Sensitivitas Produksi Padi Terhadap Perubahan Iklim Di Indonesia Tahun 1974-2015 | Nugroho | Agro Ekonomi 23038 68987 1 PB
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
63
SENSITIVITAS PRODUKSI PADI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
DI INDONESIA TAHUN 1974-2015
The Sensitivity of Paddy’s Production to Climate Change in Indonesia on 1974
-2015
Yanti Nurhayanti, Moko Nugroho
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr, Sumitro Djojohadikusumo, Depok, Jawa Barat 16424
[email protected]
Diterima tanggal : 2 September 2016 ; Disetujui tanggal : 3 Oktober 2016
ABSTRACT
The occurrence of climate change disrupts the productivity of paddy in Indonesia. Disruption
of the paddy’s production has an impact on the availability of foodstuffs, considering paddy
as staple food Indonesia society. This study aims to analyze the impact of climate change
on productivity of paddy in the central acreage of paddy in period 1974-2015 by using
four different climate variables. The data used are secondary data collected from Agency of
Central for Statistics (BPS), Ministry of Agriculture, and National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA). Estimation method using data panels with Random Effect models
(REM). The results showed the productivity of paddy in Indonesia are more sensitive to
changes in rainfall and maximum temperature (Tmax) compared to the average temperature
(Tave) and the minimum temperature (Tmin). Increased rainfall and Tmax positively impact the
productivity of paddy until a speciic turning point, then after that point will give the opposite
impact. As for the turning point for the precipitation of 10,177 Inc./year, while Tmax on 31,35
°C. Simple simulation results demonstrate the increase in rainfall in the upper turning point
of 1 % will reduce the productivity of paddy amounted 0,00796 % ceteris peribus. While
the maximum temperature rise above the turning point of 1 % will reduce the productivity
of paddy as much as 0,09039% ceteris peribus.
Keyword : climate change, maximum temperature, paddy’s production, precipitation
INTISARI
Terjadinya perubahan iklim mengganggu produktivitas padi di Indonesia. Terganggunya
produksi padi berdampak pada ketersediaan bahan pangan, mengingat padi sebagai bahan
pangan pokok masyarakat Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak
perubahan iklim terhadap produktivitas padi pada daerah sentra padi di Indonesia periode
tahun 1974-2015 dengan menggunakan empat variabel iklim yang berbeda. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Pertanian, dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Metode estimasi menggunakan data panel dengan Random Effect Model (REM). Hasil
penelitian menunjukkan produktivitas padi di Indonesia lebih sensitif terhadap perubahan
curah hujan dan suhu maksimum (Tmax) dibandingkan dengan suhu rata-rata (Tave) dan suhu
minimum (Tmin). Peningkatan curah hujan dan Tmax berdampak positif terhadap produktivitas
padi sampai pada titik balik tertentu, kemudian setelah titik tersebut akan memberikan
64
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
dampak yang sebaliknya. Adapun titik balik untuk curah hujan sebesar 10,177 inc/tahun,
sementara Tmax pada 31,35°C. Hasil simulasi sederhana menunjukkan kenaikan curah hujan
di atas titik balik sebesar 1% akan mengurangi produktivitas padi sebesar 0,00796 % ceteris
peribus. Sementara kenaikan suhu maksimum di atas titik balik sebesar 1% akan mengurangi
produktivitas padi sebanyak 0,09039% ceteris peribus.
Kata kunci : curah hujan, perubahan iklim, produksi padi, suhu maksimum
PENDAHULUAN
dapat mengurangi hasil produksi padi.
Sektor pertanian merupakan salah
Kementerian Pertanian (2012) mencatat
satu sektor penggerak perekonomian
luas lahan tanaman padi yang terkena
yang berisiko akibat adanya perubahan
banjir, kekeringan, dan serangan hama
iklim. Beberapa kategori perubahan iklim
penyakit berturut-turut mencapai 333.000
yang dapat menurunkan produksi hasil
ha, 319.500 ha dan 428.600 ha dengan
pertanian seperti suhu ekstrim, gelombang
kehilangan hasil padi sebesar masing-
panas, kekeringan, badai, hujan hingga
masing 997.300, 984.200, dan 352.300 ton.
mengakibatkan banjir. Adanya perubahan
Beberapa studi tentang perubahan
iklim ini dikhawatirkan akan mendatangkan
iklim di antaranya kuantifikasi dampak
permasalahan yang serius terhadap
perubahan iklim terhadap konlik sosial
keberlanjutan pembangunan pertanian
di masyarakat (Burke, Miguel, Satyanath,
di Indonesia, di antaranya, penurunan
Dykema, and Lobell, 2009; O’Louglin,
produktivitas dan produksi hasil pertanian,
Witmer, Linke, Laing, Gettelman, and
terjadinya degradasi sumber daya lahan
Dudhia, 2012; Scheffran, Brzoska,
potensi pertanian dan ketersediaan air
Kominek, Link, Schilling, 2012; Hsiang,
yang mengakibatkan penurunan tingkat
Burke, and Miguel, 2013; Hsiang
kesuburan tanah, variabilitas dan perubahan
and Burke, 2014), dampak perubahan
iklim yang mengakibatkan banjir dan
iklim terhadap nilai lahan pertanian,
kekeringan, serta terjadinya alih fungsi dan
profitabilitas, dan efisiensi produksi
fragmentasi lahan pertanian (Surmaini,
(Schlenker, Hanemann, and Fisher, 2006;
Runtunuwu, dan Las, 2011).
Auffhammer, Ramanathan, and Vincent,
Dampak yang terlihat nyata akibat
2006; Deschenes and Greenstone, 2007;
perubahan iklim yaitu terjadinya lahan puso
Welch, Vincent, Auffhammer, Moya, and
akibat banjir dan kekeringan. Adanya lahan
Dawe, 2010). Pada umumnya studi tersebut
puso akibat banjir dan kekeringan tentunya
mengembangkan metode pengukuran,
akan berdampak pada berkurangnya
diskusi, dan debat ukuran perubahan iklim
lahan tanaman padi, yang selanjutnya
terhadap beberapa aspek kehidupan.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
65
Isu yang menarik dan masih dalam
Sementara studi Schlenker and Roberts
perdebatan adalah bagaimana menentukan
(2009), menunjukkan hubungan yang
kuantiikasi perubahan iklim yang terbaik
tidak linear dan tidak simetris. Ada juga
sehingga estimasi dampak perubahan
studi yang menunjukkan iklim merupakan
iklim dapat teridentiikasi secara kredibel.
variasi spesifikasi model dari suhu dan
Beberapa literatur yang ada, ukuran statistik
curah hujan (Tack, Barkley, and Nalley,
untuk perubahan iklim terhadap produksi
2015).
padi diukur dari suhu rata-rata (Tave),
Dalam rangka deteksi dini kondisi
radiasi, dan curah hujan. Namun studi
ketersediaan pangan, analisis dampak
terbaru menunjukkan produktivitas padi di
perubahan iklim terhadap produktivitas
Asia yang beriklim tropis/subtropis sangat
padi di Indonesia dipandang perlu dilakukan
sensitif terhadap suhu minimun (Tmin) dan
sebagai langkah awal penanggulangannya.
suhu maksimum (Tmax) (Welch, Vincent,
Kuantifikasi variabel iklim dan model
Auffhammer, Moya, and Dawe, 2010).
persamaan yang terbaik merupakan salah
Bukti empiris menunjukkan Tmin dan Tmax
satu informasi yang diperlukan dalam
berdampak berbeda pada perkembangan
menghitung seberapa besar dampak
tanaman (Wassmann, Jagadish, Heuer,
kehilangan produksi padi di Indonesia
Ismail, Redona, Serraj, Singh, Howel,
ketika terjadi perubahan iklim. Penelitian
Pathak, and Sumleth, 2009). Tmax selama
ini bertujuan untuk melakukan kuantiikasi
proses penyerbukan tanaman padi dapat
model iklim dan menganalisis dampak
menurunkan produktivitas padi karena
perubahan iklim terhadap produktivitas padi
terjadi penurunan tingkat kesuburan
di Indonesia. Diharapkan dengan adanya
tanaman. Namun, studi lain dapat
penelitian ini dapat memahami bagaimana
membuktikan produktivitas padi lebih
dampak perubahan iklim terhadap risiko
sensitif terhadap Tmin daripada Tmax (Peng,
yang dihadapi pada produktivitas padi di
Huang, Sheehy, Laza, Visperas, Zhong,
Indonesia sebagai formulasi kebijakan
Centeno, Khush, and Cassman, 2004).
dalam menjaga ketersediaan pangan.
Dilihat dari pendekatan model
Secara teori, fungsi produksi
estimasi yang digunakan, terdapat variasi
pertanian, h = f(x, z), dimana x adalah
model dalam mengestimasi dampak
vektor input produksi (seperti luas lahan,
perubahan iklim terhadap produktivitas
labor, dan kapital) dan z adalah vektor
hasil pertanian. Sebagaimana studi yang
faktor eksogen yang mempengaruhi
dilakukan Welch, Vincent, Auffhammer,
produksi. Dalam hal ini z adalah iklim
Moya, and Dawe (2010), hubungan antara
yang merupakan faktor produksi non-cost.
iklim dan produksi padi bersifat linear.
Dengan pendekatan maksimisasi profit
66
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
terhadap biaya, diperoleh fungsi profit
Schlenker, Hanemann, and Fisher
dengan output dan input produksi yang
(2006), melakukan studi dampak
optimum. Dari fungsi proit tersebut dapat
pemanasan global terhadap sektor
diperoleh persamaan supply yang dapat
pertanian di Amerika Serikat menggunakan
menggambarkan respon produsen terhadap
data besaran iklim di sektor pertanian,
perubahan iklim yakni q*=g(x,z). Ketika
kesuburan tanah, dan variabel sosial
terjadi perubahan iklim atau iklim tidak
ekonomi di wilayah timur Amerika selama
normal (z≠0), iklim akan menurunkan
100 tahun. Hasil studi menunjukkan 75%
output dan menaikkan harga output.
dari sampel wilayah memberikan variasi
Ahli agronomi dan ekonomi
dampak, mulai dari dampak positif sampai
pertanian menyatakan kuantiikasi iklim
dampak kerugian yang besar. Namun
yang mempengaruhi produksi pertanian
secara agregat, terjadi dampak kerugian
diukur dari suhu dan curah hujan (Oury,
yang besar pada sektor pertanian akibat
1965), sehingga iklim (z) dapat dituliskan
adanya pemanasan global.
menjadi z = g (suhu, curah hujan). Dengan
Deschenes and Greenstone (2007),
demikian persamaan fungsi produksi
mengukur dampak ekonomi yang terjadi
pertanian (h) menjadi :
akibat adanya perubahan iklim pada sektor
h = f (x, g(suhu, curah hujan)).
pertanian di Amerika Serikat dengan
memperkirakan pengaruh variasi suhu dan
Mendelson, Nordhaus, William, and
Shaw (1994), melakukan studi dampak
pemanasan global pada sektor pertanian
di Amerika Serikat dengan menggunakan
variabel iklim, harga lahan pertanian,
pendapatan, variabel ekonomi lainnya,
dan ukuran geoisika (temperatur, curah
hujan, kelembapan) di 3.000 wilayah
Amerika tahun 1951-1980. Hasil studinya
menunjukkan suhu tinggi yang terjadi di
setiap musim, kecuali musim gugur, telah
menurunkan produktivitas pertanian.
Sementara itu, curah hujan yang tinggi
di luar musim gugur akan meningkatkan
produktivitas pertanian.
curah hujan dari tahun ke tahun terhadap
keuntungan pertanian. Secara rata-rata,
perkiraan jangka panjang menunjukkan
bahwa perubahan iklim ternyata akan
meningkatkan keuntungan pertanian
sebesar 3,4% dari keuntungan tahunan.
Namun kisaran dampak yang terjadi
antara -1,8% - 4,0% dengan tingkat
kepercayaan 95%. Dengan demikian
dapat terlihat adanya dampak positif dan
negatif terhadap keuntungan pertanian.
Hal ini juga dipertegas dengan adanya
heterogen dampak antar wilayah, seperti di
California yang diprediksi perubahan iklim
akan menurunkan keuntungan pertanian
sebesar 50%.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
67
Studi Schlenker and Robert (2009),
studinya menunjukkan efek dari suhu
suhu memberikan dampak yang tidak linear
bervariasi di fase perkembangan tanaman.
terhadap produktivitas pertanian jika terjadi
Dampak penurunan produksi terbesar
perubahan iklim. Studi yang dilakukan
terjadi pada saat musim dingin dan panas
menggunakan data panel per wilayah untuk
ekstrim di musim semi.
3 komoditas pertanian (kedelai, jagung dan
Berdasarkan tinjauan literatur di atas
kapas). Hasilnya menunjukkan adanya
umumnya ukuran suhu dan curah hujan
batasan suhu yang masih memberikan
merupakan variabel yang memberikan
dampak positif pada produksi jagung,
dampak terhadap produksi di sektor
kedelai, dan kapas. Batasan suhu tersebut
pertanian. Untuk distribusi suhu, maka
adalah 29⁰C untuk jagung, 30⁰C untuk
ukuran suhu dibuat lebih detail menjadi
kedelai, dan 32⁰C untuk kapas, di atas
suhu minimum, suhu rata-rata, dan suhu
batas tersebut dapat memberikan efek
maksimum. Sementara variabel dependen
yang negatif terhadap produksi komoditas
sebagai output produksi yang digunakan
pertanian tersebut.
yaitu besaran produktivitas padi.
Welch, Vincent, Auffhammer,
Moya, Doberman, and Dawe (2010),
METODE PENELITIAN
menunjukkan suhu dan radiasi berdampak
Data yang Digunakan
signiikan pada fase penyerbukan dan fase
Data produktivitas padi yang
pematangan tanaman padi di negara yang
digunakan merupakan nilai rata-rata
beriklim tropis/subtropis. Suhu minimum
produksi padi per hektar secara tahunan
berdampak negatif terhadap produksi padi,
dalam kuintal per hektar. Sedangkan data
sedangkan suhu maksimum berdampak
suhu dalam celcius meliputi: (1) suhu
positif terhadap produksi padi. Sementara
minimum, (2) suhu rata-rata, dan (3) suhu
dampak radiasi bervariasi terhadap fase
maksimum. Data suhu merupakan nilai
pertumbuhan tanaman padi. Kombinasi
rata-rata dari suhu harian dalam satu tahun.
dampak dari suhu maksimum, suhu
Sementara data curah hujan dalam 0,1 inchi
minimum, dan radiasi lebih berdampak
per tahun yang merupakan kumulatif curah
pada saat musim panen daripada musim
hujan harian dalam satu tahun.
tanam.
Data produktivitas padi dipilih pada
Penelitian Tack, Barkley, and Nalley
sepuluh provinsi sentra padi di Indonesia
(2015) menggunakan berbagai spesiikasi
dengan pertimbangan kontribusi total
model statistik dalam mengukur hubungan
sepuluh provinsi tersebut mencapai 80%
yang kompleks antara variabel iklim
produksi padi nasional. Sepuluh provinsi
dengan produktivitas gandum. Hasil
tersebut meliputi Sumatera Utara, Sumatera
68
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan NTB.
Data produktivitas padi bersumber dari
Badan Pusat Statistik dan Kementerian
Pertanian. Adapun data suhu dan curah
hujan bersumber dari National Oceanic
and Atmospheric Administration (NOAA).
Sementara periode tahun yang digunakan
dimana Tave suhu rata-rata, T min suhu
selama 42 tahun, yaitu dari 1974 sampai
minimum, Tmax suhu maksimum, dan Rit
dengan 2015.
curah hujan.
Dengan demikian terdapat empat
model spesiikasi yang akan dilakukan pada
Spesiikasi Model
Spesiikasi model yang digunakan
penelitian ini, yaitu :
dalam studi ini mengacu pada model
Welch, Vincent, Auffhammer, Moya,
Doberman, and Dawe (2010) dan Tack,
....... (2)
Barkley, and Nalley (2015), yaitu :
....... (3)
....... (1)
dimana ln y it menunjukkan logaritma
....... (4)
produktivitas padi pada provinsi i untuk
periode t,
merupakan variabel
tren untuk menangkap input dan perubahan
teknologi pertanian, f(z it) merupakan
ukuran iklim pada provinsi i untuk periode
t, dan
....... (5)
error term.
Ukuran/proxy iklim yang digunakan
Metode Estimasi
pada penelitian ini mengacu pada studi
Metode estimasi model dalam
yang dilakukan Schlenker and Robert
penelitian ini menggunakan data panel.
(2009), yaitu :
Penggunaan data panel akan memberikan
lebih banyak informasi, variability, dan
degree of freedom terhadap model. Ada
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
69
tiga macam pendekatan pada data panel
Selama periode 42 tahun,
yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled
produktivitas padi memiliki rentang
least square) atau commond effect model
nilai maksimum dan minimum yang
(CEM), pendekatan dampak tetap (fixed
relatif tinggi. Nilai maksimumnya lebih
effect model/FEM), dan pendekatan dampak
dari dua kali lipat dari nilai minimum.
acak (random effect model/REM). Model
Dilihat dari nilai standar deviasinya pun
ixed effect memperlakukan intersep model
cukup tinggi yang mencapai 9 kw/ha.
sebagai parameter regresi. Model random
Informasi tersebut menunjukkan antar
effect memperlakukan intersep pada model
sentra produksi padi memiliki variasi
sebagai komponen gangguan acak.
yang cukup besar. Perbedaan lingkungan
Untuk mendapatkan regresi data
tumbuh antar daerah kemungkinan besar
panel yang terbaik antara CEM, FEM, dan
menjadi sumber variasi yang terjadi.
REM, dilakukan uji F yang digunakan untuk
Untuk variabel iklim, variabel curah
memilih antara CEM dan FEM, uji Lagrange
hujan lebih berluktuasi antar provinsi
Multiplier untuk memilih antara CEM dan
sentra padi dibandingkan dengan variabel
REM, dan uji Hausman untuk memilih antara
suhu. Dari ketiga ukuran suhu, rentang
FEM dan REM. Selanjutnya akan dilakukan
nilai maksimum dan minimum untuk suhu
estimasi parameter dengan model regresi
maksimum lebih tinggi dibandingkan
data panel yang digunakan sebagaimana
dengan variabel suhu rata-rata ataupun
hasil uji di atas. Dari empat model spesiikasi
suhu minimum. Namun variasi ketiga
diperbandingkan dampak variabel iklim
ukuran suhu antar provinsi sentra padi
terhadap produktivitas padi.
tersebut memiliki variasi yang relatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
kecil yakni berkisar 0,7 ⁰C - 0,99⁰C.
Sementara curah hujan memiliki nilai
rentang maksimum dan minimum yang
Analisis Deskriptif
Data yang dihimpun untuk estimasi
relatif besar. Begitu juga nilai variasi
parameter secara ringkas disajikan dalam
curah hujan antar provinsi sentra padi
Tabel 1.
Tabel 1. Statistik deskriptif parameter
Variabel
Produktivitas (Kw/Ha)
Suhu (0C)
Curah hujan (0.1 inc)
Suhu minimum (0C)
Suhu maksimum (0C)
Min
18,00
24,06
0,00
18,09
28,26
Sumber : BPS, Kementan, NOAA (diolah)
Max
63,00
28,40
278,57
25,34
33,63
Mean
43,751
27,048
56,060
23,160
31,228
SD
9,0526
0,7431
52,737
0,9421
0,9971
70
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Gambar 1. Scatter plot produktivitas padi
Gambar 2. Scatter plot produktivitas padi
dengan suhu rata-rata
dengan suhu minimum
relatif besar yang ditunjukkan dengan
dengan kondisi suhu rata-rata dan suhu
nilai standar deviasi yang besar.
minimum sebagai ukuran iklim pada
Hasil scatter plot antara produktivitas
setiap provinsi sentra padi. Di setiap
padi dan variabel iklim memiliki gambaran
provinsi sentra padi menunjukkan pola
yang berbeda untuk setiap ukuran iklim dan
mendatar artinya tidak terjadi tren untuk
daerah provinsi sentra padi. Misalnya untuk
setiap kenaikan suhu rata-rata terhadap
provinsi Jawa Barat, dibandingkan dengan
produktivitas padi. Namun demikian ada
provinsi lainnya produktivitas padi lebih
beberapa provinsi yang menunjukkan
tinggi, tetapi suhu udara lebih rendah baik
fluktuasi produktivitas padi pada saat
untuk ukuran suhu rata-rata, suhu minimum
terjadi kenaikan suhu rata-rata atau suhu
dan suhu maksimum. Peningkatan suhu rata-
minimum seperti provinsi Jawa Timur dan
rata terhadap produktivitas padi di Jawa Barat
Lampung.
relatif turun, peningkatan suhu minimum
Gambar 3 dan 4 menjelaskan sebaran
relatif naik dan suhu maksimum relatif stabil.
produktivitas padi dengan kondisi suhu
Sementara peningkatan curah hujan relatif
maksimum dan curah hujan sebagai ukuran
berluktuatif. Lebih lanjut hasil scatter plot
iklim pada setiap provinsi sentra padi.
antara produktivitas padi dan variabel iklim
Gambar 3 dan 4 sedikit berbeda dengan
terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 dan 2, dimana sebaran data
Secara umum gambar 1 dan 2
menunjukkan pola yang beragam pada
menjelaskan sebaran produktivitas padi
setiap terjadi peningkatan suhu maksimum
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
71
Gambar 4. Scatter plot produktivitas
padi dengan curah hujan
Gambar 3. Scatter plot produktivitas
padi dengan suhu maksimum
signifikansi 1%. Sehingga model yang
ataupun curah hujan terhadap produktivitas
pengujian Hausman untuk pemilihan antara
padi di seluruh provinsi sentra padi.
FEM atau REM. Hasil uji seperti pada
tabel 3.
Validasi Model
Pengujian Lagrange Multiplier
berdasarkan residual ordinary least square
(OLS) untuk pemilihan antara CEM atau
REM dengan hipotesis : H0 :
H1
dipilih adalah REM. Selanjutnya dilakukan
dan
. Hasil uji seperti pada tabel 2.
Tabel 3. Hasil Uji Hausman
Uji Hausman
chi2 (3)
Uji Hausman
chi2 (3)
Tabel 2. Hasil Uji Lagrange Multiplier
Multiplier
Uji LM
chibar2 (01)
Uji LM
chibar2 (01)
Model 1
3851,75
(0,0000)
Model 3
3857,37
(0,0000)
Model 2
2759,43
(0,0000)
Model 4
3231,46
(0,0000)
Model 1
0,30
(0,9599)
Model 3
0,29
(0,9907)
Model 2
1,12
(0,7721)
Model 4
0,15
(0,9996)
Hasil uji hausman menunjukkan
REM sebagai model estimasi yang dipilih.
Sehingga regresi model dilakukan dengan
REM.
Berdasarkan dimensi data yang
digunakan pada penelitian ini memiliki
Dari hasil uji Lagrange menunjukkan
dimensi T (jumlah time series) = 42 dan
keempat model Ho di tolak dengan tingkat
N (jumlah cross section) = 10, maka
72
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
kemungkinan hanya ada sedikit perbedaan
hujan akan berdampak negatif terhadap
antara nilai parameter yang diestimasi
produktivitas padi. Hasil ini sejalan dengan
dengan FEM dan REM (Schlenker and
studi Schlenker and Robert (2009), bahwa
Roberts, 2009). Hal yang sama juga
curah hujan secara statistik signifikan
diungkapkan Welch, Vincent, Auffhammer,
membentuk kurva inverted–U shape
Moya, Doberman, and Dawe (2010) bahwa
terhadap produktivitas padi. Hasil estimasi
hasil estimasi dampak suhu terhadap
model 4, titik balik curah hujan selama
produksi padi di Asia menggunakan
satu tahun di Indonesia adalah sebesar
FEM dan REM relatif sama selama
10,177 inc, di atas angka tersebut perlu
variabel kontrol yang digunakan di antara
diwaspadai adanya potensi banjir yang
kedua model tersebut juga sama. Dengan
dapat menyebabkan gagal panen dan
demikian estimasi parameter untuk model
merangsang organisme pengganggu
yang ada pada penelitian ini tidak akan
tanaman (OPT).
berbeda jauh apabila menggunakan FEM
Hasil estimasi dengan REM, variabel
dan REM. Meskipun demikian dalam
iklim ditunjukkan pada Tabel 3. Produktivitas
penelitian ini akan mengunakan estimasi
padi kurang sensitif terhadap peningkatan
parameter dengan REM sesuai dengan hasil
suhu rata-rata. Berdasarkan uji parsial,
uji hausman.
peningkatan suhu rata-rata tidak signiikan
mempengaruhi produktivitas padi baik untuk
Hasil Estimasi
model linear maupun model non-linear.
Dari hasil estimasi pada tabel 3 terlihat
Hasil ini sejalan dengan studi Schlenker and
bahwa variabel curah hujan merupakan
Robert (2009), bahwa kuantiikasi variabel
variabel iklim yang berpengaruh signiikan
iklim pada daerah yang beriklim tropis lebih
secara parsial untuk keempat model dalam
sesuai menggunakan suhu minimum dan
mempengaruhi produktivitas padi di
suhu maksimum daripada menggunakan
Indonesia. Pada spesiikasi model linear,
suhu rata-rata.
koefisien estimasi curah hujan dapat
Hasil estimasi dampak suhu minimum
diinterpretasikan sebagai elastisitas curah
dan suhu maksimum terhadap produktivitas
hujan terhadap produktivitas padi, dimana
padi di Indonesia menghasilkan dampak
setiap kenaikan 1% curah hujan akan
yang cenderung berlawanan. Pada model
meningkatkan produktivitas padi 0,011%.
3, suhu minimum berdampak negatif
Namun untuk spesiikasi model non-linear,
terhadap produktivitas padi sedangkan suhu
peningkatan curah hujan akan berdampak
maksimum berdampak positif meskipun
positif sampai pada titik tertentu, setelah
secara uji parsial untuk kedua variabel
titik tertentu tersebut peningkatan curah
tersebut tidak signiikan.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
73
Tabel 4. Hasil Simulasi
Variabel
Curah Hujan (0.1 inc)
Suhu Maks (0C)
Titik
Optimum
10,18
31,15
Pada model non-linear, model 4,
1
-0,0079
-0,0903
Kenaikan (%)
5
-0,0081
-1,1065
10
-0,0083
-2,3236
Simulasi Dampak
suhu maksimum lebih berdampak pada
Berdasarkan hasil estimasi, curah
produktivitas padi dibandingkan dengan
hujan dan suhu maksimum merupakan
suhu minimum. Hasil model 4 juga
faktor yang berpengaruh signiikan terhadap
menunjukkan adanya titik balik pada
produktivitas padi di Indonesia. Simulasi
peningkatan suhu maksimum terhadap
dampak dilakukan dengan kenaikan suhu
produktivitas padi di Indonesia, dimana
maksimum dan curah hujan di atas titik
setiap peningkatan suhu maksimum akan
optimum ceteris peribus. Kenaikan curah
meningkatkan produktivitas padi sampai
hujan dan suhu maksimum sebesar 1%, 5%,
titik tertentu, setelah itu peningkatan
dan 10% di atas titik optimum, diperoleh
suhu maksimum akan menurunkan
hasil seperti Tabel 4.
produktivitas padi. Adapun titik balik
Kenaikan suhu maksimum 1% di atas
suhu maksimum berdasarkan hasil
titik balik akan menurunkan produktivitas
estimasi sebesar 31,35°C.
padi sebesar 0,09039% ceteris peribus.
Variabel tren bernilai positif dan
Sementara kenaikan 1% curah hujan akan
signifikan baik model linear ataupun
menurunkan produktivitas padi sebesar
model non-linear. Variabel tren sebagai
0,00796% ceteris peribus. Kenaikan
proxy input dan tingkat perubahan
suhu maksimum dan curah hujan yang
teknologi pertanian secara signifikan
terus menerus akan menambah penurunan
meningkatkan produktivitas padi,
produktivitas padi yang semakin besar.
artinya teknologi produksi dan budidaya
yang diterapkan selama empat dekade
KESIMPULAN DAN SARAN
terakhir secara umum telah meningkatkan
Penelitian ini bertujuan untuk
produktivitas padi. Namun demikian,
menganalisis dampak perubahan
peningkatan produktivitas padi akibat
iklim terhadap produktivitas padi di
kemajuan teknologi tertentu akan
Indonesia melalui estimasi kuantitatif.
mencapai titik balik dan dibutuhkan
Langkah awal yang dilakukan adalah
teknologi–teknologi baru lagi dalam
penentuan kuantifikasi variabel iklim
meningkatkan produktivitasnya.
yang sesuai dengan karateristik tanaman
74
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
padi di Indonesia. Dalam penelitian
U-Shape, dimana peningkatan suhu akan
ini membandingkan 4 model dengan
memberikan dampak positif terhadap
spesiikasi variabel iklim yang berbeda dan
produktivitas padi sampai pada titik
membandingkan spesiikasi model linear
optimun tertentu. Setelah titik optimum
dan non-linear antara produktivitas padi
tersebut akan memberikan dampak
dan variabel iklim.
sebaliknya terhadap produktivitas padi.
Model non-linear lebih sesuai
Titik optimum untuk curah hujan 10,177
digunakaan dalam estimasi dampak
inc/tahun, sedangkan suhu maksimum
perubahan iklim terhadap produktivitas
31,35 ⁰C. Dari simulasi dampak kenaikan
padi di Indonesia daripada model linear.
curah hujan di atas titik optimum sebesar
Dilihat dari koefisien determinasi, dari
1% akan mengurangi produktivitas padi
keempat model menunjukkan model
sebesar 0,00796%. Sementara dampak
4 yang merupakan model non-linear
kenaikan suhu maksimum di atas titik
mempunyai koefisien determinasi yang
optimum sebanyak 1% akan mengurangi
lebih tinggi dibandingkan model 1, 2,
produktivitas padi sebanyak 0,09039%.
dan 3. Secara rasionalitas hal ini dapat
Perubahan iklim merupakan suatu
diterima karena variabel iklim optimum
hal yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya.
akan menguntungkan produktivitas padi,
Pemerintah hanya dapat melakukan
namun jika berlebihan akan menurunkan
langkah antisipasi dan adaptasi dampak
produktivitas padi. Kuantiiikasi variabel
perubahan iklim terhadap produktivitas
iklim yang yang memberikan dampak
padi. Kebijakan pengembangan varietas
terhadap produktivitas padi di Indonesia
padi unggul yang tahan terhadap
selama periode 1974-2015 adalah curah
kekeringan, rendaman, dan hama penyakit
hujan dan suhu maksimum. Sensitivitas
perlu dilakukan dalam langkah adaptasi
suhu rata-rata tidak memberikan respon
tersebut. Selain itu, pengelolaan sumber
yang signifikan terhadap produktivitas
daya air yang tepat perlu diperhatikan
padi karena mengeneralisasikan kondisi
dengan baik sehingga dapat memenuhi
iklim dimana iklim bergantung pada
kebutuhan air tanaman padi pada kondisi
musim dan fase perkembangan tanaman
ketersediaan air yang sangat terbatas.
padi. Sementara suhu minimum yang
dipantau selama periode sampel secara
DAFTAR PUSTAKA
ilmu agronomi berada pada batas
Auffhammer, M., Ramanathan, V., and
kewajaran yakni masih di antara 10⁰C -
Vincent, Jefrey R. 2006. Integrated
30⁰C. Peningkatan curah hujan dan suhu
Model Shows that Atmospheric
maksimum mengikuti kurva Inverted
Brown Clouds and Green Houses
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
75
Gases Have Reduced Rice Harvest in
O’Louglin J., Witmer, Frank D.W., Linke,
India. PNAS 103(52) : 19668-19672
Andrew M., Laing, A., Gettelman,
A., and Dudhia, J. 2012. Climate
Burke, Marshall B., Miguel, E., Satyanath,
Variablility and Conlict Risk in East
S., Dykema, John A., and Lobell,
Afrika : 1990-2009. PNAS 109(45) :
David B. 2009. Warming Increase
18344-18349.
The Risk of Civil War in Africa.
PNAS 106 (49) : 20670-20674.
Oury, B. 1965. Allowing for Weather in
Crop Production Model Building .
Deschenes, O., and Greenstone, M. 2007.
The Economic Impact of Climate
Journal of Farms of Economic 47
(2) : 270-283.
Change : Evidence from Agricultural
Profits and Random Fluktuations.
Peng, S., Huang, J., Sheehy, John E., Laza,
The American Review 97(1) : 354-
Rebecca E., Visperas, Romeo M.,
385.
Zhong, X., Centeno, Grace S., Khush,
Gurdev S., and Cassman, Kenneth G.
Hsiang, Solomon M., Burke, M., and
Miguel, E. 2013. Quantifyng The
Inluence of Climate Human Conlict.
2004. Rice Yield Decline With Hight
Night Temperature From Global
Warming. PNAS 101: 229-238.
Science 341 (6151) : 1235367.
Scheffran, J., Brzoska, M., Kominek,
Hsiang, Solomon M., and Burke, M. 2014.
Climate, Conlict and Social Stability
: What the Evidence Say? Clim
Change, 123(1): 39-55.
J., Link, P.M., Schilling, J. 2012.
Climate Change and Violent Conlict.
Science 336 (6083) : 869-871.
Schlenker, W., Hanemann, W.M., and
Kementerian Pertanian. 2012.
Pengembangan Asuransi Usaha
Tani Padi untuk Antisipasi
Perubahan Iklim. Warta Penelitian
dan Pengembangan 34(2) : 16-18.
Mendelson , R., Nordhaus, William D.,
and Shaw, D. 1994. The Impact of
Global Warming on Agriculture : A
Ricardian Analysis. The American
Economic Review 84 (4) : 753-771.
Fisher, Anthony C. 2006. The
Impact of Global Warming on U.S
Agricultures : An Econometric
Analysis of Optimal Growing
Condition. Review of Economics
and Statistics 88 (1) : 113-125.
Schlenker, W., and Roberts, M. J. 2009.
Nonlinear Temperature Effects
Indicates Severe Damages to U.S.
Crop Yields Under Climate Change.
76
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
PNAS 106 (37) : 15594-15598.
H., and Sumleth, K. 2009. Climate
Change Affecting Rice Production :
Surmaini, E., Runtunuwu, R., Las, I.
2011. Upaya Sektor Pertanian dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal
Litbang Pertanian 30 (1) : 1-7.
The Physiological and Agronomic
Basis for Possible Adaptation
Strategies. Adv.Agron 101 : 59-122.
We l c h , J R . , Vi n c e n t , J e ff r e y R . ,
Tack, J., Barkley, A., and Nalley, Lawton
L . 2 0 1 5 . E ff e c t o f Wa r m i n g
Temperatures on US Wheat Yields.
PNAS 112 (22) : 6931-6936.
Wassmann, R., Jagadish, S.V.K., Heuer,
Auffhammer, M., Moya, Piedad
F., Doberman, A., and Dawe, D.
2010. Rice Yields in Tropical/
Subtropical Asia Exhibit Large but
Opposing Sensitivities to Minimum
S., Ismail, A., Redona, E., Serraj,
and Maximum Temperatures. PNAS
R., Singh, R.K., Howel, G., Pathak,
Vol. 107 (33) : 14562-14567
63
SENSITIVITAS PRODUKSI PADI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
DI INDONESIA TAHUN 1974-2015
The Sensitivity of Paddy’s Production to Climate Change in Indonesia on 1974
-2015
Yanti Nurhayanti, Moko Nugroho
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia
Jl. Prof. Dr, Sumitro Djojohadikusumo, Depok, Jawa Barat 16424
[email protected]
Diterima tanggal : 2 September 2016 ; Disetujui tanggal : 3 Oktober 2016
ABSTRACT
The occurrence of climate change disrupts the productivity of paddy in Indonesia. Disruption
of the paddy’s production has an impact on the availability of foodstuffs, considering paddy
as staple food Indonesia society. This study aims to analyze the impact of climate change
on productivity of paddy in the central acreage of paddy in period 1974-2015 by using
four different climate variables. The data used are secondary data collected from Agency of
Central for Statistics (BPS), Ministry of Agriculture, and National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA). Estimation method using data panels with Random Effect models
(REM). The results showed the productivity of paddy in Indonesia are more sensitive to
changes in rainfall and maximum temperature (Tmax) compared to the average temperature
(Tave) and the minimum temperature (Tmin). Increased rainfall and Tmax positively impact the
productivity of paddy until a speciic turning point, then after that point will give the opposite
impact. As for the turning point for the precipitation of 10,177 Inc./year, while Tmax on 31,35
°C. Simple simulation results demonstrate the increase in rainfall in the upper turning point
of 1 % will reduce the productivity of paddy amounted 0,00796 % ceteris peribus. While
the maximum temperature rise above the turning point of 1 % will reduce the productivity
of paddy as much as 0,09039% ceteris peribus.
Keyword : climate change, maximum temperature, paddy’s production, precipitation
INTISARI
Terjadinya perubahan iklim mengganggu produktivitas padi di Indonesia. Terganggunya
produksi padi berdampak pada ketersediaan bahan pangan, mengingat padi sebagai bahan
pangan pokok masyarakat Indonesia. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak
perubahan iklim terhadap produktivitas padi pada daerah sentra padi di Indonesia periode
tahun 1974-2015 dengan menggunakan empat variabel iklim yang berbeda. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Pertanian, dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Metode estimasi menggunakan data panel dengan Random Effect Model (REM). Hasil
penelitian menunjukkan produktivitas padi di Indonesia lebih sensitif terhadap perubahan
curah hujan dan suhu maksimum (Tmax) dibandingkan dengan suhu rata-rata (Tave) dan suhu
minimum (Tmin). Peningkatan curah hujan dan Tmax berdampak positif terhadap produktivitas
padi sampai pada titik balik tertentu, kemudian setelah titik tersebut akan memberikan
64
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
dampak yang sebaliknya. Adapun titik balik untuk curah hujan sebesar 10,177 inc/tahun,
sementara Tmax pada 31,35°C. Hasil simulasi sederhana menunjukkan kenaikan curah hujan
di atas titik balik sebesar 1% akan mengurangi produktivitas padi sebesar 0,00796 % ceteris
peribus. Sementara kenaikan suhu maksimum di atas titik balik sebesar 1% akan mengurangi
produktivitas padi sebanyak 0,09039% ceteris peribus.
Kata kunci : curah hujan, perubahan iklim, produksi padi, suhu maksimum
PENDAHULUAN
dapat mengurangi hasil produksi padi.
Sektor pertanian merupakan salah
Kementerian Pertanian (2012) mencatat
satu sektor penggerak perekonomian
luas lahan tanaman padi yang terkena
yang berisiko akibat adanya perubahan
banjir, kekeringan, dan serangan hama
iklim. Beberapa kategori perubahan iklim
penyakit berturut-turut mencapai 333.000
yang dapat menurunkan produksi hasil
ha, 319.500 ha dan 428.600 ha dengan
pertanian seperti suhu ekstrim, gelombang
kehilangan hasil padi sebesar masing-
panas, kekeringan, badai, hujan hingga
masing 997.300, 984.200, dan 352.300 ton.
mengakibatkan banjir. Adanya perubahan
Beberapa studi tentang perubahan
iklim ini dikhawatirkan akan mendatangkan
iklim di antaranya kuantifikasi dampak
permasalahan yang serius terhadap
perubahan iklim terhadap konlik sosial
keberlanjutan pembangunan pertanian
di masyarakat (Burke, Miguel, Satyanath,
di Indonesia, di antaranya, penurunan
Dykema, and Lobell, 2009; O’Louglin,
produktivitas dan produksi hasil pertanian,
Witmer, Linke, Laing, Gettelman, and
terjadinya degradasi sumber daya lahan
Dudhia, 2012; Scheffran, Brzoska,
potensi pertanian dan ketersediaan air
Kominek, Link, Schilling, 2012; Hsiang,
yang mengakibatkan penurunan tingkat
Burke, and Miguel, 2013; Hsiang
kesuburan tanah, variabilitas dan perubahan
and Burke, 2014), dampak perubahan
iklim yang mengakibatkan banjir dan
iklim terhadap nilai lahan pertanian,
kekeringan, serta terjadinya alih fungsi dan
profitabilitas, dan efisiensi produksi
fragmentasi lahan pertanian (Surmaini,
(Schlenker, Hanemann, and Fisher, 2006;
Runtunuwu, dan Las, 2011).
Auffhammer, Ramanathan, and Vincent,
Dampak yang terlihat nyata akibat
2006; Deschenes and Greenstone, 2007;
perubahan iklim yaitu terjadinya lahan puso
Welch, Vincent, Auffhammer, Moya, and
akibat banjir dan kekeringan. Adanya lahan
Dawe, 2010). Pada umumnya studi tersebut
puso akibat banjir dan kekeringan tentunya
mengembangkan metode pengukuran,
akan berdampak pada berkurangnya
diskusi, dan debat ukuran perubahan iklim
lahan tanaman padi, yang selanjutnya
terhadap beberapa aspek kehidupan.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
65
Isu yang menarik dan masih dalam
Sementara studi Schlenker and Roberts
perdebatan adalah bagaimana menentukan
(2009), menunjukkan hubungan yang
kuantiikasi perubahan iklim yang terbaik
tidak linear dan tidak simetris. Ada juga
sehingga estimasi dampak perubahan
studi yang menunjukkan iklim merupakan
iklim dapat teridentiikasi secara kredibel.
variasi spesifikasi model dari suhu dan
Beberapa literatur yang ada, ukuran statistik
curah hujan (Tack, Barkley, and Nalley,
untuk perubahan iklim terhadap produksi
2015).
padi diukur dari suhu rata-rata (Tave),
Dalam rangka deteksi dini kondisi
radiasi, dan curah hujan. Namun studi
ketersediaan pangan, analisis dampak
terbaru menunjukkan produktivitas padi di
perubahan iklim terhadap produktivitas
Asia yang beriklim tropis/subtropis sangat
padi di Indonesia dipandang perlu dilakukan
sensitif terhadap suhu minimun (Tmin) dan
sebagai langkah awal penanggulangannya.
suhu maksimum (Tmax) (Welch, Vincent,
Kuantifikasi variabel iklim dan model
Auffhammer, Moya, and Dawe, 2010).
persamaan yang terbaik merupakan salah
Bukti empiris menunjukkan Tmin dan Tmax
satu informasi yang diperlukan dalam
berdampak berbeda pada perkembangan
menghitung seberapa besar dampak
tanaman (Wassmann, Jagadish, Heuer,
kehilangan produksi padi di Indonesia
Ismail, Redona, Serraj, Singh, Howel,
ketika terjadi perubahan iklim. Penelitian
Pathak, and Sumleth, 2009). Tmax selama
ini bertujuan untuk melakukan kuantiikasi
proses penyerbukan tanaman padi dapat
model iklim dan menganalisis dampak
menurunkan produktivitas padi karena
perubahan iklim terhadap produktivitas padi
terjadi penurunan tingkat kesuburan
di Indonesia. Diharapkan dengan adanya
tanaman. Namun, studi lain dapat
penelitian ini dapat memahami bagaimana
membuktikan produktivitas padi lebih
dampak perubahan iklim terhadap risiko
sensitif terhadap Tmin daripada Tmax (Peng,
yang dihadapi pada produktivitas padi di
Huang, Sheehy, Laza, Visperas, Zhong,
Indonesia sebagai formulasi kebijakan
Centeno, Khush, and Cassman, 2004).
dalam menjaga ketersediaan pangan.
Dilihat dari pendekatan model
Secara teori, fungsi produksi
estimasi yang digunakan, terdapat variasi
pertanian, h = f(x, z), dimana x adalah
model dalam mengestimasi dampak
vektor input produksi (seperti luas lahan,
perubahan iklim terhadap produktivitas
labor, dan kapital) dan z adalah vektor
hasil pertanian. Sebagaimana studi yang
faktor eksogen yang mempengaruhi
dilakukan Welch, Vincent, Auffhammer,
produksi. Dalam hal ini z adalah iklim
Moya, and Dawe (2010), hubungan antara
yang merupakan faktor produksi non-cost.
iklim dan produksi padi bersifat linear.
Dengan pendekatan maksimisasi profit
66
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
terhadap biaya, diperoleh fungsi profit
Schlenker, Hanemann, and Fisher
dengan output dan input produksi yang
(2006), melakukan studi dampak
optimum. Dari fungsi proit tersebut dapat
pemanasan global terhadap sektor
diperoleh persamaan supply yang dapat
pertanian di Amerika Serikat menggunakan
menggambarkan respon produsen terhadap
data besaran iklim di sektor pertanian,
perubahan iklim yakni q*=g(x,z). Ketika
kesuburan tanah, dan variabel sosial
terjadi perubahan iklim atau iklim tidak
ekonomi di wilayah timur Amerika selama
normal (z≠0), iklim akan menurunkan
100 tahun. Hasil studi menunjukkan 75%
output dan menaikkan harga output.
dari sampel wilayah memberikan variasi
Ahli agronomi dan ekonomi
dampak, mulai dari dampak positif sampai
pertanian menyatakan kuantiikasi iklim
dampak kerugian yang besar. Namun
yang mempengaruhi produksi pertanian
secara agregat, terjadi dampak kerugian
diukur dari suhu dan curah hujan (Oury,
yang besar pada sektor pertanian akibat
1965), sehingga iklim (z) dapat dituliskan
adanya pemanasan global.
menjadi z = g (suhu, curah hujan). Dengan
Deschenes and Greenstone (2007),
demikian persamaan fungsi produksi
mengukur dampak ekonomi yang terjadi
pertanian (h) menjadi :
akibat adanya perubahan iklim pada sektor
h = f (x, g(suhu, curah hujan)).
pertanian di Amerika Serikat dengan
memperkirakan pengaruh variasi suhu dan
Mendelson, Nordhaus, William, and
Shaw (1994), melakukan studi dampak
pemanasan global pada sektor pertanian
di Amerika Serikat dengan menggunakan
variabel iklim, harga lahan pertanian,
pendapatan, variabel ekonomi lainnya,
dan ukuran geoisika (temperatur, curah
hujan, kelembapan) di 3.000 wilayah
Amerika tahun 1951-1980. Hasil studinya
menunjukkan suhu tinggi yang terjadi di
setiap musim, kecuali musim gugur, telah
menurunkan produktivitas pertanian.
Sementara itu, curah hujan yang tinggi
di luar musim gugur akan meningkatkan
produktivitas pertanian.
curah hujan dari tahun ke tahun terhadap
keuntungan pertanian. Secara rata-rata,
perkiraan jangka panjang menunjukkan
bahwa perubahan iklim ternyata akan
meningkatkan keuntungan pertanian
sebesar 3,4% dari keuntungan tahunan.
Namun kisaran dampak yang terjadi
antara -1,8% - 4,0% dengan tingkat
kepercayaan 95%. Dengan demikian
dapat terlihat adanya dampak positif dan
negatif terhadap keuntungan pertanian.
Hal ini juga dipertegas dengan adanya
heterogen dampak antar wilayah, seperti di
California yang diprediksi perubahan iklim
akan menurunkan keuntungan pertanian
sebesar 50%.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
67
Studi Schlenker and Robert (2009),
studinya menunjukkan efek dari suhu
suhu memberikan dampak yang tidak linear
bervariasi di fase perkembangan tanaman.
terhadap produktivitas pertanian jika terjadi
Dampak penurunan produksi terbesar
perubahan iklim. Studi yang dilakukan
terjadi pada saat musim dingin dan panas
menggunakan data panel per wilayah untuk
ekstrim di musim semi.
3 komoditas pertanian (kedelai, jagung dan
Berdasarkan tinjauan literatur di atas
kapas). Hasilnya menunjukkan adanya
umumnya ukuran suhu dan curah hujan
batasan suhu yang masih memberikan
merupakan variabel yang memberikan
dampak positif pada produksi jagung,
dampak terhadap produksi di sektor
kedelai, dan kapas. Batasan suhu tersebut
pertanian. Untuk distribusi suhu, maka
adalah 29⁰C untuk jagung, 30⁰C untuk
ukuran suhu dibuat lebih detail menjadi
kedelai, dan 32⁰C untuk kapas, di atas
suhu minimum, suhu rata-rata, dan suhu
batas tersebut dapat memberikan efek
maksimum. Sementara variabel dependen
yang negatif terhadap produksi komoditas
sebagai output produksi yang digunakan
pertanian tersebut.
yaitu besaran produktivitas padi.
Welch, Vincent, Auffhammer,
Moya, Doberman, and Dawe (2010),
METODE PENELITIAN
menunjukkan suhu dan radiasi berdampak
Data yang Digunakan
signiikan pada fase penyerbukan dan fase
Data produktivitas padi yang
pematangan tanaman padi di negara yang
digunakan merupakan nilai rata-rata
beriklim tropis/subtropis. Suhu minimum
produksi padi per hektar secara tahunan
berdampak negatif terhadap produksi padi,
dalam kuintal per hektar. Sedangkan data
sedangkan suhu maksimum berdampak
suhu dalam celcius meliputi: (1) suhu
positif terhadap produksi padi. Sementara
minimum, (2) suhu rata-rata, dan (3) suhu
dampak radiasi bervariasi terhadap fase
maksimum. Data suhu merupakan nilai
pertumbuhan tanaman padi. Kombinasi
rata-rata dari suhu harian dalam satu tahun.
dampak dari suhu maksimum, suhu
Sementara data curah hujan dalam 0,1 inchi
minimum, dan radiasi lebih berdampak
per tahun yang merupakan kumulatif curah
pada saat musim panen daripada musim
hujan harian dalam satu tahun.
tanam.
Data produktivitas padi dipilih pada
Penelitian Tack, Barkley, and Nalley
sepuluh provinsi sentra padi di Indonesia
(2015) menggunakan berbagai spesiikasi
dengan pertimbangan kontribusi total
model statistik dalam mengukur hubungan
sepuluh provinsi tersebut mencapai 80%
yang kompleks antara variabel iklim
produksi padi nasional. Sepuluh provinsi
dengan produktivitas gandum. Hasil
tersebut meliputi Sumatera Utara, Sumatera
68
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Utara, dan NTB.
Data produktivitas padi bersumber dari
Badan Pusat Statistik dan Kementerian
Pertanian. Adapun data suhu dan curah
hujan bersumber dari National Oceanic
and Atmospheric Administration (NOAA).
Sementara periode tahun yang digunakan
dimana Tave suhu rata-rata, T min suhu
selama 42 tahun, yaitu dari 1974 sampai
minimum, Tmax suhu maksimum, dan Rit
dengan 2015.
curah hujan.
Dengan demikian terdapat empat
model spesiikasi yang akan dilakukan pada
Spesiikasi Model
Spesiikasi model yang digunakan
penelitian ini, yaitu :
dalam studi ini mengacu pada model
Welch, Vincent, Auffhammer, Moya,
Doberman, and Dawe (2010) dan Tack,
....... (2)
Barkley, and Nalley (2015), yaitu :
....... (3)
....... (1)
dimana ln y it menunjukkan logaritma
....... (4)
produktivitas padi pada provinsi i untuk
periode t,
merupakan variabel
tren untuk menangkap input dan perubahan
teknologi pertanian, f(z it) merupakan
ukuran iklim pada provinsi i untuk periode
t, dan
....... (5)
error term.
Ukuran/proxy iklim yang digunakan
Metode Estimasi
pada penelitian ini mengacu pada studi
Metode estimasi model dalam
yang dilakukan Schlenker and Robert
penelitian ini menggunakan data panel.
(2009), yaitu :
Penggunaan data panel akan memberikan
lebih banyak informasi, variability, dan
degree of freedom terhadap model. Ada
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
69
tiga macam pendekatan pada data panel
Selama periode 42 tahun,
yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled
produktivitas padi memiliki rentang
least square) atau commond effect model
nilai maksimum dan minimum yang
(CEM), pendekatan dampak tetap (fixed
relatif tinggi. Nilai maksimumnya lebih
effect model/FEM), dan pendekatan dampak
dari dua kali lipat dari nilai minimum.
acak (random effect model/REM). Model
Dilihat dari nilai standar deviasinya pun
ixed effect memperlakukan intersep model
cukup tinggi yang mencapai 9 kw/ha.
sebagai parameter regresi. Model random
Informasi tersebut menunjukkan antar
effect memperlakukan intersep pada model
sentra produksi padi memiliki variasi
sebagai komponen gangguan acak.
yang cukup besar. Perbedaan lingkungan
Untuk mendapatkan regresi data
tumbuh antar daerah kemungkinan besar
panel yang terbaik antara CEM, FEM, dan
menjadi sumber variasi yang terjadi.
REM, dilakukan uji F yang digunakan untuk
Untuk variabel iklim, variabel curah
memilih antara CEM dan FEM, uji Lagrange
hujan lebih berluktuasi antar provinsi
Multiplier untuk memilih antara CEM dan
sentra padi dibandingkan dengan variabel
REM, dan uji Hausman untuk memilih antara
suhu. Dari ketiga ukuran suhu, rentang
FEM dan REM. Selanjutnya akan dilakukan
nilai maksimum dan minimum untuk suhu
estimasi parameter dengan model regresi
maksimum lebih tinggi dibandingkan
data panel yang digunakan sebagaimana
dengan variabel suhu rata-rata ataupun
hasil uji di atas. Dari empat model spesiikasi
suhu minimum. Namun variasi ketiga
diperbandingkan dampak variabel iklim
ukuran suhu antar provinsi sentra padi
terhadap produktivitas padi.
tersebut memiliki variasi yang relatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
kecil yakni berkisar 0,7 ⁰C - 0,99⁰C.
Sementara curah hujan memiliki nilai
rentang maksimum dan minimum yang
Analisis Deskriptif
Data yang dihimpun untuk estimasi
relatif besar. Begitu juga nilai variasi
parameter secara ringkas disajikan dalam
curah hujan antar provinsi sentra padi
Tabel 1.
Tabel 1. Statistik deskriptif parameter
Variabel
Produktivitas (Kw/Ha)
Suhu (0C)
Curah hujan (0.1 inc)
Suhu minimum (0C)
Suhu maksimum (0C)
Min
18,00
24,06
0,00
18,09
28,26
Sumber : BPS, Kementan, NOAA (diolah)
Max
63,00
28,40
278,57
25,34
33,63
Mean
43,751
27,048
56,060
23,160
31,228
SD
9,0526
0,7431
52,737
0,9421
0,9971
70
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
Gambar 1. Scatter plot produktivitas padi
Gambar 2. Scatter plot produktivitas padi
dengan suhu rata-rata
dengan suhu minimum
relatif besar yang ditunjukkan dengan
dengan kondisi suhu rata-rata dan suhu
nilai standar deviasi yang besar.
minimum sebagai ukuran iklim pada
Hasil scatter plot antara produktivitas
setiap provinsi sentra padi. Di setiap
padi dan variabel iklim memiliki gambaran
provinsi sentra padi menunjukkan pola
yang berbeda untuk setiap ukuran iklim dan
mendatar artinya tidak terjadi tren untuk
daerah provinsi sentra padi. Misalnya untuk
setiap kenaikan suhu rata-rata terhadap
provinsi Jawa Barat, dibandingkan dengan
produktivitas padi. Namun demikian ada
provinsi lainnya produktivitas padi lebih
beberapa provinsi yang menunjukkan
tinggi, tetapi suhu udara lebih rendah baik
fluktuasi produktivitas padi pada saat
untuk ukuran suhu rata-rata, suhu minimum
terjadi kenaikan suhu rata-rata atau suhu
dan suhu maksimum. Peningkatan suhu rata-
minimum seperti provinsi Jawa Timur dan
rata terhadap produktivitas padi di Jawa Barat
Lampung.
relatif turun, peningkatan suhu minimum
Gambar 3 dan 4 menjelaskan sebaran
relatif naik dan suhu maksimum relatif stabil.
produktivitas padi dengan kondisi suhu
Sementara peningkatan curah hujan relatif
maksimum dan curah hujan sebagai ukuran
berluktuatif. Lebih lanjut hasil scatter plot
iklim pada setiap provinsi sentra padi.
antara produktivitas padi dan variabel iklim
Gambar 3 dan 4 sedikit berbeda dengan
terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 dan 2, dimana sebaran data
Secara umum gambar 1 dan 2
menunjukkan pola yang beragam pada
menjelaskan sebaran produktivitas padi
setiap terjadi peningkatan suhu maksimum
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
71
Gambar 4. Scatter plot produktivitas
padi dengan curah hujan
Gambar 3. Scatter plot produktivitas
padi dengan suhu maksimum
signifikansi 1%. Sehingga model yang
ataupun curah hujan terhadap produktivitas
pengujian Hausman untuk pemilihan antara
padi di seluruh provinsi sentra padi.
FEM atau REM. Hasil uji seperti pada
tabel 3.
Validasi Model
Pengujian Lagrange Multiplier
berdasarkan residual ordinary least square
(OLS) untuk pemilihan antara CEM atau
REM dengan hipotesis : H0 :
H1
dipilih adalah REM. Selanjutnya dilakukan
dan
. Hasil uji seperti pada tabel 2.
Tabel 3. Hasil Uji Hausman
Uji Hausman
chi2 (3)
Uji Hausman
chi2 (3)
Tabel 2. Hasil Uji Lagrange Multiplier
Multiplier
Uji LM
chibar2 (01)
Uji LM
chibar2 (01)
Model 1
3851,75
(0,0000)
Model 3
3857,37
(0,0000)
Model 2
2759,43
(0,0000)
Model 4
3231,46
(0,0000)
Model 1
0,30
(0,9599)
Model 3
0,29
(0,9907)
Model 2
1,12
(0,7721)
Model 4
0,15
(0,9996)
Hasil uji hausman menunjukkan
REM sebagai model estimasi yang dipilih.
Sehingga regresi model dilakukan dengan
REM.
Berdasarkan dimensi data yang
digunakan pada penelitian ini memiliki
Dari hasil uji Lagrange menunjukkan
dimensi T (jumlah time series) = 42 dan
keempat model Ho di tolak dengan tingkat
N (jumlah cross section) = 10, maka
72
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
kemungkinan hanya ada sedikit perbedaan
hujan akan berdampak negatif terhadap
antara nilai parameter yang diestimasi
produktivitas padi. Hasil ini sejalan dengan
dengan FEM dan REM (Schlenker and
studi Schlenker and Robert (2009), bahwa
Roberts, 2009). Hal yang sama juga
curah hujan secara statistik signifikan
diungkapkan Welch, Vincent, Auffhammer,
membentuk kurva inverted–U shape
Moya, Doberman, and Dawe (2010) bahwa
terhadap produktivitas padi. Hasil estimasi
hasil estimasi dampak suhu terhadap
model 4, titik balik curah hujan selama
produksi padi di Asia menggunakan
satu tahun di Indonesia adalah sebesar
FEM dan REM relatif sama selama
10,177 inc, di atas angka tersebut perlu
variabel kontrol yang digunakan di antara
diwaspadai adanya potensi banjir yang
kedua model tersebut juga sama. Dengan
dapat menyebabkan gagal panen dan
demikian estimasi parameter untuk model
merangsang organisme pengganggu
yang ada pada penelitian ini tidak akan
tanaman (OPT).
berbeda jauh apabila menggunakan FEM
Hasil estimasi dengan REM, variabel
dan REM. Meskipun demikian dalam
iklim ditunjukkan pada Tabel 3. Produktivitas
penelitian ini akan mengunakan estimasi
padi kurang sensitif terhadap peningkatan
parameter dengan REM sesuai dengan hasil
suhu rata-rata. Berdasarkan uji parsial,
uji hausman.
peningkatan suhu rata-rata tidak signiikan
mempengaruhi produktivitas padi baik untuk
Hasil Estimasi
model linear maupun model non-linear.
Dari hasil estimasi pada tabel 3 terlihat
Hasil ini sejalan dengan studi Schlenker and
bahwa variabel curah hujan merupakan
Robert (2009), bahwa kuantiikasi variabel
variabel iklim yang berpengaruh signiikan
iklim pada daerah yang beriklim tropis lebih
secara parsial untuk keempat model dalam
sesuai menggunakan suhu minimum dan
mempengaruhi produktivitas padi di
suhu maksimum daripada menggunakan
Indonesia. Pada spesiikasi model linear,
suhu rata-rata.
koefisien estimasi curah hujan dapat
Hasil estimasi dampak suhu minimum
diinterpretasikan sebagai elastisitas curah
dan suhu maksimum terhadap produktivitas
hujan terhadap produktivitas padi, dimana
padi di Indonesia menghasilkan dampak
setiap kenaikan 1% curah hujan akan
yang cenderung berlawanan. Pada model
meningkatkan produktivitas padi 0,011%.
3, suhu minimum berdampak negatif
Namun untuk spesiikasi model non-linear,
terhadap produktivitas padi sedangkan suhu
peningkatan curah hujan akan berdampak
maksimum berdampak positif meskipun
positif sampai pada titik tertentu, setelah
secara uji parsial untuk kedua variabel
titik tertentu tersebut peningkatan curah
tersebut tidak signiikan.
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
73
Tabel 4. Hasil Simulasi
Variabel
Curah Hujan (0.1 inc)
Suhu Maks (0C)
Titik
Optimum
10,18
31,15
Pada model non-linear, model 4,
1
-0,0079
-0,0903
Kenaikan (%)
5
-0,0081
-1,1065
10
-0,0083
-2,3236
Simulasi Dampak
suhu maksimum lebih berdampak pada
Berdasarkan hasil estimasi, curah
produktivitas padi dibandingkan dengan
hujan dan suhu maksimum merupakan
suhu minimum. Hasil model 4 juga
faktor yang berpengaruh signiikan terhadap
menunjukkan adanya titik balik pada
produktivitas padi di Indonesia. Simulasi
peningkatan suhu maksimum terhadap
dampak dilakukan dengan kenaikan suhu
produktivitas padi di Indonesia, dimana
maksimum dan curah hujan di atas titik
setiap peningkatan suhu maksimum akan
optimum ceteris peribus. Kenaikan curah
meningkatkan produktivitas padi sampai
hujan dan suhu maksimum sebesar 1%, 5%,
titik tertentu, setelah itu peningkatan
dan 10% di atas titik optimum, diperoleh
suhu maksimum akan menurunkan
hasil seperti Tabel 4.
produktivitas padi. Adapun titik balik
Kenaikan suhu maksimum 1% di atas
suhu maksimum berdasarkan hasil
titik balik akan menurunkan produktivitas
estimasi sebesar 31,35°C.
padi sebesar 0,09039% ceteris peribus.
Variabel tren bernilai positif dan
Sementara kenaikan 1% curah hujan akan
signifikan baik model linear ataupun
menurunkan produktivitas padi sebesar
model non-linear. Variabel tren sebagai
0,00796% ceteris peribus. Kenaikan
proxy input dan tingkat perubahan
suhu maksimum dan curah hujan yang
teknologi pertanian secara signifikan
terus menerus akan menambah penurunan
meningkatkan produktivitas padi,
produktivitas padi yang semakin besar.
artinya teknologi produksi dan budidaya
yang diterapkan selama empat dekade
KESIMPULAN DAN SARAN
terakhir secara umum telah meningkatkan
Penelitian ini bertujuan untuk
produktivitas padi. Namun demikian,
menganalisis dampak perubahan
peningkatan produktivitas padi akibat
iklim terhadap produktivitas padi di
kemajuan teknologi tertentu akan
Indonesia melalui estimasi kuantitatif.
mencapai titik balik dan dibutuhkan
Langkah awal yang dilakukan adalah
teknologi–teknologi baru lagi dalam
penentuan kuantifikasi variabel iklim
meningkatkan produktivitasnya.
yang sesuai dengan karateristik tanaman
74
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
padi di Indonesia. Dalam penelitian
U-Shape, dimana peningkatan suhu akan
ini membandingkan 4 model dengan
memberikan dampak positif terhadap
spesiikasi variabel iklim yang berbeda dan
produktivitas padi sampai pada titik
membandingkan spesiikasi model linear
optimun tertentu. Setelah titik optimum
dan non-linear antara produktivitas padi
tersebut akan memberikan dampak
dan variabel iklim.
sebaliknya terhadap produktivitas padi.
Model non-linear lebih sesuai
Titik optimum untuk curah hujan 10,177
digunakaan dalam estimasi dampak
inc/tahun, sedangkan suhu maksimum
perubahan iklim terhadap produktivitas
31,35 ⁰C. Dari simulasi dampak kenaikan
padi di Indonesia daripada model linear.
curah hujan di atas titik optimum sebesar
Dilihat dari koefisien determinasi, dari
1% akan mengurangi produktivitas padi
keempat model menunjukkan model
sebesar 0,00796%. Sementara dampak
4 yang merupakan model non-linear
kenaikan suhu maksimum di atas titik
mempunyai koefisien determinasi yang
optimum sebanyak 1% akan mengurangi
lebih tinggi dibandingkan model 1, 2,
produktivitas padi sebanyak 0,09039%.
dan 3. Secara rasionalitas hal ini dapat
Perubahan iklim merupakan suatu
diterima karena variabel iklim optimum
hal yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya.
akan menguntungkan produktivitas padi,
Pemerintah hanya dapat melakukan
namun jika berlebihan akan menurunkan
langkah antisipasi dan adaptasi dampak
produktivitas padi. Kuantiiikasi variabel
perubahan iklim terhadap produktivitas
iklim yang yang memberikan dampak
padi. Kebijakan pengembangan varietas
terhadap produktivitas padi di Indonesia
padi unggul yang tahan terhadap
selama periode 1974-2015 adalah curah
kekeringan, rendaman, dan hama penyakit
hujan dan suhu maksimum. Sensitivitas
perlu dilakukan dalam langkah adaptasi
suhu rata-rata tidak memberikan respon
tersebut. Selain itu, pengelolaan sumber
yang signifikan terhadap produktivitas
daya air yang tepat perlu diperhatikan
padi karena mengeneralisasikan kondisi
dengan baik sehingga dapat memenuhi
iklim dimana iklim bergantung pada
kebutuhan air tanaman padi pada kondisi
musim dan fase perkembangan tanaman
ketersediaan air yang sangat terbatas.
padi. Sementara suhu minimum yang
dipantau selama periode sampel secara
DAFTAR PUSTAKA
ilmu agronomi berada pada batas
Auffhammer, M., Ramanathan, V., and
kewajaran yakni masih di antara 10⁰C -
Vincent, Jefrey R. 2006. Integrated
30⁰C. Peningkatan curah hujan dan suhu
Model Shows that Atmospheric
maksimum mengikuti kurva Inverted
Brown Clouds and Green Houses
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
75
Gases Have Reduced Rice Harvest in
O’Louglin J., Witmer, Frank D.W., Linke,
India. PNAS 103(52) : 19668-19672
Andrew M., Laing, A., Gettelman,
A., and Dudhia, J. 2012. Climate
Burke, Marshall B., Miguel, E., Satyanath,
Variablility and Conlict Risk in East
S., Dykema, John A., and Lobell,
Afrika : 1990-2009. PNAS 109(45) :
David B. 2009. Warming Increase
18344-18349.
The Risk of Civil War in Africa.
PNAS 106 (49) : 20670-20674.
Oury, B. 1965. Allowing for Weather in
Crop Production Model Building .
Deschenes, O., and Greenstone, M. 2007.
The Economic Impact of Climate
Journal of Farms of Economic 47
(2) : 270-283.
Change : Evidence from Agricultural
Profits and Random Fluktuations.
Peng, S., Huang, J., Sheehy, John E., Laza,
The American Review 97(1) : 354-
Rebecca E., Visperas, Romeo M.,
385.
Zhong, X., Centeno, Grace S., Khush,
Gurdev S., and Cassman, Kenneth G.
Hsiang, Solomon M., Burke, M., and
Miguel, E. 2013. Quantifyng The
Inluence of Climate Human Conlict.
2004. Rice Yield Decline With Hight
Night Temperature From Global
Warming. PNAS 101: 229-238.
Science 341 (6151) : 1235367.
Scheffran, J., Brzoska, M., Kominek,
Hsiang, Solomon M., and Burke, M. 2014.
Climate, Conlict and Social Stability
: What the Evidence Say? Clim
Change, 123(1): 39-55.
J., Link, P.M., Schilling, J. 2012.
Climate Change and Violent Conlict.
Science 336 (6083) : 869-871.
Schlenker, W., Hanemann, W.M., and
Kementerian Pertanian. 2012.
Pengembangan Asuransi Usaha
Tani Padi untuk Antisipasi
Perubahan Iklim. Warta Penelitian
dan Pengembangan 34(2) : 16-18.
Mendelson , R., Nordhaus, William D.,
and Shaw, D. 1994. The Impact of
Global Warming on Agriculture : A
Ricardian Analysis. The American
Economic Review 84 (4) : 753-771.
Fisher, Anthony C. 2006. The
Impact of Global Warming on U.S
Agricultures : An Econometric
Analysis of Optimal Growing
Condition. Review of Economics
and Statistics 88 (1) : 113-125.
Schlenker, W., and Roberts, M. J. 2009.
Nonlinear Temperature Effects
Indicates Severe Damages to U.S.
Crop Yields Under Climate Change.
76
Agro Ekonomi Vol. 27/No. 2, Desember 2016
PNAS 106 (37) : 15594-15598.
H., and Sumleth, K. 2009. Climate
Change Affecting Rice Production :
Surmaini, E., Runtunuwu, R., Las, I.
2011. Upaya Sektor Pertanian dalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal
Litbang Pertanian 30 (1) : 1-7.
The Physiological and Agronomic
Basis for Possible Adaptation
Strategies. Adv.Agron 101 : 59-122.
We l c h , J R . , Vi n c e n t , J e ff r e y R . ,
Tack, J., Barkley, A., and Nalley, Lawton
L . 2 0 1 5 . E ff e c t o f Wa r m i n g
Temperatures on US Wheat Yields.
PNAS 112 (22) : 6931-6936.
Wassmann, R., Jagadish, S.V.K., Heuer,
Auffhammer, M., Moya, Piedad
F., Doberman, A., and Dawe, D.
2010. Rice Yields in Tropical/
Subtropical Asia Exhibit Large but
Opposing Sensitivities to Minimum
S., Ismail, A., Redona, E., Serraj,
and Maximum Temperatures. PNAS
R., Singh, R.K., Howel, G., Pathak,
Vol. 107 (33) : 14562-14567