Pendidikan dan Masyarakat Fungsi Pendidi

Pendidikan dan Masyarakat
“Fungsi Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial dan Mobilitas Sosial”

Disusun Oleh :
Nama:

1. Ferry Anggriawan (07101002063)
2. Jefry Syafril

(07071002030)

3. Putri Oktarina

(07101002077)

4. Zerry Afrian

(07071002061)

Jurusan


: Sosiologi

Mata kuliah

: Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengasuh : Dra. Hj. Rogaiyah, M. SI

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya Inderalaya
Tahun Ajaran 2011-2012

Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji kami panjatkan kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Berkat rahmat-Nya, saya berhasil menyelasaikan makalah saya yang
berjudul Fungsi Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial dan Mobilitas Sosial.
Makalah yang saya susun ini merupakan kutipan dari beberapa sumber seperti
buku-buku pengantar dan surat kabar di internet yang saya rangkum menjadi sebuah
bentuk tulisan yang sistematis, semoga pembaca dapat memahami bahwa perlunya

kita mengetahui permasalahan di masyarakat khususnya “Fungsi Pendidikan dalam
Stratifikasi Sosial dan Mobilitas Sosial” yang dari tahun ketahun menjadi sorotan di
berbagai media massa.
Akhir kata saya berharap makalah ini menjadi inspirasi yang baru untuk karyakarya selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan informasi
tentang masalah “Fungsi Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial dan Mobilitas
Sosial” .Mohon maaf bila dalam makalah ini terdapat kekurangan, oleh sebab itu saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Inderalaya, Agustus 2011

Tim Penulis

2

Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................

2


Daftar Isi........................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................

4

I.2 Rumusan Masalah...........................................................

5

I.3 Tujuan..............................................................................

5

I.4 Kerangka Berpikir...........................................................

6


BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Pendidikan.......................................................

7

II.2 Konsep Stratifikasi Sosial..............................................

9

II.2.1 Definisi Stratifikasi Sosial.....................................

9

II.2.2 Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial.................................

10

II.3 Konsep Mobilitas Sosial.................................................


11

II.3.1 Definisi Mobilitas Sosial........................................

11

II.3.2 Cara Untuk Melakukan Mobilitas Sosial..............

11

II.3.3 Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial..........

12

II.2.4 Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas...................

12

BAB III PEMBAHASAN
III.1 Stratifikasi social...........................................................


15

III.2 Tingkat Pendidikan Dan Tingakat Golongan Sosial.....

16

III.3 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kelas-Kelas Sosial.....
III.4 Landasan Teori..............................................................
III.5 Stratifikasi berdasarkan pendidikan………………......

16
18
19

BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan....................................................................

21


IV.2 Saran...............................................................................

21

Daftar Pustaka...................................................................................

22

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat.
Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara

kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur
sebagai berikut ini :
1.

Berangotakan minimal dua orang.

2.

Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3.

Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota masyarakat.


4.

Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

4

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.
Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat dua type masyarakat:
1. Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum mengenal pembagian
kerja, belum mengenal tulisan, dan tehknologi nya sederhana.
2. Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam
segala bermasyarakat bidang, kerena pengetahuan modern sudah maju,

tekhnologi pun sudah berkembang dan sudah mengenal tulisan.

1.2 Rumusan Masalah
Startifikasi social dan mobilitas tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
masyarakat, seperti hal nya juga pendidikan dimana dapat mempengaruhi
stratifikasi dan mobilitas social. Dalam makalah ini maka dapat dirumuskan suatu
masalah:
1. Bagaimana

pendidikan

mempengaruhi

kelas-kelas

social

yang

ada


dimasyarakat ?
2. Apa peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas sosial?
3. Apa fungsi pendidikan dalam stratifikasi social dan mobilitas social?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjawab dari rumusan
masalah yang ada.
1. Untuk mengetahui pendidikan mempengaruhi kelas-kelas social yang ada
dimasyarakat
2. Untuk mengetahui peranan pendidikan dalam mewujudkan mobilitas social
3. Untuk mengetahui fungsi pendidikan dalam stratifikasi social dan mobilitas
social

5

1.4 Kerangka Berpikir
Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat
transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan,
peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya
dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta
mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada di
dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali
dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap
pengetahuan jika ditransformasikan.
Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat
baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan
berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan
nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi,
dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa
depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia 4). Melalui kegiatan pendidikans,
gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan dalam alam pikiran
peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan budaya.
Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat
pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial (agen perubahan di masyarakat)
Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik yang formal ataupu informal
telah mampu mengantarkan peserta didiknya sebagai agen perubahan sosial di
masyarakat?. Untuk Hal ini masih perlu dipertanyakan. Lembaga pendidikan kita
sepertinya kurang berhasil dalam mengantarkan anak didiknya sebagai agen
perubahan sosial di masyarakat, terbukti dengan belum adanya perubahan yang
signufikan dan menyeluruh terhadap masalah kebudayaan dan keilmuan
masyarakat kita, dan masih maraknya komersialisasi ilmu pengetahuan di
lembaga-lembaga pendidikan kita, mahalnya biaya pendidikan serta orientasi yang
hanya mempersiapkan peserta didik hanya untuk memenuhi bursa pasar kerja
ketimbang memandangnya sebagai objek yang dapat dibentuk untuk menjadi agen
perubahan sosial di masyarakat.

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan
dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social
stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat
secara vertikal (bertingkat).
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A.Sorokin bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisanlapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di
bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan
istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia
yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian
memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang
dengan tingkat pendidikanyang telah ditempuhnya,meski demikian pendidikan
yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi.
Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lainterjadi karena anak
dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai
perguruan tinggi.Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar
anaknya menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi.Orang yang
berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar

7

tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan
anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis.Sebaliknya anak yang
orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok
tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya
menikmati perguruan tinggi.
Pendidikan dipercaya menjadi salah satu faktor yang akan mempercepat
terjadinya mobilitas sosial. Fungsi pendidikan sebagai sebuah proses penyeleksian
untuk menempatkan orang pada masyarakat sesuai dengan kemampuan dan
keahlian. Pendidikan menjadi sinkron dengan tujuan mobilitas sosial karena di
dalam mobilitas sosial yang terpenting adalah kemampuan dan keahlian
seseorang.
Pendidikan hanya akan menempatkan seseorang sesuai dengan potensi dan
keahlian yang ia miliki dan karenanya seorang anak buruh misalnya mungkin saja
memegang jabatan penting di sebuah perusahaan sekiranya ia memiliki latar
belakang pendidikan yang memang sesuai.Akan tetapi, pendidikan dapat
mempercepat proses mobilitas social dalam sebuah masyarakat, tentulah harus ada
beberapa prasyarat yang memadai. Prasyarat yang pertama adalah adanya
kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk memperoleh pendidikan itu
sendiri.
Kesempatan yang sama itu tidaklah semata tercantum dalam aspek legal atau
hukum belaka, melainkan diwujudkan menjadi sebuah tindakan afirmatif
(affirmative action). Yang dimaksud dengan affirmative action yaitu segala
tindakan yang bertujuan membantu kelompok-kelompok yang minoritas secara
ekonomi, ras, agama, gender, atau kelompok penyandang cacat agar mendapat
kesempatan yang sama dalam bidang politik, ekonomi, sosial, hukum, kesehatan,
dan pendidikan. Prasyarat kedua agar pendidikan dapat mempercepat mobilitas
sosial adalah meratanya mutu pendidikan antara daerah perkotaan dan daerah
pedesaan, antara sekolah swasta dan sekolah negeri.
Menjamurnya sekolah-sekolah swasta plus barangkali merupakan sebuah
fenomena yang cukup menarik. Ibarat pisau bermata dua, di satu sisi hadirnya
sekolah swasta tersebut menawarkan pendidikan alternative bagi sebagian
masyarakat kita. Di sisi lain, biaya pendidikan yang harus dibayar masyarakat
untuk menikmati pendidikan di sekolah swasta tersebut tidaklah sedikit, jika tidak
dikatakan sangat tinggi. Akibatnya, hanya masyarakat dari kelompok menengah
8

ke atas yang dapat menikmati pendidikan alternatif tersebut sehingga alih-alih
mempercepat mobilitas sosial, dengan situasi seperti ini pendidikan justru
berpeluang untuk memperlebar jurang perbedaan antara kelompok-kelompok
masyarakat.
Ketika kedua prasyarat di atas tersebut dipenuhi, barulah pendidikan memiliki
peluang untuk mempercepat proses mobilitas sosial di sebuah negara. Meskipun
demikian, beberapa penelitian di bidang sosiologi pendidikan menunjukkan bahwa
hubungan antara pendidikan dan mobilitas sosial tidaklah terlalu signifikan.

II.2 Konsep Stratifikasi Sosial
II.2.1 Definisi Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat).
Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A.Sorokin bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisanlapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di
bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman
menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu
golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial. Ukuran atau kriteria yang
menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah
sebagai berikut :
1.

Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa
memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan termasuk lapisan teratas dalam
sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak
mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-

9

benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya
dalam berbelanja.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan
menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat
yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran
kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai
orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang
dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau
kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan
atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat
terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati
orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun
orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat
yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu
pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya
terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat
negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai
tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan,
misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
II.2.2 Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
1.

Stratifikasi Sosial Tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota
masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang
lebih tinggi atau lebih rendah.

10

Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali
serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak
mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi
keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota
masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke
tingkatan yang lain.
Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan
sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah
penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat
tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus
dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan
tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

II.2 Konsep Mobilitas Sosial
II.2.1 Definisi Mobilitas Sosial
Menurut Paul B. Horton (1991:45), mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari
strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan
Raymond W. Mack (dalam buku Struktur sosial dan Proses Sosial (Soleman
Taneko:1993:112), mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
II.2.2 Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas
adalah sebagai berikut:
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan
prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manager, sehingga tingkat

11

pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk
tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal
dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru atau dengan cara
merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan
disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya
gerak sosial ke atas.
3. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan
status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang
lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku,
tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk
mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
II.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Mobilitas Sosial
Menurut Bahar(1989:37) ada beberapa hal hubungan antara sekolah dengan
mobilitas sosial yaitu:
1. Kesempatan pendidikan
Kesempatan pendidikan ini banyak ditentukan oleh faktor-faktor tertentu
antara lain kedudukan atau status sosial masyarakat.
2. Mendapatkan pekerjaaan, kualifikasi pendidikan ada hubungannya dengan jenis
pekerjaan, akan tetapi tidak semua orang yang berkualifikasi tinggi dalam
pendidikan mendapatkan yang cocok dengan pekerjaannya. Jadi secara singkat
hubungan dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh
pendidikan dan kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kualifikasi
pendidikannya.
II.2.4 Pendidikan sebagai Sarana Mobilitas
Pendidikan tinggi dapat memberikan mobilitas sosial walaupun dengan
bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin berkurang jaminan ijasah untuk
meningkat dalam status sosial. Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu
standar saja. Dari tiga “jenis pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan
informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal, tampaknya dua dari
12

jenis yang terakhir lebih bisa diandalkan.
Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status, lebih
mempercayai kepemilikan ijazah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan
naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan individu yang bersifat
praktis dari pada harus menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak
sesuai dengan kompetensi sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang
akhirnya

memberikan

peluang

bagi

tumbuhnya

pendidikan-pendidikan

nonformal, yang lebih bisa memberikan keterampilan praktis-pragramatis bagi
kebutuhan dunia kerja yang tentunya berpengaruh pada pencapaian status
seseroang.
Dalam

perspektif

lain,

dari

sisi

intelektualitas,

memang

orang-

orangberpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan
biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan
formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya
sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat. Maka
tingkat pendidikan yang tinggi dapat dikatakan telah mampu mengantarkan
seseorang ke arah jenjang lapisan atas di suatu negara berkembang.
1. Pendidikan dan Karier
Spesialisasi pekerjaan yang meningkat mendesakkan permintaan akan
spesialis-spesialis berpendidikan tinggi. Hal ini berlaku pada seniman-seniman
terkemuka, penulis-penulis profesional dan para cendekiawan yang umumnya
tidak hanya mengandalkan hubungan-hubungan keluarga, untuk mencapai
sukses atau pada ikatan-ikatan kelas yang penuh dengan penghargaan serta
ijasah pendidikan tinggi. Pola ini akan menjadi semakin menentukan juga di
kalangan elit di mana hubungan-hubungan demikian memainkan peranan yang
menentukan

dalam

proses

mobilisasi.Segi-segi

pendidikan

mengenai

kecenderungan seseorang dapat mencapai karier antara lain melalui jalur
pendidikan formal dan magang.
2. Pendidikan Formal
Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat
diamati pada lapisan elit masyarakat. Pendidikan demikian tidak dapat
dihindari telah menyebabkan kebanyakan anggota elit militer, politik, ekonomi
dan elit lainnya menguasai kecakapan-kecakapan kehidupan modern.
Kesemuanya menjadi kian penting bagi mereka dalam proses mobilitas. Oleh
13

karena dunia semakin kompleks dan kurang dapat dipahami oleh mereka yang
tidak berpengalaman secara teknis, maka pendidikan telah berperan dalam
memberi pengarahan baginya berperan dalam masyarakatnya. Semakin tinggi
pendidikan formal seseorang akan semakin tinggi kemungkinan status sosial
dan perannya di masyarakat.
3. Sistem Magang
Hal nyata dan penting bagi golongan elit dan masyarakat lain adalah
keterikatan secara dini dengan pekerjaan, latihan dengan spesialisasi yang
diperpanjang serta keterlibatan yang intensif dengan kerja dan sifat-sifat karier
yang panjang dalam bidang-bidang yang lainnya telah merupakan faktor
penting dalam penguasaan spesialisasi.Kemampuan ataupun promosi dapat
dilalui dengan model magang.
Magang kerja telah dapat mengantarkan seseorang menguasai kompetensi
kerja sehingga seseorang mendapatkan penghasilan pekerjaan. Selain
pendidikan formal yang berjenjang dan magang, seseorang dapat mencapai
suatu karier dengan latihan-latihan, baik dalam bentuk on the job training
maupun bentuk latihan-latihan lainnya yang dapat diikuti seseorang dalam
pengembangan kariernya.

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Stratifikasi social
Stratifikasi social adalah demensi vertical dari struktur social masyarakat,
dalam artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada,

14

apakah berlapis-lapis secara vertical dan apakah pelapisan tersebut terbuka atau
tertutup. Soerjono Soekanto (1981:133), menyatakan social stratification adalah
pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau
system berlapis-lapis dalam masyarakat. Stratifikasi social merupakan konsep
sosiologi, dalam artian kita tidak akan menemukan masyararakat seperti kue lapis;
tetapi pelapisan adalah suatu konsep untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat
dibedakan secara vertical menjadi kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah
berdasarkan criteria tertentu. Paul B Horton dan Chester L Hunt ( 1992: 5 )
menyatakan bahwa stratifikasi social merupakan system peringkat status dalam
masyarakat. Peringkat memberitahukan kepada kita adanya demensi vertical
dalam status social yang ada dalam masyarakat.
Kriteria apa saja yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan demensi
secara vertical ini. Paul B Horton ( 1982 : 4) mengatakan bahwa Dua ribu tahun
yang lalu Aristoteles mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi ke dalam tiga
golongan: golongan sangat kaya, golongan sangat miskin dan golongan yang
berada diantara mereka. Menurut Karl Marx, kelas social utama terdiri atas
golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis) dan golongan menengah (borjuis
rendah).Pendapat di atas merupakan suatu penggambaran bahwa stratifikasi social
sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap masyarakat bagaimanapun
juga keberadaanya pasti akan di dapatkan pelapisan social tersebut. Apa yang
dikemukakan Aristoteles. Karl Marx adalah salah satu bukti adanya stratifikasi
social dalam masyarakat yang sederhana sekalipun. Kriteria jenis kekayaan dan
juga profesi pekerjaan merupakan criteria yang sederhana, sekaligus menyatakan
bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa kelas.

III.2 Tingkat Pendidikan Dan Tingakat Golongan Sosial
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya.Menurut penelitian memang
terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat
pendidikanyang telah ditempuhnya,meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan
sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan
golongan sosial antara lainterjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak

15

melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi.Sementara orang yang termasuk
golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai perguruan
tinggi.Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan
besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan
anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis.Sebaliknya anak yang
orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok ,
tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati
perguruan tinggi.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu:
1.Pendapaan orang tua.
2.Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua.
3.Kurangnya minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

III.3 Pengaruh Pendidikan Terhadap Kelas-Kelas Sosial
Pendidikan memiliki peran alokasi dan distribusi sumber social, melalui
distribusi lapangan kerja. Orang mengisi suatu lapangan kerja atas dasar
kemampuan atau keahlian yang dimilikinya. Kemampuan atau keahlian tersebut
diperoleh melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman dalam lingkungan
keluarga, sekaolah atau masyarakat.
Mengenai hubungan antara status social keluarga dengan pendidikan
mempunyai perbedaan kedudukan dalam lapisan social berkaitan dengan
perbedaan persepsi dan sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan.Keberhasilan
suatu pendidikan individu ini tidak terlepas dari dukungan dan kemampuan orang
tua dalam menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang diperlukan. Akan tetapi
pendidikan yang memadai mungkin sangat sulit didapatkan oleh keluarga lapisan
kelas bawah.
Pada lingkungan Sekolah , kualitas sekolah itu berbeda-beda dilihat dari
segimanapun, hal itu pun telah menjadi pengetahuan umum. Oleh karena tuntutan
atau persyaratan untuk memasuki suatu sekolah berlainan menurut kualitas
sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan serta kemauan orang tua untuk
memenuhinya juga berbeda-beda menurut strata sosialnya, maka terdapatlah
kecendrungan bahwa orang dari strata rendah akan memasukan anak-anaknya
kesekolah yang persyaratannya tidak terlalu berat. Akan tetapi sekolah yang
demikian itu kurang bermutu. Sebaliknya orang dari strata menengah selalu
berusaha untuk bisa menyekolahkan anaknya kesekolah yang bermutu tinggi.
Dengan demikian apabila mutu sekolah berpengaruh terhadap mutu
pendidikan lulusannya, dan apabila mutu pendidikan berpengaruh terhadap
lapangan kerja yang diperoleh dan upah atas penghasilan yang diterima, maka
16

jelaslah bahwa masa depan anak-anak dari lapisan social rendah akan kurang lebih
cera jika dibandingkan anak-nak dari lapisan kelas social menengah dan lapisan
social tinggi.
Mungkin jika melihat dari fakta-fakta yang ada, pendidikan telah dijadikan
sebagai sarana komersialisasi pendidikan. Dimana telah munculnya sekolahsekolah favorit, dimana sekolah-sekolah tersebut telah banyak mendapat
kepercayaan sangat besar dari orang tua dan pemuda, sehingga menjadi idaman
untuk bisa memasukan anaknya atau dirinya bersekolah disekolah favorit tersebut.
Hal-hal yang ada seperti timbulnya sekolah favorit tersebut banyak
mengandung segi-segi positif dan negative. Segi positif nya adalah persaingan
untuk memperoleh pendidikan yang baik, sedangkan segi negatifnya adalah
bahwa hal tersebut menunjukan adanya gejala yang kurang sehat didalam dunia
pendidikan. Apalagi persaingan tersebut sudah menjadi persaingan yang tidak
sehat, seperti adanya oknum yang menerima sejumlah uang untuk memasukan
anaknya pada sekolah favorit tersebut, hal ini sangat merugikan para keluarga
yang berada pada stratifikasi rendah dimana para stratifikasi rendah tersebut
tergolong pada ekonomi rendah. Jadi situasi seperti ini dapat menimbulkan
kecemburuan social dan terlihat juga kesenjangan social yang mencolok.
Hal lain dari yang berkaitan dengan pelapisan social adalah Isu mengenai
materi pengajaran. Strata social tertentu yang memperoleh kemudahankemudahan melebihi strata lain.Kata-kata dan ungkapan yang terdapat dalam
materi pengajaran terutama diambil dari perbendaharaan kata-kata dan ungkapan
yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari strata social menengah. Jelas bahwa
pelajar dari lapisan social rendah yang belum terbiasa dengan penggunaan katakata dan ungkapan yang terdapat dalam materi sekolah dituntut lebih banyak
usaha untuk mengejar ketinggalannya dibanding dengan pelajar dari lapisan social
menenggah itu sendiri.dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendidikan sangat
mempengaruhi strata social, diman strata social dapat dikatakan kelompok yang
kurang beruntung.
Sistem pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat melalui fungsi
seleksi, alokasi dan distribusi yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau
terpeliharanya stratifikasi social. Jadi secara langsung maupun tidak langsung
system pendidikan bersama dengan factor-faktor lain diluar pendidikan
melestarikan adanya system stratifikasi social.

17

Dari sekian banyak masalah yang menimpa dunia pendidikan maka tak jarang
juga banyak kalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan distribusi
berbagai fasilitas social dikalangan masyarakat. Pemerataan dalam hal
memperoleh pendidikan, diantaranya adalah
1. Setiap anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama disekolah.
2. Setiap anak memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat
dan minatnya.
3. Setiap anak memperoleh

kesempatan

mengembangkan

pribadinya

semaksimal mungkin.

III.4 Landasan Teori
Teori Stratifikasi Sosial Menurut Karl Marx
Stratifikasi Sosial secara umum memiliki arti perbedaan masyarakat atas
lapisan-lapisan (kelas-kelas secara bertingkat), yang mana kelas tersebut dapat
terbentuk karena tergantung sedikit banyaknya jumlah sesuatu yang dihargai
oleh masyarakat. Misalnya, Jika masyarakat lebih menghargai materi, maka
kelas yang paling tinggi adalah orang-orang yang dapat mengumpulkan materi
sebanyak mungkin, sedangkan mereka yang sedikit atau tidak memiliki materi
apa-apa berada pada kelas paling bawah.
Lapisan dalam masyarakat akan tetap ada sekalipun dalam masyarakat
Kapitalis, Demokratis maupun Komunis, karena lapisan tersebut telah ada sejak
manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam organisasi sosial
Sedangkan teori Stratifikasi Sosial menurut Karl Marx adalah pandangannya
tentang teori kelas. Teori kelas adalah sejarah dari segala bentuk masyarakat
atau sejarah peradaban umat manusia dari dulu hingga sekarang yang disebut
dengan sejarah petikaian antar golongan / konflik antar kelas.
Pandangannya tentang Stratifikasi sosial yaitu kelas-kelas memiliki
karakteristik dimana adanya solidaritas yang spontan sampai tingkat tertentu
terhadap kelas-kelas lain. Didalam kelas harus terdapat benih-benih kesadaran
kelas yaitu suatu benih kepentingan bersama. Kelas yang ada itu sendiri disebut
dengan class in itself, apabila kelas itu sadar akan tempatnya di dalam proses
produksi, maka timbulah kelas bagi dirinya sendiri yang disebut dengan class

18

for itself. Kelas-kelas ini tergantung satu sama lainnya. Yang satu tidak dapat
ada tanpa yang lain akan tetapi kelas-kelas ini tidaklah sederajat.

III.5 Stratifikasi berdasarkan pendidikan
Stratifikasi sosial dapat didefinisikan sebagai perbedaan anggota masyarakat
berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki seseorang dibedakan
lagi antara status yang diperoleh (ascribed status) dan status yang diraih
(achieved status). Status yang diperoleh misalnya perbedaan usia, perbedaan
kekerabatan dan keanggotan dalam kelompok kasta dan kelas sosial.
Berbeda dengan itu, status sosial yang diraih adalah status sosial yang
diperoleh seseorang karena prestasi kerja yang diperolehnya. Seorang anak
petani

karena

prestasinya

dalam

bidang

ilmu

pengetahuan

berhasil

menempatkan diri pada status sosial yang tinggi karena prestasi akademiknya
yang tinggi, profesor, misalnya.Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa
stratifikasi sosial adalah pembedaan/pengelompokan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas yang bertingkat (hierarkis), kelas tinggi, menengah dan
rendah. Pemilikan terhadap sesuatu yang berharga merupakan bibit yang
menimbulkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Sesuatu yang
berharga itu dapat berupa benda ekonomis dan nonekonomis. Pemilikan tanah,
rumah, mobil, deposito dan lain-lain adalah benda-benda ekonomis. Akan tetapi,
kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam beragama, keturunan keluarga
terhormat adalah benda-benda yang nonekonomis.
Bentuk-bentuk stratifikasi sosial. Menurut Ralp Lipton stratifikasi sosial
terdiri dari:
1) Stratifikasi sosial berdasarkan usia.Stratifikasi ini sangat menentukan hak dan
wewenang dari mereka yang menjadi anak sulung dan yang bukan. Dalam
sistem kerajaan Inggris misalnya, anak sulung memiliki hak untuk menjadi putra
mahkota menggantikan kedudukan raja di kemudian hari.
2) Stratifikasi jenis kelamin. Stratifikasi ini menentukan hak dan wewenang
antara anak laki-laki dan perempuan. Dalam masyarakat yang menganut sistem
patriarkat, anak laki-laki mempunyai wewenang yang lebih besar untuk
mewarisi kekayaan orang tua. Sebaliknya, dalam sistem kemasyarakatan
marilineal, wanita memiliki hak yang lebih luas dibandingkan laki-laki.

19

3) Stratifikasi berdasarkan hubungan kekerabatan. Stratifikasi ini menentukan
hak dan wewenang dari seorang ayah, ibu, paman, dan anak serta keponakan
dalam kehidupan keluarga.
4) Stratifikasi berdasarkan keanggotaan dalam masyarakat. Stratifikasi yang
berhubungan dengan etnis, agama dan golongan dalam masyarakat. Stratifikasi
ini bersifat horizontal.
5) Stratifikasi ini berdasarkan pendidikan. Stratifikasi berdasarkan tingkat
pendidikan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang
dimilikinya, semakin tinggi kedudukan sosial seseorang.
6) Stratifikasi berdasarkan pekerjaan. Stratifikasi ini tergantung jabatan
seseorang dalam pekerjaan. Ada yang berkedudukan sebagai manajer dan ada
yang berkedudukan sebagai pekerja biasa.
7) Stratifikasi berdasarkan tingkat perekonomian yang dimiliki seseorang. Ada
yang berkedudukan sebagai kelas atas, menengah dan ada yang kelas bawah.
Stratifikasi sosial terdiri dari tiga dimensi, yaitu:
1) Dimensi ekonomi: kaya, kelas menengah dan miskin;
2) Dimensi kehormatan: kelas bangsawan dan rakyat jelata;
3) Dimensi kekuasaan: ruler dan the ruled"

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dengan memahami beberapa pembagian dan penjelasan tentang masalahmasalah yang melingkupi lembaga pendidikan masing–masing, diharapkan
adanya agen-agen yang mampu merubah kondisi negeri ini dari keterpurukan
nasional, tentunya hal ini juga diperlukan adanya langkah nyata serta bantuan
baik moril ataupun materil dari pemerintah maupun masyarakat terhadap semua
undang-undang yang telah dicanagkan agar bisa terlaksan dengan sempurna.
Walaupun dari beberapa undang-undang yang telah di tetapkan oleh pemerintah

20

tidak luput dari kritik dari beberapa tokoh liberal karena negara telah
memasukan pemahasan-pembahasan agama kedalam undang-undang yang
berpotensi menumbuhkan gesekan antar agama. Tentunya sebagai bangsa yang
menjunjung tinggi agama haruslah mengangap bahwa hal itu hanya sebagai
salah satu koreksi ke arah yang lebih baik atas peran lembaga pendidikan di
masyarakat.
Fungsi pendidikan bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang berkelanjutan.
Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan peruabahan dalam
masyarakat. Pendidikan harus bisa memberikan pemahaman kepada peserta
didik tentang realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan mobilitas sosial.
Orang bisa mendebat balik, dengan pendidikan seseorang bisa mengalami
mobilitas sosial.

IV.2 Saran
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan
sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran,
naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi
dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang
berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George,1985, Sosiologi - Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta : Rajawali
Sunarto, Kamanto,2004, Pengantar Sosiologi, Jakarta: FEUI
Suryono, Soekanto, ED. Baru, 42, 2009, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali
Nasikun, 1984, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Rajawali
Adiwikira, Sudardja. Sosiologi Pendidikan : isu dan hipotesis tentang hubungan
pendidikan dengan masyarakat, Jakarta 1988.

21

James W. Van Der Zanden pada tahun 2010 di Inggris. Studi tentang perilaku dan
interaksi individu
Shobaruddin. 1992. Kebutuhan Manusia, Jakarta : Rajawali Pers
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : Pernada Media Grup
Taneko, Soleman. B. 1993. Struktur dan Proses sosial

Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya.

22