Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peranan Kecerdasan Kinestetik Jasmani Melalui Terapi Bermain Terhadap Pikiran dan Perilaku Anak Autis T2 753013003 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Autis menjadi sebuah fenomena yang semakin marak di Indonesia, hal ini
ditandai dengan meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami masalah tersebut.
Sekitar tahun 1970 anak-anak yang mengalami autis hanya 1:10.000 kelahiran, tetapi
kini tercatat 1:150 kelahiran. Sebuah peningkatan yang sangat mencolok, walaupun
penyebabnya belum diketahui secara pasti.1Pada sekitar tahun 1990, terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis.2Saat ini autis sudah menjadi
situasi yang membebani pikiran baik kepada keluarga maupun para ahli kesehatan.
Autis pertama kali diperkenalkan pada tahun 1943 oleh seorang psikiotris
Amerika yang bernama Leo Kanner.3Kanner menemukan sebelas anak yang memiliki
ciri-ciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
individu lain dan sangat tidak perduli terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga
perilakunya tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri. Autis merupakan suatu
gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
1
Kompas , Deteksi Dini Penting Dilakukan, Kompas, 16 April 2006, www.kompas.com
2
Kompas, 7 Juni 2008
3
Aquirre.Blaise. MD., Anjaly Sastry., (2012), Parenting Anak Dengan Autisme. Solusi, Strategi dan
Saran Praktis Untuk Membantu Keluarga Anda, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 23.
Autis adalah masalah perkembangan yang secara khusus terjadi pada masa
anak-anak, yang menyebabkan seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial
dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Banyak spekulasi yang beredar, baik
di media massa maupun di dunia maya, tentang penyebab ini. Misalnya anak menjadi
autis karena ibunya saat hamil mengkonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi
merkuri atau disebabkan karena imunisasi dengan vaksin yang mengandung
timerosal. Namun, semua itu belum dapat dibuktikan kebenarannya, dan berkaitan
dengan isu ini, Menteri Kesehatan pada saat itu Dr. Siti Fadilla Supari (tahun 2008)
belum bersedia memberikan komentarnya.4
Pada harian Kompas dimuat berita
bahwa pencemaran udara dan air yang terus meningkat dari tahun ke tahun telah
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup secara umum dan kesehatan
masyarakat.5 Salah satu dampak negatif dari tingginya pencemaran udara adalah
meningkatnya kasus autis.
Autis bukanlah sebuah penyakit mental atau gangguan kejiwaan, melainkan
sebuah syndrom yang masih memerlukan penelitian lebih jauh lagi untuk mengetahui
penyebabnya. Banyak informasi yang mengatakan bahwa anak autis itu tidak dapat
disembuhkan secara total. Namun hal itu janganlah menjadikan kita berpikir negatif
terhadap anak-anak autis karena mereka dapat menjadi lebih pintar dibandingkan
dengan anak-anak normal lainnya. Oleh sebab itu mereka perlu dibimbing secara
4
Kompas, 7 Juni 2008
5
Kompas, Lingkungan Buruk Picu Kasus Autis,Kompas, 27 Oktober 2004, www.kompas.com
khusus sesuai dengan kondisi yang mereka alami, begitujuga dengan perlakuan
khusus, sehingga mereka dapat menemukan dan mengembangkan kemampuan
mereka.Harus diakui bahwa penanganan terhadap anak autis telah banyak dilakukan,
namun usaha terus ditingkatkan untuk memberikan yang terbaik untuk penderita
autis. Anak autis juga merupakan individu yang harus diberi pendidikan, baik itu
keterampilan, maupun akademik. Hal ini didasari oleh kelemahan anak autis tersebut.
Mereka sangat membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mampu memaksimalkan
kemampuan yang ada dalam diri mereka. Dalam penelitian kali ini difokuskan pada
kecerdasan kinestetik anak autis. Bukan hendak mencari rumusan model namun
mencoba melihat bagaimana terapi bermain bisa menyelaraskan pikiran dan perilaku
anak autis. Diharapkan juga kecerdasan kinestetik jasmani anak autis ini
bisa
menjadi keterampilan khusus bagi mereka. Hal ini sangat diperlukan untuk
memberikan peluang bagi anak autis di dalam dunia kerja dan sosial. Kecerdasan
kinestetik jasmani adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik
atau jasmani yaitu kemampuan dalam menggunakan tubuh sendiri secara
terampil,cerdas dan mampu untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Cerdas dalam melakukan sesuatu seorang diri, senang memikirkan persoalan sambil
aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau berlari. Dengan pengembangan
kinestetik jasmani anak autis berarti memberdayakan anak autis dalam dunianya dan
menjadikan mereka mempunyai kelebihan khusus dalam kehidupan normal mereka.
Meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan
memegang objek dengan cakap. Amstrongmenyebut kemampuan ini dengan
kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan gerakseluruh tubuh dan kecerdasan
tangan.6
Orang dengan kecerdasan ini dikatakan sebagai orang yang ”berpikir” melalui
tubuh dan memiliki koordinasi motorik yang baik dalam berbagai bidang. Mereka
memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan dalam tubuh mereka. Kondisi
ini sangat dekat dengan dunia autis.
Tidak bisa diam, ingin bergerak terus,
mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang
yang diajak bicara merupakan ciri dari kecerdasan ini. Mereka sangat bagus dalam
keterampilan jasmani dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olah raga.
Mereka lebih nyaman mengkomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi)
atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan perasaan mereka, seperti emosi dan
suasana hatimelalui tarian. Dalam beberapa hal, semua anak adalah pembelajar
kinestetik/fisik juga. Elemen dasar dari kecerdasan kinestetik jasmani adalah
kemampuan mengendalikan gerakan tubuh dan kemampuan memainkan obyek
dengan terampil.
Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan ini juga meliputikemampuan melatih
respons hingga menjadi gerak refleks. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
menyelaraskan pikiran dengan badan, sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan
tertuang dalam bentuk gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai
6
Amstrong. Thomas Ph.D., (2002) :Kinds Of Smart, Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda
Berdasarkan Teori Multiple Intelligence, Gramedia, Jakarta, hal. 69
makna. Definisi ini merujuk pada tulisan yang mengatakan bahwa, “kecerdasan
kinestetik adalah sebuah keselarasan antara pikirandan tubuh, dimana pikiran dilatih
untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya dan tubuh dilatih untuk dapat
merespon ekspresi kekuatan dan pikiran”.7
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka, kecerdasan kinestetik jasmani ini
akan dipakai untuk mengkritisi permasalahan anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga. Teori kecerdasan kinestetik jasmani berbicara tentang keselarasan
antara pikiran dan perilaku, sementara masalah anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga adalah kurangnya ketidakselarasan antara pikiran dan perilaku
mereka. Berdasarkan pemahaman tersebut maka penelitian yang dilaksanakan ini
dengan topik “ Peranan Kecerdasan Kinestetik Jasmani melalui terapi bermain
terhadap pikiran dan perilaku anak-anak Autis” di rumah Pintar Togaten Salatiga.
1.2
Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi tersebut, maka masalah penelitiannya adalah
pelaksanaan terapi aktual terhadap permasalahan kecerdasan kinestetik jasmani anakanak autis. Mengapa penanganan menjadi masalah penelitian? Terdapat kensenjangan
antara penanganan yang dilakukan pekerja sosial Rumah Pintar Anak Berkebutuhan
Khusus Salatiga dengan Kecerdasan Kinestetik Jasmani anak-anak autis sehingga
tidak ada keselarasan pikiran dan perilaku anak autis.
7
Linda C, Bruce C dan Dee D dalam Jurnal BK UPI Edisi Khusus No. 2 agustus 2011
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian diatas maka dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.
Bagaimana kondisi objektif permasalahan anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga
b. Bagaimana implementasi kegiatan aktual bagi anak-anak autis di rumah
pintar Togaten Salatiga
c.
Bagaimana peran kecerdasan kinestetik jasmani melalui terapi
bermainterhadap pikiran dan perilaku anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
a.
Mendeskripsikan dan menganalisis kondisi objektif permasalahan anakanak autis di rumah pintar Togaten Salatiga
b. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kegiatan aktual bagi
anak-anak autis di rumah pintar Togaten Salatiga
c.
Mendeskripsikan dan menganalisis Peran Kecerdasan Kinestetik Jasmani
melalui terapi bermain terhadap pikiran dan perilaku anak-anak autis
1.5
Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi konseptual
dalam
pengembangan teori Kecerdasan Kinestetik Jasmani bagi anak autis di
fakultas teologi UKSW Salatiga.
b. Sebagai
kontribusi bagi Rumah Pintu ABK Togaten Salatiga untuk
semakin berusaha menyelaraskan pikiran dan perilaku anak autis.
c. Menambah
wawasan
berpikir
Peneliti
tentang
penelitian
dan
pengembangan bagi penelitian jurnal ilmiah.
1.6
Metode Penelitian
Penelitian ini hendak melihat bagaimana program pendidikan untuk
meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Jasmani. Dengan itu, diperlukan metode dan
pendekatan penelitian, dalam rangka mengkritisi kecerdasan kinestetik jasmani anak
autis
1.6.1 Metode
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif analisis.
Metode deskriptif analisis dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual,
dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi
penelitian.8 Pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif dan analisis
penjelasannya.
DESKRIPSI
ANALISIS
1. Kondisi objektif permasalahan anak-anak 1. Kesenjangan penanganan permasalahan
autis.
2. Kebutuhan peningkatan penanganan
2. Implementasi kegiatan aktual di Rumah
Pintar Togaten Salatiga.
yang diperlukan
3. Sejauh mana peran program yang telah
dilakukan untuk peningkatan kecerdasan
kinestetik Jasmani anak autis.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kerangka studi pendahuluan yaitu
kajian pustaka dan kajian empiris. Kajian pustaka diperoleh melalui studi
kepustakaan, sedangkan kajian empiris diperoleh melalui wawancara, penyebaran
angket dan obervasi non partisipatif yang dibahas berikut ini.
a.
8
Wawancara
Nazir. Moh Ph.D., (2009) :Metode Penelitian, Ghalia, Indonesia, hal. 61
Wawancara menggambarkan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian.Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, adalah wawancara bebas
dengan pedoman wawancara yang digunakan hanya garis besar permasalahan yang
ditanyakan.9 Yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah guru (pekerja
sosial) dan orangtua.
b. Penyebaran Angket
Angket adalah seperangkat penyataan yang akan dijawab responden tentang
variable penelitian yang diukur. Angket dilakukan secara terbuka dengan jawaban
angket berbentuk interval.10
Penyebaran angket dilakukan untuk pengujian
instrument yang sudah disiapkan. Penelitian angket tersebut mempergunakan skala
liker untuk mengukur sikap dan pendapat persepsi,11 orangtua dari anak autis dan
para pekerja sosial.Alasan penyebaran angket dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui
yang pertama kondisi objektif anak autis di rumah pintar Togaten
Salatiga dan kegiatan yang yang telah dilakukan untuk mendukung
kinestetik jasmani anak autis di rumah pintar Togaten Salatiga.
kecerdasan
Termasuk di
dalamnya untuk mengetahui perubahan nilai diri, keselarasan berpikir dan perilaku
anak autis selama ini.
9
Sugiyono., ( 2009) : Statistik untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, hal. 140.
10
Ibid, hal. 143
11
Ibid, hal. 93
c.
Observasi
Observasi merupakan suatu proses pengamatan terhadap subjek penelitian dan
dilakukan secara terstruktur.12
Tahapan dan bentuk observasi yang dilakukan
sebagai berikut:
1.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap tingkah laku anak autis.di
rumah pintar Togaten Salatiga.
2.
Laporan observasi yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk melihat nilainilai sikap dan perilaku anak-anak autis
1.6.3 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
Rumah Pintar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Togaten Mangunsari Salatiga
dipilih sebagai lokasi penelitian. Populasi dan juga sampel dalam penelitian ini adalah
anak autis (murid) di rumah Pintar Togaten Salatiga berjumlah 12 orang. Dalam
pelaksanaan penelitian
orangtua dan para pekerja sosial di rumah Pintar akan
diikutsertakan sebagai respondent pendukung yang berjumlah 20 orang.
Ada
beberapa Panti Asuhan yang memperhatikan anak autis. Namun hanya di Rumah
Pintar ABK Togaten Salatiga saja yang secara khusus menangani anak autis yang
ada di salatiga.
12
Ibid, hal. 146
1.7
Sistematika Penulisan
Bab satu merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian,
manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistimatika penelitian.
Bab dua merupakan
landasan teoritis
yang mencakup didalamnya
pembahasan konsep tentang autis dan permasalahannya, faktor penyebab autis,
perilaku dan hambatan anak autis, hasil penelitian terdahulu tentang terapi autis,
kecerdasan kinestetik jasmani, dan manfaat bermain dalam mengembangkan
kecerdasan kinestetik jasmani anak.
Bab tiga merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab tiga ini
terdapat pembahasan tentang kondisi aktual anak autis di Rumah Pintar Togaten
Salatiga, pembahasan dan analisa. Kemudian implementasi kegiatan aktual di Rumah
Pintar Togaten Salatiga serta pembahasan dan analisa. Peran kecerdasan kinestetik
jasmani di dalam menyelaraskan pikiran dan perilaku anak autis disertai pembahasan
dan analisa dan refleksi teologis. Bab empat yaitu bab yang terakhir, terdiri atas
kesimpulan dan rekomendasi.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Autis menjadi sebuah fenomena yang semakin marak di Indonesia, hal ini
ditandai dengan meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami masalah tersebut.
Sekitar tahun 1970 anak-anak yang mengalami autis hanya 1:10.000 kelahiran, tetapi
kini tercatat 1:150 kelahiran. Sebuah peningkatan yang sangat mencolok, walaupun
penyebabnya belum diketahui secara pasti.1Pada sekitar tahun 1990, terjadi
peningkatan yang signifikan terhadap penderita autis.2Saat ini autis sudah menjadi
situasi yang membebani pikiran baik kepada keluarga maupun para ahli kesehatan.
Autis pertama kali diperkenalkan pada tahun 1943 oleh seorang psikiotris
Amerika yang bernama Leo Kanner.3Kanner menemukan sebelas anak yang memiliki
ciri-ciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
individu lain dan sangat tidak perduli terhadap lingkungan di luar dirinya, sehingga
perilakunya tampak seperti hidup dalam dunianya sendiri. Autis merupakan suatu
gangguan perkembangan yang kompleks yang berhubungan dengan komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
1
Kompas , Deteksi Dini Penting Dilakukan, Kompas, 16 April 2006, www.kompas.com
2
Kompas, 7 Juni 2008
3
Aquirre.Blaise. MD., Anjaly Sastry., (2012), Parenting Anak Dengan Autisme. Solusi, Strategi dan
Saran Praktis Untuk Membantu Keluarga Anda, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hal. 23.
Autis adalah masalah perkembangan yang secara khusus terjadi pada masa
anak-anak, yang menyebabkan seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial
dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Banyak spekulasi yang beredar, baik
di media massa maupun di dunia maya, tentang penyebab ini. Misalnya anak menjadi
autis karena ibunya saat hamil mengkonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi
merkuri atau disebabkan karena imunisasi dengan vaksin yang mengandung
timerosal. Namun, semua itu belum dapat dibuktikan kebenarannya, dan berkaitan
dengan isu ini, Menteri Kesehatan pada saat itu Dr. Siti Fadilla Supari (tahun 2008)
belum bersedia memberikan komentarnya.4
Pada harian Kompas dimuat berita
bahwa pencemaran udara dan air yang terus meningkat dari tahun ke tahun telah
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup secara umum dan kesehatan
masyarakat.5 Salah satu dampak negatif dari tingginya pencemaran udara adalah
meningkatnya kasus autis.
Autis bukanlah sebuah penyakit mental atau gangguan kejiwaan, melainkan
sebuah syndrom yang masih memerlukan penelitian lebih jauh lagi untuk mengetahui
penyebabnya. Banyak informasi yang mengatakan bahwa anak autis itu tidak dapat
disembuhkan secara total. Namun hal itu janganlah menjadikan kita berpikir negatif
terhadap anak-anak autis karena mereka dapat menjadi lebih pintar dibandingkan
dengan anak-anak normal lainnya. Oleh sebab itu mereka perlu dibimbing secara
4
Kompas, 7 Juni 2008
5
Kompas, Lingkungan Buruk Picu Kasus Autis,Kompas, 27 Oktober 2004, www.kompas.com
khusus sesuai dengan kondisi yang mereka alami, begitujuga dengan perlakuan
khusus, sehingga mereka dapat menemukan dan mengembangkan kemampuan
mereka.Harus diakui bahwa penanganan terhadap anak autis telah banyak dilakukan,
namun usaha terus ditingkatkan untuk memberikan yang terbaik untuk penderita
autis. Anak autis juga merupakan individu yang harus diberi pendidikan, baik itu
keterampilan, maupun akademik. Hal ini didasari oleh kelemahan anak autis tersebut.
Mereka sangat membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mampu memaksimalkan
kemampuan yang ada dalam diri mereka. Dalam penelitian kali ini difokuskan pada
kecerdasan kinestetik anak autis. Bukan hendak mencari rumusan model namun
mencoba melihat bagaimana terapi bermain bisa menyelaraskan pikiran dan perilaku
anak autis. Diharapkan juga kecerdasan kinestetik jasmani anak autis ini
bisa
menjadi keterampilan khusus bagi mereka. Hal ini sangat diperlukan untuk
memberikan peluang bagi anak autis di dalam dunia kerja dan sosial. Kecerdasan
kinestetik jasmani adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan fisik
atau jasmani yaitu kemampuan dalam menggunakan tubuh sendiri secara
terampil,cerdas dan mampu untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.
Cerdas dalam melakukan sesuatu seorang diri, senang memikirkan persoalan sambil
aktif dalam kegiatan fisik seperti berjalan atau berlari. Dengan pengembangan
kinestetik jasmani anak autis berarti memberdayakan anak autis dalam dunianya dan
menjadikan mereka mempunyai kelebihan khusus dalam kehidupan normal mereka.
Meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan
memegang objek dengan cakap. Amstrongmenyebut kemampuan ini dengan
kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan gerakseluruh tubuh dan kecerdasan
tangan.6
Orang dengan kecerdasan ini dikatakan sebagai orang yang ”berpikir” melalui
tubuh dan memiliki koordinasi motorik yang baik dalam berbagai bidang. Mereka
memproses informasi melalui sensasi yang dirasakan dalam tubuh mereka. Kondisi
ini sangat dekat dengan dunia autis.
Tidak bisa diam, ingin bergerak terus,
mengerjakan sesuatu dengan tangan atau kakinya, dan berusaha menyentuh orang
yang diajak bicara merupakan ciri dari kecerdasan ini. Mereka sangat bagus dalam
keterampilan jasmani dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olah raga.
Mereka lebih nyaman mengkomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi)
atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan perasaan mereka, seperti emosi dan
suasana hatimelalui tarian. Dalam beberapa hal, semua anak adalah pembelajar
kinestetik/fisik juga. Elemen dasar dari kecerdasan kinestetik jasmani adalah
kemampuan mengendalikan gerakan tubuh dan kemampuan memainkan obyek
dengan terampil.
Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan ini juga meliputikemampuan melatih
respons hingga menjadi gerak refleks. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
menyelaraskan pikiran dengan badan, sehingga apa yang dikatakan oleh pikiran akan
tertuang dalam bentuk gerakan-gerakan badan yang indah, kreatif, dan mempunyai
6
Amstrong. Thomas Ph.D., (2002) :Kinds Of Smart, Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda
Berdasarkan Teori Multiple Intelligence, Gramedia, Jakarta, hal. 69
makna. Definisi ini merujuk pada tulisan yang mengatakan bahwa, “kecerdasan
kinestetik adalah sebuah keselarasan antara pikirandan tubuh, dimana pikiran dilatih
untuk memanfaatkan tubuh sebagaimana mestinya dan tubuh dilatih untuk dapat
merespon ekspresi kekuatan dan pikiran”.7
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka, kecerdasan kinestetik jasmani ini
akan dipakai untuk mengkritisi permasalahan anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga. Teori kecerdasan kinestetik jasmani berbicara tentang keselarasan
antara pikiran dan perilaku, sementara masalah anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga adalah kurangnya ketidakselarasan antara pikiran dan perilaku
mereka. Berdasarkan pemahaman tersebut maka penelitian yang dilaksanakan ini
dengan topik “ Peranan Kecerdasan Kinestetik Jasmani melalui terapi bermain
terhadap pikiran dan perilaku anak-anak Autis” di rumah Pintar Togaten Salatiga.
1.2
Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi tersebut, maka masalah penelitiannya adalah
pelaksanaan terapi aktual terhadap permasalahan kecerdasan kinestetik jasmani anakanak autis. Mengapa penanganan menjadi masalah penelitian? Terdapat kensenjangan
antara penanganan yang dilakukan pekerja sosial Rumah Pintar Anak Berkebutuhan
Khusus Salatiga dengan Kecerdasan Kinestetik Jasmani anak-anak autis sehingga
tidak ada keselarasan pikiran dan perilaku anak autis.
7
Linda C, Bruce C dan Dee D dalam Jurnal BK UPI Edisi Khusus No. 2 agustus 2011
1.3
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian diatas maka dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.
Bagaimana kondisi objektif permasalahan anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga
b. Bagaimana implementasi kegiatan aktual bagi anak-anak autis di rumah
pintar Togaten Salatiga
c.
Bagaimana peran kecerdasan kinestetik jasmani melalui terapi
bermainterhadap pikiran dan perilaku anak-anak autis di rumah pintar
Togaten Salatiga.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka yang menjadi tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
a.
Mendeskripsikan dan menganalisis kondisi objektif permasalahan anakanak autis di rumah pintar Togaten Salatiga
b. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi kegiatan aktual bagi
anak-anak autis di rumah pintar Togaten Salatiga
c.
Mendeskripsikan dan menganalisis Peran Kecerdasan Kinestetik Jasmani
melalui terapi bermain terhadap pikiran dan perilaku anak-anak autis
1.5
Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi konseptual
dalam
pengembangan teori Kecerdasan Kinestetik Jasmani bagi anak autis di
fakultas teologi UKSW Salatiga.
b. Sebagai
kontribusi bagi Rumah Pintu ABK Togaten Salatiga untuk
semakin berusaha menyelaraskan pikiran dan perilaku anak autis.
c. Menambah
wawasan
berpikir
Peneliti
tentang
penelitian
dan
pengembangan bagi penelitian jurnal ilmiah.
1.6
Metode Penelitian
Penelitian ini hendak melihat bagaimana program pendidikan untuk
meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Jasmani. Dengan itu, diperlukan metode dan
pendekatan penelitian, dalam rangka mengkritisi kecerdasan kinestetik jasmani anak
autis
1.6.1 Metode
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif analisis.
Metode deskriptif analisis dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual,
dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi
penelitian.8 Pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif dan analisis
penjelasannya.
DESKRIPSI
ANALISIS
1. Kondisi objektif permasalahan anak-anak 1. Kesenjangan penanganan permasalahan
autis.
2. Kebutuhan peningkatan penanganan
2. Implementasi kegiatan aktual di Rumah
Pintar Togaten Salatiga.
yang diperlukan
3. Sejauh mana peran program yang telah
dilakukan untuk peningkatan kecerdasan
kinestetik Jasmani anak autis.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kerangka studi pendahuluan yaitu
kajian pustaka dan kajian empiris. Kajian pustaka diperoleh melalui studi
kepustakaan, sedangkan kajian empiris diperoleh melalui wawancara, penyebaran
angket dan obervasi non partisipatif yang dibahas berikut ini.
a.
8
Wawancara
Nazir. Moh Ph.D., (2009) :Metode Penelitian, Ghalia, Indonesia, hal. 61
Wawancara menggambarkan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah
penelitian.Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, adalah wawancara bebas
dengan pedoman wawancara yang digunakan hanya garis besar permasalahan yang
ditanyakan.9 Yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah guru (pekerja
sosial) dan orangtua.
b. Penyebaran Angket
Angket adalah seperangkat penyataan yang akan dijawab responden tentang
variable penelitian yang diukur. Angket dilakukan secara terbuka dengan jawaban
angket berbentuk interval.10
Penyebaran angket dilakukan untuk pengujian
instrument yang sudah disiapkan. Penelitian angket tersebut mempergunakan skala
liker untuk mengukur sikap dan pendapat persepsi,11 orangtua dari anak autis dan
para pekerja sosial.Alasan penyebaran angket dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui
yang pertama kondisi objektif anak autis di rumah pintar Togaten
Salatiga dan kegiatan yang yang telah dilakukan untuk mendukung
kinestetik jasmani anak autis di rumah pintar Togaten Salatiga.
kecerdasan
Termasuk di
dalamnya untuk mengetahui perubahan nilai diri, keselarasan berpikir dan perilaku
anak autis selama ini.
9
Sugiyono., ( 2009) : Statistik untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung, hal. 140.
10
Ibid, hal. 143
11
Ibid, hal. 93
c.
Observasi
Observasi merupakan suatu proses pengamatan terhadap subjek penelitian dan
dilakukan secara terstruktur.12
Tahapan dan bentuk observasi yang dilakukan
sebagai berikut:
1.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap tingkah laku anak autis.di
rumah pintar Togaten Salatiga.
2.
Laporan observasi yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk melihat nilainilai sikap dan perilaku anak-anak autis
1.6.3 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
Rumah Pintar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Togaten Mangunsari Salatiga
dipilih sebagai lokasi penelitian. Populasi dan juga sampel dalam penelitian ini adalah
anak autis (murid) di rumah Pintar Togaten Salatiga berjumlah 12 orang. Dalam
pelaksanaan penelitian
orangtua dan para pekerja sosial di rumah Pintar akan
diikutsertakan sebagai respondent pendukung yang berjumlah 20 orang.
Ada
beberapa Panti Asuhan yang memperhatikan anak autis. Namun hanya di Rumah
Pintar ABK Togaten Salatiga saja yang secara khusus menangani anak autis yang
ada di salatiga.
12
Ibid, hal. 146
1.7
Sistematika Penulisan
Bab satu merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
masalah penelitian,
rumusan masalah penelitian,
tujuan penelitian,
manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistimatika penelitian.
Bab dua merupakan
landasan teoritis
yang mencakup didalamnya
pembahasan konsep tentang autis dan permasalahannya, faktor penyebab autis,
perilaku dan hambatan anak autis, hasil penelitian terdahulu tentang terapi autis,
kecerdasan kinestetik jasmani, dan manfaat bermain dalam mengembangkan
kecerdasan kinestetik jasmani anak.
Bab tiga merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab tiga ini
terdapat pembahasan tentang kondisi aktual anak autis di Rumah Pintar Togaten
Salatiga, pembahasan dan analisa. Kemudian implementasi kegiatan aktual di Rumah
Pintar Togaten Salatiga serta pembahasan dan analisa. Peran kecerdasan kinestetik
jasmani di dalam menyelaraskan pikiran dan perilaku anak autis disertai pembahasan
dan analisa dan refleksi teologis. Bab empat yaitu bab yang terakhir, terdiri atas
kesimpulan dan rekomendasi.