Analisis Sitiran pada Wartazoa: Buletin Ilmu Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesia

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2. 1 Sitiran
Istilah sitiran berasal dari bahasa inggris yaitu citation. Jika kata citation
ini diterjemahkan pada kamus maka pengertian citation yaitu surat pujian,
surat/tanda penghargaan, panggilan, kutipan, sitiran dan sebutan sedangkan jika
diterjemahkan melalui
ditemukan

yakni

google translate ada beberapa terjemahan yang

kutipan,

predikat,

sebutan,

sitiran,


panggilan,

penghargaan, tanda penghargaan, guntingan, dan surat pujian.

surat

Sitiran dapat

ditemukan dalam teks, catatan kaki, catatan akhir, bibliografi atau daftar
referensi. Dalam menghasilkan karya ilmiah baik artikel yang diterbitkan pada
jurnal dan majalah maupun hasil karya yang diterbitkan pada sivitas akademik
seperti kertas karya, skripsi, tesis maupun disertasi tidak terlepas dari kegiatan
sitir menyitir, kegiatan menyitir dilakukan untuk mendukung kegiatan penelitian.
International encyclopedia of information and library science yang dikutip
oleh Maryono (2012: 4), menjelaskan sebagai berikut “Citation are notes placed
in the main text of an academic publication that give a bibliographic reference to
published work which has been used or quoted by the author”. Sitasi adalah
catatan yang ditempatkan dalam tulisan utama pada publikasi ilmiah, yang
memberikan acuan pustaka pada karya-karya yang diterbitkan, yang digunakan
atau dikutip oleh penulis tersebut. Berdasarkan ALA Glosaary of Library and

Information Science yang dikutip oleh Pattah (2013: 49), “Sitiran adalah suatu

10

Universitas Sumatera Utara

catatan yang merujuk pada suatu pernyataan atau gagasan” sedangkan
menurut Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Hasugian (2005: 3) mendefenisikan
sitiran sebagai “karya yang dirujuk atau digunakan sebagai bibliografi pada
sebuah artikel atau buku”
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa sitiran adalah
catatan dari suatu karya yang dirujuk dan dijadikan sebagai referensi suatu
tulisan. Melalui sitiran dapat diketahui karya-karya yang dirujuk penulis dan
dapat digunakan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan. Sitiran juga
akan mempermudah bagi penulis berikutnya dalam melakukan penelusuran
terhadap sumber aslinya.
Ketika dokumen A disebut oleh dokumen B sebagai catatan kaki, catatan
akhir, bibliografi atau daftar pustaka maka dikatakan bahwa dokumen A disitir
oleh dokumen B dan dokumen B menyitir dokumen A (Hartinah, 2002: 1).
Dalam sitiran dokumen A disebut “cited document”, sedangkan dokumen B

disebut “citing document”.
Kebiasaan menyitir karya orang lain sebagaimana disebutkan di atas, di
samping merupakan tradisi ilmiah, juga dikarenakan adanya beberapa alasan,
antara lain seperti alasan etis, sebagai pengakuan terhadap apa yang telah
diperoleh sebelumnya, untuk membantu para pembaca dalam menemukan
kembali informasi yang diinginkan. Selain alasan tersebut di atas, Weinstock
yang dikutip oleh Ruphada merumuskan beberapa alasan mengapa para
pengarang/ilmuan perlu menyitir karya-karya ilmuan sebelumnya. Ia mencatat
ada 15 alasan penting, yaitu :

11

Universitas Sumatera Utara

a. memberikan penghormatan kepada para pelopor;
b. memberikan penghargaan terhadap karya bersangkutan;
c. mengindentifikasi metodologi, pendekatan teori, sarana, dan
sebagainya;
d. memberikan latar belakang bacaan;
e. mengoreksi karya sendiri;

f. mengoreksi karya orang lain;
g. memberikan kritik terhadap karya-karya sebelumnya;
h. memperkuat klaim/tuntutan penemuan tentang sesuatu;
i. mempermaklumkan tentang karya yang akan diterbitkan;
j. memebrikan petunjuk kepada karya yang penyebarannya terbatas,
tidak diindeks, atau jarang dikutip oleh orang lain;
k. membuktikan keaslian data dan serangkai fakta;
l. mengindentifikasi terbitan asli dimana suatu ide atau konsepnya
dibahas;
m. mengidentifikasi terbitan asli atau karya yang menggambarkan sebuah
konsep atau istilah yang lazim berlaku dalam masyarakat;
n. membantah karya atau pendapat/gagasan oaring lain;
o. membantah tuntutan lain menurut prioritas
Dari beberapa alasan di atas menurut Smith yang dikutip oleh Ruphada
mengelompokkan atas dua alasan yaitu alasan penghargaan dan alasan ilmiah.
Sebagai alasan ilmiah, dikatakan bahwa adanya sitiran merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam penciptaan sarana penyebarluasan informasi.
Oleh karenanya, sudah merupakan kewajiban moral dan akademis bagi peneliti
untuk mengungkapkan secara jujur dan jelas karya-karya atau sumber- sumber
informasi yang digunakan untuk mendukung karya yang dibuat tersebut.

2.2 Analisis Sitiran
Analisis sitiran terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan sitiran. Analisis
dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 60) berarti penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya; penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang

12

Universitas Sumatera Utara

tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Sitiran merupakan informasi
singkat pada suatu dokumen mengacu pada dokumen lain tempat informasi
tersebut dikutip. Sehingga analisis sitiran merupakan suatu penyelidikan pada
informasi suatu dokumen yang mengacu dokumen lain tempat informasi tersebut
dikutip. Analisis sitiran disebut juga sebagai kajian daftar pustaka karya tulis
ilmiah.
A citation analysis study is one useful way to gather data about the
information needs of a particular subject area (Freeland, 2014: 308). Dapat
diartikan bahwa analisis sitiran adalah salah satu cara yang berguna untuk

mengumpulkan data tentang informasi yang dibutuhkan berdasarkan topik
tertentu. Sedangkan Singh, Sharma, dan Kaur menjelaskan bahwa analisis sitiran
juga dipandang sebagai cabang utama dan tertua dari kajian bibliometrik yang
dikembangkan oleh Eugene Garfield (2011: 1). merupakan salah satu cabang
penting dari kajian bibliometrika yang dipernalkan oleh Eugene Garfield (Sing,
dkk. Dalam Pattah, 2013: 50).
Menurut Freeland (2014: 309), “Citation analysis can be time consuming,
but has many advantages, including, “targeting a precise area” such as
an “academic major or minor,” “yielding data not otherwise available,”
and serving as “an objective measure to balance out subjective
judgments.” There are “weaknesses and cautions” to be taken into
consideration as well.
Pendapat Feeland mengatakan bahwa analisis sitiran memakan waktu,
tetapi memiliki banyak keuntungan, termasuk menargetkan area yang tepat seperti
akademis besar atau kecil, meghasilkan data jika tidak tersedia, dan menyimpan
data yang objektif untuk menyeimbangkan penilaian yang subjektif antara lain
kelemahan dan perhatian yang akan diambil menjadi pertimbangan.

13


Universitas Sumatera Utara

Berbeda dengan pendapat Hasugian yang dituangkan dalam Jurnal Pustaha
(2005)1(2):1 menyatakan bahwa analisis sitiran adalah kajian
bibliometrika yang secara khusus mengkaji tentang sitiran yaitu
melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang tercantum
dalam sebuah dokumen”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa analisis
sitiran adalah cabang utama dan tertua dari kajian bibliometrik yang berguna
untuk mengumpulkan data tentang informasi yang dibutuhkan berdasarkan topik
tertentu, melakukan analisis terhadap daftar pustaka atau bibliografi yang
tercantum dalam dokumen.
2.3 Jurnal
Dalam Kamus Kepustakawanan Indonesia (2009: 128), jurnal merupakan
publikasi ilmiah yang memuat informasi tentang hasil kegiatan dari bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi mencakup kumpulan pengetahuan baru, pengamatan
empiris, dan pengembangan gagasan. Sedangkan menurut Lasa (2006: 1), jurnal
merupakan publikasi ilmiah yang menyajikan informasi ilmiah terbaru dan
memiliki peran strategis dalam pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Jurnal mengalami perkembangan yang cukup pesat karena jika

dibandingkan dengan buku, informasi dalam jurnal merupakan informasi yang
terbaru dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan yang pesat pada jurnal melatarbelakangi bagi pustakawan dalam
kajian analisis sitiran. Mengkaji lebih dalam informasi yang terekam khususnya
informasi dalam grafis. Publikasi buku dapat dilakukan setelah publikasi jurnal,
atau publikasi jurnal satu-satunya rekaman yang tersedia (Siregar, 2008: 1). Hal

14

Universitas Sumatera Utara

ini menjelaskan bahwa dibandingkan dengan publikasi monograf seperti
buku komunikasi melalui jurnal lebih cepat.
Jurnal merupakan: (a). media paling penting dalam komunikasi ilmiah, (b).
pengetahuan public, dan (c). arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja
(Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Junandi, 2010: 16). Berbeda dengan yang
dikemukakan oleh Lasa (2006: 1), jurnal merupakan publikasi ilmiah yang
menyajikan informasi ilmiah terbaru dan memiliki peran strategis dalam
pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Sedangkan Supriyono mengemukakan jurnal merupakan terbitan dalam

bidang subjek tertentu dan diterbitkan oleh suatu badan/instansi/organisasi
tertentu. Biasanya jurnal ini untuk memuat hasil- hasil penelitian
(penelitian kecil atau ringkasan penelitian) dari bidang/ subjek tertentu,
yang dilakukan oleh badan/instansi organisasi tersebut.
Ketigaa pendapat diatas mengemukakan bahwa jurnal merupakan media
yang diterbitkan dalam bidang subjek tertentu berisi komunikasi ilmiah,
pengetahuan public, dan arsip umum dan diterbitkan oleh suatu badan tertentu.
Jurnal ilmiah

merupakan media informasi

yang penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Ini dikarenakan jurnal ilmiah memuat informasi
yang terbaru dan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Seiring dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, jumlah publikasi ini juga
terus meningkat. Hal ini berdampak pada popularitas jurnal yang semakin sering
digunakan sebagai bahan rujukan (Guninda, 2015).
Jurnal ilmiah dapat juga didefinisikan sebagai bentuk publikasi ilmiah
berkala yang memuat hasil kegiatan bidang keilmuan tertentu, baik berupa

hasil pengamatan empirik maupun kajian konseptual, yang bersifat
penemuan baru, maupun koreksi, pengembangan, dan penguatan terhadap
paradigma, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang sudah ada
(Anonymous, 2010: 4).

15

Universitas Sumatera Utara

Artikel yang dimuat pada jurnal ilmiah mempunyai format sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh jurnal masing-masing. Walaupun demikian
Siregar (2010: 1), mengatakan “Sejauh ini tidak ada aturan baku tentang
bagaimana seharusnya desain jurnal ilmiah dan penyajian artikel di dalamnya,
baik yang menyangkut pola dan sistematika, susunan, maupun berbagai petunjuk
teknis redaksional lainnya”. Hal ini menunjukkan bahwa ketentuan menetukan
format pada jurnal ilmiah adalah kebijakan tersendiri bagi penerbit.
Secara garis besar Siregar (2008: 2), mengemukakan susunan bagian yang
akan tampil dalam suatu artikel jurnal ilmiah seperti susunan berikut:
Proses
Apa yang telah saya lakukan secara singkat?

Apa masalahnya?
Bagaimana saya memcahkan masalah tersebut?
Apa yang saya temukan?
Apa maknanya?
Siapa yang membantu?
Karya siapa yang saya rujuk
Informasi tambahan

Bagian
Abstrak
Pengantar
Bahan-bahan dan
metode
Hasil
Diskusi
Penghargaan
(opsional)
Rujukan
Lampiran

2. 4 Kriteria Dalam Menyitir
Dalam menyusun karya tulis ilmiah peneliti harus melakukan evaluasi
terhadap karya ilmiah yang akan dirujuk. Peneliti melakukan evaluasi terhadap
rujukan yang paling relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan peneliti
tersebut. Dalam hal ini peneliti harus mengetahui kriteria dalam menyitir
dokumen yang dijadikan rujukan terhadap penelitian tersebut.

16

Universitas Sumatera Utara

A criterion is a filter applied to a document by a user in making a use
decision (that is, selecting, reading, or citing). A decision rule is a strategy
applied to one or more documents as he/she makes the use decision (Wang, 1999:
99). Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa kriteria merupakan filter
penggunaan dokumen dalam membuat keputusan (yaitu memilih, membaca, dan
mengutip). Aturan keputusan merupakan strategi yang diterapkan pada satu atau
lebih dokumen saat penulis membuat keputusan.
Dalam melakukan pemilihan kriteria dokumen yang digunakan dalam
sitiran seperti yang dijelaskan pendapat Wang harus menentukan keputusan.
Keputusan yang dilakukan yaitu (a). memilih dokumen yang akan disitir, (b).
membaca dokumen yang telah dipilih tersebut. Sebelum melakukan proses
penyitiran penulis seharusnya terlebih dahulu melakukan kegiatan membaca
dokumen, dan (c). menyitir dokumen yang sudah dibaca yang dianggap peneliti
berkaitan terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Document use differs from
document selection in that a document's content is read, and the document's
contribution to the written research product may be acknowledged through
publicly citing it (Wang,1999: 99).
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Andriani yang dituangkan pada
Jurnal Perpustakaan Pertanian ada beberapa penilaian suatu dokumen sebagai
berikut:
1. Topik, dalam hal ini isi dokumen berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan penulis. Topik permasalahan harus diketahui oleh penulis
yang akan menilai dokumen. Pengetahuan mengenai topik mencakup
who (siapa yang menulis), when (kapan topik tersebut didiskusikan),
where (dimana topik itu menjadi berarti), dan how (bagaimana
hubungan topik itu dengan topik lain.

17

Universitas Sumatera Utara

2. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa dokumen
tersebut ditujukan. Penulis biasanya memilih dokumen dengan melihat
isinya, misalnya memuat suatu teori, data empiris, metodologi atau
hanya bersifat ulasan, serta sasaran pengguna dokumen seperti
lingkungan akademis, institut penelitian, atau praktisi.
3. Disiplin ilmu atau subject area, penulis kemungkinan akan mengambil
dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian
yang sedang dikerjakan.
4. Keklasikan/kepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang
sangat substansial di bidangnya, karena memuat teknik, metode, atau
teori yang dipakai sepanjang waktu.
5. Nama jurnal dan tipe dokumen, pemahaman pengarang terhadap suatu
jurnal akan mempengaruhi proses seleksi dokumen.
6. Pengarang, dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figure
dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga
berpeluang besar pula untuk disitir. Apabila pengarang
mempublikasikan beberapa artikel yang berhubungan, artikel tersebut
akan dipilih salah satu untuk disitir. Kadang-kadang dokumen disitir
karena penulis dokumen tersebut mempunyai pengaruh khusus dengan
penelitian yang dilakukan, misalnya sebagai pembimbing, atasan,
kolega atau karena institusinya.
7. Novelty/kebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang
belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru.
8. Penerbit, reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan.
Demikian juga kontinuitas terbitan dapat menjadi pertimbangan dalam
menilai terbitan yang akan disitir.
9. Recency/kemutakhiran, membandingkan newness suatu dokumen
dengan topik yang sedang diteliti. Kemutakhiran berkaitan dengan
waktu penerbitan, adakalanya dokumen yang terbit 15 tahun lalu masih
dinilai baru, namun ada juga dokumen yang diterbitkan 2 tahun lalu
sudah dianggap terlalu tua.
2.5 Sumber-sumber Sitiran
Sumber rujukan/sitiran yang tercantum dalam daftar pustaka suatu karya
tulis ilmiah dapat dievaluasi untuk mengukur penyebaran dan tingkat keterpakaian
suatu publikasi (Sutardji, 2012: 65). Menurut Smith dalam Margono dan dikutip
oleh Sutardji (2012: 65), sumber sitiran dalam daftar pustaka suatu karya tulis
ilmiah dapat digunakan untuk mengukur penyebaran hasil-hasil penelitian yang
dimuat dalam suatu literatur, mengetahui pemanfaatan literatur oleh pengguna

18

Universitas Sumatera Utara

sebagai alat untuk mengevaluasi dan menginterpretasikan sitiran dalam
suatu artikel, serta mengukur pengaruh dan produktivitas ilmiahnya. Penggunaan
sumber dan metode analisis sitiran sangat tergantung pada keperluan dan tujuan
dilakukannya peneltian (Hayati, 2016: 4).
Untuk menentukan sumber sitiran peneliti perlu menelaah data yang
akurat, peneliti perlu melakukan studi pada

literatur. Sumber yang dapat

digunakan dalam penelitian analisis sitiran mencakup kategori literatur primer,
literatur sekunder, dan literatur tersier (Romanus yang dikutip oleh Hayati, 2016:
4). Literatur primer memuat hasil penelitian asli, kajian teori baru, penjelasan
gagasan dalam sebuah bidang. contohnya artikel majalah ilmiah, laporan
penelitian, laporan tahunan, disertasi, makalah seminar (Priyanto, 2012),
sedangkan literatur sekunder memuat informasi yang tercakup pada literatur
primer. Menurut Elsevier Dictionary of Library Science Information and
Documenation yang dikutip oleh Priyanto (2012), literatur sekunder

adalah

literatur yang mewartakan literatur primer dengan jalan meringkas atau membuat
indeks. contohnya katalog, abstrak, indeks, bibliografi, dan lainnya sedangkan
literatur tersier petunjuk untuk memperoleh literatur primer dan sekunder
misalnya direktori, bibliografi dalam bibliografi, review dan sebagainya.
Sumber-sumber sitiran baik literatur primer literatur sekunder maupun
literatur tersier yang dikumpulkan menjadi acuan hendaknya relevan dan terbaru
(state of art). Sesuai perkembangan informasi dan teknologi perkembangan
literatur primer juga meningkat baik dari segi kualitas, kuantitas maupun variasi
bentuknya. Sebelum adanya internet jurnal dilanggan hanya bentuk tercetak, tetapi

19

Universitas Sumatera Utara

setelah perkembangan teknologi meningkat jurnal dapat dilanggan secara
online sehingga literatur yang diperoleh peneliti semakin mutakhir (up to date).
2.6 Ruang Lingkup dan Parameter Analisis Sitiran
Ruang lingkup analisis sitiran dalam kajian bibliometrika mencakup tiga
jenis kajian literatur yakni literatur primer, literatur sekunder dan literatur tersier.
Meskipun bibliometrika mengkaji ketiga jenis literatur di atas namun kenyataanya
yang menjadi objek utama adalah literatur primer yakni majalah atau jurnal ilmiah
karena bibliometrika menganggap bahwa majalah atau jurnal ilmiah sebagai
“Media paling yang penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan
publik, serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat” (SulistyoBasuki yang dikutip oleh Hayati, 2016: 5).
Menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Pattah (2013: 51) dalam
melakukan analisis sitiran dalam sebuah dokumen yang dikaji adalah frekuensi
sitiran, bahasa, tahun, jenis terbitan, paroh hidup serta jaringan yang terbentuk
akibat sitiran. Adapun ruang lingkup kajian dalam analisis sitiran yang
dikemukakan oleh Pattah (2013 : 51) adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Peringkat majalah yang disitir
Tahun sitiran
Asal geografi bahan sitiran
Lembaga yang ikut dalam penelitian
Kelompok majalah yang disitir
Subyek yang disitir
Jumlah langkah berdasarkan teori graft (Graph theory) dari majalah
tertentu termasuk kelompok majalah lain.

20

Universitas Sumatera Utara

Majalah merupakan sebagai media yang digunakan peneliti dalam
komunikasi publikasi penelitian. Parameter majalah ataupun jurnal ilmiah tidak
bisa lepas dari ciri-ciri majalah terbut. Ada beberapa parameter majalah yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengarang,
Judul artikel,
Judul majalah,
Tahun terbit,
Referensi (acuan atau daftar kepustakaan atau catatan kaki),
Sitiran (informasi literatur yang dimuat dalam referensi),
Deskriptor (istilah yang digunakan untuk memberi isi artikel majalah)
(Sulistyo-Basuki dalam Hayati, 2016: 5 dan dikutip juga oleh
Mudzalifah, 2010).

Aspek-aspek yang dikaji dalam analisis sitiran menurut Sutardji yang
dikutip oleh Anggraini (2013: 161) adalah:
(1) Pola sitiran yang mencakup jumlah sitiran dan jumlah oto sitiran (self
citacion);
(2) Karakteristik literatur atau sifat yang berkaitan dengan literatur yang
disitir oleh penulis dalam sebuah jurnal atau buku mencakup jenis,
tahun terbit, usia, dan bahasa pengantar literatur yang disitir, dan
peringkat majalah yang disitir;
(3) Pola kepengarangan yang mencakup jumlah penulis, penulis yang
paling sering disitir dan pengarang tunggal atau ganda.
Connaway dan Powell (2010: 82) menyebutkan ada tiga konsep dasar
dalam analisis sitiran, yaitu 1) Direct citation, melihat hubungan antara dokumen
dan peneliti yang menggunakan; 2) Bibliographic coupling, dimana daftar
referensi pada dua dokumen yang sama-sama disitasi dalam satu atau dua
dokumen; dan 3) Co-citation, jika dua sitasi disitasi secara bersama.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
ruang lingkup analisis sitiran adalah termasuk dalam area bibliometrika yaitu
mengkaji berbagai literatur, seperti literatur primer, literatur sekunder, dan
literatur tersier, namun yang lebih sering dijadikan objek kajian adalah majalah

21

Universitas Sumatera Utara

atau jurnal, sedangkan karya ilmiah lainnya seperti tesis, disertasi, dan
lainnya masih sedikit yang menelitinya.
2.7 Keusangan Literatur
Istilah keusangan literatur ataupun paro hidup (half-life) pertama kali
digunakan oleh R.E. Borton dan R.W. Kebler pada tahun 1960 yang berarti waktu
saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus
menerus. Keusangan literatur (literatur obsolescence) adalah kajian bibliometrika
tentang penggunaan literatur yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Selain
itu keusangan literatur juga merupakan penurunan dalam menggunakan suatu
literatur atau kelompok literatur (suatu topik) pada periode waktu tertentu karena
literatur-literatur tersebut telah berumur tua (Anggraini, 2013: 161).
Obsolescence berasal dari kata obsolete yang berarti out-of-date, no longer
in use, no longer valid atau no longer fashionable (Mustafa yang dikutip oleh
Guninda, 2015). Keusangan adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang
baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, sebaliknya ada literatur
yang sudah terbit puluhan tahun, tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang
serta ada pula orang yang menganggap suatu literatur sudah usang tetapi menurut
orang lain belum (Guninda, 2015). Konsep obsolescence atau keusangan
literatur/dokumen

adalah

penurunan

penggunaan

satu

atau

sekelompok

dokumen/literatur seiring dengan makin tuanya umur dokumen atau literatur itu.
Dokumen yang selalu dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan disebut sebagai
rendah tingkat keusangannya atau obsolescence-nya (low obsolescence, to
obsolesce slowly, age slowly). Dokumen yang jarang dikutip sejak bertahun-ta

22

Universitas Sumatera Utara

hun terbit disebut tinggi tingkat keusangannya atau obsolescence-nya (high
obsolescence, to obsolesce quickly, to age quickly) (Mustafa, 2008: 3).
Menurut Hartinah yang dikutip oleh Anggraini (2013: 161), ada dua tipe
keusangan (obsolescence) literatur, yaitu:
1. Obsolescence diachronous, merupakan ukuran keusangan literatur dari
sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran
yang diterima literatur tersebut. Half life atau paro hidup literatur
adalah ukuran dari obsolescence diachronous;
2. Obsolescence synchronous, merupakan ukuran keusangan literatur dari
sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi
literatur. Median citation age (median umur sitiran) termasuk dalam
obsolescence synchronous
Tiga orang pustakawan Charles Brown, Robert Kebler dan R. Burlon
pernah mengadakan penelitian mengenai keusangan literatur dalam berbagai
subjek yang diukur menggunakan parameter paruh-hidup (half-life) dan
menyimpulkan sebagai berikut:
a). bidang ilmu alam paruh hidup yang digunakan 4,6 tahun; b). bidang
ilmu fisiologi paruh hidup yang digunakan 7,2 tahun; c). bidang ilmu
kimia paruh hidup yang digunakan 8,1 tahun; d).bidang ilmu botani paruh
hidup yang digunakan 10,0 tahun; e). bidang ilmu matematika paruh hidup
yang digunakan 10,5 tahun; dan f). bidang ilmu geologi paruh hidup yang
digunakan 11,8 tahun (Mustafa, 2008: 3)
Diluar dari bidang ilmu yang disebutkan di atas, diketahui pula bahwa
berdasarkan kelompok subjeknya yaitu ilmu-ilmu humaniora dan sosial (yang
dikenal sebagai soft-sciences) cenderung lebih lama tingkat keusangannya dengan
ilmu-ilmu alam dan teknologi (hard-science). Keusangan literatur menunjukkan
kecepatan pertumbuhan literatur, yang mengindikasikan kecepatan pertumbuhan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan hasil penelitian Tsay (1998) yang
dituangkan oleh Endrawati (2014: 40) dalam Jurnal Perpustakaan Pertanian

23

Universitas Sumatera Utara

mengungkapkan bahwa setiap subjek memiliki tingkat keusangan literatur yang
berbeda-beda tergantung bidang ilmu. Pada bidang kedokteran tingkat keusangan
literaturnya berusia 6,8 tahun; ilmu fisika berusia 4,6 tahun; fisiologi berusia 7,2
tahun; kimia berusia 8,1 tahun; botani berusia 10,0 tahun; metematika berusia
10,5 tahun; geologi berusia 12,9 tahun dan untuk bidang ilmu sosial kurang dari 2
tahun.
Paro hidup literatur dihitung dengan menggunakan rumus median sesuai
dengan ilmu statistika.
Imd
Md = Lmd +

I
fmd

Keterangan
Md

: median (paro hidup usia dokumen)

Lmd

: kelas nyata bawah pada saat frekuensi kumulatif mengandung n/2

Imd

: selisih n/2 dengan frekuensi kumulatif sebelum mengandung n/2

fmd

: frekuensi pada saat frekuensi kumulatif mengandung n/2

i

: interval
Keusangan literatur bermanfaat untuk efisiensi dalam bidang pengelolaan

perpustakaan. Selain itu dapat juga memberikan gambaran mengenai keakuratan
dan kerelevanan informasi dari isi suatu karya ilmiah. Dikarenakan hasil dari
keusangan literatur dapat digunakan untuk penyiangan koleksi yang tidak
diperlukan lagi, pemanfaatan ruang yang terbatas, dan pemisahan koleksi yang
digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah. Seperti yang telah dikemukakan
oleh Mustafa (2008: 3) ada beberapa manfaat keusangan literatur yaitu digunakan
untuk:
a) penyiangan (weeding) koleksi yang tidak diperlukan lagi

24

Universitas Sumatera Utara

b) pemanfaatan ruang/rak yang terbatas
c) pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekuensi tinggi dan
rendah
d) efektifitas pelayanan.
Dibandingkan dengan buku/monograf, jurnal ilmiah memuat informasi
yang lebih mutakhir karena berisi artikel-artikel hasil penelitian terbaru dan aktual
(Andriaty, 2005: 28).
2.8 Manfaat Analisis Sitiran
Kajian bibliometrika dalam hal ini analisis sitiran memberi sumbangan
yang tidak sedikit pada bidang perpustakaan dan informasi, analisis sitiran juga
berguna untuk berbagai kepentingan. Irianti (2007: 40) mengemukakan manfaat
analisis sitiran secara praktis dan teoritis, manfaat secara praktis antara lain dalam
manajemen koleksi perpustakaan, sosiologi ilmu, dan temu kembali informasi. Di
dalam manajemen dan pembinaan koleksi dengan metode analisis sitiran dapat
diketahui pertumbuhan literatur, penentuan jurnal inti (core journal) maupun buku
inti (core book) suatu perpustakaan. Sedangkan manfaat secara teoritis adalah
sebagai pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan.
Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang menurut Nisonger
(2003:168) analisis sitiran dapat digunakan untuk menemukan langganan jurnal,
pembatalan,

penyiangan,

penurunan

penyimpanan

dokumen,

dan

celah

pengambilan keputusan dalam hal anggaran, daftar untuk evaluasi koleksi, pusat
batasan, dan rencana pengembangan koleksi dengan memperhatikan usia, bahasa,
ukuran koleksi dan pola komunikasi ilmiah diantara perbedaan disiplin ilmu.
Selain itu, Hurt yang dikutip oleh Elita (2008: 9) juga mengemukakan bahwa

25

Universitas Sumatera Utara

“analisis sitiran biasanya dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan literatur pada subjek tertentu yang juga berkorelasi dengan
perkembangan subjek tersebut”.

Hal ini dapat diketahui kelompok subjek

berdasarkan subjek yang dominan pada dokumen yang dianalisis. Menurut Budd
yang dikutip oleh Irianti (2007: 40) dikemukakan bahwa metode analisis sitiran
dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi ilmiah dalam disiplin ilmu
tertentu. Dengan metode ini dapat diidentifikasi karakteristik dokumen yang
dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jumal, buku dan jenis
lain), usia literatur, dan subjek yang sering dirujuk.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa manfaat
analisis sitiran yaitu mengetahui perkembangan literatur, ketika perkembangan
literatur pada perpustakaan sudah diketahui maka dapat dilakukan manajemen
koleksi perpustakaan seperti menemukan langganan jurnal, pembatalan,
penyiangan, penurunan penyimpanan dokumen, dan celah pengambilan keputusan
dalam hal anggaran, daftar untuk evaluasi koleksi, pusat batasan, dan rencana
pengembangan koleksi dengan memperhatikan usia, bahasa, ukuran koleksi dan
pola komunikasi ilmiah diantara perbedaan disiplin ilmu.
Analisis sitiran memberi manfaat besar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, dimana hasil kajian menggunakan metode analisis sitiran dapat
disejajarkan dengan hasil kajian menggunakan metode yang lain. Analisis sitiran
juga salah satu metode untuk dapat memahami kebutuhan informasi, pola
penggunaan informasi dan perilaku penggunaan informasi peneliti dalam sebuah
disiplin ilmu. Menurut Richards yang dikutip oleh Marraro (1995 : 5) dari studi

26

Universitas Sumatera Utara

frekuensi sitiran yang dikombinasikan dengan kebutuhan program, maka hasilnya
dapat dijadikan fungsi dasar pengembangan koleksi yang meliputi :
1. Identifikasi literatur mengenai kebutuhan akan terbitan baru
2. Pemilihan literatur dan evaluasi koleksi
3. Penarikan literatur yang telah usang
4. Pemeliharaan literatur dan menetapkan prioritas untuk pemeliharaan
Analisis sitiran dapat diterapkan dalam berbagai bidang kajian (Irianti,
2007: 40), antara lain:
1. Kajian literatur, dalam hal ini sitiran dilihat dalam bidang subjek
tertentu untuk menggambarkan pola sitiran.
2. Kajian jenis literatur, kajian ini dapat dipakai untuk mengukur
penyebaran hasil-hasil yang dilaporkan dalam jenis I iteratur tertentu.
3. Kajian pemakai, analisis sitiran mempunyai implikasi untuk
pengembangan koleksi dan merancang pelayanan yang berorientasi
kepada pemakai.
4. Kajian historis, dapat digunakan untuk menjajaki kronologi dari
kejadian-kejadian yang ada, hubunganhubungan di antara kejadi an
tersebut.
5. Pola komunikasi, analisis sitiran dapat digunakan untuk mengidentifi
kasi masalah-masalah dalam komunikasi.
6. Evaluasi bibliometrika, dalam hal ini analisis sitiran didefinisikan
sebagai evaluasi dan interpretasi dari sitiran-sitiran yang diterima oleh
artikel, ilmuwan, universitas, negara dan sejumlah kegiatan ilmiah
lainnya.
7. Pengembangan koleksi
Bagi perpustakaan juga dapat menjadi masukan dalam pengembangan
koleksi seperti yang dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki (2002 : 8) bahwa aplikasi
kuantitatif dari bibliometrika yang banyak bermanfaat bagi perpustakaan adalah:
1. Identifikasi literatur inti
2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan
pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan
3. Menduga keluasan literatur sekunder
4. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada berbagai subjek
5. Mengukur manfaat SDI dan restropektif
6. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan yang
mendatang
7. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai ilmu

27

Universitas Sumatera Utara

8. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat
dalam batas anggaran belanja
9. Mengembangkan model eksperimental yang berkolerasi atau melewati
model yang ada
10. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak
secara tepat
11. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif
12. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi
13. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah
14. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau
seluruh disiplin
15. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing
16. Mengembangkan norma pembakuan.

28

Universitas Sumatera Utara