Perlindungan Sumber Daya Genetik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati (biological diversity) merupakan tumpuan
hidup manusia, karena setiap orang membutuhkannya untuk menopang
kehidupan, sebagai sumber pangan, pakan, bahan baku industri, farmasi
maupun obat-obatan. Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di
antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan,
lautan dan ekosistem aquatic lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di
dalam spesies, antara spesies dan ekosistem. 1
Indonesia

merupakan

salah

satu

negara


yang

memiliki

keanekaragaman hayati (baik flora maupun fauna) yang tinggi (megadiversity)
dan setara dengan Brasil di Benua Amerika dan Zaire atau Republik
Demokratik Kongo di Afrika. Menurut World Conservation Monitoring
Comittee (1994) dalam Ramono (2004), kekayaan bumi Indonesia mencakup
27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) jenis tumbuhan berbunga atau
sebesar 10 % (sepuluh persen) dari seluruh jenis tumbuhan di dunia, 515 (lima
ratus lima belas) jenis mamalia atau sebesar 12 % (dua belas persen) jenis

1

Lihat Article 2 Convention on Biological Diversity yang menyebutkan bahwa
“Biologicaldiversity means the variability among living organisms from all sources including,
inter alia, terrestrial, marine and other aquatic ecosystems and the ecological complexes of which
they are part: this includes diversity within species, between species and of ecosystems”

Universitas Sumatera Utara


mamalia dunia, 1.539 (seribu lima ratus tiga puluh sembilan) sejenis burung
atau sebesar 17% (tujuh belas persen) seluruh jenis burung di dunia dan 781
(tujuh ratis delapan puluh satu) jenis reptil dan amphibi atau sebesar 16 %
(enam belas persen) dari seluruh reptil dan amphibi di dunia). Tingginya
keragaman hayati ini salah satunya dikarenakan posisi Indonesia sebagai
Negara kepulauan dimana pulau-pulau tersebut tersebar di sepanjang garis
khatulistiwa. 2
Pada dasarnya, keanekaragaman hayati dapat dilihat dari 3 (tiga)
tingkat yaitu keanekaragaman tingkat ekosistem, tingkat jenis dan tingkat
genetik. Ekosistem adalah suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya
(komponen abiotik). Setiap ekosistem memiliki ciri-ciri lingkungan fisik,
lingkungan kimia, tipe vegetasi, dan tipe hewan yang spesifik. Kondisi
lingkungan makhluk hidup ini sangat beragam. Kondisi lingkungan yang
beragam tersebut menyebabkan jenis makhluk hidup yang menempatinya
beragam pula. Keanekaragaman seperti ini disebut sebagai keanekaragaman
tingkat ekosistem.
Sedangkan keanekaragaman pada tingkat spesies merupakan tingkatan
keanekaragaman yang mudah dilihat. Keanekaragaman tingkat spesies

ditunjukkan

dengan

adanya

jenis-jenis

tumbuhan,

hewan,

serta

mikroorganisme yang berbeda-beda. Spesies merupakan kumpulan individu-

2

Ibnu Maryanto et.al., Bioresource untuk pembangunan ekonomi hijau (Jakarta : LIPI
Press, 2013), hlm.1.


Universitas Sumatera Utara

individu yang secara morfologi, fisiologi atau biokimia berbeda dengan
kelompok-kelompok lain dengan ciri-ciri tertentu.
Selanjutnya, keanekaragaman tingkat genetik. Gen adalah materi
hereditas di dalam kromosom yang mengendalikan sifat makhluk hidup. Gen
terdapat di setiap inti sel makhluk hidup. Gen pada makhluk hidup memiliki
perangkat dasar yang sama, tetapi memiliki susunan yang berbeda.
Keanekaragaman tingkat gen menimbulkan variasi antar individu dalam satu
spesies. Sumber daya genetik sebagai wujud keanekaragaman hayati
merupakan bahan genetik yang terdiri dari tanaman, hewan, jasad renik atau
lainnya, yang mempunyai kemampuan pewarisan sifat (hereditas).3
Keanekaragaman

genetik

sesungguhnya

merupakan


hal

yang

kompleks, heterogen dan dinamis; keanekaragaman tersebut terwujud oleh
adanya interaksi antara lingkungan secara fisik, sistem biologis dan populasi,
serta pengaruh manusia dan lingkungan sosial. Untuk melakukan konservasi
diperlukan kebijakan yang tepat sehingga dapat menguntungkan semua pihak.
Pada tanaman, sumber daya genetik terdapat dalam biji, jaringan,
bagian lain tanaman, serta tanaman muda dan dewasa. Pada hewan atau ternak
sumber daya genetik terdapat dalam jaringan, bagian-bagian hewan lainnya,
semen, telur, embrio, hewan hidup, baik yang muda maupun yang dewasa.
Sumber daya genetik (SDG) mencakup semua spesies tanaman, hewan
maupun mikroorganisme, serta ekosistem dimana spesies tersebut menjadi
bagian daripadanya. Sementara Pengetahuan Tradisional (PT) yang terkait

3

Pengertian diambil dari http://www.wipo.int/tk/en/genetic/, diakses tanggal 9 Maret 2017


Universitas Sumatera Utara

dengan sumber daya biologi tersebut adalah merupakan komponen intangible
dari sumber daya itu sendiri. Kombinasi dari pengetahuan tradisional dan
sumber daya genetik berpotensi untuk diambil keuntungan-nya secara
komersial yaitu dengan mengembangkannya menjadi produk dan proses yang
bermanfaat.
Dengan tingginya tingkat keanekaragaman hayati yang dimiliki
Indonesia maka potensi keanekaragaman sumber daya genetik pun berlimpah,
dimana persebarannya meliputi berbagai daerah. Setiap daerah di Indonesia
memiliki beberapa sumber daya genetik yang khas, yang sering berbeda
dengan yang ada di daerah lain. Menurut Endang Sukara (peneliti senior
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dari hasil penelitian hutan sekunder di
Jambi, pada area 1 hektar saja teridentifikasi 300 jenis tumbuhan berdiameter
batang lebih dari 2 sentimeter dan penguasaan atas data sumber daya genetika
bermanfaat untuk mencapai pembagian keuntungan dari pemanfaatan sumber
daya genetika itu. Mekanismenya meliputi izin akses, kesepakatan transfer
material, izin pemanfaatan komersial, dan perjanjian kerja sama riset dan
pengembangan. 4

Varietas-varietas lokal yang tersebar di wilayah Indonesia yang masih
dapat dikembangkan potensinya, seperti pisang Mulut Bebek (terdapat di
Maluku Utara) yang memiliki keunggulan rasa yang gurih, pisang Hawwa
yang oleh masyarakat Tobelo Halmahera Utara bisa digunakan untuk
pencegahan diabetes atau anggrek Halmahera yang memiliki sekitar 27 (dua
4

“Kekayaan Sumber Daya Genetika Belum Terpetakan, ”
, diakses tanggal 9 Maret 2017

Universitas Sumatera Utara

puluh tujuh) jenis yang berbeda karakternya dengan aneka bentuk dan warna
bunga. Selain itu di Halmahera juga terdapat pala Ternate dengan kandungan
myristicin yang tinggi, pala Tidore dan pala Tobelo dengan ukuran biji yang
agak besar danmasih ada sekitar 200-an (dua ratusan) jenis tanaman yang
diidentifikasi bisa digunakan sebagai obat.5
Dari hasil suatu penelitian disebutkan bahwa dari 150 (seratus lima
puluh) obat-obatan yang diresepkan dokter di Amerika Serikat, 118 (seratus
delapan belas) jenis berbasis sumber alam, yaitu 74% (tujuh puluh empat) dari

tumbuhan, 18% (delapan belas persen) jamur, 5% (lima persen) bakteri, dan
3% (tiga persen) vertebrata seperti ular. Nilai obat-obatan dari bahan alam
mencapai 40 miliar dollar Amerika Serikat pertahun. 6
Industri farmasi atau obat-obatan memang merupakan industri yang
sangat besar, dengan perkiraan persentase dari keseluruhan nilai industri
bahwa nilai tumbuhan alami yang digunakan dalam industri farmasi berkisar
dari 400 (empat ratus) sampai dengan 900 (Sembilan ratus) milyar dollar
Amerika Serkat pertahun. 7 Angka-angka yang fantastis ini menunjukkan
besarnya nilai ekonomis atas sumber daya genetik.

5

“Potensi
Sumber
daya
Genetik (Plasma
Nutfah)
di
Maluku
Utara&

Pengelolaannya,”, diakses tanggal 21 Mei 2015.
6
Diambil dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/apa-manfaat-perjanjianprotokol-nagoya-bagi-indonesiadiaksestanggal 7 Mei 2015
7
Claudio Chiarolla, Commodifying Agricultural Biodiversity and Development Related Issues,
The Journal Of World Intellectual Property, Volume 9 January 2006, hlm. 27

Universitas Sumatera Utara

Pada tingkat internasional, perlindungan terkait sumber daya genetik
diatur dalam beberapa ketentuan diantaranya dalam The Convention
onBiological Diversity,17 The Nagoya Protocol, The Cartagena Protocol dan
International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture.
Pengaturan mengenai sumber daya genetik selama ini erat kaitannya
dengan rezim perlindungan hak kekayaan intelektual (HKI). WIPO
(WorldIntellectual Property Rights) sebagai organisasi kekayaan intelektual
duniamengakomodir perlindungan terkait dengan sumber daya genetik, yang
lebih sering dikenal dengan sebutan Genetic Resources, Traditional
Knowledge andFolklore. Pada beberapa negara, perlindungan terhadap
sumber daya genetikdiatur dalam pengaturan paten ataupun perlindungan

terhadap varietas tanaman.
Di Indonesia sendiri pernah ada suatu kasus ketika sebuah perusahaan
kosmetika di Jepang yaitu Perusahaan Shiseido telah mempatenkan beberapa
ramuan tradisional yang terbuat dari berbagai tanaman dan rempah-rempah.
Ramuan-ramuan itu termasuk yang diklaim dapat memperlambat efek
penuaan dan menyehatkan rambut, terbuat dari zat-zat yang hanya ditemukan
pada cabai jawa. Hingga saat ini diketahui orang-orang asing mengunjungi
pedesaan di Indonesia untuk kemudian mempelajari pengetahuan tradisional
setempat seperti pemanfaatan secara biologis maupun pengambilan sampel
genetis dari hewan dan tumbuhan.Orang-orang asing tersebut kemudian
mempatenkan dan menarik keuntungan secara signifikan atas pengetahuan
tradisional yang mereka peroleh dari masyarakat tradisional. Oleh karena itu

Universitas Sumatera Utara

masyarakat tradisional-lah yang paling sering dirugikan ketika pengetahuan
tradisional yang telah mereka gunakan berpuluh-puluh tahun bahkan berabadabad, kemudian diproduksi secara massal oleh orang asing dan kemudian
dijual kembali kepada masyarakat dengan nilai yang tinggi.
Selama ini juga, para wisatawan maupun peneliti asing seringkali
mencuri mikroorganisme dengan memasuki kawasan taman nasional melalui

modus berwisata. Hal itu membuat kekayaan intelektual terutama sumber daya
genetik di Indonesia terbawa ke luar negeri.Hingga saat ini belum ada angka
pasti berapa jumlah potensi hayati negeri ini yang berhasil dicuri oleh penelitipeneliti asing, lalu dipatenkan di luar negeri. Namun dari beberapa kasus yang
telah terjadi cukup membuktikan bahwa perlindungan negara terhadap
keanekaragaman hayati Indonesia masih belum diperhatikan.
Menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia sebagai bangsa yang kaya
dengan keanekaragaaman sumber daya genetik untuk dapat memanfatkannya
secara terpadu dan berkelanjutan untuk dapat menghasilkan produk dengan
kualitas tinggi. Hal ini sejalan dengan amanat Pembukaan Undang-undang
dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana kekayaan sumber daya
genetik yang melimpah dan bernilai ekonomis perlu dijaga kelestariannya dan
dikembangkan agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sebagai sumber
daya pembangunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Dengan
demikian merupakan kewajiban Indonesia untuk memperbaiki kemampuan
nasional dalam mengelola sumber kekayaan alam, membangun keterampilan,
infrastruktur, sistem informasi dan teknologi agar dapat mengembangkan

Universitas Sumatera Utara

produk baru yang berkualitas tinggi dan sekaligus menjamin perlindungan dan
pemakaian kekayaan alam yang berkelanjutan.
Perlindungan atas sumber daya genetik menjadi urgent, demikian juga
untuk Indonesia. Karena kekayaan sumber daya hayati termasuk juga genetik
rentan pencurian atau pembajakan (biopiracy) ataupun juga pemanfaatan yang
terus menerus, tidak tepat dan tidak sah (illegal utilization). Hal ini dibuktikan
dengan banyak sekali sumber daya genetika seperti obat, bahan industri dan
pangan dipatenkan ataupun diambil dan dimanfaatkan tanpa izin oleh
perusahaan dan pakar luar negeri.
Perkembangan di dunia menunjukkan sinyal positif bagi mekanisme
perlindungan dan pemanfaatan sumber daya genetik. Sinyal positif tersebut
adalah adanya pengaturan internasional yang mengatur tata kelola sumber
daya genetik yaitu Nagoya Protocol on Access to Genetic Resourcesand the
Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the
Convention on Biological Diversity (Protokol Nagoya tentang Aksespada
Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang
yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati). 8
Dengan meratifikasi protokol ini diharapkan ada suatu pengaturan
yang

komprehensif

dan

efektif

dalam

memberikan

perlindungan

8

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengesahan
NagoyaProtocol On Access To Genetic Resources And The Fair And Equitable Sharing Of
Benefits Arising From Their Utilization To The Convention On Biological Diversity (Protokol
NagoyaTentang Akses Pada Sumber Daya Genetik Dan Pembagian Keuntungan Yang Adil Dan
Seimbang Yang Timbul Dari Pemanfaatannya Atas Konvensi Keanekaragaman Hayati)

Universitas Sumatera Utara

keanekaragaman hayati Indonesia dan menjamin pembagian keuntungan bagi
Indonesia sebagai negara kaya sumberdaya genetik. 9
Secara umum pengaturan di dalam Protokol Nagoya mempunyai
maksud dan tujuan antara lain:
1.

Memberikan akses dan pembagian keuntungan terhadap pemanfaatan

sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait sumber daya genetik,
termasuk

pemanfaatan

atau

komersialisasinya

serta

produk

turunannya

(derivative);
2.

akses terhadap sumber daya genetik tersebut tetap mengedepankan

kedaulatan negara dan disesuaikan dengan hukum nasional dengan berlandaskan
prinsip prior informed consent (PIC) dengan pemilik atau penyedia sumber daya
genetik; dan
3.

Mencegah pencurian sumber daya genetik (biopiracy).
Pemanfaatan sumber daya genetik untuk berbagai kepentingan seperti

bahan obat, makanan, minuman, pengawet, atau sebagai benih yang semakin
meningkat dengan dukungan perkembangan ilmu di bidang bioteknologi,
nyatanya telah menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar tetapi pembagian
keuntungan yang adil dan pengalihan teknologi yang sungguh-sungguh dari
perusahaan besar tersebut ke negara penghasil/penyuplai sumber daya genetis
yang umumnya berasal dari negara berkembang masih belum memadai.Bahkan
Indonesia dengan megadiversity-nya belum dapat menikmati secara maksimal
potensi sumber daya hayati dan pengetahuan tradisional yang dimilikinya.
9

“Konferensi Desa Adat Papua Bahas Pemanfaatan Sumber Daya Genetik,”
, diakses tanggal 9 Maret
2017

Universitas Sumatera Utara

Kenyataan pahitnya adalah yang menikmati keuntungan terbesar atas pemanfaatan
sumber daya genetik adalah perusahaan-perusahaan besar dengan hak patennya
dan negara asal penyedia materi genetik menjadi konsumen atas produk tersebut.
Nantinya akan dikeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan untuk mengatur mekanisme tentang sumber daya genetik dalam
proses sharing benefit dan perlindungan pengamanan sumber daya genetik
Indonesia, perlindungan sumber daya genetik juga bisa dilakukan melalui
Undang-Undang Paten yang baru saja disetujui oleh DPR RI. Dirjen Penguatan
Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M
Dimyati menyatakan, melalui UU Paten, perlindungan sumber daya genetik
dipercaya akan menjadi semakin masif dan kuat.10
Untuk itulah, dalam UU Paten juga akan ditekankan agar peneliti asing
yang melakukan penelitian bekerja sama dengan peneliti lokal dan menerapkan
konsep bagi hasil yang tertuang dalam UU Paten.
Berdasarkan

uraian

di

atas,

maka

saya

mengajukan

judul

“PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK BERDASARKAN UU NO.
13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN”, yang selanjutnya akan dibahas pada
bab-bab selanjutnya pada skripsi ini.

10

UU Paten perkuat perlindungan sumber daya genetic, “http://www.greeners.co/berita/uupaten-perkuat-perlindungan-sumber-daya-genetik/”, diakses tanggal 9 Maret 2017.

Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di
atas, dapat dirumuskan permasalahan skripsi ini sebagai berikut :
1. Tinjauan umum tentang sumber daya genetik ?
2. Keterkaitan sumber daya genetik dengan paten sebagai salah satu bentuk
dari hak kekayaan intelektual ?
3. Perlindungan sumber daya genetik berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016
Tentang Paten ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disusun di atas, maka tujuan
dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dan jenis – jenis serta
dasar hukum sumber daya genetik.
b. Untuk mengetahui penerapan keterkaitan sumber daya genetik
dengan paten sebagai salah satu bentuk dari hak kekayaan
intelektual.
c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan sumber daya genetik
berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
dan teknologi baik di dalam ilmu hukum ataupun beberapa ilmu terkait
lainnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman instansiinstansi negara yang berkaitan dalam sumber daya genetik di Indonesia
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan
keterangan yang akan dijadikan bahan analisis.Metode penelitian yang
dipergunakan dalam penyusunan skrispsi ini adalah metode yuridis
normatif.Metode yuridis normatif 11 yaitu dalam menjawab permasalahan
digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan hukum yang berlaku,
untuk selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas. Serta mencari bahan dan informasi
yang berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan
perundang-undangan Karya TulisIlmiah yang berupa makalah, skripsi, bukubuku, koran, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. 12
2. Sumber Data

11

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Cetakan Keempat, 2002), hal. 43.
12
Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum. (Bandung: Angkasa. 1996),
hal. 68.

Universitas Sumatera Utara

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan
(librari research) untuk memperoleh data atau bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder.
Bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundangan nasional, yang
berkaitan dengan perlindungan sumber daya genetik berdasarkan UU No. 13
Tahun 2016 Tentang Paten.
Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh peneliti dari penelitian
kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan
pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan
dokumentasi.
3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan penulis
dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research),
yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagi literatur yang relevan dengan
permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang
diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh
teori-teori atau bahan-bahan yang berkaitan dengan perlindungan sumber daya
genetik berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten.
4. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan
cara kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau

Universitas Sumatera Utara

tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian
dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam
skripsi ini.
F. Keaslian Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mencoba menyajikan sesuai dengan
fakta-fakta yang akurat dan dari sumber yang terpercaya, sehingga skripsi ini
tidak jauh dari kebenarannya. Penulisan Skripsi yang berjudul “Perlindungan
sumber daya genetik berdasarkan UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Paten”
adalah hasil pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan penulis
belum pernah ada yang mengangkatnya ataupun membuatnya.
Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan, pemikiran, dan usaha
penulis sendiridengan adanya bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing
penulis tanpa adanya unsur penipuan, penjiplakan, atau hal-hal lain yang dapat
merugikan pihak tertentu. Dan untuk itu Penulis dapat mempertanggungjawabkan
atas semua isi yang terdapat di dalam skripsi ini dan keaslian penulisan skripsi ini.
A. Sistematika Penulisan
Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam
lima bab. Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:
BAB I

: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat

latar

belakang,

perumusan

masalah,

tujuan

penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

: Merupakan Tinjauan Umum tentang Sumber Daya Genetik.
Sub bagiannya terdiri dari Pengertian Sumber Daya Genetik,
Jenis-jenis sumber daya genetik dan dasar hukum sumber
daya genetik.

BAB III

: Keterkaitan sumber daya genetik dengan paten sebagai salah
satu bentuk dari hak kekayaan intelektual. Terdiri dari
Pengertian Paten, Paten sebagai bentuk dari Hak kekayaan
intelektual, Pemanfaatan ekonomi sumber daya genetik dan
kaitanya dengan paten.

BAB IV

: Perlindungan sumber daya genetik berdasarkan UU No. 13
Tahun 2016 Tentang Paten. Terdiri dari Perlindungan Ikan
Spesifik Sebagai Salah Satu Sumber Daya Genetik
Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2016 Tentang Paten, Faktor
Penghambat Dalam Perlindungan Sumber Daya Genetik
Yang Akan Dipatenkan, Penyelesaian Faktor Penghambat
Untuk Mematenkan Sumber Daya Genetik.

BAB V

: Merupakan

suatu

penutup.

Disini

berisikan

tentang

kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang mana guna
membantu dalam penyelesaian suatu permasalahan yang ada
dalam obyek penelitian.

Universitas Sumatera Utara