Sejarah Perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja (1985- 2002)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus
Nienhuys pada tahun 1863. Nienhuys dalam membuka perkebunan mengalami
kesulitan mendapatkan buruh untuk bekerja di perkebunan.1 Orang-orang yang
tinggal di pesisir terdiri dari orang Batak dan melayu tidak berpengalaman untuk
bekerja di perkebunan. Awalnya kuli didatangkan dari Singapura dan Malaka namun
kebutuhan pekerja semakin meningkat mengakibatkan tuan kebun mendatangkan kuli
dari Jawa dan Cina. Kedatangan Nienhuys ke Deli membawa dampak yang besar. Era
kebesaran yang membawa nama tembakau Deli ke pasaran dunia di mulai pada tahun
1863 ketika Nienhuys mengembangkan perkebunan tembakau Deli.2
Akibat

dari keberhasilan Nienhuys dalam perkebunan tembakau telah

mendorong pengusaha Eropa di Sumatera Timur. Pada tahun 1865-1867 ada tiga
perusahaan perkebunan Swasta Eropa yang membuat perjanjian dengan Sultan Deli
untuk membuka perkebunan pala dan tembakau

tercatat pada Kolonial Verslag


(laporan kolonial) tahun 1868, tiga orang pengusaha Eropa itu adalah Van Moch,
Mots dan Breeker.3 Van Moch menanam kebun pala dengan nama Carls Hure,

1

Marwati Djoenedi Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia IV,
Jakarta:PN Balai Pustaka 1984, hlm 136.
2
T. Keyzerina Devi, Poenale Sanctie, Medan: Program Pascasarjana USU, 2004, hlm 49.
3

Ibid, hlm 59.

1

Breeker membuka perkebunan tembakau dengan nama Konninggratz dan Mots
membuka tembakau dengan nama Helvetia.
Berkembangnya perkebunan di Sumatera timur diawali dengan lahirnya
Agrarische Wet1870 yang bertujuan untuk membuka pintu bagi perusahaan swasta

menanamkan modalnya di Hindia Belanda khususnya dalam bidang perkebunan yang
memberikan hak atas tanah dalam jangka 75 Tahun.Undang-undang Agraria pada
tahun 1870 menetapkan peraturan-peraturan tataguna tanah sebagai berikut:
1. Tanah milik rakyat tidak dapat dijualbelikan kepada non-pribumi
2. Disamping itu tanah domain pemerintah sampai seluas 10 bau dapat di beli
non-pribumi untuk keperluan bangunan perusahaan
3. Untuk tanah domain lebih luas ada kesempatan bagi non-pribumi memiliki
hak guna, ialah:
a. Sebagai tanah dan hak membangun
b. Tanah sebagai erfpacht (hak sewa serta hak mewariskan) untuk jangka waktu
75tahun.4
Lahirnya Agraria Wet (undang-undang agraria)

dilatarbelakangi oleh sistem

tanam paksa yang diberlakukan pemerintahan kolonial Belanda selama 40 tahun
banyak menguntungkan Belanda namun mendatangkan kelaparan dan kematian bagi
masyarakat jajahan di Hindia Belanda dan munculnya kaum liberal di Belanda yang
ingin menanamkan modalnya di tanah jajahan.


4

Politik kolonial liberal juga

Sartono Kartodrdjo dan Joko Suryo, Perkebunan di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi,
Yogyakarta: Aditya Media, hlm 80.

2

melahirkan politik pintu terbuka untuk memberi kesempatan kepada bangsa asing
untuk menanamkan modal dibawah pemerintahan kolonial.5
Agraris Wetdan politik pintu terbuka menjadi dasar datangnya pengusaha
asing dari Belgia untuk membuka perkebunan PT. SIPEF di sumatera. Pada tahun
1921 PT. SIPEF (Societe Internationale de Perkebunan Et deFinance) mendirikan
perkebunan di Bukit Maradja dengan luas 3.174 Ha. Sebelum berdirinya perkebunan
PT. SIPEF Bukit Maradja telah ditanami dengan tanaman kopi namun pada tahun
1921 tanaman kopi diganti dengan tanaman karet hal ini diakibatkan harga kopi di
pasar internasional tidak stabil dan jugahasil tanaman karet melebihi hasil tembakau.
PT. SIPEF Bukit Maradja Eastate memiliki lokasi perkebunan yang terterletak
di Kabupaten Simalungun, kecamatan Siantar desa Pematang Sahkuda. PT. SIPEF

memiliki jarak sekitar 20km dari kotaPematang Siantar dan 21km dari kota
Perdagangan.
Pada awal berdirinya perkebunan PT.SIPEFmemiliki kantor pusatdi Medan
yang dikenal sebagai The Anglo Dutch Estates Agency.

Kemudian tahun 1958

namaThe Anglo Dutch Estates Agency diubah menjadi The Anglo Dutch Estates
Agency Terbatas. Karena pada saat itu perusahaan ini telah berkembang sangat baik
dan banyak mengelola beberapa jenis tanaman seperti karet, kelapa sawit, dan teh.
Pada tahun 1961 lembaga sekali lagi berubah nama menjadi PT. TOLAN TIGA
INDONESIA .Sejak saat itu perusahaan ini telah berkembang menjadi sebuah
kelompok agro-industri perkebunan yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal
5

Sartono Kartodirdjo, pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Jilid
2, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm 33.

3


Asing Kredit No.1 tahun 1967, berdasarkan akta No. 40 tanggal 7 September 1961
oleh Profesor Meester Raden Soedja, notaris di Jakarta. Akta Pendirian ini telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.JA 5/98/22 tanggal 21
September 1961 yang diumumkan langsung dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 97 tanggal 5 Desember 1961.
Perjalanan perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja tidak selamanya berjalan
dengan baik. Pada tahun 1964 terjadi proses pengambilalihan atau penguasaan
perusahaan asing diakibatkan konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Dalam rangka
konfrontasi Indonesia-Malaysia pemerintah Indonesia menguasai sejumlah kebun
milik pengusaha Inggris, Prancis, Belgia dan Amerika. Penguasaan perusahaan asing
ini berlangsung sementara, karena setelah selesai konfrontasi, perusahaan milik
Inggris, Prancis, Belgia dan Amerika dikembalikkan kepada pemiliknya.Pada tahun
29 april 1968 pemerintah Republik Indonesia mengembalikan semua kepemilikan,
pengusahaan dan pengelolahan perkebunan PT. SIPEF kepada pemiliknya dengan
Hak Guna Usaha seluas 3.178 Ha.6PT.Tolan Tiga Indonesia (SIPEF GROUP)
membawahi SIPEF Group, Jabelmalux Group dan PT. Agro Muko.Perusahaan ini
telah mengelola sekitar 66.303 hektar perkebunan kelapa sawit dan karet di Sumatera
dan 1787 hektar the di Cibuni.
Pada tahun 1972 kebun karet sebahagian diganti dengan kelapa sawit
diakibatkan pasaran minyak sawit lebih stabil dibandingkan harga karet dipasar


6

Jehan Indah Sakinah, PKL: Sumber Daya Manusia di PT. Eastern Sumatera Indonesia Bukit
Maradja Eastate, Medan: Fakultas pertanian UISU, 2004, hlm 7.

4

internasional.Kemudian pada tahun 1986 sebahagian lagi tanaman karet digantikan
dengantanaman coklat.Tahun 1997 tanaman coklat digantikan dengan tanaman sawit.
Pada tahun 1998 seluruh perkebunan PT.SIPEF Bukit Maradja Eastate telah menjadi
tanaman kelapa sawit. Proses pergantian tanaman mengakibatkan para pemanen
dipindahkan kepekerjaan lain seperti perawatan.
Penelitian ini berjudul “Sejarah Perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja
(1985-2002)”.Penulis memilih judul ini karena PT. SIPEF merupakan sebuah
perusahaan besar yang memberi dampak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat
perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja. Penulis memilih tahun 1985 karena pada
tahun 1985 tanaman karet diganti dengan tanaman kelapa sawit, hal ini didasari pada
harga minyak kelapa sawit lebih stabil di pasaran internasional dan juga biaya
produksi sangat besar karena membutuhkan lebih banyak pekerja untuk karet di

bandingkan pekerja di perkebunan sawit. Pergantian tanaman dimaksudkan untuk
mensejahterakan karyawan PT. SIPEF Bukit Maradja Eastate. Tahun 1998 seluruh
perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja telah menjadi perkebunan kelapa sawit. Pada
tahun 2002 terjadi replanting tanaman kelapa sawit diakibatkan tanaman sudah tidak
produktif lagi.

1.2 Rumusan Masalah
Dalam melakukan suatu penelitian maka yang menjadi landasan penelitian itu
adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Perumusan masalah ini penting

5

untuk membatasi masalah agar mempertajam bahan kajian. Penelitian ini dapat
dirumuskan dalam kalimat-kalimat pertanyaan berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya perkebunan PT. SIPEF Bukit Maradja
Estate?
2. Bagaimana managemen PT. SIPEF Bukit Maradja Estate ?
3. Bagaimana aktivitas perkebunan PT SIPEF tahun 1978-2002?
4. Apa dampak kehadiran PT. SIPEF terhadap buruh?


1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulisan ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting bukan hanya bagi
peneliti tetapi juga bagi masyarakat umum.Setelah hasil penelitian ini dituliskan
dalam bentuk buku sehingga dapat dibaca oleh khalayak umum. Adapun tujuan dari
penelitian ini:
1. Menjelaskan latar belakang berdirinya perkebunan kelapa sawit PT. SIPEF
Bukit Maradja Estate.
2. Menjelaskan managemen PT. SIPEF Bukit Maradja Estate.
3. Menjelaskan aktivitas perkebunan kelapa sawit PT. SIPEF Bukit Maradja
Estate.
4. Menguraikan dampak kehadiran PT. SIPEF Bukit Maradja terhadap buruh.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

6

1. Agar sejarah perkebunan kelapa sawit PT. SIPEF Bukit Maradja tidak hilang
begitu saja karena peranannya yang cukup besar dalam kehidupan sosial
ekonomi karyawan.
2. Penelitian yang bersifat deskripti-naratif tentang aktivitas perkebunan PT.
SIPEF Bukit Maradja dapat menjadi pemicu penelitian-penelitian berikutnya.

Juga dapat menjadi refrensi bagi penelitiannya selanjutnya.

1.4 Tinjauan Pustaka
Informasi terkait perkebunan dan dampaknya terhadap masyarakat diperoleh .
Buku ialah buku karangan Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo dengan judul “
Sejarah Perkebunan di Indinesia: Kajian SosialEkonomi”. Didalam buku ini
menjelaskan sejarah perkebunan di Indonesia. Didalam buku inidi jelaskan
bagaimana pengaruh perkebunan terhadap buruh pada masa Sistem Tanam Paksa,
bagaimana pemerintah kolonial memperlakukan buruh, dan bagaimana cara
pemerintah kolonial mendapatkan buruh. Buku ini juga menjelaskan apa yang
mendasari lahirnya Undang-Undang Agraria pada tahun 1870. Didalam buku ini juga
dijelaskan bagaimana situasi perkebunan pada masa pendudukan jepang yang telah
banyak menggantikan perkebunan menjadi tanaman pangan untuk memenuhi
kebutuhan perang. Setelah masa kemerdekaan terjadi konfrontasi Indonesia dengan
Malasia sehingga terjadi pengambilalihan perkebunan milik swasta asing, seperti:
Amerika, Inggris, Prancis dan Belgia dan pengambilalihan perusahaan ini hanya

7

berlangsung sementara, setelah konfrontasi selesai perusahaan-perusahaan swasta

asing dikembalikan kepemiliknya.
Buku selanjutnya adaalah buku karangan T. Keizerina Devi dengan judul
“Poenale Santie”. Didalam buku ini dijelaskan bagaimana situasi perkebunan pada
masa pembukaan perkebunan yang dilakukan oleh Nienhuys di Deli. Untuk
mengelolah perkebunan Nienhuys membutuhkan banyak pekerja namun orang
sumatera timur tidak ahli dalam mengelolah perkebunan sehingga dia mendatangkan
pekerja dari malaka, cina dan pulau jawa. Didalam buku ini dijelaskan fasilitas yang
di dapat oleh buruh perkebunan. Pada tahun 1870 lahirlah Agrarische Wet yang
didasari munculnya kaum liberal di negara induk sehingga mereka ingin
membebaskan Hindia belanda dari sistem tanam paksa yang selama 40 tahun di
berlakukan pemerintahan kolonial. Didalam buku ini juga dijelaskan Agrarische Wet
mengundang pengusaha swasta asing untuk mendirikan perkebunan di Hindia
Belanda.
Buku yang selanjutnya adalah buku Praktek Kerja Lapangan yang tulis oleh
Jehan Indah Sakinah dengan judul ”Sumber Daya Manusia di PT. Eastern Sumatera
Indonesia Bukit Maradja Eastate Pematangsiantar”. Didalam buku ini dijelaskan
bagaimana dan kapan berdirinya PT. SIPEF. Didalam buku PKL ini juga dijelaskan
perusahaan-perusahaan apa saja yang termasuk didalam menejemen PT. Tolan Tiga
dan menjelaskan letak geografis perkebunan.


8

Buku selanjutnya adalah karangan Sartono Kartodirdjo, pengantar Sejarah
Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Jilid 2. Didalam buku ini dijelaskan
tentang cultur stelsel yang sangat meresahkan kaum liberal di Belanda sehingga
melahirkan Agraris wet agar tidak terjadi tindak sewenang-wenang pemerintah
Belanda terhadap kaum pribumi. Agraris wet juga menjadi dasar lahirnya politik
pintu terbuka karena masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan untuk
perkebunan.
Buku selanjutnya adalah karangan Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto dengan judul “Sejarah Nasional Indonesia IV”. Didalam buku
ini dijelaskan apa yang terjadi pada Hindia Belanda pada masa tanam paksa dan apa
tindakan yang dilakukan kaum liberal untuk membebaskan Hindia Belanda dari
penderitaan tanam paksa. Perjuangan kaum liberal berhasil dan memunculkan
Agraria wet dan politik pintu terbuka pada akhir abad ke-19. Agraria Wet dan politik
pintu terbuka menjadi dasar para pemilik modal asing menanamkan modalnya di
Hindia Belanda.

1.5 Metode penelitian
Metode menjadi bagian yang wajib dalam setiap penelitian, terutama metode
penelitian. Penelitian merupakan aturan sistematis yang berguna sebagai proses
dalam dalam memperoleh fakta-fakta dan perinsip-perinsip untuk mencari kebenaran
dari permasalahan. Metode yang penulis pergunakan dalam melakukan penelitian ini

9

adalah metode sejarah. Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis
secara kritis rekaman dan jejak-jejak sejarah.7Dalam penerapannya, metode sejarah
menggunakan empat tahapan pokok, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan
historiografi.
Tahap pertama adalah heuristik yakni mengumpulkan sumber-sumber yang
berkaitan dengan permasalahan yang kita teliti.Metode yang dilakukan dalam
heuristik adalah studi pustaka dan studi lapangan.Studi pustaka dilakukan untuk
mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian ini baik dalam
bentuk buku, skripsi, jurnal dan lainnya. Untuk mengumpulkan sumber pustaka
penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Sementara itu, studi
lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yg
mengetahui dampak berdirinya perkebunan terhadap kehidupan sosial ekonomi di
Bukit Maradja.
Setelah terkumpul sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian ini,
maka tahapan selanjutnya adalah kritik sumber, baik kritik intern maupun
ekstern.Kritik ekstern dilakukan untuk memilah apakah dokumen itu diperlukan atau
tidak serta manganalisis apakah dokumen yang telah dikumpulkan asli atau tidak
dengan mengamati tulisan, ejaan, jenis kertas, serta apakah dokumen tersebut isinya
masih utuh atau di ubah sebagian.Kritik intern yaitu suatu langkah untuk menilai isi

7

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. dari Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press,
1985, hlm 39.

10

dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan.Tujuannya adalah untuk mendapatkan
kredibilitas sumber atau kebenaran isi dari sumber tersebut.8
Tahapan selanjutnya interpretasi yaitu memuat analisis dan sintesisterhadap
data yang dikritik atau diverifikasi. Tahapan ini dilakukan dengan cara menafsirkan
kata, membandingkannya untuk diceritakan kembali dalam bentuk tulisan. Tahapan
terakhir dari metode ini adalah historiografi atau penulisan.Tahapan penulisan
dilakukan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan baik secara tematis maupun
kronologis dapat dituliskan.
Historiografimerupakan

proses

mensintesakan

fakta

suatu

proses

menceritakan rangkaian kata dalam suatu bentuk tulisan yang kritis analitis dan
bersifat ilmiah sehingga tahap akhir dalam penulisan ini dapat dituangkan dalam
bentuk tulisan yang kritis dan bersifat ilmiah sehingga tahap akhir penulisan ini
dapat dituangkan dalam bentuk skripsi dengan terlebih dahulu menulis rancangan
daftar isi skripsi.

8

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, 1995, hlm

99-100.

11