Pengaruh Kompos Pupuk Kandang Sapi dan M
PENGARUH KOMPOS PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKROBA
PELARUT FOSFAT TERIIADAP PERTUMBUHAN DAIY PRODUKSI
TOMAT (Lycopercicum esculentum MiilJ PADA TANAH LILTISOL
Rizka Novi Sesanti*, Darrrin H. Pangaribuan**, dan Yafizham**
*Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung
**SYaf Pengajar Jwasan Budidaya Pertqnian (rttiversitas Lampung
e-mail : rizkanovisesanti@yahoo. com dan e-mail : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to (1) compare the effect of application with and without
phosphate solubilizing microbes in the growth and yield oftomato inUhisol (2) to
of muftiple doses of cow manure composts in the growth of
tomatoes in Ultisol (3) to determine the dose of compost with or without
microbial solubilizing for the best yield of tomato plants. The treatment was
applied n 2 x 5 factorial design with three replications. The first factor was the
solubilizing microbes, with doses of 0 g / I of water (P0) and 20 g / I of water (Pl)
and the second factor was the dose of organic materials, namely 0 tons / ha (80),
10 tons / ha (B1), 20 tons /ha(82),30 tons / ha (83), and 40 tons / ha (B4). Each
unit of the experiment applied to the experimental plots according to the
compare the effect
randomized Soup design. The results showed that (t) Leaf Area Index analyses
showed a similar pattern, namely a quadratic pattern. (2) Application with and
without phosphate solubilizing microbes did not give a real difference to the
growth and production of tomatoes unless the tomatoes sugm level. (3)
Application of compost 40 tons / ha and 30 tons / ha without MPF scheme (P084)
gave the best resuft in the production of the observed variables. However,in the
treatment of compost wich is accompanied MPF scheme (P180, P1Bl, PIB2,
P183, and P1M) , it showed that the presence of MPF scheme in the compost
doses of 10 ton and20 tons (PIBI, and PlB2) provided products that were not
significantly different with the application of compost 30 tons and 40 tons (P1B3
and P1B4).
Key Words: Cow manure, compost,phosphate solubilizing microbes, tomatoes
403
PENDAHULUAh{
:
Tomat (Lycopersicum esculentum Isdil1') merupakan salah satu tanaman
hortikuhura yang dapat dibudidayakan
di
dataran rendah dan dataran tinggi
(Redaksi Agromedi4 2OAT. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tomat
dataran rendah khususnya di Lampung adalah bahwa sebagian besar lahan yang
ada didominasi oleh lahan kering dari jenis uftisol.
Pemanfaatan tanah ultisol menghadapi beberapa kendala yaihr kemasaman
tanah tinggi, pH rata-rata rendatr, kejenuhan
Al tinggi, miskin
kandungan hara
makro terutamaP, dankandungan bahan organik rendah (PustakaDeptan" 2009).
Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa pemberian bahan organk secara
periodik kedalam tanah dapat meningkatkan jumlah dan aktivitasnya mikroba
tanah. Selain dari pada itu, rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah
ultisol dapat diatasi dengan pemberian bahan organik berupa kompos pupuk
kandang sapi. Masalah rendahnya ketersediaan
P
dapat diatasi
dengan
menggunakan mikroba pelarut fosfat (MPF). Oleh karena itu, pemberian kompos
pupuk kandang sapi disertai MPF diharapkan dapat membantu meningkatkan
kandungan bahan organik, mernperbaiki strultur turah, meningkatkam popuhsi
dan aktivitas milnoba pelarut fosfat dalam menyediakan P dan unsur-unsur
lannyq serta meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanamantomat.
Penelitian
ini
bertujuan:
(1)
membandingkan pengaruh pemberian
beberapa dosis kompos dalam perhrmbr,fian tomat pada tanah ultisot (2)
membandingkan pengaruh pemberian dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat
dalam perfumbuhan dan produksi tanaman tonat padla tanah ultisol (3)
menentukan dosis kompos dengan atau tanpa mikroba pelarut
fosfat
yang
menghasilkan produksi terbak tanaman tomat.
METODE PENELITIA]\I
Penelitian dilakukan
di Kota Metro, Lampung dari bulan Oktober 2008
sampai dengan Febnuari 2009. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah benih tomat varietas Permata, pupuk kandang sapi yang difermentasikan
(kompos) dan mikroba Pelarut Fosftt. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul,
gembor, sabit, bak semai bambu ajir, Iabel, timbangan, jangka sorong, dan alat
tulis.
Perlakuan diterapkan dalam rancangan faktorial 2
{l
Faktor pertama adalah mikroba pelarut fosfat , yaitu 0
faktor kedua adaluln dosis bahan organik, yaitu 0
totil:q
x 5 dengan 3 ul-angan.
ak
10
dan
20 gll ar dan
ton/h4 20 ton/Iq 30
ton/hq dan 40 ton/ha. Setiap satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan
menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pemisahan nilai tengah
dilakukan dengan menggunakan uji BNT padataraf nyata
5Yo
Pelaksanaan Penelitian
Benih tomat disemai dalam bedengan persemaian Media penyemaian
adalah campuran tanah
:
(2:l),
kemudian bibit
2l lrarl
Selanjutnya bibit
pupuk kandang sapi
dipindahtanamkan ke dalam polybag, hingga berumur
dipindahtanam di lapangan.
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 100 crrl, tinggi 40 cnU serta jarak
antm bedengan 30 cnr, panjang bedengan pada masing-masing petak percobaan
adalah
4 m,
permukaan bedengan diratakan kemudian ditutup dengan plastik
mulsa hitam perak. llkuran plot untuk setiap percobaan adalah
dengan jarak antarulangan 0,5
m.
4 m x 3,6 m
Tomat ditanam dengan jarak 50 cm
x 60 cm.
Kompos dari pupuk kandang sapi yang difermentasikan dibuat sebelum
melakukan penelitian kemudian dicampur merata pada tanah sedalam
15-20
cm.
Kompos tersebut diberikan seminggu sebelum menanam bibit tomat di lapangarq
Aplikasi MPF dilakukan dengan cara melarutkan MPF kedalam air (dosis yang
digunakan adalah20 gl) kemudian larutan tersebut disiramtcan pada potibag yang
berisi bibit tomat yang berumur satu minggu
Selanjutnya, dilakukan kegiatan pemelihuaan, yang meliputi penyiraman,
pemberian ajir, penyiangan gulma dan pengeidalian hama penyakit. Panen dapat
dilakukan mulai umur 70-80 hst, sebaiknya tonmt drpanen saat buah sudah sampai
pada fase semburat merah.
405
Pengamatan
(l)
Analisis Tanah yang dilakukan sebelum dan sesudah percobaan. (2)
Analisis pertumbuhan berupa Indeks Luas Daun 5 tanaman contoh pada?7,37,
47, 57, dan 67 HST. (3) Bobot buah per petalq yang diukur dengan menimbang
bobot buah segar saat paner (4) Buah Layak Jual dan (5) Ifudar gula buah (Brix)
yang diukur menggunakan refraktometer.
HASIL DAI\ PEMBAHASANT
Tabel
I
menyajikan hasil analisis tanah saat sebelum dilakukan aplikasi
kompos pukan sapi dan mikroba pelarut fosfat (MPF), sedangkan tabel 2
menyajikan hasil analisis tanah setelah dilakukan aplikasi kompos pukan sapi dan
MPF.
Tabel 1. Analisis Tanah Awal Sebelum Pengolahan Tanah
Petak
N-tot(%) P(ppm) INKCl(me/1009)
Percobaan
P0B0
POBl
P0B2
P0B3
P0B4
Kejdhl Bray-l Aldd
4.07
0.08
0.08
0.07
0.07
r.40
1.83
r.42
1.08
1.05
0.15
0.35
r.20
r.l0
0.50
Hdd
0.05
0.05
0.10
0.10
0.10
pH 1:2,5
H2O KCI
5.20 6.11
5.31 6.37
5.03 4.07
4.75 3.93
5.03 4.05
Ta&12. Analisis Tanah Akhir setelah Percobaan
Perrakuan
P0B0
P0Bl
P0B2
P0B3
P0B4
,",'r,,
lilJ,tl*
I;'i'
L*,
Kejdhl Bray-l Aldd Hdd H2O
0.16
0.15
0.14
0.14
0.17
9.270
24.99
38.72
31.63
54.s7
KCI
0.15 0.05 6.88 5.38
0.15 0.05 7.42 6.80
0.15 '0.05
0.05 7.2s 6.45
0.15
5.42 6.70
0.20 0.0s 6.12 5.41
405
Indeks Luas Daun
Perkembangan indeks luas daun
(ILD) tananan tomat akibat pemberi.an
kompos pukan sapi dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat (MPF) pada
pengamatan
n--47
HST disajikan gambm
1.
Pola perkembangan ILD pada
masing-masing perlakuan menur{ukan kecenderungan yang sama, yaitu, nilai
ILD meningkat hingga mencaryimaksimum kemudian nilai ILD menurun seiring
dengan pertambahan umur tanaman. Secara umum nilai
pada perlakuan tersebtrt dicapai pada pengamatan
Grafik Nihi [-D bmatTa]pa MPF dan Pemberian
ILD maksimum tomat
3?--47 HST.
Komp6 Pd€n Sapi
'1.6
1.4
r
12
o
I
r
2
-O-il*
t.{.ll?=2+OSIZL +OSs
r-t ar5
t.{:n#+t.ili:L-Ort5
t
r
ca
-O-ilta
,-{EF+o-f7&+cznt
r -Oglf,
t = {liIte + ostrltr r O57as
r -L?i,,l
tL6
o^a
o.2
0
27-37HST 37-47HST 47-57HST 5747HST
Psul{nalan (ibd
Gambar
Sst6aah
Ts|dll)
l.
Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat denga indeks luas
daun QLD) pada pemberian kompos pukan sapi dan tanpa MPF
Grafik LD TomatAkiba Pemberian MPF dan Korpos Pt*an Sapi
1.6
1.1
y.-&l$*+O@x*o08
12
o
J
=
=
r =O.6*15
y={fl#+
I
o:]:}k+o.,lti
[7lll
t '4triz!*+ o.zk+oitil5
r:oel
r
o8
116
y
-
--o-l{&l
}o.5r5r< +ll,5l5
r= OS{a
oa
t=-02125*+oSIL-e[,l'
*=osa
o.2
0
2737HST 3747HST 47-57HST 5767HST
P€ngamdan (H*i S€lt€lah TarE n)
Gambar
2.
Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat dengan
indeks luas daun (ILD) pada pemberian MPF dan kompos pukan sapi
N7
Anelisis
Produksi
:
Hasil Analisis BNT untuk variabel pengamatan produksi tomat akibat
pemberian MPF dan kompos pukan sapi disajikan pada tabel4. Perlakuan MPF
menu4iukan perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan brix (kadar gula)
tomat.
Pemberian MPF menunjukan
nilai brix yang lebih tinggi
(5,06a)
dibandingkan dengan tanpa pemberian MPF ( 4,95b).
Tabel 4. Hasil Analisis BNT untuk Variabel Pengamatan Produksi Tomat Akibat
pemberian Mikroba Pelarut Fosfat dan Kompos Pukan Sapi
Perlakuan
Produksi/
Buah Layak
Petak
Mikroba Pelarut Fosfat (P)
Jual Brix
P0
P1
55311
48703
A
A
BNT
8803
a
a
1050.34
9A9.02
t74.59
4.95
5.06
B
A
0.103
Kompos Pukan Sapi (B)
B0
B1
82
B3
84
BNT
40596 c
747.40
45780 bc 850.30
50968 abc 959.90
59596 ab 1124.20
1216.70
63095 a
C
bc
abc
ab
a
276.05
13919
4.88
4.94
5.01
5.07
5.I3
C
Bc
Abc
Ab
A
0.163
Interaksi P X B
P0
B0
B1
B2
83
B4
BNT
Pl B0
81
82
83
84
39687 c
40712 c
54v29 bc
6408s ab
77t43 a
21134
41s05
50849
47A07
55107
49048
14636
ab
a
4.79
4.97
4.95
4.93
B
Ab
Ab
Ab
a
5.11
A
734.7A
b
7s0.70
b
1057.40
t23s.50
t473.50
0.273
425.21
a
a
a
a
a
760.10
949.80
852.40
1013.00
959.90
285.76
A
A
A
A
A
4.e7
4.9A
5.07
Bc
5.2r
A
Ab
5.14
C
Abc
0.187
408
Pada perlakuan kompos pukan sapi terlihat, bahwa terdapat perbedaan
yangnyata pada masing-masing perlakuan. Peningkatan dosis kompos pukan sapi
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi per petak tomat dan buah Iayak
jual. Kemudian, pada variabel
brix
terlihat bahwa terjadi peningkatan brbg
seiring dengan peningftatan dosis kompos pukan sapi Hasil interkasi antara MPF
dan kompos pukan sapi (tabel 4) menunjukan bahwa pada kombinasi perlakuan
tanpa MPF (P0) dan Kompos Pukan sapi (80,81,B.2,8.3, dan
84)
terdapat
perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan produksi per petak, produksi
layak jual dan variabel
perlakuan MPF
(Pl)
brix.
Lebih lanjut diketahui bahwa pada kombinasi
dan kompos pukan sapi
(Bl,
B.2,B.3, dan 84) terlihat bahwa
perhdaan yang nyata ter;'adi pada variabet brix. Sedangkan pada variabel
produksi per petak, dan buah layak jual terlihat tidak ada perbedaan yang nyata
pada masing-masing kombinasi perlalman.
Pembahasan
Hasil analisis tanah awal (Tabel 1.) menuqiukan bahwa kandungan N, P,
dan K dalam tanahtersebut termasuk dalam kriteria sangat rendah, selanjutnya pH
tanah yang diukur menunjukan
nilai berkisar antara 4,73-5,31, nilai
tersebut
termasuk dalam laiteria agak masam (Balitanah, 2009).
Namun demikiarq nilai yang berbeda ditunjukan pada analisis tanah akhir
(Tabel 2.) yaltu, setelah diaplkasikan kompos pukan sapi dan MPF, ketersediaan
N, P, dan K
meningkat. Hakim et
al. (1989)
mengemukakan bahwa bahan
organik dapat mempengaruhi sifat kimia tanah berupa pengikatan unsur N, P,dan
S dalam bentuk organik atau dalam tubuh milaoorganisme, sehingga terhindar
dari pencucian, yang kemudian unsur-unsur tersebut dapat tersedia kembali.
Soelaeman (200'1-) mengemukakan bahwa penambahan bahan organik kedalam
tanah dapat meningkatkan ketersediaan P di dFrlam tanah.
Selanjutnya
pH tanah pada akhir percobaan (Tabel 2.)
mengalami
kenaikan nilai menjadi 5,42--:7,42 (laiteria agak masam dan netral). Kenaikan
nilai tersebut diduga karena pengaruh dari pemberian kompos pukan
sapi.
Soeloeman QAAD menyatakan bahwa dekomposisi lanjut dari kompos pupuk
-----
kandang sapi pada kurun waktu penanaman telah cukup banyak melepaskan ionion OH- dari komplek jerapannya, sehingga berakibat pada kenaikan pH tanah.
Memrrut Gardner et at. (1991), ILD merupakan ratio permukaan daun
(satu sisi saja) terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman budidaya. Secara
umum perkembangan
ILD
10 harian selama 4 periode
tumbuh tomat dengan dan
tanpa MPF yang disertai berbagai dosis pukan sapi menunjukan pola yang relative
sama" yaitu
kuadratik. Perkembangan nilai ILD (Gambar
l.)
pada perlakuan
tanpa MPF yang disertai kompos pukan sapi 20 ton/ha (P082) meningkat lebih
cepat
jika
dibanding!
PELARUT FOSFAT TERIIADAP PERTUMBUHAN DAIY PRODUKSI
TOMAT (Lycopercicum esculentum MiilJ PADA TANAH LILTISOL
Rizka Novi Sesanti*, Darrrin H. Pangaribuan**, dan Yafizham**
*Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung
**SYaf Pengajar Jwasan Budidaya Pertqnian (rttiversitas Lampung
e-mail : rizkanovisesanti@yahoo. com dan e-mail : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to (1) compare the effect of application with and without
phosphate solubilizing microbes in the growth and yield oftomato inUhisol (2) to
of muftiple doses of cow manure composts in the growth of
tomatoes in Ultisol (3) to determine the dose of compost with or without
microbial solubilizing for the best yield of tomato plants. The treatment was
applied n 2 x 5 factorial design with three replications. The first factor was the
solubilizing microbes, with doses of 0 g / I of water (P0) and 20 g / I of water (Pl)
and the second factor was the dose of organic materials, namely 0 tons / ha (80),
10 tons / ha (B1), 20 tons /ha(82),30 tons / ha (83), and 40 tons / ha (B4). Each
unit of the experiment applied to the experimental plots according to the
compare the effect
randomized Soup design. The results showed that (t) Leaf Area Index analyses
showed a similar pattern, namely a quadratic pattern. (2) Application with and
without phosphate solubilizing microbes did not give a real difference to the
growth and production of tomatoes unless the tomatoes sugm level. (3)
Application of compost 40 tons / ha and 30 tons / ha without MPF scheme (P084)
gave the best resuft in the production of the observed variables. However,in the
treatment of compost wich is accompanied MPF scheme (P180, P1Bl, PIB2,
P183, and P1M) , it showed that the presence of MPF scheme in the compost
doses of 10 ton and20 tons (PIBI, and PlB2) provided products that were not
significantly different with the application of compost 30 tons and 40 tons (P1B3
and P1B4).
Key Words: Cow manure, compost,phosphate solubilizing microbes, tomatoes
403
PENDAHULUAh{
:
Tomat (Lycopersicum esculentum Isdil1') merupakan salah satu tanaman
hortikuhura yang dapat dibudidayakan
di
dataran rendah dan dataran tinggi
(Redaksi Agromedi4 2OAT. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tomat
dataran rendah khususnya di Lampung adalah bahwa sebagian besar lahan yang
ada didominasi oleh lahan kering dari jenis uftisol.
Pemanfaatan tanah ultisol menghadapi beberapa kendala yaihr kemasaman
tanah tinggi, pH rata-rata rendatr, kejenuhan
Al tinggi, miskin
kandungan hara
makro terutamaP, dankandungan bahan organik rendah (PustakaDeptan" 2009).
Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa pemberian bahan organk secara
periodik kedalam tanah dapat meningkatkan jumlah dan aktivitasnya mikroba
tanah. Selain dari pada itu, rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah
ultisol dapat diatasi dengan pemberian bahan organik berupa kompos pupuk
kandang sapi. Masalah rendahnya ketersediaan
P
dapat diatasi
dengan
menggunakan mikroba pelarut fosfat (MPF). Oleh karena itu, pemberian kompos
pupuk kandang sapi disertai MPF diharapkan dapat membantu meningkatkan
kandungan bahan organik, mernperbaiki strultur turah, meningkatkam popuhsi
dan aktivitas milnoba pelarut fosfat dalam menyediakan P dan unsur-unsur
lannyq serta meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanamantomat.
Penelitian
ini
bertujuan:
(1)
membandingkan pengaruh pemberian
beberapa dosis kompos dalam perhrmbr,fian tomat pada tanah ultisot (2)
membandingkan pengaruh pemberian dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat
dalam perfumbuhan dan produksi tanaman tonat padla tanah ultisol (3)
menentukan dosis kompos dengan atau tanpa mikroba pelarut
fosfat
yang
menghasilkan produksi terbak tanaman tomat.
METODE PENELITIA]\I
Penelitian dilakukan
di Kota Metro, Lampung dari bulan Oktober 2008
sampai dengan Febnuari 2009. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah benih tomat varietas Permata, pupuk kandang sapi yang difermentasikan
(kompos) dan mikroba Pelarut Fosftt. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul,
gembor, sabit, bak semai bambu ajir, Iabel, timbangan, jangka sorong, dan alat
tulis.
Perlakuan diterapkan dalam rancangan faktorial 2
{l
Faktor pertama adalah mikroba pelarut fosfat , yaitu 0
faktor kedua adaluln dosis bahan organik, yaitu 0
totil:q
x 5 dengan 3 ul-angan.
ak
10
dan
20 gll ar dan
ton/h4 20 ton/Iq 30
ton/hq dan 40 ton/ha. Setiap satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan
menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pemisahan nilai tengah
dilakukan dengan menggunakan uji BNT padataraf nyata
5Yo
Pelaksanaan Penelitian
Benih tomat disemai dalam bedengan persemaian Media penyemaian
adalah campuran tanah
:
(2:l),
kemudian bibit
2l lrarl
Selanjutnya bibit
pupuk kandang sapi
dipindahtanamkan ke dalam polybag, hingga berumur
dipindahtanam di lapangan.
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 100 crrl, tinggi 40 cnU serta jarak
antm bedengan 30 cnr, panjang bedengan pada masing-masing petak percobaan
adalah
4 m,
permukaan bedengan diratakan kemudian ditutup dengan plastik
mulsa hitam perak. llkuran plot untuk setiap percobaan adalah
dengan jarak antarulangan 0,5
m.
4 m x 3,6 m
Tomat ditanam dengan jarak 50 cm
x 60 cm.
Kompos dari pupuk kandang sapi yang difermentasikan dibuat sebelum
melakukan penelitian kemudian dicampur merata pada tanah sedalam
15-20
cm.
Kompos tersebut diberikan seminggu sebelum menanam bibit tomat di lapangarq
Aplikasi MPF dilakukan dengan cara melarutkan MPF kedalam air (dosis yang
digunakan adalah20 gl) kemudian larutan tersebut disiramtcan pada potibag yang
berisi bibit tomat yang berumur satu minggu
Selanjutnya, dilakukan kegiatan pemelihuaan, yang meliputi penyiraman,
pemberian ajir, penyiangan gulma dan pengeidalian hama penyakit. Panen dapat
dilakukan mulai umur 70-80 hst, sebaiknya tonmt drpanen saat buah sudah sampai
pada fase semburat merah.
405
Pengamatan
(l)
Analisis Tanah yang dilakukan sebelum dan sesudah percobaan. (2)
Analisis pertumbuhan berupa Indeks Luas Daun 5 tanaman contoh pada?7,37,
47, 57, dan 67 HST. (3) Bobot buah per petalq yang diukur dengan menimbang
bobot buah segar saat paner (4) Buah Layak Jual dan (5) Ifudar gula buah (Brix)
yang diukur menggunakan refraktometer.
HASIL DAI\ PEMBAHASANT
Tabel
I
menyajikan hasil analisis tanah saat sebelum dilakukan aplikasi
kompos pukan sapi dan mikroba pelarut fosfat (MPF), sedangkan tabel 2
menyajikan hasil analisis tanah setelah dilakukan aplikasi kompos pukan sapi dan
MPF.
Tabel 1. Analisis Tanah Awal Sebelum Pengolahan Tanah
Petak
N-tot(%) P(ppm) INKCl(me/1009)
Percobaan
P0B0
POBl
P0B2
P0B3
P0B4
Kejdhl Bray-l Aldd
4.07
0.08
0.08
0.07
0.07
r.40
1.83
r.42
1.08
1.05
0.15
0.35
r.20
r.l0
0.50
Hdd
0.05
0.05
0.10
0.10
0.10
pH 1:2,5
H2O KCI
5.20 6.11
5.31 6.37
5.03 4.07
4.75 3.93
5.03 4.05
Ta&12. Analisis Tanah Akhir setelah Percobaan
Perrakuan
P0B0
P0Bl
P0B2
P0B3
P0B4
,",'r,,
lilJ,tl*
I;'i'
L*,
Kejdhl Bray-l Aldd Hdd H2O
0.16
0.15
0.14
0.14
0.17
9.270
24.99
38.72
31.63
54.s7
KCI
0.15 0.05 6.88 5.38
0.15 0.05 7.42 6.80
0.15 '0.05
0.05 7.2s 6.45
0.15
5.42 6.70
0.20 0.0s 6.12 5.41
405
Indeks Luas Daun
Perkembangan indeks luas daun
(ILD) tananan tomat akibat pemberi.an
kompos pukan sapi dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat (MPF) pada
pengamatan
n--47
HST disajikan gambm
1.
Pola perkembangan ILD pada
masing-masing perlakuan menur{ukan kecenderungan yang sama, yaitu, nilai
ILD meningkat hingga mencaryimaksimum kemudian nilai ILD menurun seiring
dengan pertambahan umur tanaman. Secara umum nilai
pada perlakuan tersebtrt dicapai pada pengamatan
Grafik Nihi [-D bmatTa]pa MPF dan Pemberian
ILD maksimum tomat
3?--47 HST.
Komp6 Pd€n Sapi
'1.6
1.4
r
12
o
I
r
2
-O-il*
t.{.ll?=2+OSIZL +OSs
r-t ar5
t.{:n#+t.ili:L-Ort5
t
r
ca
-O-ilta
,-{EF+o-f7&+cznt
r -Oglf,
t = {liIte + ostrltr r O57as
r -L?i,,l
tL6
o^a
o.2
0
27-37HST 37-47HST 47-57HST 5747HST
Psul{nalan (ibd
Gambar
Sst6aah
Ts|dll)
l.
Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat denga indeks luas
daun QLD) pada pemberian kompos pukan sapi dan tanpa MPF
Grafik LD TomatAkiba Pemberian MPF dan Korpos Pt*an Sapi
1.6
1.1
y.-&l$*+O@x*o08
12
o
J
=
=
r =O.6*15
y={fl#+
I
o:]:}k+o.,lti
[7lll
t '4triz!*+ o.zk+oitil5
r:oel
r
o8
116
y
-
--o-l{&l
}o.5r5r< +ll,5l5
r= OS{a
oa
t=-02125*+oSIL-e[,l'
*=osa
o.2
0
2737HST 3747HST 47-57HST 5767HST
P€ngamdan (H*i S€lt€lah TarE n)
Gambar
2.
Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat dengan
indeks luas daun (ILD) pada pemberian MPF dan kompos pukan sapi
N7
Anelisis
Produksi
:
Hasil Analisis BNT untuk variabel pengamatan produksi tomat akibat
pemberian MPF dan kompos pukan sapi disajikan pada tabel4. Perlakuan MPF
menu4iukan perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan brix (kadar gula)
tomat.
Pemberian MPF menunjukan
nilai brix yang lebih tinggi
(5,06a)
dibandingkan dengan tanpa pemberian MPF ( 4,95b).
Tabel 4. Hasil Analisis BNT untuk Variabel Pengamatan Produksi Tomat Akibat
pemberian Mikroba Pelarut Fosfat dan Kompos Pukan Sapi
Perlakuan
Produksi/
Buah Layak
Petak
Mikroba Pelarut Fosfat (P)
Jual Brix
P0
P1
55311
48703
A
A
BNT
8803
a
a
1050.34
9A9.02
t74.59
4.95
5.06
B
A
0.103
Kompos Pukan Sapi (B)
B0
B1
82
B3
84
BNT
40596 c
747.40
45780 bc 850.30
50968 abc 959.90
59596 ab 1124.20
1216.70
63095 a
C
bc
abc
ab
a
276.05
13919
4.88
4.94
5.01
5.07
5.I3
C
Bc
Abc
Ab
A
0.163
Interaksi P X B
P0
B0
B1
B2
83
B4
BNT
Pl B0
81
82
83
84
39687 c
40712 c
54v29 bc
6408s ab
77t43 a
21134
41s05
50849
47A07
55107
49048
14636
ab
a
4.79
4.97
4.95
4.93
B
Ab
Ab
Ab
a
5.11
A
734.7A
b
7s0.70
b
1057.40
t23s.50
t473.50
0.273
425.21
a
a
a
a
a
760.10
949.80
852.40
1013.00
959.90
285.76
A
A
A
A
A
4.e7
4.9A
5.07
Bc
5.2r
A
Ab
5.14
C
Abc
0.187
408
Pada perlakuan kompos pukan sapi terlihat, bahwa terdapat perbedaan
yangnyata pada masing-masing perlakuan. Peningkatan dosis kompos pukan sapi
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi per petak tomat dan buah Iayak
jual. Kemudian, pada variabel
brix
terlihat bahwa terjadi peningkatan brbg
seiring dengan peningftatan dosis kompos pukan sapi Hasil interkasi antara MPF
dan kompos pukan sapi (tabel 4) menunjukan bahwa pada kombinasi perlakuan
tanpa MPF (P0) dan Kompos Pukan sapi (80,81,B.2,8.3, dan
84)
terdapat
perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan produksi per petak, produksi
layak jual dan variabel
perlakuan MPF
(Pl)
brix.
Lebih lanjut diketahui bahwa pada kombinasi
dan kompos pukan sapi
(Bl,
B.2,B.3, dan 84) terlihat bahwa
perhdaan yang nyata ter;'adi pada variabet brix. Sedangkan pada variabel
produksi per petak, dan buah layak jual terlihat tidak ada perbedaan yang nyata
pada masing-masing kombinasi perlalman.
Pembahasan
Hasil analisis tanah awal (Tabel 1.) menuqiukan bahwa kandungan N, P,
dan K dalam tanahtersebut termasuk dalam kriteria sangat rendah, selanjutnya pH
tanah yang diukur menunjukan
nilai berkisar antara 4,73-5,31, nilai
tersebut
termasuk dalam laiteria agak masam (Balitanah, 2009).
Namun demikiarq nilai yang berbeda ditunjukan pada analisis tanah akhir
(Tabel 2.) yaltu, setelah diaplkasikan kompos pukan sapi dan MPF, ketersediaan
N, P, dan K
meningkat. Hakim et
al. (1989)
mengemukakan bahwa bahan
organik dapat mempengaruhi sifat kimia tanah berupa pengikatan unsur N, P,dan
S dalam bentuk organik atau dalam tubuh milaoorganisme, sehingga terhindar
dari pencucian, yang kemudian unsur-unsur tersebut dapat tersedia kembali.
Soelaeman (200'1-) mengemukakan bahwa penambahan bahan organik kedalam
tanah dapat meningkatkan ketersediaan P di dFrlam tanah.
Selanjutnya
pH tanah pada akhir percobaan (Tabel 2.)
mengalami
kenaikan nilai menjadi 5,42--:7,42 (laiteria agak masam dan netral). Kenaikan
nilai tersebut diduga karena pengaruh dari pemberian kompos pukan
sapi.
Soeloeman QAAD menyatakan bahwa dekomposisi lanjut dari kompos pupuk
-----
kandang sapi pada kurun waktu penanaman telah cukup banyak melepaskan ionion OH- dari komplek jerapannya, sehingga berakibat pada kenaikan pH tanah.
Memrrut Gardner et at. (1991), ILD merupakan ratio permukaan daun
(satu sisi saja) terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman budidaya. Secara
umum perkembangan
ILD
10 harian selama 4 periode
tumbuh tomat dengan dan
tanpa MPF yang disertai berbagai dosis pukan sapi menunjukan pola yang relative
sama" yaitu
kuadratik. Perkembangan nilai ILD (Gambar
l.)
pada perlakuan
tanpa MPF yang disertai kompos pukan sapi 20 ton/ha (P082) meningkat lebih
cepat
jika
dibanding!