bimbingan dan konseling (4). docx

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa pelayanan
konseling merupakan suatu bentuk bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok dan perkembangan secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.1
Selain kegiatan layanan bimbingan dan Konseling yang telah dibahsa
sebelumnya, dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan kegiatan lain
yang dapat mendukung layanan bimbingan dan konseling. Meskipun bersifat
mendukung, kegiatan pendukung layanan nimbingan dan konseling sangat
penting untuk dilaksanakan. Layanan BK tidak dapat dilaksanakan dengan
efektif tanpa melaksanakan kegiatan-kegiatan pendukung layanan BK.
Kegiatan pendukung diperlukan untuk memperoleh berbagai data,
keterangan dan informasi, terutama tentang peserta didik dan lingkungannya.
Kegiatann- kegiatan pendukukung layanan BK yang akan dijelaskan antara

lain ada lima yaitu: aplikasi instrumen, himpunan data, konferesni kasus,
kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.

1 Asmidir Ilyas, Meri Wahyuni dan Yusri, “Pelaksanaan Kunjungan Rumah Oleh Guru
BK/Konselor
Di
SMA
Negeri
1
Kota
Padang”
diakses
melalui
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons pada tanggal 1 November 2014 pukul 13.00 wib

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi intrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan melalui
pengumpulan yang dilakukan dengan menggunakna alat ukur atau instrumen
tertentu. Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapakan
kondisi tertentu atas diri siswa. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi
instrumentasi dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling dapat
dilakukan melalui tes dan nontes.2 Hasil pengumpulan dat akan digunakan
untuk kepentingan peserta didik.
1. Tujuan
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengumpulkan data dan keterang peserta didik (baik secara individual
maupun kekompok), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan
linngkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan
dan jabatan).3 Apabila dikaitkan dengan fungsi- fungsi bimbingan dan
konseling terutama fungsi pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi
bertujuan untuk memahami kondisi siswa seperti potensi dasarnya, bakat
dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah yang
dihadapi, dan lain sebagainya.
2. Komponen
Pertama, instrumen. Terkait


dengan

instrumen,

ada

dua

subkomponen yang tidak bisa dipisahkan, yaitu materi yang akan
diungkapkan melalui instrumen dan bentuk instrumen itu sendiri. Yang
dimaksud materi yang akan diungkapkan disini adlah hal-hal menyangkut
klien yang akan diungkapkan melalui instrumen tertentu misalnya: kondisi
fisik siswa, kondisi dasar psikologis individu seperti potensi dasar, minat
dan bakat, kondisi atau kegiatan dan hasil belajar, kondisi keluarga dan
lingkungan siswa, kondisi hubungan sosial, kondisi arah pengembangan
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta:PT Raja Grafindo, 2011) h. 207
3 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 89


3

dan kenyataan karier, permasalahan yang potensial yang dihadapi siswa.
Sedangkan bentuk instrumen yang dimaksud adalah alat yang digunakan
untuk mengungkapkan data siswa apakah tes atau nontes seperti angket
dan lain sebagainya.4 Konselor dapat menggunakan atau memanfaatkan
teknologi untuk mengungkapkan tentang diri klien dan masalah yang
dialaminya.
Kedua, responden. Yang dimaksud responden adalah individuindividu yang mengerjakan instrumen baik tes maupun nontes melalui
pengadministrasian yang dilakukan oleh konselor.
Ketiga, pengguna instrumen. Yang dimaksud pengguna instrumen
adalah pihak-pihak yang dapat menggunakan instrumen-instrumen tertentu
sesuai dengan kewenangannya. Misalnya instrumen tes psikologi untuk
mengungkapkan kondisi kepribadian individu (siswa) yang cukup pelik
hanya diselenggarakan dan hasilnnya hanya digunakan oleh para psikolog
yang memiliki kewenangan khusus berdasarkan kaidah profesional.
Konselor bisa melaksanakan tes psikologi yang lebih sederhana seperti tes
intelegensi dan tes bakat setelah mengikuti pelatihan khusus dan
memperoleh sertifikat kewenangan untuk menyelenggarakan tes yang
dimaksud.

3. Teknik
Kesesuaian

antar

jenis

instrumen

dengan

responden,

penyelenggaraan adminsitrsi instrumen, dan penggunaan hasil instrumen
sangat menentukan keberhasilan layanan.5 Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a. Penyiapan Instrumen
Instrumen tertentu harus benar-benar cocok digunakan untuk
mengungkapkan apa yang ada dalam diri siswa. Konselor perlu
melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) mempelajari manual insrtumen,

(2) mengidentifikasi karakteristik siswa, (3) melihat kesesuaian antara
instrumen dan siswa, (4) menyiapkan diri untuk mengadministrsikan
instrumen, (5) menyiapkan aspek teknik dan administrasi.
b. Pengadministrasian Instrumen
4 Tohirin, op cit., h. 209
5 Ibid., h. 212

4

Pengadministrasian instrumen berkenaan dengan pertanyaan
apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa isntrumen tertentu
diaplikasikan kepada siswa. Guna memberikan jawaban atas
pertanyaan diatas, konselor mengemukakan: (1) pokok isi, bentuk,
tujuan dan kegunaan instrumen bagi responden, (2) bagaimana bekerja
dengan instrumen terentu, (3) bagaimana mengolah jawaban
responden, (5) bagaimana hasil tersebut digunakan dan apa yang perlu
atau diharapkan dilakukan oleh responden.
c. Pengolahan dan Pemaknaan Jawaban Responden
Pengolahan jawaban responden dapat dilakukan secara manual
dan dapat menggunakan perlatan elektronik seperti program komputer.

Data atau jawaban responden yang sudah diolah baik secara manual
maupun komputer selanjutnya dianalisis atau dimaknai dengan
menggunakan kriteria tertentu yang telah ditetapkan; selanjutnya siap
digunakan dalam rasngka pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Penyampaian Hasil Instrumen
Hasil intrumen harus disampaikan secara cermat dan hati-hati.
Disini asas kerahasiaan harus benar-benar diterapkan. Hasil aplikasi
instrumen tida tidak boleh diumumkan secara terbuka dan tidak boleh
diajadikan pembicaraan umum, apalagi apabila didalamnya terdapat
nama siswa. Hasil instrumen tertentu, dapat dijadikan pertimbangan
untuk memanggil siswa dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling.
Meskipun belum memperlihatkan tanda-tanda bermasalah
seperti siswa yang pintar, mereka juga bisa dipanggil untuk
mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, karena layanan
bimbingan dan konseling adalah hak semua siswa disekolah.
e. Penggunaan Hasil Instrumen
Hasil instrumen dapat digunakan bagi perencanaan program
bimbingan, penetapan peserta layanan, sebagai isi layanan, tindak
lanjut, dan bagi upaya pengembangan.

Pertama, untuk perencanaan

program

bimbingan

dan

konseling. Sebaiknya perencanaan program pelayanan bimbingan dan

5

konseling di sekolah disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui
aplikasi instrumen.
Kedua, penetapan peserta layanan. Dari hasil instrumen,
konselor bisa menetapkan indivdu (siswa) yang perlu mendapatkan
layanan sebaiknya tetap berpegang pada prinsip prioritas.
Ketiga, hasil insturmentasi sebagai isi layanan. Hasil
instrumentasi, secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan isi
layanan yang hendak dilaksanakan atau sedang dilaksanakan terhadap

klien.
Keempat,

hasil

instumentasi

dan

tindak

lanjut.

Hasil

instrumentasi, dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi upaya
tindak lanjut pelayanan terhadap klien.
Kelima, hasil instrumentasi dan upaya pengembangan. Data
hasil instrumentasi dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi
dapat secara tepat menunjang pengembangan program-program

pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
4. Pelaksanaan Kegiatan
Menurut Tohirin, kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu
proses dimana pelaksanaannya menempuh tahapan-tahapan tertentu6.
Adapun tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan konselor adalah:
1) Menetapakan objek yang akan diukur atau diungkapakan
2) Menetapakan subjek yang akan menjalani pengukuran
3) Menyususninstrumen sesuai dengan objek yang akan diungkapkan
4) Menetapkan prosedur pengungkapan
5) Menetapkan fasilitas
6) Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Pelaksanaan
Hal-hal yang harus dilakukan konselor adalah:
1) Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumen
kepada pihak terkait
2) Mengorganisasi kegiatan instrumentasi
3) Mengadministrsikan instrumen
4) Mengolah jawaban responden

5) Menafsirkan hasil instrumen
6) Menetapakan arah penggunaan hasil instrumen
c. Evaluasi
6 Tohirin, op. cit., h. 216

6

Pada tahap ini hal-hal yang harus idlakukak konselor adalah:
1) Menetapkan materi evaluasi terhadap kegiatan instrumen serta
penggunaan hasil-hasilnya.
2) Menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi
3) Melaksanakan evaluasi
4) Mengolah dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi.
d. Analisis Hasil Evaluasi
1) Menetapkan norma atau standar analisis
2) Melakukan analisis
3) Menafsirkan hasil analisis
e. Tindak Lanjut
1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan
instrumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya.
2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
3) Melaksanakan tindak lanjut
f. Pembuatan laporan
a) Menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi
b) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait
c) Mendokumentasikan laporan kegiatan
B. Himpunan Data
Penyelenggaraan

himpunan

data

adalah

kegiatan

pendukung

bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan
yang relevan dengan keperluan pengembangan klien (siswa).7 Data
merupakan deskrisi atau gambaran atau keternag tentang sesuatu. Jadi dat
bisa berarti deskripsi atau gambaran, keternngan atau catatan tentang siswa.
Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan,
penggolong-golongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu.
Himpunan dat juga bermakna usaha-usaha untuk memperoleh data tentang
peserta didik, menganalisis dan menafsirkan serta menyimpannya.8
1. Tujuan Himpunan Data
Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk menghimpun
data dan keterangan yang relevan dngan keperluan pengembangan siswa
dalam berbagai aspeknya. Penyelenggaraan himpunan dat juag bertujuan
untuk menyediakan dat ayang berkualitas dan lengkap, diharapkan
pelaksanaan berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien.
7Hallen A, op. cit., h. 90
8Tohirin, op. cit., h. 218

7

Secara lebih khusus, penyelenggaraan himpunan data terkait
dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling
2.

terutama fungsi pemahaman.
Komponen
Komponen-komponen dalam himpunan data terkait dengan tiga
komponen yaitu jenis data, bentuk himpunan data, dan penyelenggaraan
himpunan data.
Pertama, data yang dihimpun dari siswa dapat mencakup data
psikologi dan data sosial. Menurut Priyatno data terdiri dari empat jenis
data yaitu: data pribadi, data kelompok, data umum, dan data khusus.9
Kedua, bentuk himpunan data. Semua data yang terhimpun dalam
himunan data dapat berupa rekaman, tulisan, angka, gambar pada
lembaran kertas, film srta audio. Semua data itu dapat terhimpun dalam
bentuk: (a) buku data pribadi, (b) himpunan lembaran dengan format
yang didesain secara khusus, (c) kumpulan data kelompok dan laporan
kegiatan, (d) program komputer dan (e) kumpulan data umum.
Ketiga, penyelenggaraan himpunan data. Konselor disekolah atau
madrasah merupakan penyelenggara himpunan data yang memiliki tugas
utama yaitu: (a) menghimpun data yang mencakup dat pribadi,
kelompok, dan data umum, (b) mengembangkan sumber data yang
bersifat langsung, luas, lugas, luwes, dan lancar, dan (c) menggunakan

3.

data untuk keperluan layanan bimbingan dan konseling.
Teknik Himpunan Data
Agar memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga
dapat menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif,
konselor perlu menerapkan beberapa teknik seperti:
a. Aplikasi Instrumen
Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari sumbersumber yang relevan. Penerapan teknik ini harus benar-benar
memperhatikan prosedur dan persyaratan aplikasi instrumentasi yang
b.

sudah dijelaskan sebelumnya.
Penysusunan dan Penyimpanan Data
Sebaiknya data dikelompokkan dan disusun secara sistematis
sesuai jenis datanya. Penyimpanan dan penyusuna data yang baik

9 Tohirin, op. cit., h. 219

8

akan

mempermudah

penggunaan,

pengembangan,

dan

penghapusannya.
Untuk penyimpanan data diperlukan alat untuk menyimpan
data. Alat menyimpan data dapat berbentuk kartu, buku pribadi dan
map. Bentuk kartu sebaiknya dibuat dengan ukuran-ukuran serta
warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam filing
cabinet.10 Untuk menyimpan berbagai keternagn, informasi atau pun
data masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi.
Mengingat banyak sekali aspek- aspek data siswa yang perlu dan
harus dicatat, maka perlu adanya suatu alat yang dapat menhimpun
c.

data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
Penggunaan Perangkat Komputer
Dengan bantuan komputer, data tertentu seperti alamat, citacita, pilihan program, dan sebagainya dapat segera dilacak untuk

d.

digunakan secara cepat dan tepat.
Tenaga Administrasi
Konselor membutuhkan tenaga administrasi untuk membantu
menghimpun data siswa diseolah atau madrasah. Tenaga administrasi
harus

benar-benar

mengetahui

mekanisme

penyusunan,

penyimpanan, dan penggunaan data, ditambah lagi harus bisa
menjaga rahasia.11
Staf atau tenaga administrasi adalah personel yang memiliki
tugas bimbingan khusus, yaitu: membantu mempersiapkan seluruh
kegiatan

bimbingan12,

membantu

menyiapakan

sarana

yang

diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling.
Selain teknik-teknik diatas, secara umum teknik pengumplan dat
dapat dilakukan secara tes maupun nontes.
Pertama, teknik tes. Teknik tes merupakan suatu metode
penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai
aspek tingkah laku dan kehidupan psikologis seseorang, dengan
10Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), h. 51
11 Tohirin, op. cit., h. 222
12 Achmad Juntika Nurihsan, op. cit., h. 48

9

menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif
tentang aspek yang diukur. Alat tes yang digunakan harus memiliki
validitas dan realibilitas dengan aspek yang direncanakan untuk diukur
melalui tes tersebut. Tes yang digunakan untuk menghimpun data ada
beberapa macam yaitu; tes hasil belajar, tes kemampuan khusus, tes
minat, tes perkembangan vokasional, dan tes kepribadian.
Kedua, teknik nontes. Yang termasuk alat-alat nontes dalam
himpunan data adalah: angket tertulis, wawancara, observasi, otobiografi,
anekdot, skala penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi,
4.

studi kasus.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan himpunan data meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, analisis, tindak lanjut, dan laporan.
Pertama, perencanaan yang mencakup: (a) mentapkan jenis dan
kalsifikasi data dan sumber-sumbernya, (b) menetapkan bentuk
himpunan

data,

(c)

menetapkan

dan

menata

fasilitas

untuk

penyelenggaraan himpunan data, (d) menetapkan mekanisme pengisian,
pemeliharaan, dan penggunaan himpunan data, (e) menyiapkan
kelengkapan administrasi.
Kelengkapan administrasi yang harus disiapkan seperti:13 alat
tulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta
blanko laporan kegiatan, balnko surat, kartu konsultasi, kartu kasus,
blanko konferensi kasus.
Kedua, pelaksanaan

yang

mencakup

kegiatatan:

(a)

mengumpulkan data dan memasukkannya kedalam himpunan data sesuai
klasifikasi dan sisten etika yang ditetapkan, (b) memanfaatkan data untuk
berbagai jenis layanan konseling, (c) memelihara dan mengembangkan
himpunan data.
Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan: (a) mengkaji atau
menelah efisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan,
(b) memeriksa kelengkapan, keakuratan, keaktualan, dan kemanfaatan
data dalam himpunan data.
13 Ibid., h. 51

10

Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukakan
adalah melakukan analisis terhadap hasil evaluasi.
Kelima, tindak lanjut. Yang dilakukan adalah mengembangkan
himpunan data lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis.
Keenam, laporan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a)
menyusun laporan kegiatan himpunan data, (b) menyampaian laporan
kepada pihak terkait, (c) mendokumentasikan laporan.
C. Konferensi Kasus
Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam
suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapakan
dapat memberikan bahan, keterangan mdan komitmen bagi terentasnya
permaslahan tersebut.14 Konferensi kasus bersifat tertutup dan terbatas.
1. Tujuan
Konferensi kasus bertujuan untuk pengembangan

dan

pemeliharaan potensi-potensi siswa atau pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan
pengembangan

yang
dan

dibahas

dalam

pemeliharaan)15.

konferensi
Dengan

kasus

(fungsi

tercegahnya

dan

terentaskannya permaslahan serta berkembangnya dan terpeliharanya
berbagai potensi, berarti hak-hak klien dapat terjaga dan terpelihara
2.

aktualitasnya.
Komponen
Komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri,
peserta, dan konselor.
Kasus-kasus yang dibahas dalam konferensi kasus dapat
mencakup: (a) masalah klien yang sedang ditangani oleh konselor, (b)
masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum
ditangani oleh konselor, (c) kondisi lingkungan yang terindikasi atau
potensi berpotensi bermasalah, (d) laporan terjadinya masalah tertentu,
(e) isi yang patut ditanggapi dan memperoleh yang memadai.
Para peserta dalam konferensi kasus umumnya adalah semua
pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas.
14 Hallen A, op.cit., h. 91
15 Tohirin, op. cit., h.238

11

Sedangkan konselor atau pembimbing merupakan penyelenggara
konferensi kasus mulai perencanaan, pelaksanaan, penggunaan hasil,
hingga pelaporan secara pelaporan secara menyeluruh.
Dalam konferensi kasus secara spesifi dibahas permasalahan yang
dialami oleh peserta didik tertentu dalam suatu forum diskusi yang
dihadiri oleh pihak-pihak terkait seperti: guru pembimbing (konselor),
wali kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah. Orang tua, dan segala
tenaga ahli lainnya yang diharapakan dapat memberikan data dan
3.

keterangan.
Teknik Konferensi Kasus
Dalam konferensi kasus dapat ,menerapakan teknik antara lain:
kelompok nonformal, pendekatan normatif, dan pembicaraan terfokus
Konferensi kasus menggunakan teknik ini bersifat tidak resmi,
artinya

tidak

menggunakan

cara-cara

tertentu

yang

bersifat

instruksional.16
Selanjutnya, teknik pendekatan normatif. Penerapan teknik ini
harus memperhatikaan penyebutan nam seseorang harus disertai asas
kerahasiaan, pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus bertujuan
positif yang menguntungkan semua pihak yang terkait, pembicaraan
dalam suasana bebas dan terbuka dan objektif tanpa pamrih, diminta
kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima, serta bahasa dan
cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas kenormatifan.
Teknik selanjutnya adalah teknik pembicaraan terfokus. Semua
peserta konferensi kasus bebas mengembangkan apa yang diketahui,
dipikirkan, dirasakan, dan ddibayangkan akan terjadi berkaitan dengan
kasus yang dibicarakan, namun jangan sampai pembicaraan meluas
diluar konteks, mengada-ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang
menyinggung pribadi-pribadi tertentu. Untuk itu konselor harus mampu
membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengikuti
pembicaraan, mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam
pembahasan

kasus,

serta

mengambil

menyimpulkan seluruh isi pembicaraan.
16Ibid., h. 239

inti

pembicaraan

untuk

12

4.

Pelaksanaan Kegiatan
Konferensi kasus dapat dilaksanakan dimana saja, prinsipnya
tempat berlangsungnya konferensi kasus harus nyaman dan kondusif
mendukung pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas
konseling. Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai
berikut: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi,
tindak lanjut, dan laporan.

D. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan klien melalui kunjungan kerumanhnya.17
Menurut Prayitno, kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi
kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan siswa yang menjadi
tanggung jawab koonselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. 18 Jadi,
kunjungan rumah adala kegiatan pendukung layanan konseling yang
dilakukakan untuk mendeteksi, memperpleh data, keterangan tentang kondisi
keluarga siswa (klien).
Kunjungan rumah perlu dilaksanakan jika: 1) Jika permasalahan yang
dihadapi siswa ada sangkut pautnya dengan masalah keluarga, 2) Keluarga
sebagai salah satu sumber data yang dapat dipercaya tentang keadaan peserta
didik, 3) Dalam kegiatan bimbingan diperlukan kerjasama antara guru
BK/Konselor dengan orang tua, 4) Faktor situasi keluarga memegang peranan
penting terhadap perkembangan kesejahteraan peserta didik. 19 Kunjungan
rumah juga bisa dilaksanakan apabila data siswa untuk kepentingan
pelayanan bimbingan konseling belum atau tidak diperoleh melalui
wawancara dan angket. Selain itu, kunjungan rumah perlu dilakukan untuk
melakukan cek list berkenaan dengan data yang diperoleh melalui angket dan
wawancara.
17Hallen A, op. cit., h. 92
18 Tohirin, op. cit., h. 241
19 Asmidir Ilyas, Meri Wahyuni dan Yusri, “Pelaksanaan Kunjungan Rumah Oleh Guru
BK/Konselor
Di
SMA
Negeri
1
Kota
Padang”
diakses
melalui
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons pada tanggal 1 November 2014 pukul 13.00 wib

13

1.

Tujuan Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan yaitu: pertama untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan
dan permasalahan siswa, dan kedua untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahannya. Oleh karena itu fungsi utama bimbingan yang diemban

2.

oleh kunjungan rumah adalah fungsi pemahaman dan pengentasan.
Komponen
Komponen yang berkenaan dalam kunjungan rumah yaitu kasus,
keluarga dan konselor.kunjungan rumah difokuskan pada penanganan
kasus yang dialami oleh siswa yang terkait dengan faktor-faktor keluarga.
Kasus tersebut terlebih dahulu dipahami, dianalisis, disikapi, dan
selanjutnya diberikan layanan bimbingan dan konseling yang memadai.
Kunjungan rumah juga dapat merupakan bagian langsung atau tindak
lanjut pelayanan bimbingan dan konseling terdahulu terhadap kasus yang
dimaksud.
Komponen selanjutnya adalah keluarga . keluarga yang menjadi
fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-kondisi yang menyangkut:
orang tua atau wali, anggota keluarga yang lain, orang-orang yang
tinggal dilingkungan keluarga yang bersangkutan, kondisi fisik rumah,
kondisi ekonomi keluarga dan hubungan sosio-emosional yang terjadi
dlam keluarga.
Selanjutnya

adalah

konselor.

Konselor

bertindak

sebagai

perencana, pelaksana, dan sekaligus pengguna hasil- hasil kunjungan
rumah. Seluruh kegiatan kunjungan rumah dikaitkan langsung dengan
3.

pelayanan bimbingan dan konseling dan kegiatan pendukung lainnya.
Teknik Kunjungan Rumah
Teknik dalam bimbingan dan konseling adalah: format, materi,
peran klien, kegiatan, undangan terhadap keluarga, waktu, dan tempat
serta evaluasi.
Kunjungan rumah dapat dilakukan dengan format lapangan dan
politik. Melalui kunjungan rumah, konselor memasuki lapangan
permasalahan klien yang menjangkau kehidupan keluarga lebih luas,
diharapkan penanganan klien dapat dilaksanakan secara komprehensif

14

dan intensif. Strategi politik pun dapat dilaksanakan, yaitu menghubungi
pihak-pihak lain yang terkait dalam keluarga.
Dalam merencanakan kunjungan rumah, konselor mempersiapkan
berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui
oleh orang tua dan anggota keluarag lainnya dengan catatan tidak
melanggar asas kerahasiaan klien. Keseluruhan materi dirangkai secara
sistematis baik dalam penggaliannya bersama anggota keluarga yang
dikunjungi maupun dalam menyusun hasil kunjungan rumah nantinya.
Keikutsertaan (peran) siswa dalam kegiatan kunjungan rumah,
diwujudkan melalui persetujuannya terhadap penyelenggaraan kunjungan
rumah. Konselor harus cermat mempertimbangkan apakah siswa yang
gbersangkutan dilibatkan atau tidak dalam pembicaraan antar konselor
dan keluarga.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan rumah
adalah kegiatan wawancara dengan anggota keluarga klien (siswa).
Selain itu juga kegiatan yang perlu dilakukan adalah observasi terhadap
kondisi lingkungan rumah klien dan sekitarnya.
Jika tidak memungkinkan untuk dilakukan kunjungan rumah,
dapat diganti dengan undangan terhadap keluarga. Undangan terhadap
keluarga tidak boleh dilakukan konselor dengan tujuan untuk
4.

menyampaikan kepada anggota keluarga yang isinya merugikan siswa.
Pelaksanaan Kegiatan
Seperti kegiatan-kegiatan bimbingan konseling yang lainnya,
kegiatan kunjungan rumah dimulai dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap, evaluasi, tahap analisis evaluasi, tindak lanjut dan
laporan.
Pada tahap perencanaan, hal-hal yang perlu dilakukan konselor
adalah menetapkan kasus siswa yang memerlukan kunjungan rumah, i
meyakinkan siswa tentang pentingnya kunjunga rumah, menyiapkan data
atau informasi pokok ynag perlu dikomunikasikan dengan keluarga,
menetapkan materi kunjungan rumah dan menyiapkan kelenkapan
administrasi.

15

Konselor harus20: 1)Mengadakan persiapan mental dan persiapan
yang bersangkutan dengan kunjungan rumah seperti: surat tugas dan
blangko tentang kunjungan rumah, yang akan diisi oleh guru BK, 2)
Menghindari memberikan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan dan
pengeledahan (dengan memperhatiakn masalah-masalah yang akan
dihadapi dalam kunjungan rumah), 3) Harus ada kepastian sebelum
kunjungan rumah bahwa kedatangan petugas bimbingan akan disambut
dengan baik. Kepastian ini dapat diperoleh dengan menanyai siswa
bersangkutan tentang rencana kunjungan rumah, 4) Informasi yang di
dapat dikumpulkan biasanya mencakup hal-hal: letak rumah dan keadaan
rumah, fasilitas belajar, kebiasaan belajar siswa dan suasana keluarga,
dan 5) Sesudah kembali dari kunjungan rumah, petugas bimbingan
menyusun laporan singkat tentang informasi yang diperoleh, dengan
membedakan antara fakta serta data dan kesan pribadi yang merupakan
interprestasi terhadap informasi.
E. Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus sering disebut layanan rujukan atau layana referal,
yaitu layanan untuk mellimpahkan kepada pihak lain yang lebih mampu dan
berwenang apabila masalah yang ditangani itu diluar kemampuan dan
kewenangan personel/ konselor disekolah tersebut.21untik kasus- kasus
tertentu yang penanganannya merupakan kewenangan psikoog atau psikiater,
konselor tidak boleh memaksakan diri untuk memecahkannya. Konselor haru
menyerahkan atau mengalihkan tanggung jawab pemecahannya kepada
psikolog atau psikiater.
1. Tujuan Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan
lebih cepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan

20 Asmidir Ilyas, Meri Wahyuni dan Yusri, “Pelaksanaan Kunjungan Rumah Oleh Guru
BK/Konselor
Di
SMA
Negeri
1
Kota
Padang”
diakses
melalui
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/kons pada tanggal 1 November 2014 pukul 13.00 wib
21 Achmad Juntika Nurihsan, op. cit., h. 36

16

memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak yang lebih
2.

ahli.22 Alih tangan kasus berkaitan dengan fungsi pengentasan.
Komponen Alih Tangan Kasus
Ada tiga komponen dalam alih tangan kasus, yaitu klien dengan
masalahnya, konselor dan ahli lain. Konselor atau pembimbing bekerja
atas prisip kerja sama yang baik dengan sesama kolega ( konselor lain
dan juga ahli-ahli lain yang terkait). Dengan prinsip kerja tersebut,
pemecahan masalah klien dapat dilakukan secara tuntas. Untukitu
konselor haru mengenali ahli-ahli seperti: dokter, psikiater, psikolog,
guru serta ahli bidang tertentu lainnya seperti adat, agama, budaya
tertentu.

3.

Teknik
Teknik yang berkaitan dengan alih tangan kasus adalah
pertimbangan, kontak, serta waktu dan tempat. Sebelum dilakukan alih
tangan kasus terlebih dahulu dipertimbangkan perlunya kegiatan itu
dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan itu diperoleh melalui diskusi
mendalam. Konselor atau pembimbing dapat melakukan kontak dengan
ahli-ahli lainnya melalui surat, telepon, SMS, BBM, Line, We chat,
Facebook dan lain-lain.
Selanjutnya alih tangan kasus diselenggarakan setelah siswa
memutuskan untuk alih tangan kasus dan ahli yang terkait dengan alih
tangan kasus tersebut merspon secara positif untuk diselenggarakannya

4.

alih tangan kasus.
Pelaksanaan Kegiatan Alih Tangan Kasus
Pelaksanaan kegiatan alih tangan kasus memenpuh tahapantahapan yang sama dengan kegiatan- kegiatan lainnya yaitu tahap
persiapan/ perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi dan
tindak lanjut serta penyusunan laporan.
Pada tahap perencanaan hal yang dilakukan adalah meyakinkan
siswa tentang pentingnya alih tangan kasus dan menghubungi ahli lain
yang terkait dengan kasus yang ingin dipecahkan. Selanjutnya hal yang
22 Hallen A, op. cit., h. 93

17

harus dilaksanankan pada tahap pelaksanaan yaitu mengkomunikasikan
alih tangan kasus kepada pihak terkait dan mengalihkan klien kepada ahli
lain yang terkait dengan kasus yang sedang dipecahkan.
Dalam memberikan layanan rujukan, konselor menyiapkan
berbagai data tentang siswa yang akan dialih tangankan diantaranya dat
tentang: kecerdasan, bakat, minat, kepribadian, latar belakang keluarga,
ekonomi, dan sejarah kesehatan serta pendidikannya.23
Setelah melewati tahap evaluasi dan tahap analisis hasil evaluasi
maka

klien

akan

mendapatkan

layanan

tindak

lanjut

apabila

diberlakukan) oleh pemberi layanan terdahulu dan atau alih tangan kasus
lanjutan.

23 Ibid., h. 36

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mendukung layanan bimbingan dan konseling diperlukan
kegiatan- kegiatan yang menunjang layanan bimbingan dan konseling itu
sendiri. Adapun kegiatan-kegiatan yang mendukung layanan dan bimbingan
konseling antara lain adalah: aplikasi instrumen, himpunan data, konferensi
kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Kegiatan-kegiatann
pendukung tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Pada umumnya kegiatan-kegiatan pendukung layanan bimbingan dan
konseling

bertujuan

untuk

mendapatkan

data

siswa

dan

berusaha

mengungkap masalah yang dihadapi siswa (klien) disekolah serta
manyelesaikannya. Semua kegiatan-kegiatan pendukung layanan bimbingan
dan konseling ditekankan pada fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan,
serta asa kerahasiaan.
Kegiatan- kegiatan pendukung layanan bimbibingan konseling harus
dijalankan berdasarkan prosedur agar mendapatkan hasil yang optimal serta
tidak merugikan pihak klien. Konselor harus cermat dalam menentukan
instrumen, menhimpun data, serta menentukan kasus agar tidak merugikan
pihak klien.
B. Saran

19

Agar kegiatan- kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
ini dapat berjalan lancar dan nantinya akan digunakan dalam kegiatan layanan
bimbingan dan konseling kami menyarankan agar kegiatan-kegiatan
pendukung layanan bimbimbingan konseling tersebut dilaksanakan sesuai
prosedur, sistematis, cermat, serta menjunjung asas kerahasiaan.