Investasi dan penanaman modal (1)

INVESTASI DAN PENANAMAN MODAL

Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa
yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan
konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Keputusan investasi dapat
dilakukan individu, dari investasi tersebut yang dapat berupa capital gain/loss dan
yield. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset)
dan investasi pada aset finansial (financial asset). Aset fisik adalah aset yang
mempunyai wujud secara fisik, sedangkan asset finansial adalah surat-surat
berharga yang pada umumnya adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas.

Alasan seorang investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya
nilai kekayaan yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen
atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pasar modal
merupakan tempat dilakukannya investasi pada asset finansial. Pasar modal
merupakan tempat pertemuan dan proses transaksi antara penawaran dan

permintaan surat berharga.

Pasar modal memberikan kepada pihak yang mempunyai surplus dana suatu
kesempatan

berinvestasi

dalam

surat

berharga

(marketable

securites)

dan

memudahkan pihak yang memerlukan dana untuk memperoleh dana. Saham

merupakan salah satu alternatif dalam aset finansial. Kebutuhan akan informasi
yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi dalam aset finansial di pasar
modal sangat dibutuhkan oleh investor. Suatu pendekatan dalam menganalisis
harga saham dipasar modal sangat dibutuhkan oleh investor.

TEORI INVESTASI

Perhitungan Investasi harus konsisten dengan perhitungan pendapatan nasional.
Yang dimasukkan dalam perhitungan investasi adalah barang modal, bangunan /
kontruksi, maupun persediaan barang jadi yang masih baru.

Investasi merupakan konsep aliran (flow concept), karena dihitung selama satu
internal periode tertentu. Tetapi investasi akan memengaruhi jumlah barang modal
yang tersedia (capital stock) pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang
modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.
Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan

Yang tercangkup dalam invesatasi barang modal (capital goods) dan bangunan
(construction) adalah pengeluaran – pengeluaran untuk pembelian pabrik-pabrik,
mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi dan bangunan-bangunan atau gedunggedung yang baru. Karena daya tahan barang modal dan bangunan pada umumnya

lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut sebagai investasi dalam bentuk
harta tetap (fixed investment).
Investasi persediaan

Berdasarkan pertimbangan, perusahaan seringkali harus memproduksi lebih banyak
daripada target penjualan. Misalnya, sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan
tahun 2.000 adalah 50.000 unik. Tidaklah berarti produksinya harus 50.000 unit
juga. Umumnya produksinya melebihi tingkat penjualan. Sebut saja 60.000 unit.
Selisih 10.000 unit merupakan persediaan, untuk mengatisipasinya berbagai
kemungkinan.

Tentu

saja

investasi

persediaan

diharapkan


meningkatkan

penghasilan / keuntungan.

Kriteria Investasi
Minimal ada 4 kriteria investasi yang digunakan dalam praktik, yaitu :
Payback Period

Payback period (periode pulag pokok) adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi
yang direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk

mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek, proposal investasi
dianggap makin baik. Kendatipun kita harus mempertimbangkan criteria payback
ini. Sebab, ada investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (>5
tahun).
Benefit / cost ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan disbanding
hasil output yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan sebagai C (Cost).

Output yang dihasilkan sebagai B (benefit). Jika nilai B/C sama dengan 1 maka B =
C yang dihasilkan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Net Present Value (NPV)

Keuntungan lain dengan menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung
menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan total bersih.
Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu proposal investasi akan diterima
jika NPV > 0, sebab nilai sekarang dari permintaan total lebih besar daripada nilai
sekarang dari biaya total.
Internal Rate of return ( IRR )

Internal rate of return ( IRR ) adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihirung
pada saat NPV sama dengan nol. Jika pada saat NPV = 0, nilai IRR = 12%, maka
tingkat pengembalian investasi adalah 12%. Keputusan menerima atau menolak
rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat
pengembalian investasi yang di inginkan (r). jika r yang diinginkan adalah 15%,
sementara IRR hanya 12%, proposal invastasi ditolak. Begitu juga sebaliknya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
Tingkat pengembalian Yang Diharapkan ( Expected Rate Of Return )


Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan.

1.Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal adalah factor-faktor yang berada di bawah control perusahaan,
misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek
tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan.
Artinya, makin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka tingkat
pengembalian yang diharapkan makin tinggi.

2.Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan
investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produkdi dan pertumbuhan
ekonomi domestic maupun internasional. Jika diperkirakan tentang masa depan
ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi
meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.
Selain perkiraan kondidi ekonomi, kebijakan yang ditempuh pemerintah juga dapat
menentukan tingkat investasi. Kebijakan menaikkan paak, misalnya, diperkirakan
akan menurunkan tingkat permintaan akan agregat. Akibatnya tingkat investasi

akan menurun. Factor sosial politik juga menentukan gairah investasi, jika sosialpolitik makin stabil, investasi umumnya juga meningkat. Demikian pula factor
keamanan (kondisi keamanan Negara).
Biaya investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bungan pinjaman ;
makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal. Akibatnya minat
berinvestasi makin menurun. Namun , tidak jarang,walaupun tingkat bunga
pinjaman rendah, minta akan investasi tetap rendah. Hal ini disebabkan biaya tota
investasi masih tinggi. Factor yang mempengaruhi terutama adalah masalah
kelembagaan.
Marginal efficiency of capital (MEC), tingkat bunga, dan marginal efficieny of
investment (MEI)

1.Marginal efficiency of capital (MEC),Invetasi, dan tingkat bunga
Yang dmaksud dengan marginal efficiency of capital (MEC) atau efisiensi modal
marjinal (EMM) adalah tingkat pengembalian yang di harapkan (expected rate of
return) dari setiap tambahan barang modal.

2.Marginal efficiency of capital (MEC) dan marginal efficiency of investment (MEI)
Sama halnya dengan kurva permintaan akan investasi, kurva MEC secara nasional

dapat di turunkan dengan menjumlahkan secara horizontal kurva-kurva MEC dari
perusahaan-perusahaan yang ada dalam perekonimian tetapi ada beberapa
ekonom yang tidak sependapatan dengan cara penurunan kurva MEC. Padahal jika
permintaan barang akan modal secara nasional meningkat, logikanya tingkat bunga
akan naik. Akibatnya kenaikan permintaan akan investasi tidak sebesar lurva MEC .
kurva yang lebih relevan adalah kurva yang marginal efficiency of investment (MEI)
atau efisiensi investasi marginal (EIM)

Jadi,dapat disimpulkan bahwa Investasi (Penanaman Modal) adalah pengeluaran
atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Investasi atau pembentukan modal merupakan komponen kedua
yang menentukan tingkat pengeluaran agregat.Dan Dalam Undang-undang No. 1
Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman modal asing di dalam
Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung
yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini
dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa
pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal.


Penanaman modal dalam negeri (PMDN)
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25
Tahun 2005 tentang Penanaman Modal

Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri,
badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman
modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha
terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha
yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan
modal Negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No.
36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang
Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Perusahaan Penanaman Modal Negeri mendapatkan fasilitas dalam bentuk :
pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu
terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;


Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau
peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;

Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;

Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal
atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi
di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;
penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan

Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu,
pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Negeri yang mendapatkan fasilitas antara
lain :
Menyerap banyak tenaga kerja
Termasuk skala prioritas tinggi
Termasuk pembangunan infrastruktur


Melakukan alih teknologi
Melakukan industri pionir
Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain
yang dianggap perlu
Menjaga kelestarian lingkungan hidup
Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi
Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang
diproduksi didalam negeri.

Penanaman Modal Asing (PMA)

Pengertian Penanaman Modal Asing
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa Pengertian penanaman
modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuanketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan
di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko
dari penanaman modal tersebut.

Pengertian modal asing dalam Undang-undang ini menurut pasal 2 ialah :
alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa
Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan
perusahaan di Indonesia.
alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing
dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama
alat-alat terse-but tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.
bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini diperkenankan
ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia.

Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing,
tetapi

meliputi

pula

alat-alat

perlengkapan

tetap

yang

diperlukan

untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan
asing yang dipergunakan dalam perusaha¬an di Indonesia dan keuntungan yang
boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha
Menurut pasal 3 UPMA perusahaan yang dimaksud dalam pasal 1 yang dijalankan
untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan
tersendiri

harus

berbentuk

Badan

Hukum

menurut

Hukum

Indonesia

dan

berkedudukan di Indonesia. Penanaman modal asing oleh seorang asing, dalam
statusnya sebagai orang perseorangan, dapat menimbulkan kesulitan/ketidak
tegasan di bidang hukum Internasional. Dengan kewajiban bentuk badan hukum
maka dengan derai-kian akan mendapat ketegasan mengenai status hukumnya
yaitu badan hukum Indonesia yang tunduk pada hukum Indonesia. Sebagai badan
hukum terdapat ketegasan tentang modal y ditanam di Indonesia. Pemerintah
menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusa-haan modal asing di Indonesia
dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun ekonomi daerah,
macam perusahaan. besarnya penanaman modal dan keinginan Ekonomi Nasional
dan Daerah (Pasal 4). Dengan ketentuan ini maka dapat diusahakan pembangunan
yang merata di seluruh wilayah Indonesia dengar,

Badan Usaha Modal Asing
Dalam pasal 5 PMA disebutkan, bahwa :
Pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal
asing menurut urutan prioritas, dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh penanam-an modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut.
Perincian menurut urutan prioritas ditetapkan tiap kali pada waktu Pemerintah
menyusun rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang,
dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta teknologi.

Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara
penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan menguasai
hajat hidup rakyat banyak menurut pasal 6 UPMA adalah sebagai berikut :
pelabuhan-pelabuhan
produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum
telekomunikasi
Pelayaran
Penerbangan
air minum
kereta api umum
pembangkit tenaga atom
mass media.

FAKTOR-FAKTOR PENARIK MASUKNYA PENANAMAN MODAL ASING (PMA) LANGSUNG
KE INDONESIA
Terbatasnya sumber daya dalam negeri untuk pembiyaan investasi di lndonesia,
mendorong pemerintah untuk menarik modal dari luar negeri. Salah satu bentuk
modal asing tersebut adalah penanaman modal asing langsung (PMA).

Untuk menarik PMA lebih besar ke dalam negeri, perlu diketahui faktor apa saja
yang mempengaruh PMA berlokasi di lndonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perkembangan PMA di lndonesia.
meneliti pengaruh faktor penentu PMA masuk ke lndonesia.
membuat perkiraan PMA sampai tahun 2010. Data yang dipergunakan dari tahun
1976 sampai dengan 1997 adalah data sekunder yang didapatkan dari instansi
terkait dengan penelitian ini.

Untuk menentukan faktor yang mempengaruhi masuknya PMA dibagi atas dua
bagian yaitu
faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal yang mempengaruhinya adalah
Kebijaksanaan dan political will negara pemilik modal
Kurangnya kesempatan berusaha dinegara maju.
Langka sumber daya.
Nilai mata uang menaik.
Perubahan teknologi.

Faktor internal yang mempengaruhi adalah:
Cicilan utang negara berkembang semakin membengkak.
Kebijaksanaan dan situasi politik dinegara penerima.
Tersedianya sumber daya yang melimpah.
Laju pertumbuhan ekonomi
Nilai mata uang yang menurun.

Dari data sekunder yang tersedia, ditemukan PMA telah meningkat pesat sejak
diumumkan kebijaksanaan penanaman modal asing sampai dengan tahun 1997.
Namun setelah tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dan politik jumlah PMA yang
masuk telah menurun tajam. Melihat perkembangan PMA di lndoensia, sektor yang
diminati oleh investor asing adalah sektor industri terutama makanan, tekstil dan
elektronik. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia Indonesia yang melimpah
dan tidak memerlukan skill tinggi.

Negara yang paling banyak memasukkan modal ke lndonesia bukan datang dari
negara kaya seperti Amerika Serikat dan Eropa, tetapi datang dari negara Asia yaitu
Jepang dan Korea Selatan. Ternyata kedekatan geografis dapat mempercepat
mengalir modal ke negara lain. Penelitian ini hanya menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi PMA dari dalam negeri (internal) saja.

Ditemukan

bahwa

Produk

Domestik

Bruto

(PDB)

dan

tingkat

upah

dapat

mempengaruhi masuk PMA ke lndonesia. Untuk memperbesar PDB perlu untuk
memperbesar

nilai

PDB,

maka

perlu

untuk

mencari

sumber-sumber

yang

persepektif dapat dikembangkan seperti sektor perkebunan dan perikanan karena

mempunyai kekuatan pasar ekspor yang kuat. Tingkat upah rendah belum cukup
untuk mendorong PMA mengalir ke lndonesia karena tingkat produktifitas ienaga
kerja lndonesia masih rendah. Oleh karena itu perlu peningkatan produktifitas
tersebut dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan yang benar-benar
berorientasi pasar kerja. Peranan penanaman modal asing, penanaman modal
dalam negeri, bantuan luar negeri dan tabungan domestik terhadap tingkat produk
domestik bruto di Indonesia.

Masih tertinggalnya pertumbuhan ekonomi sejak pertengahan tahun 1997 akibat
krisis ekonomi yang melanda Indonesia sampai sekarang mendorong pemerintah
untuk mencari sumber-sumber pembiayaan pembangunan baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar negeri. Penanaman Modal asing langsung merupakan salah
satu

sumber

yang

menjadi

sasaran

pemerintah

untuk

membantu

proses

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dari berbagai penelitian diperoleh kesimpulan yang berbeda-beda mengenai
peranan penanaman modal asing terhadap tingkat Produk Domestik Bruto. Dalam
penelitian ini ingin diketahui seberapa besar peranan penanaman modal asing
langsung

terhadap

tingkat

Produk

Domestik

Bruto

di

Indonesia

dengan

menggunakan analisis regresi. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa kontribusi
setiap variabel terhadap tingkat Produk Domestik Bruto dapat dijelaskan oleh model
tersebut. Hal tersebut dikarenakan keragaman data yang dapat dijelaskan dalam
model sudah baik.

Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pemberdayaan UMKM
Undang-undang tentang Perseroan Terbatas Nomor : 40 tahun 2007 pada Bab V
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu mengatur kewajiban
perusahaan untuk memprogramkan dan melaksanakan tanggungjawab sosial
perusahaan atau lebih dikenal Corporate Social Responsibility (CSR). Undangundang tersebut diutamakan pada perusahaan yang kegiatan usahanya dalam
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan CSR.

Walaupun demikian seharusnya kebutuhan untuk melakukan CSR tanpa diatur
dalam peraturan perundang-undangpun, perusahaan/korporasi secara voluntary
melakukan CSR dan menjadi bagian operasional perusahaan untuk menjamin
kelangsungan usaha perusahaan tersebut, serta yang melakukan CSR tidak terbatas
pada korporasi yang menjalankan usaha dalam bidang sumber daya alam, misalnya
usaha pertambangan. Kegiatan CSR sebagai bagian dari operasional perusahaan
seharusnya diprogramkan dan dianggarkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) pada setiap tahunnya untuk mendapatkan persetujuan para
shareholders. Kewajiban menjalankan CSR juga menjadi bagian penting dalam
menjalankan apa yang disebut “Corporate Governance” (tata kelola perusahaan
yang baik).

Komite Cadbury mendefinisikan CG, adalah suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara
kekuatan

kewenangan

yang

diperlukan

oleh

perusahaan

untuk

menjamin

kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada shareholders. Definisi
ini berkaitan dengan peraturan kewenangan Pemegang Saham, Direktur, Manajer
dan sebagainya.

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) mendefinisikan
CG adalah sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
pemegang

saham,

dan

pihak

lain

yang

mempunyai

kepentingan

dengan

perusahaan. CG juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai
tujuan dan pengawasan atas kinerja. CG yang baik dapat memberikan rangsangan
bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan
perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif,
sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Kepmen BUMN 117/2002, mendefinisikan CG adalah suatu proses struktur yang
digunakan oleh Organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang

dengan

tetap

memperhatikan

stakeholders

lainnya,

berlandaskan

peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa CG merupakan prisip pengelolaan perusahaan yang bertujuan
untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan nilai ekonomis bagi
pemegang saham maupun masyarakat secara umum. Prinsip GCG diperlukan
sebagai upaya untuk meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor memenuhi
tuntutan global, meminimalkan cost of capital (COC), meningkatkan nilai pemegang
saham perusahaan serta mengangkat citra perusahaan. Prinsip GCG (Komite
Nasional Governance, 2006), yaitu : Tranparancy, Accountability, Responsibility, dan
Independecy serta Fairness.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan CSR atau tanggungjawab sosial perusahaan,
Komite Nasional Governance telah menyusun panduan prinsip dasar Responsibility,
yaitu

;

perusahaan

harus

mematuhi

peraturan

perundang-undangan

serta

melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pelaksanaan Responsibilty,
yaitu : (a) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar
dan

peraturan

perusahaan

(by-law),

(b)

Perusahaan

harus

melaksanakan

tanggungjawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian

lingkungan

terutama

di

sekitar

perusahaan

dengan

membuat

perencanaan dan pelaksanaannya secara memadai.

Definisi CSR (Word Bank) The commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their representatives the local
community and society at large to improve the quality of life, in ways that are both
good for business and good for development. CSR (The World Business Council for
Sustainable Development) Continuing commitment by business to behave ethically
and contribute to economic development while improving the quality of life of the
workforce and their families as well as of the local community at large.”.

CSR (Lingkar Studi CSR Indonesia) “Upaya sungguh sungguh dari entitas bisnis
meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya
terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi, sosial dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan”. Dengan demikian
CSR adalah suatu upaya dari entitas bisnis untuk meningkatkan image sebuah
entitas bisnis kepada masyarakat dan mengurangi dampak negatif terhadap operasi
entitas. Good image entitas bisnis akan meningkatkan nilai perusahaan melalui
pengakuan positif oleh konsumen dan masyarakat.

Penelitian yang berkaitan dengan CSR pada perusahaan BUMN berkaitan dengan
peningkatan kinerja perusahaan dilihat dari profitabilitas, resiko dan nilai pasar
perusahaan (Fitri Ismiyanti dan Putu Anom Mahadwartha, 2006). Profitabilitas
(Return On Asset-ROA dan Return On Equity-ROE), Risk firm, Market value (price
earning ratio-P/E ratio). Menyebutkan, bahwa CSR dan profitabilitas perusahaan
mempunyai hubungan positif yang berarti bahwa pelaksanaan CSR secara
singnifikan memberikan kontribusi positif terhadap profitabilitas perusahaan. CSR
dan resiko perusahaan dilihat dari standar deviasi return mempunyai hubungan
negative yang berarti CSR dan resiko berhubungan terbalik, CSR dan market value,
dilihat harga saham dibandingkan laba per saham mempunyai hubungan positif,
berarti bahwa CSR akan berdampak positif dengan harga pasar saham yang
mencerminkan nilai perusahaan.

Dengan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan CSR akan
memberikan konstribusi positif dengan kinerja keuangan perusahaan, serta
pelaksanaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan
laba

perusahaan

(earning).

Dengan

uraian

dan

penelitian

tersebut diatas,

menjelaskan bahwa CSR menjadi topik menarik dalam pemberdayaan masyarakat
(Community

Development)

dalam

rangka

mengurangi

pengangguran

dan

kemiskinan di Jawa Timur.

Pemberdayaan masyarakat termasuk masyarakat Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi tidak hanya menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah pusat dan
daerah, namun juga menjadi tugas dan tanggungjawab dunia usaha, sebagaimana
dijelaskan Undang-undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah No. 20 Tahun 2008
pasal 7 (tujuh), bahwa Dunia Usaha (Corporation) berperan serta menumbuhkan
iklim usaha kondusif, yaitu dalam aspek pendanaan, sarana dan prasarana,

informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi
dagang serta dukungan kelembagaan.

Keterbatasan anggaran pembangunan untuk pemberdayaan masyarakat terutama
masyarakat penggangguran dan miskin perlu dilakukan secara bersama antara
pemerintah dan dunia usaha untuk diarahkan menjadi wira usaha yang mandiri,
sehingga yang bersangkutan dalam jangka panjang diharapkan menjadi usaha
mikro, kecil dan menengah yang mandiri dan berdaya saing. Pembiayaan untuk
program community development, dilakukan dengan mengoptimalkan dana CSR
yang diprogramkan oleh masing-masing perusahaan, seperti halnya yang dilakukan
oleh BUMN sejak beberapa tahun yang lalu, dengan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan sesuai dengan Undang-undang Nomor : 19 Tahun 2003 tentang BUMN
dan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April
2007. Juga di perusahaan swasta nasional dan multinasional, yiatu : PT. HM.
Sampoerna, PT. ASTRA dan lain-lain.

Dalam kaitan itu pengentasan kemiskinan, pengangguran dan penumbuhan wira
usaha baru menjadi program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Tahun
2009 s.d 2014 perlu kita dukung bersama, utamanya entitas bisnis dengan
mengoptimalkan dan mengkoordinasikan pelaksanaan CSR secara terpadu dengan
pemangku kepentingan di Jawa Timur, antara lain : ABG (Akademisi, Entitas Bisnis
dan Goverment).
CSR dan Pembangunan Berkelanjutan
Posted on %A %B %e%q, %Y by mahmudisiwi
[Mahmudi Siwi - FEMA IPB - Bogor]. Corporate Social Responsibility (CSR) yang
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai tanggungjawab sosial perusahaan
memiliki berbagai definisi dan dimensi. Mengenai definisi dan dimensi CSR dapat
dilihat pada artikel saya sebelumnya. Pada kali ini saya ingin membahas hubungan
CSR dengan pembangunan berkelanjutan.

Jika mengamati perkembangan CSR maka kita akan mengetahui bahwa lahirnya
CSR merupakan kritik terhadap pengelolaan bisnis perusahaan yang sangat
“tamak” sehingga tidak memperdulikan aspek keberlanjutan. Dorongan untuk

menjaga sumberdaya alam agar tetap berkelanjutan merupakan inti dari penerapan
CSR.
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai proses pembangunan yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan
kebutuhan generasi masa depan (Brundtland Report dari PBB 1987). Salah satu
faktor yang harus dihadapi dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Menurut John Elkington, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga hal kebijakan
yaitu pembanunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan lingkungan.
Ketiga hal tersebut oleh John Elkington merupakan pendefinisian dari people, planet
& profit. CSR menjadi isu pembangunan berkelanjutan sebagai inti dari CSR yang
perlu dipahami secara berkaitan tidak terpisah-pisah.

Istilah yang digunakan oleh undang-undang yang berlaku, yaitu UU No. 1 Tahun
1995

tentang

Perseroan

Terbatas

(UUPT)

adalah

Perseroan

Terbuka

untuk

perusahaan terbuka dan Perseroan Tertutup untuk perusahaan tertutup.
Perseroan Terbuka adalah: (i) perseroan yang modal dan jumlah pemegang
sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau (ii) perseroan yang melakukan
penawaran umum (emiten), sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal. Dengan demikian, Perseroan Tertutup mempunyai pengertian
sebaliknya.
Yang dimaksud dengan perseroan terbuka yang pertama disebut di atas dalam UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan Perusahaan Publik. Yaitu adalah
perseroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga
ratus)

pemegang

saham

dan

memiliki

modal

disetor

sekurang-kurangnya

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan
modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh emiten berarti kegiatan
penawaran

efek

yang

dilakukan

untuk

menjual

efek

kepada

masyarakat

berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan

pelaksanaannya. Pada prinsipnya, pengertian penawaran efek yang demikian
memperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut:
a.
b.

Setiap penawaran efek kepada lebih dari 100 pihak;
Setiap penawaran efek yang menggunakan media massa dianggap sebagai

suatu penawaran kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak; dan atau
c.

Suatu Penawaran efek bukan merupakan suatu penawaran umum

sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jika nilai
seluruh penawaran dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp.1 miliar.