Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Di Klinik Sally Medantahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protokol evidence based yang baru telah di perbaharui oleh WHO dan
UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa
bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama
paling sedikit satu jam, bayi harus di biarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan
bantuan jika di perlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus di lakukan
kepada bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusui dini di lakukan (Ambarwati,
dkk. 2010).
Inisiasi Menyusui Dini atau permulaan menyusui adalah bayi mulai sendiri
segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperi juga bayi mamalia lain
mempunyai kemampuan untuk menyusui sendiri. Asalkan di biarkan kontak kulit
bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).
Bayi di letakan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya
mencari putting untuk segera menyusui. Hal tersebut penting dalam menjaga
produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin,
yaitu hormon yang merangsang kalenjer susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu
akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).
Menurut The World Health Report 2005, angka kematian bayi baru lahir di
Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di

Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka kematian bayi adalah 20 per 1.000
kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal atau
setiap jam 10 bayi di Indonesia (Roesli, 2011).

Sekitar 40% kematian balita terjadi pada bulan pertama kehidupan bayi.
Inisiasi menyusui dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi
menyusui dini mengurangi angka kematian balita 80% (Roesli, 2011).
Dr. Keren Edmond melakukan penetian di Ghana terhadap 10.947 bayi lahir
antara Juli 2003 smpai Juni 2004 dan disusui. Ternyata, bila bayi dapat menyusu 1
jam pertama dapat menyelamatkan 22% bayi, dan apabila menyusu pada hari
pertama akan menyelamatkan 16% bayi. Jadi, kematian bayi meningkat secara
bermakna setiap permulaan menyusu ditangguhkan (Roesli, 2011).
Keberhasilan dalam proses menyusui juga di tentukan oleh peran ayah. Peran
ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah adalah menciptakan situasi
memungkinkan pemberian ASI berjalan lancar. Selain memberikan makanan yang
baik untuk si ibu, ayah dapat mengambil peran sebagai penghubung dalam menyusui
dengan membawa bayi pada ibunya. Dengan begitu, bayi tau ayahnya menjadi
jembatan bayinya dalam memperoleh makanan. Peran ayah yang lain adalah
membantu kelancaran tugas-tugas ibu, misalnya dalam hal mengganti popok,
memberi dukungan ibu saat menyusui dengan memijatnya, dan lain-lain. Jika ibu

menyusui, ayah harus memberikan sandang dan pangan. Sekitar 50% keberhasilan
menyusui ditentukan oleh ayahnya (Yuliarti, 2011).
Hasil dari penelitian Devi Nanda Suryani di peroleh sejumlah responden
dengan presentase mendukung sebesar 60 % dan tidak di dukung sebesar 40%.
Sedangkan pada variabel pelaksanaan inisiasi menyusui dini di peroleh responden
yang berhasil 56,7 % dan yang tidak berhasil sebesar 47,3 %. Berdasarkan hasil uji
dalam penelitian ini dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini.

Berdasarkan survay awal yang di lakukan oleh peneliti pada klinik Sally pada
ibu yang melahirkan pada bulan Desember sebanyak 26 orang dan ibu primipara 9
orang yang di dampingi suami dan 6 ibu yang berhasil melakukan IMD. Dalam
praktek Inisiasi Menyusui Dini, peran suami lebih pasif dan menyerahkan
sepenuhnya keputusan kepada istrinya. Informasi tentang peran suami juga
terungkap dalam penelitian yang dilakukan Februartanty, bahwa kehadiran ayah saat
persalinan adalah sehubungan dengan peranannya untuk melengkapi beberapa
dokumen administrasi dan memberikan pernyataan kesediaan dilakukannya suatu
tindakan tertentu pada sang istri bila diperlukan. Ayah tidak menyadari peran mereka
yang lainnya yaitu mempengaruhi praktek menyusui segera setelah bayi dilahirkan
(Wulansari, 2012).

Badan Pusat Statistik-Statisics Indonesia (BPS) ORC Macro tahun 2002 –
2003, praktik inisiasi menyusui segera setelah persalinan dan pemberian ASI ekslusif
masih rendah. Proporsi praktik inisiasi menyusui dalam 30 menit setelah persalinan
adalah 8,3%, dalam 1 jam adalah 4 – 36%, dan dalam 1 hari adalah 27% (Suryani,
2011). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian mengenai “ Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini pada Ibu Primipara di Klinik Sally Tahun 2015“.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusui Dini pada Ibu Primipara di klinik Sally tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Suami Dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusui Dini pada

Ibu Primipara di Klinik Sally Tahun

2015.

2. Tujuan Khusus

.

a. Untuk mengidentifikasi dukungan suami terhadap istri dalam
melakukan inisiasi menyusui dini.
b. Untuk mengidentifikasi suami yang tidak memberi dukungan
terhadap istri dalam pemberian inisiasi menyusui dini.

D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Kesehatan
Sebagai masukan dalam melakukan upaya promotif bagi institusi
kesehatan

sehingga

institusi

terkait


dapat

memperhatikan

dan

mengikutsertakan suami dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada
ibu primipara.
2. Pendidikan Kebidanan
Sebagai gambaran informasi bagi peneliti selanjutnya terutama
mahasiswa D-IV bidan pendidik khususnya yang berkaitan dengan
hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini
pada ibu primipara.

3. Ilmu Kebidanan
Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan
mengenai pentingya peran suami dalam proses pelaksanaan inisiasi
menyusui dini pada ibu primipra.