat menguntungkan bagi tersedianya
zat-zat makanan untuk mikroorganisme yang konsentrasinya ideal atau isotonik.
2.2 Tanaman Bawang Merah
Bawang merah (allium cepa L kelompok aggregatum) adalah sejenis tanaman yang
menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Bagian yang paling banyak di
gunakan atau di manfaatkan adalah umbi. Tanaman ini di duga berasal dari daerah Asia Tengah
atau Asia Tenggara
Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang secara lengkap diklasifikasikan ke
dalam golongan sebagai berikut:
Nama binomial
: Allium Cepa L


Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Asparagales
Family
: Amaryllidacae
Genus
: Allium
Species
: A. cepa
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai
dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah
pun mengembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai bunga ini sangat
panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapi 30-50 Cm. Bunga bawang merah
termasuk bunga yang sempuna yang setiap bunga terdapat benang sari dan putik. Bakal buah
sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk 3 buah ruang dan
dalam setiap ruang itu terdapat 2 calon biji.
Buah bawang berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang
merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
2.3 Mikroorganisme Lokal
2.3.1 Pengertian Mikroorganisme Lokal
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat
penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer. Mikroorganisme mampu
melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel.
Mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi,
protozoa, dan algae (Darwis dkk., 1992). Mikroorganisme menguraikan bahan organik dan sisa–
sisa jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut
Budiyanto (2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen proses biokimia dalam
pengubahan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan
hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter
dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari
beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar
untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah
organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat
diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta
sumber mikroorganisme berasal dari buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin
sapi (Hadinata, 2008).
Menurut Purwasasmita dan Kunia, (2009) MOL adalah cairan yang berbahan dari berbagai
sumber daya alam yang tersedia setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan
juga mengandung mikrob yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan
yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk
hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida .
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu
membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme
yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada

fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan,
kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).
Keunggulan penggunaan larutan MOL yang paling utama adalah murah. Bahan-bahan yang
ada disekitar kita seperti buah-buahan busuk, rebung, daun gamal, keong, urin sapi, urin kelinci
serta sisa makanan dapat digunakan sebagai bahan pembuat MOL. Bahan-bahan tersebut
dimasukkan ke dalam drum yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa
seperti air nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai
beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menyemprot tanaman dengan terlebih
dahulu diencerkan dengan perbandingan 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 l air (Amalia,
2008) dengan dosis 4,8 l/ha (Setianingsih, 2009).
2.3.2 Sifat Kimia MOL
MOL sebagai cairan yang terbuat dari limbah atau bahan-bahan organik yang ada disekitar kita
mengandung mikrob serta mengandung sifat-sifat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan
mikrob tersebut. Sifat-sifat kimia yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan mikrob
antara lain adalah pH. pH merupakan derajat kemasaman yang menunjukkan banyaknya ion H+
atau OH- dalam suatu larutan. Apabila ion H+ lebih banyak dari OH- disebut masam dan apabila
ion OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa (Tan, 1982). Derajat kemasaman penting
bagi pertumbuhan mikrob. Sebagian besar mikrob menyukai pH netral (pH 7) untuk
pertumbuhannya.
Sifat kimia lain yang terdapat dalam larutan MOL adalah konduktivitas listrik (EC, Electrical
Conductivity) atau daya hantar listrik, dimana EC ini berhubungan dengan pengukuran kadar
garam dalam larutan hara. EC memberi indikasi mengenai hara yang terkandung dalam larutan
dan yang diserap oleh akar. Larutan kaya hara akan mempunyai EC yang lebih besar daripada
larutan yang mempunyai sedikit hara. Nilai EC tergantung jenis ion yang terkandung dalam
larutan hara, konsentrasi ion dan suhu larutan (Morgan, 2000).

1.
2.
3.

2.3.3 Bahan Dasar Pembuatan MOL
Tiga bahan utama dalam pembuatan MOL:
Glukosa
Bahan ini sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah
dimakan mereka). Sumber glukosa bisa didapat dari: gula, molases, air kelapa, air nira, dll.
Karbohidrat
Bahan ini dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi. Sumber karbohidrat bisa diperoleh
dari: air cucian beras, nasi bekas/basi, singkong, kentang, gandum, bekatul dll
Sumber Bakteri (Mikroorganisme Lokal).
Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain:
bonggol pisang, rebung bambu, keong mas, aneka buah-buahan, aneka sayuran , nasi, urine,
pucuk daun labu, tapai, singkong, buah maja dll. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung
1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya: Rhizobium sp,
Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.

2.3.4 Manfaat MOL Sebagai Pupuk Organik
Manfaat MOL sebagai pupuk organik adalah:
1.
Meningkatkan hasil pertanian serta meningkatkan nilai hasil panen karena dikelola dengan
pupuk organik yang ramah lingkungan.

2.
3.
4.
5.
6.

lebih murah dalam pembuatannya karena memanfaakan bahan organik yang sudah tidak
digunakan lagi sehingga mengurangi sampah yang dibuang.
Mengurani ketergantungan petani terhadap pupuk kimiawi sehingga petani lebih mandiri dengan
penggunaan pupuk organic.
Produk hasil pertanian akan lebih aman untuk dikonsumsi karena menggunakan pupuk organic.
Pupuk yang dihasilkan mengandung unsur yang komplek dan mikroba yang berfungsi
menyeimbangkan ekosistem alami tanah.
Membentuk rongga-rongga di tanah yang berfungsi sebagai tempat hidup mikroorganisme,
mengalirkan air, dan nutrisi.
2.4 Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik akan tetapi, terdapat
definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Ferdiaz (1992), mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam
proses fermentasi terutama karbohidrat , sedangkan asam amino hanya dapat difermentasikan
oleh berbagai jenis bakteri tertentu. Setiawihardjojo (1992) mendefinisikan fermentasi dengan
suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya
pertumbuhan maupun metabolism mikroba. Pengertian ini mencakup fermentasi aerob dan
anaerob.
Larutan MOL (mikroorganisme lokal) yang telah mengalami proses fermentasi dapat
digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Hadinata, 2008). Larutan MOL harus
mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan
pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Menurut Dale (2003), kualitas merupakan
tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran
tertentu. Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media
fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif
di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan
(Suriawiria,1996; Hidayat, 2006).
Hidayat (2006) menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar 4-14 hari, lama fermentasi
yang disarankan adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses
dekomposisi.
Fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada pemukaan cairan
yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Pupuk cair organik
disimpan dalam botol dan ruangan yang sejuk.
2.5 Kerangka Konseptual
TOMAT
PEMBUSUKAN
DIBUAT LARUTAN MOL

PROSES FERMENTASI
PEMBERIAN LARUTAN MOL KE TANAMAN BAWANG MERAH

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah
metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta
adanya kontrol (Nazir,2003).
Menurut Sugiyono (2010:107) metode penelitian ekperimen diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendali. Menurut Wiersma (1991:99) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi
penelitian yang sekurang-kurangnya satu variable bebas, yang biasa disebut sebagai variable
eksperimental. Gay (1981) menyatakan bahwa metode ekperimen merupakan satu-satunya
metode peneltian yang dapat menguji secara hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebabakibat). Metode penelitian eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif
3.2 Jadwal Pelaksanaan
Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dengan memanfaatan limbah tomat
dilaksanakan di Alahan Panjang, tepatnya di Jembatan Basi. Penelitian ini berlangsung dari
tanggal 29 September hingga 20 oktober 2013.
3.3 Obyek Penelitian
Objek yang diteliti adalah bawang merah (Allium cepa L)
3.4 Variabel
a. Variabel Bebas adalah larutan MOL tomat busuk.
b. Variabel terikat adalah tanaman bawang merah.
c. Variabel control adalah polibet, cahaya, tanah, air, kelembapa, dan Ph.
3.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Panci
Pengaduk dari sendok
Botol aqua
Saringan (dari kain biasa)
Timbangan
Gelas
Piring kecil

Bahan yang digunakan:
a.
b.
c.
d.
e.

Limbah tomat 1 kilogram
Gula merah ½ gram
Air kelapa 1 gelas
Air cucian beras 5 gelas
Bawang merah (untuk mengetahui pengaruh larutan MOL)
3.6 Cara Kerja
Untuk pembuatan MOL, tomat yang kualitasnya sudah tidak baik atau busuk dipotong kecilkecil. kemudian bahan yang telah dipotong dihaluskan. Tomat yang sudah halus dimasukkan
kedalam panci. Sedangkan gula merah yang masih dalam bentuk gumpalan diparut hingga halus,
kemudian gula merah di letakkan didalam piring kecil. Selanjutnya disiapkan air cucian beras
dan air kelapa. Lalu semua bahan tersebut diaduk didalam panci sampai merata.
Selanjutnya, bahan yang sudah tercampur merata dimasukkan kedalam dua buah botol aqua
bekas. aqua yang pertama berukuran sedang dan yang kedua berukuran kecil. Apabila telah
penuh, aqua ditutup rapat dengan menggunakan penutupnya agar udara dari luar tidak masuk
kedalamnya karena proses fermentasi yang dilakukan secara anaerob. Lalu bahan yang telah
ditutup dibiarkan selama 14 hari. Dan setiap harinya bahan tersebut diaduk tanpa membuka
penutupnya.
Disamping itu, peneliti juga menanam bawang merah untuk mengetahui pengaruh pemberian
larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Bawang merah ditanam
dalam polibet. Bawang merah yang telah berumur 14 hari kemudian dikelompokkan menjadi 2
untuk dilakukan dua perlakuan, yang mana tiap kelompok berjumlah 5 polibet. Pada bawang
kelompok pertama diberi larutan MOL, sedangkan kelompok yang kedua tidak diberi. Perlakuan
ini dilakukan selama 6 hari. Yaitu dimulai dari hari Senin hingga hari Sabtu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil pemaanfaatan tomat busuk sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gb.1 MOL yang belum difermentasikan

Gb.2 MOL yang sudah difermentasikan

Gambar 1 dan 2 merupakan hasil dari pengolahan tomat busuk menjadi larutan MOL. Dari
gambar 1 dan gambar 2, dapat dilihat table perbedaan dari MOL tomat yang belum
difermentasikan dengan sudah difermentasikan.
No
.

Fermentasi
MOL

Bau

Warna

Perubahan Morfologi

1.

Sebelum
difermentasikan

Menyengat

Kuning
tua/orange

Belum terjadi perubahan, masih
kelihatan serasah-serasah buah-

buahan.
2.

Setelah
difermentasikan

Seperti bau
tapai/ alkohol

Kuning
kecoklatan

Serasah-serasah halus mengendap
kebawah dan tinggal lebih sedikit,
terdapat jamur berwarna putih di
permukaan
larutan,
larutan
berkurang.

4.2 Pembahasan
Pemanfaatan tomat busuk sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dilakukan
dengan cara difermentasikan. Semakin busuk dan halus buah tomat yang akan difermentasikan
maka akan semakin cepat untuk terurai sehingga akan lebih cepat menjadi MOL. Untuk
mempercepat penguraian didalam larutan MOL, maka ditambahkan sumber makanan bagi
bakteri yang terdapat dalam larutan MOL. Sumber makanan berupa glukosa dan karbohidrat.
MOL tomat ini memakai gula merah sebagai sumber glukosa dan air cucian beras sebagai
sumber karbohidrat. Glukosa dan karbohidrat digunakan bakteri sebagai energi dalam
dekomposer buah tomat yang akan dijadikan MOL.
MOL tomat yang dibuat membutuhkan waktu 14 hari untuk fermentasi. Hidayat (2006)
menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar 4-14 hari, lama fermentasi yang
disarankan adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi.
Hasil yang didapat setelah fermentasi ternyata terdapat adanya bercak-bercak putih pada
permukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Saat
larutan MOL dibuka tutupnya, maka larutan MOL akan menguap, seperti yang terlihat pada
gambar:
Menurut Hidayat (2006), mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat
menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan
warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam .
Setelah larutan MOL tomat jadi, Untuk melihat pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman
bawang merah, peneliti memberikan larutan MOL tomat kepada tanaman tersebut. Pemberian
dilakukan setelah umur bawang merah berusia 15 hari. Selama 6 hari dari hasil pengamatan yang
telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
NO

PENGARUH

TANAMAN BAWANG MERAH
DIBERI LARUTAN MOL

TIDAK DIBERI LARUTAN
MOL

1.

Daun

Daun kelihatan layu

Daun kelihatan kuat

2.

Panjang daun

Mengalami pertambahan

Juga mengalami pertambahan,
akan tetapi tidak sepanjang
bawang yang diberi larutan MOL.

3.

Warna daun

Hijau muda

Hijau tua

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar:
Diberi larutan MOL

Tidak diberi larutan MOL

Dari data dapat diketahui bahwasannya larutan MOL tomat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Hal itu terlihat dari daun, panjang daun, dan warna daun.
BAB V
PENUTUP
5.1.1

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Tomat busuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Milkroorganisme Lokal (MOL)
melalui proses fermentasi.
2. Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam
pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa
komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.
3. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
4. Pemberian larutan MOL (mikroorganisme lokal) tomat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman bawang. Hal itu bisa dilihat dari segi warna, daun, dan tinggi batang.
1.

5.1.2 Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) menggunakan tomat lebih
diperhatikan lagi dalam kehalusan bahannya serta kerapatan tutup wadah selama fermentasi.
2. Sebaiknya faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman
bawang juga harus diperhatikan.
3. Perlu diadakan penelitian ulang untuk lebih memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis,dkk. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali-Press, Jakarta
Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31819 didownload pada tanggal 24 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Tomat didownload pada tanggal 15 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang didownload pada tanggal 15 oktober 2013
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54901/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf?sequence=3 didownload tanggal 25 oktober 2013
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/cara-pembuatan-mol-mikro-organisme-lokal didownload pada
tanggal 13 oktober 2013
http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=690:peran-dan-pemanfaatan-mikroorganisme-lokal-

mol-mendukung-pertanian-organik&catid=158:buletin-nomor-5-tahun-2011&Itemid=257
didownload pada tanggal 25 Oktober 2013