membangun strategi pengembangan
1
MEMBANGUN STRATEGI PENGEMBANGAN
DAN SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH
Oleh : Naili Rahmawati, M. Ag*1
Pendahuluan
Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi
yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam harus
mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar investasi yang berbeda
dengan standar investasi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah
dikenal selama ini.
Standar investasi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam
melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazimnya, harus dapat
menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para
penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam.
Eksistensi perbankan syariah sebagai salah satu industri keuangan yang
berkompeten terhadap masalah-masalah perekonomian sampai saat ini masih
perlu diadakan perubahan-perubahan, baik secara eksternal maupun internal.
Karena dengan kedua perubahan tersebut maka suatu institusi dapat survive
dalam lingkungan sekitar yang selalu dinamis.
Hal tersebut di atas perlu dilakukan mengingat fenomena perekonomian
dunia telah berubah dari waktu ke waktu. Globalisasi ekonomi yang diwarnai
dengan bebasnya arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar negara
1
Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Syari’ah IAIN Mataram
2
telah mengubah suasana kehidupan menjadi individualistis dan persaingan yang
amat ketat dan membawa dampak di berbagai sektor kehidupan.
Ketidak seimbangan ekonomi global, dan krisis ekonomi yang melanda
tersebut, adalah suatu bukti yang salah terhadap asumsi penggunaan sistem
ekonomi kapitalis yang dianggap sebagai sistem yang cocok diterapkan di negara
ini. Adanya kenyataan sejumlah bank besar ditutup, di-take-over, dan sebagian
lainnya harus direkapitulasi dengan biaya ratusan triliun rupiah dari uang negara,
maka rasanya amatlah disayangkan jika kita tidak melakukan perubahan dan
melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.
Untuk itu Islam menawarkan model alternatif perbankan yang telah ada,
yang disesuaikan dengan syariah Islam. Prinsip bagi hasil (profit sharing)
merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam
secara keseluruhan. Karena dengan filosofi utama kemitraan dan kebersamaan
(sharing) dalam profit dan risk dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih
adil dan transparan.
Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat.
Tetapi tidak setiap individu mampu menginvestasikan tabungannya secara
langsung. Karenanya, bank Islam memainkan peran penting dengan bertindak
sebagai sarana untuk menarik tabungan para individu dan menginvestasikan
tabungan-tabungan ini untuk kepentingan individu dan masyarakat.
Tantangan yang dihadapi Perbankan Islam
Berdirinya IDB (Islamic Development Banking) yang mempunyai tujuan
mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi
3
negara-negara anggota dan masyarakat muslim pada umumnya, telah memotifasi
banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Namun
demikian tantangan untuk mengoptimalkan sistem perbankan Islam di dalam era
ekonomi dunia baru saat ini perlu dilakukan terus menerus. Indonesia sebagai
sebuah negara yang mayoritas penduduk beragama Islam tergolong negara yang
terlambat dalam menerapkan konsep bank syariah bila dibandingkan dengan
negara seperti Malaysia, Pakistan, Sudan atau Bangladesh, sehingga pengalaman
dalam mengintegrasikan sistem dan mekanisme yang dapat bersaing dengan
sistem perbankan modern belum dimiliki.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis mencoba bersikap kritis untuk
menggali akariyah permasalahan yang dihadapi oleh gerak laju perbankan Islam.
Hal mendasar dari keberadaan perbankan syariah ini adalah bagaimana upaya
pengembangan dan sosialisasinya dalam kancah dunia perekonomian yang penuh
dengan tantangan ?
Di dalam kehidupan modern ini, keberadaan bank ternyata sudah menjadi
kebutuhan yang penting bagi masyarakat luas. Mulai dari yang menabung, yang
meminjam uang dan sampai kepada yang menggunakan jasanya untuk
mentransfer uang dari satu kota atau negara ke kota atau negara lain.
Sebenarnya Islam memiliki sistem ekonomi yang mengungguli sistem
ekonomi lainnya yang hanya merupakan 'buah tangan' manusia. Sistem ekonomi
Islam adalah sebuah sistem yang berlandasan ajaran Illahi, yang kesesuaiannya
dengan umat dapat dipastikan. Hanya ekonomi Islamlah yang dapat membantu
umat mencapai kesejahteraannya.
Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya melalui bank
4
Islam, perlu disadari bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu percaya
bahwa bank Islam mampu merealisasikan tujuan-tujuan investasinya. Ketiadaan
kepercayaan pada kemampuan bank Islam untuk berinvestasi secara efisien dan
penuh kepatuhan kepada syariah Islam, menyebabkan banyak individu yang
menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam.
Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan
informasi yang meyakinkan nasabah terhadap kemampuan bank Islam dalam
mencapai tujuannya. Di antara sumber-sumber informasi yang penting adalah
laporan keuangan dari bank Islam yang disiapkan sesuai dengan standar yang
dapat diterapkan pada bank Islam.
Untuk mengembangkan standar tersebut tidak ada salahnya untuk mulai
mengembangkannya dari standar akuntansi keuangan bank yang ada, tentu saja
dengan berbagai perubahan dan modifikasi. Syaratnya, standar yang telah ada
tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam.
Sebuah Dilema
Islam tidak ingin membangun sistem ekonominya di atas landasan
egoistik dan kedengkian sosial. Dunia ekonomi Islam saat ini memang sedang
mengalami dilema, ketika sistem ekonomi syariah dipandang sebagai pilihan
setelah kegagalan sistem kapitalis, namun dalam proses pengembangannya
sistem syariah masih dilanda berbagai macam kendala.
Menurut hasil survei yang dilakukan BI (Bank Indonesia) berupa jajak
pendapat di enam provinsi, hanya 11 % dari responden yang memahami dan
memanfaatkan
produk
syariah.
Padahal
yang
mengatakan
bunga
bank
5
bertentangan dengan agama ada 42 %. Terjadi kesenjangan antara kebutuhan
dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis-jenis produk syariah. Akibatnya,
permintaan masyarakat rendah. Bank pun kesulitan memasarkan produk
syariahnya.
Sungguh ironis, kenyataan di atas membuktikan bahwa minat dan
pengetahuan masyarakat luas pada umumnya, tentang keberadaan produkproduk syariah masih minim. Padahal dengan keunggulan-keunggulan dalam
produk syariah yang ditawarkan, sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan
gotong royong. Tidak ada salah satu pihak yang mengalami kerugian. Apalagi
dengan sistem bebas bunga, yang secara otomatis sistem syariah tak akan
terkena dampak kenaikan suku bunga.
Memang kebangkitan Islam membutuhkan waktu yang panjang, meskipun
demikian penerapan sistem keuangan dan perbankan Islam tidak perlu menunggu
hingga terwujudnya kesadaran moral masyarakat Islam yang ideal. Hal ini
disebabkan oleh persamaan sebagai sistem dasar yang Islami tidak memerlukan
lingkungan yang seluruhnya Islam, dan bahkan kita dapat menyerap hal-hal yang
positif dari negara-negara non muslim. Terwujudnya kesadaran moral dan
orientasi keadilan dalam lingkungan yang Islami dapat memperkuat dan
memperkaya sistem. Jadi dibutuhkan strategi yang bertahap.
Prinsip dan Tujuan Pengembangan Bank Syariah
Bank-bank
Islam
dikembangkan
berdasarkan
prinsip
yang
tidak
membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan.
Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua
6
aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi
transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah aspek yang paling terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah,
yaitu pelarangan riba dan persepsi uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan
kewajiban. Uang bukanlah komoditas, dengan demikian, uang tidak memiliki nilai
waktu, kecuali nilai barang yang ditukar melalui penggunaan uang sesuai dengan
syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas
dasar konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah
Islam, yaitu "keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko." Bank Islam
menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat
investasi, dan hal ini inheren dengan apa yang dikatakan oleh M. Faruq an-Nabaha
:
Riba diharamkan al-Quran dengan sangat jelas, sekira tiada alasan untuk
ragu dan tiada alasan untuk memperdebatkannya lagi. Riba haram yang
dimaksud adalah melangitkan harga akibat tempo yang diberikan. Dengan
praktik ini, jelas terlihat pengambilan keuntungan oleh yang kuat dari si
lemah yang membutuhkan hutang atau tempo pembayaran. Sebab itu,
alasan haramnya riba jelas, meyelamatkan si lemah dari hegemoni biadab
si kuat.
Pada umumnya bunga diartikan sebagai biaya yang dikenakan kepada
peminjam uang atau imbalan yang diberikan kepada penyimpan yang besarnya
telah ditentukan di muka dalam bentuk persentase. Bunga akan terus dikenakan
selama masih ada simpanan atau pinjaman, tidak terbatas jangka waktunya.
Dengan demikian pemilik uang berhak atas pengembalian hutang ditambah
bunganya (fixed return) tanpa melihat, apakah peminjam mendapat keuntungan
7
atau malah rugi dari pinjaman itu.
Alasan mendasar mengapa al-Quran menetapkan ancaman yang begitu
keras terhadap bunga adalah bahwa Islam hendak menegakkan suatu sistem
ekonomi di mana semua bentuk eksploitasi dihapuskan, terutama ketidakadilan
dalam bentuk bahwa penyedia dana dijamin
dengan suatu keuntungan positif
tanpa bekerja apapun atau menanggung risiko, sedangkan pelaku bisnis,
meskipun sudah mengelola dan bekerja keras, tidak dijamin dengan keuntungan
positif demikian. Islam hendak menegakkan keadilan antara penyedia dana dan
pelaku bisnis.
Adanya perbedaan dan karakteristik produk bank konvensional dengan
bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa
perbankan.
Keengganan
tersebut
antara
lain
disebabkan
oleh
hilangnya
kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh
karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa penempatan dana pada
bank syariah juga dapat memberikan keuntungan finansial yang kompetitif. Di
samping itu, salah satu karakteristik khusus dari hubungan bank dengan nasabah
dalam sistem perbankan syariah adalah adanya moral force dan tuntutan terhadap
etika usaha yang tinggi dari semua pihak. Hal ini selanjutnya akan mendukung
prinsip kehati-hatian dalam usaha bank maupun nasabah.
Langkah yang seharusnya diambil oleh pemerintah untuk membangun
kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program
pemulihan dan pemberdayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan,
adalah dengan pengembangan sistem perbankan syariah. Sebagai konsekuensi
dari fungsi bank syariah maka tujuan pengembangan perbankan syariah adalah
8
untuk memenuhi hal-hal berikut :
1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima
konsep bunga
2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan
3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan
Jawaban yang Signifikan
Dalam pengembangan bank syariah dibutuhkan strategi yang mengarah
pada peningkatan kompetensi usaha yang dilakukan secara komprehensif dengan
mengacu pada analisis kekuatan dan kelemahan perbankan syariah di Indonesia.
Karena secara nyata perkembangan bank syariah menghadapi tiga kendala,
kendala obyektif, kendala sosialisasi dan kendala operasional.
Kendala obyektif menyangkut lemahnya pengetahuan
masyarakat
Indonesia terhadap syariah pada umumnya, pengetahuan tentang bank syariah
dan anggapan mereka terhadap bunga. Sedang kendala sosialisasi dikarenakan
produknya yang unik serta kurang akomodatifnya pemerintah. Dan dalam
operasionalnya, bank syariah mengalami kendala dalam perangkat pengaturan
baik itu manajemen, sistem serta kurangnya SDM.
Dalam hal SDM ini penting, karena SDM memegang peranan penting
dalam proses operasionalnya. Dalam manajemen SDM, diperlukan adanya analisis
kerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan pekerjaannya, syaratsyarat yang harus dipenuhi, dan untuk mengetahui rincian pekerjaan. Untuk itu
dibutuhkan pula program pelatihan dan pengembangan SDM, karena kemajuan
9
teknologi yang meningkat, produktivitas yang meningkat serta persaingan yang
ketat.
Menurut
Ahmad
Muflih
Saefuddin,
perlunya
sosialisasi
dan
institusionalisasi ekonomi Islam, secara global, adalah melalui pendidikan Islam
untuk disiplin ilmu ekonomi (IDI-Ekonomi). Hal tersebut dilaksanakan dalam
rangka syiar Islam terutama dalam bidang muamalah. Agama Islam, sebagaimana
kita pahami secara makro menjamah seluruh kehidupan. Secara mikro, khususnya
dalam IDI, Islam ditegaskan wawasannya, ketrampilan kerjanya, dan fungsinya
dalam ilmu tersebut, sehingga kita dapat menempatkan dan memanfaatkannya
dalam konteks budaya.
Karena sistem keuangan dan perbankan bukan merupakan bagian
terpisah dari perekonomian, reorganisasinya juga harus menjadi bagian yang
penting dari keseluruhan perubahan, termasuk trnasformasi moral, regenerasi
sosio-ekonomi dan pembaharuan politik. Peranan negara tidak dapat diabaikan.
Ini harus diapresiasi bahwa sementara tujuan-tujuan Islam, di satu pihak, tidak
dapat direalisasikan tanpa memungkinkan sistem keuangan dan perbankan untuk
memainkan peranannya yang memadai sesuai dengan ajaran Islam, di lain pihak,
tujuan-tujuan
tersebut
juga
tidak
dapat
direalisasikan
hanya
dengan
mereorganisasikan sistem keuangan dan perbankan.
Motifasi masyarakat muslim untuk terlibat dalam aktivitas bank syariah
harus terus ditingkatkan. Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim
dalam bank syariah tergantung pada sikap dan pola pikir masyarakat muslim itu
sendiri. Dan untuk mengubah sikap dan pola pikir masyarakat ini diperlukan waktu
yang panjang disertai upaya-upaya yang lebih terstruktur dan berkesinambungan.
10
Penutup
Agama Islam yang universal dan komprehensif dimaksudkan untuk
mengatur umat manusia agar ia dapat berjalan menurut fitrahnya secara adil,
teratur, proporsional dan menyeluruh sehingga tercapai kesejahteraan umat yang
senantiasa mengabdi kepada-Nya. Universalitas dan komprehensifitas Islam
memberikan peluang bagaimana Islam dapat diterima dan dapat diterapkan pada
semua dimensi ruang dan waktu.
Ketika mensyariatkan hukum-hukum ekonomi kepada manusia, Islam
telah mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Sedangkan pada saat
mengupayakan terjamin-tidaknya hak hidup serta tercapai-tidaknya suatu
kemakmuran, Islam telah menjadikan semuanya harus direalisasikan dalam
sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu. Karena itu, Islam
memperhatikan hal-hal yang menjadi tuntutan masyarakat, pada saat melihat
terjamin-tidaknya
kehidupan
serta
mungkin-tidaknya
tercapainya
suatu
kemakmuran. Islam, bahkan, telah menjadikan pandangannya kepada apa yang
dituntut oleh masyarakat sebagai asas dalam memandang kehidupan dan
kemakmuran.
Penyelesaian atas krisis ekonomi yang kini terjadi sesungguhnya berada
dipundak komponen semua bangsa, sehingga pelibatan unsur dinamik yang punya
potensi untuk membangun kembali ekonomi bangsa kita mutlak diperlukan.
Salah satu misi penting didirikannya bank syariah adalah untuk
mengentaskan kemiskinan. Ini berarti bank harus menjaring nasabah sebesarbesarnya terutama dari pedesaan yang notabene berpenghasilan kurang.
11
Dengan keunggulan sistem syariah, Islam telah mengatur jaminanjaminan hak secara pribadi serta memberikan kesempatan seseorang untuk
mencapai kemakmurannya. Sementara, pada saat yang sama Islam membatasi
perolehan harta, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder
dan tersier, untuk kemudian diimplementasikan dalam fungsi sosial yang
interaktif. Wallahu ’alam bissawab.
DAFTAR BUKU
Ali Djoefri Chozin Soen’an, dkk., Indonesia Menapak Abad 21 Kajian Ekonomi
Politik, Jakarta: Millennium Publisher, 2000
Chapra, M. Umer, Al-Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997
_______________, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia
Cendekia, 2000
Gatra, No. 22 Tahun IX, 19 April 2003
M. Rusli Karim (ed.), Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta: P3EI FE UII &
Tiara Wacana, 1992
Moh. Agus Tulus, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku panduan mahasiswa,
Pustaka Utama, Jakarta, 1992
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press & Tazkia Cendekia, 2002
Nabaha, M. Faruq an-, Sistem Ekonomi Islam Pilihan Setelah Kegagalan Sistem
Kapitalis dan Sosialis, Yogyakarta; UII Press, 2000
Nabhani, Taqyuddin an-, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam,
Surabaya: Rusalah gusti, 1996
Yusuf Qordhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta:
Rabbani Press, 2000
MEMBANGUN STRATEGI PENGEMBANGAN
DAN SOSIALISASI PERBANKAN SYARIAH
Oleh : Naili Rahmawati, M. Ag*1
Pendahuluan
Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi
yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam harus
mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar investasi yang berbeda
dengan standar investasi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah
dikenal selama ini.
Standar investasi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam
melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazimnya, harus dapat
menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para
penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam.
Eksistensi perbankan syariah sebagai salah satu industri keuangan yang
berkompeten terhadap masalah-masalah perekonomian sampai saat ini masih
perlu diadakan perubahan-perubahan, baik secara eksternal maupun internal.
Karena dengan kedua perubahan tersebut maka suatu institusi dapat survive
dalam lingkungan sekitar yang selalu dinamis.
Hal tersebut di atas perlu dilakukan mengingat fenomena perekonomian
dunia telah berubah dari waktu ke waktu. Globalisasi ekonomi yang diwarnai
dengan bebasnya arus barang modal dan jasa, serta perdagangan antar negara
1
Penulis adalah Staf Pengajar pada Fakultas Syari’ah IAIN Mataram
2
telah mengubah suasana kehidupan menjadi individualistis dan persaingan yang
amat ketat dan membawa dampak di berbagai sektor kehidupan.
Ketidak seimbangan ekonomi global, dan krisis ekonomi yang melanda
tersebut, adalah suatu bukti yang salah terhadap asumsi penggunaan sistem
ekonomi kapitalis yang dianggap sebagai sistem yang cocok diterapkan di negara
ini. Adanya kenyataan sejumlah bank besar ditutup, di-take-over, dan sebagian
lainnya harus direkapitulasi dengan biaya ratusan triliun rupiah dari uang negara,
maka rasanya amatlah disayangkan jika kita tidak melakukan perubahan dan
melakukan sesuatu untuk memperbaikinya.
Untuk itu Islam menawarkan model alternatif perbankan yang telah ada,
yang disesuaikan dengan syariah Islam. Prinsip bagi hasil (profit sharing)
merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam
secara keseluruhan. Karena dengan filosofi utama kemitraan dan kebersamaan
(sharing) dalam profit dan risk dapat mewujudkan kegiatan ekonomi yang lebih
adil dan transparan.
Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat.
Tetapi tidak setiap individu mampu menginvestasikan tabungannya secara
langsung. Karenanya, bank Islam memainkan peran penting dengan bertindak
sebagai sarana untuk menarik tabungan para individu dan menginvestasikan
tabungan-tabungan ini untuk kepentingan individu dan masyarakat.
Tantangan yang dihadapi Perbankan Islam
Berdirinya IDB (Islamic Development Banking) yang mempunyai tujuan
mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan sosial bagi
3
negara-negara anggota dan masyarakat muslim pada umumnya, telah memotifasi
banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Namun
demikian tantangan untuk mengoptimalkan sistem perbankan Islam di dalam era
ekonomi dunia baru saat ini perlu dilakukan terus menerus. Indonesia sebagai
sebuah negara yang mayoritas penduduk beragama Islam tergolong negara yang
terlambat dalam menerapkan konsep bank syariah bila dibandingkan dengan
negara seperti Malaysia, Pakistan, Sudan atau Bangladesh, sehingga pengalaman
dalam mengintegrasikan sistem dan mekanisme yang dapat bersaing dengan
sistem perbankan modern belum dimiliki.
Oleh karena itu dalam makalah ini penulis mencoba bersikap kritis untuk
menggali akariyah permasalahan yang dihadapi oleh gerak laju perbankan Islam.
Hal mendasar dari keberadaan perbankan syariah ini adalah bagaimana upaya
pengembangan dan sosialisasinya dalam kancah dunia perekonomian yang penuh
dengan tantangan ?
Di dalam kehidupan modern ini, keberadaan bank ternyata sudah menjadi
kebutuhan yang penting bagi masyarakat luas. Mulai dari yang menabung, yang
meminjam uang dan sampai kepada yang menggunakan jasanya untuk
mentransfer uang dari satu kota atau negara ke kota atau negara lain.
Sebenarnya Islam memiliki sistem ekonomi yang mengungguli sistem
ekonomi lainnya yang hanya merupakan 'buah tangan' manusia. Sistem ekonomi
Islam adalah sebuah sistem yang berlandasan ajaran Illahi, yang kesesuaiannya
dengan umat dapat dipastikan. Hanya ekonomi Islamlah yang dapat membantu
umat mencapai kesejahteraannya.
Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya melalui bank
4
Islam, perlu disadari bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu percaya
bahwa bank Islam mampu merealisasikan tujuan-tujuan investasinya. Ketiadaan
kepercayaan pada kemampuan bank Islam untuk berinvestasi secara efisien dan
penuh kepatuhan kepada syariah Islam, menyebabkan banyak individu yang
menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam.
Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan
informasi yang meyakinkan nasabah terhadap kemampuan bank Islam dalam
mencapai tujuannya. Di antara sumber-sumber informasi yang penting adalah
laporan keuangan dari bank Islam yang disiapkan sesuai dengan standar yang
dapat diterapkan pada bank Islam.
Untuk mengembangkan standar tersebut tidak ada salahnya untuk mulai
mengembangkannya dari standar akuntansi keuangan bank yang ada, tentu saja
dengan berbagai perubahan dan modifikasi. Syaratnya, standar yang telah ada
tersebut tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam.
Sebuah Dilema
Islam tidak ingin membangun sistem ekonominya di atas landasan
egoistik dan kedengkian sosial. Dunia ekonomi Islam saat ini memang sedang
mengalami dilema, ketika sistem ekonomi syariah dipandang sebagai pilihan
setelah kegagalan sistem kapitalis, namun dalam proses pengembangannya
sistem syariah masih dilanda berbagai macam kendala.
Menurut hasil survei yang dilakukan BI (Bank Indonesia) berupa jajak
pendapat di enam provinsi, hanya 11 % dari responden yang memahami dan
memanfaatkan
produk
syariah.
Padahal
yang
mengatakan
bunga
bank
5
bertentangan dengan agama ada 42 %. Terjadi kesenjangan antara kebutuhan
dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis-jenis produk syariah. Akibatnya,
permintaan masyarakat rendah. Bank pun kesulitan memasarkan produk
syariahnya.
Sungguh ironis, kenyataan di atas membuktikan bahwa minat dan
pengetahuan masyarakat luas pada umumnya, tentang keberadaan produkproduk syariah masih minim. Padahal dengan keunggulan-keunggulan dalam
produk syariah yang ditawarkan, sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan
gotong royong. Tidak ada salah satu pihak yang mengalami kerugian. Apalagi
dengan sistem bebas bunga, yang secara otomatis sistem syariah tak akan
terkena dampak kenaikan suku bunga.
Memang kebangkitan Islam membutuhkan waktu yang panjang, meskipun
demikian penerapan sistem keuangan dan perbankan Islam tidak perlu menunggu
hingga terwujudnya kesadaran moral masyarakat Islam yang ideal. Hal ini
disebabkan oleh persamaan sebagai sistem dasar yang Islami tidak memerlukan
lingkungan yang seluruhnya Islam, dan bahkan kita dapat menyerap hal-hal yang
positif dari negara-negara non muslim. Terwujudnya kesadaran moral dan
orientasi keadilan dalam lingkungan yang Islami dapat memperkuat dan
memperkaya sistem. Jadi dibutuhkan strategi yang bertahap.
Prinsip dan Tujuan Pengembangan Bank Syariah
Bank-bank
Islam
dikembangkan
berdasarkan
prinsip
yang
tidak
membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan.
Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua
6
aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi
transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal
ini adalah aspek yang paling terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah,
yaitu pelarangan riba dan persepsi uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan
kewajiban. Uang bukanlah komoditas, dengan demikian, uang tidak memiliki nilai
waktu, kecuali nilai barang yang ditukar melalui penggunaan uang sesuai dengan
syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas
dasar konsep bagi untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah
Islam, yaitu "keuntungan adalah bagi pihak yang menanggung risiko." Bank Islam
menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat
investasi, dan hal ini inheren dengan apa yang dikatakan oleh M. Faruq an-Nabaha
:
Riba diharamkan al-Quran dengan sangat jelas, sekira tiada alasan untuk
ragu dan tiada alasan untuk memperdebatkannya lagi. Riba haram yang
dimaksud adalah melangitkan harga akibat tempo yang diberikan. Dengan
praktik ini, jelas terlihat pengambilan keuntungan oleh yang kuat dari si
lemah yang membutuhkan hutang atau tempo pembayaran. Sebab itu,
alasan haramnya riba jelas, meyelamatkan si lemah dari hegemoni biadab
si kuat.
Pada umumnya bunga diartikan sebagai biaya yang dikenakan kepada
peminjam uang atau imbalan yang diberikan kepada penyimpan yang besarnya
telah ditentukan di muka dalam bentuk persentase. Bunga akan terus dikenakan
selama masih ada simpanan atau pinjaman, tidak terbatas jangka waktunya.
Dengan demikian pemilik uang berhak atas pengembalian hutang ditambah
bunganya (fixed return) tanpa melihat, apakah peminjam mendapat keuntungan
7
atau malah rugi dari pinjaman itu.
Alasan mendasar mengapa al-Quran menetapkan ancaman yang begitu
keras terhadap bunga adalah bahwa Islam hendak menegakkan suatu sistem
ekonomi di mana semua bentuk eksploitasi dihapuskan, terutama ketidakadilan
dalam bentuk bahwa penyedia dana dijamin
dengan suatu keuntungan positif
tanpa bekerja apapun atau menanggung risiko, sedangkan pelaku bisnis,
meskipun sudah mengelola dan bekerja keras, tidak dijamin dengan keuntungan
positif demikian. Islam hendak menegakkan keadilan antara penyedia dana dan
pelaku bisnis.
Adanya perbedaan dan karakteristik produk bank konvensional dengan
bank syariah telah menimbulkan adanya keengganan bagi pengguna jasa
perbankan.
Keengganan
tersebut
antara
lain
disebabkan
oleh
hilangnya
kesempatan mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Oleh
karena itu, secara umum perlu diinformasikan bahwa penempatan dana pada
bank syariah juga dapat memberikan keuntungan finansial yang kompetitif. Di
samping itu, salah satu karakteristik khusus dari hubungan bank dengan nasabah
dalam sistem perbankan syariah adalah adanya moral force dan tuntutan terhadap
etika usaha yang tinggi dari semua pihak. Hal ini selanjutnya akan mendukung
prinsip kehati-hatian dalam usaha bank maupun nasabah.
Langkah yang seharusnya diambil oleh pemerintah untuk membangun
kembali sistem perbankan yang sehat dalam rangka mendukung program
pemulihan dan pemberdayaan ekonomi nasional, selain restrukturisasi perbankan,
adalah dengan pengembangan sistem perbankan syariah. Sebagai konsekuensi
dari fungsi bank syariah maka tujuan pengembangan perbankan syariah adalah
8
untuk memenuhi hal-hal berikut :
1. Kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima
konsep bunga
2. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip
kemitraan
3. Kebutuhan akan produk dan jasa perbankan unggulan
Jawaban yang Signifikan
Dalam pengembangan bank syariah dibutuhkan strategi yang mengarah
pada peningkatan kompetensi usaha yang dilakukan secara komprehensif dengan
mengacu pada analisis kekuatan dan kelemahan perbankan syariah di Indonesia.
Karena secara nyata perkembangan bank syariah menghadapi tiga kendala,
kendala obyektif, kendala sosialisasi dan kendala operasional.
Kendala obyektif menyangkut lemahnya pengetahuan
masyarakat
Indonesia terhadap syariah pada umumnya, pengetahuan tentang bank syariah
dan anggapan mereka terhadap bunga. Sedang kendala sosialisasi dikarenakan
produknya yang unik serta kurang akomodatifnya pemerintah. Dan dalam
operasionalnya, bank syariah mengalami kendala dalam perangkat pengaturan
baik itu manajemen, sistem serta kurangnya SDM.
Dalam hal SDM ini penting, karena SDM memegang peranan penting
dalam proses operasionalnya. Dalam manajemen SDM, diperlukan adanya analisis
kerja. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan pekerjaannya, syaratsyarat yang harus dipenuhi, dan untuk mengetahui rincian pekerjaan. Untuk itu
dibutuhkan pula program pelatihan dan pengembangan SDM, karena kemajuan
9
teknologi yang meningkat, produktivitas yang meningkat serta persaingan yang
ketat.
Menurut
Ahmad
Muflih
Saefuddin,
perlunya
sosialisasi
dan
institusionalisasi ekonomi Islam, secara global, adalah melalui pendidikan Islam
untuk disiplin ilmu ekonomi (IDI-Ekonomi). Hal tersebut dilaksanakan dalam
rangka syiar Islam terutama dalam bidang muamalah. Agama Islam, sebagaimana
kita pahami secara makro menjamah seluruh kehidupan. Secara mikro, khususnya
dalam IDI, Islam ditegaskan wawasannya, ketrampilan kerjanya, dan fungsinya
dalam ilmu tersebut, sehingga kita dapat menempatkan dan memanfaatkannya
dalam konteks budaya.
Karena sistem keuangan dan perbankan bukan merupakan bagian
terpisah dari perekonomian, reorganisasinya juga harus menjadi bagian yang
penting dari keseluruhan perubahan, termasuk trnasformasi moral, regenerasi
sosio-ekonomi dan pembaharuan politik. Peranan negara tidak dapat diabaikan.
Ini harus diapresiasi bahwa sementara tujuan-tujuan Islam, di satu pihak, tidak
dapat direalisasikan tanpa memungkinkan sistem keuangan dan perbankan untuk
memainkan peranannya yang memadai sesuai dengan ajaran Islam, di lain pihak,
tujuan-tujuan
tersebut
juga
tidak
dapat
direalisasikan
hanya
dengan
mereorganisasikan sistem keuangan dan perbankan.
Motifasi masyarakat muslim untuk terlibat dalam aktivitas bank syariah
harus terus ditingkatkan. Tingkat efektivitas keterlibatan masyarakat muslim
dalam bank syariah tergantung pada sikap dan pola pikir masyarakat muslim itu
sendiri. Dan untuk mengubah sikap dan pola pikir masyarakat ini diperlukan waktu
yang panjang disertai upaya-upaya yang lebih terstruktur dan berkesinambungan.
10
Penutup
Agama Islam yang universal dan komprehensif dimaksudkan untuk
mengatur umat manusia agar ia dapat berjalan menurut fitrahnya secara adil,
teratur, proporsional dan menyeluruh sehingga tercapai kesejahteraan umat yang
senantiasa mengabdi kepada-Nya. Universalitas dan komprehensifitas Islam
memberikan peluang bagaimana Islam dapat diterima dan dapat diterapkan pada
semua dimensi ruang dan waktu.
Ketika mensyariatkan hukum-hukum ekonomi kepada manusia, Islam
telah mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Sedangkan pada saat
mengupayakan terjamin-tidaknya hak hidup serta tercapai-tidaknya suatu
kemakmuran, Islam telah menjadikan semuanya harus direalisasikan dalam
sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup tertentu. Karena itu, Islam
memperhatikan hal-hal yang menjadi tuntutan masyarakat, pada saat melihat
terjamin-tidaknya
kehidupan
serta
mungkin-tidaknya
tercapainya
suatu
kemakmuran. Islam, bahkan, telah menjadikan pandangannya kepada apa yang
dituntut oleh masyarakat sebagai asas dalam memandang kehidupan dan
kemakmuran.
Penyelesaian atas krisis ekonomi yang kini terjadi sesungguhnya berada
dipundak komponen semua bangsa, sehingga pelibatan unsur dinamik yang punya
potensi untuk membangun kembali ekonomi bangsa kita mutlak diperlukan.
Salah satu misi penting didirikannya bank syariah adalah untuk
mengentaskan kemiskinan. Ini berarti bank harus menjaring nasabah sebesarbesarnya terutama dari pedesaan yang notabene berpenghasilan kurang.
11
Dengan keunggulan sistem syariah, Islam telah mengatur jaminanjaminan hak secara pribadi serta memberikan kesempatan seseorang untuk
mencapai kemakmurannya. Sementara, pada saat yang sama Islam membatasi
perolehan harta, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder
dan tersier, untuk kemudian diimplementasikan dalam fungsi sosial yang
interaktif. Wallahu ’alam bissawab.
DAFTAR BUKU
Ali Djoefri Chozin Soen’an, dkk., Indonesia Menapak Abad 21 Kajian Ekonomi
Politik, Jakarta: Millennium Publisher, 2000
Chapra, M. Umer, Al-Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997
_______________, Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia
Cendekia, 2000
Gatra, No. 22 Tahun IX, 19 April 2003
M. Rusli Karim (ed.), Berbagai Aspek Ekonomi Islam, Yogyakarta: P3EI FE UII &
Tiara Wacana, 1992
Moh. Agus Tulus, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku panduan mahasiswa,
Pustaka Utama, Jakarta, 1992
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press & Tazkia Cendekia, 2002
Nabaha, M. Faruq an-, Sistem Ekonomi Islam Pilihan Setelah Kegagalan Sistem
Kapitalis dan Sosialis, Yogyakarta; UII Press, 2000
Nabhani, Taqyuddin an-, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif; Perspektif Islam,
Surabaya: Rusalah gusti, 1996
Yusuf Qordhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Jakarta:
Rabbani Press, 2000