Pengaruh Kompos Pupuk Kandang Sapi dan M

PENGARUH KOMPOS PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKROBA
PELARUT FOSFAT TERIIADAP PERTUMBUHAN DAIY PRODUKSI
TOMAT (Lycopercicum esculentum MiilJ PADA TANAH LILTISOL

Rizka Novi Sesanti*, Darrrin H. Pangaribuan**, dan Yafizham**
*Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung
**SYaf Pengajar Jwasan Budidaya Pertqnian (rttiversitas Lampung
e-mail : rizkanovisesanti@yahoo. com dan e-mail : [email protected]

ABSTRACT
This study aims to (1) compare the effect of application with and without
phosphate solubilizing microbes in the growth and yield oftomato inUhisol (2) to

of muftiple doses of cow manure composts in the growth of
tomatoes in Ultisol (3) to determine the dose of compost with or without
microbial solubilizing for the best yield of tomato plants. The treatment was
applied n 2 x 5 factorial design with three replications. The first factor was the
solubilizing microbes, with doses of 0 g / I of water (P0) and 20 g / I of water (Pl)
and the second factor was the dose of organic materials, namely 0 tons / ha (80),
10 tons / ha (B1), 20 tons /ha(82),30 tons / ha (83), and 40 tons / ha (B4). Each
unit of the experiment applied to the experimental plots according to the

compare the effect

randomized Soup design. The results showed that (t) Leaf Area Index analyses
showed a similar pattern, namely a quadratic pattern. (2) Application with and
without phosphate solubilizing microbes did not give a real difference to the
growth and production of tomatoes unless the tomatoes sugm level. (3)
Application of compost 40 tons / ha and 30 tons / ha without MPF scheme (P084)
gave the best resuft in the production of the observed variables. However,in the
treatment of compost wich is accompanied MPF scheme (P180, P1Bl, PIB2,
P183, and P1M) , it showed that the presence of MPF scheme in the compost
doses of 10 ton and20 tons (PIBI, and PlB2) provided products that were not
significantly different with the application of compost 30 tons and 40 tons (P1B3
and P1B4).

Key Words: Cow manure, compost,phosphate solubilizing microbes, tomatoes

403

PENDAHULUAh{


:

Tomat (Lycopersicum esculentum Isdil1') merupakan salah satu tanaman
hortikuhura yang dapat dibudidayakan

di

dataran rendah dan dataran tinggi

(Redaksi Agromedi4 2OAT. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya tomat
dataran rendah khususnya di Lampung adalah bahwa sebagian besar lahan yang
ada didominasi oleh lahan kering dari jenis uftisol.

Pemanfaatan tanah ultisol menghadapi beberapa kendala yaihr kemasaman

tanah tinggi, pH rata-rata rendatr, kejenuhan

Al tinggi, miskin

kandungan hara


makro terutamaP, dankandungan bahan organik rendah (PustakaDeptan" 2009).

Hanafiah (2005), menjelaskan bahwa pemberian bahan organk secara

periodik kedalam tanah dapat meningkatkan jumlah dan aktivitasnya mikroba
tanah. Selain dari pada itu, rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah

ultisol dapat diatasi dengan pemberian bahan organik berupa kompos pupuk
kandang sapi. Masalah rendahnya ketersediaan

P

dapat diatasi

dengan

menggunakan mikroba pelarut fosfat (MPF). Oleh karena itu, pemberian kompos

pupuk kandang sapi disertai MPF diharapkan dapat membantu meningkatkan

kandungan bahan organik, mernperbaiki strultur turah, meningkatkam popuhsi

dan aktivitas milnoba pelarut fosfat dalam menyediakan P dan unsur-unsur
lannyq serta meningkatakan pertumbuhan dan hasil tanamantomat.
Penelitian

ini

bertujuan:

(1)

membandingkan pengaruh pemberian

beberapa dosis kompos dalam perhrmbr,fian tomat pada tanah ultisot (2)
membandingkan pengaruh pemberian dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat

dalam perfumbuhan dan produksi tanaman tonat padla tanah ultisol (3)
menentukan dosis kompos dengan atau tanpa mikroba pelarut


fosfat

yang

menghasilkan produksi terbak tanaman tomat.

METODE PENELITIA]\I
Penelitian dilakukan

di Kota Metro, Lampung dari bulan Oktober 2008

sampai dengan Febnuari 2009. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah benih tomat varietas Permata, pupuk kandang sapi yang difermentasikan

(kompos) dan mikroba Pelarut Fosftt. Alat-alat yang digunakan adalah cangkul,

gembor, sabit, bak semai bambu ajir, Iabel, timbangan, jangka sorong, dan alat

tulis.
Perlakuan diterapkan dalam rancangan faktorial 2

{l

Faktor pertama adalah mikroba pelarut fosfat , yaitu 0
faktor kedua adaluln dosis bahan organik, yaitu 0

totil:q

x 5 dengan 3 ul-angan.
ak

10

dan

20 gll ar dan

ton/h4 20 ton/Iq 30


ton/hq dan 40 ton/ha. Setiap satuan percobaan diterapkan pada petak percobaan
menurut rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS). Pemisahan nilai tengah
dilakukan dengan menggunakan uji BNT padataraf nyata

5Yo

Pelaksanaan Penelitian

Benih tomat disemai dalam bedengan persemaian Media penyemaian

adalah campuran tanah

:

(2:l),

kemudian bibit

2l lrarl


Selanjutnya bibit

pupuk kandang sapi

dipindahtanamkan ke dalam polybag, hingga berumur
dipindahtanam di lapangan.

Tanah dibuat bedengan dengan lebar 100 crrl, tinggi 40 cnU serta jarak
antm bedengan 30 cnr, panjang bedengan pada masing-masing petak percobaan
adalah

4 m,

permukaan bedengan diratakan kemudian ditutup dengan plastik

mulsa hitam perak. llkuran plot untuk setiap percobaan adalah
dengan jarak antarulangan 0,5

m.


4 m x 3,6 m

Tomat ditanam dengan jarak 50 cm

x 60 cm.

Kompos dari pupuk kandang sapi yang difermentasikan dibuat sebelum
melakukan penelitian kemudian dicampur merata pada tanah sedalam

15-20

cm.

Kompos tersebut diberikan seminggu sebelum menanam bibit tomat di lapangarq

Aplikasi MPF dilakukan dengan cara melarutkan MPF kedalam air (dosis yang
digunakan adalah20 gl) kemudian larutan tersebut disiramtcan pada potibag yang
berisi bibit tomat yang berumur satu minggu
Selanjutnya, dilakukan kegiatan pemelihuaan, yang meliputi penyiraman,

pemberian ajir, penyiangan gulma dan pengeidalian hama penyakit. Panen dapat

dilakukan mulai umur 70-80 hst, sebaiknya tonmt drpanen saat buah sudah sampai
pada fase semburat merah.

405

Pengamatan

(l)

Analisis Tanah yang dilakukan sebelum dan sesudah percobaan. (2)

Analisis pertumbuhan berupa Indeks Luas Daun 5 tanaman contoh pada?7,37,

47, 57, dan 67 HST. (3) Bobot buah per petalq yang diukur dengan menimbang
bobot buah segar saat paner (4) Buah Layak Jual dan (5) Ifudar gula buah (Brix)
yang diukur menggunakan refraktometer.

HASIL DAI\ PEMBAHASANT

Tabel

I

menyajikan hasil analisis tanah saat sebelum dilakukan aplikasi

kompos pukan sapi dan mikroba pelarut fosfat (MPF), sedangkan tabel 2
menyajikan hasil analisis tanah setelah dilakukan aplikasi kompos pukan sapi dan

MPF.
Tabel 1. Analisis Tanah Awal Sebelum Pengolahan Tanah

Petak

N-tot(%) P(ppm) INKCl(me/1009)

Percobaan

P0B0
POBl
P0B2
P0B3
P0B4

Kejdhl Bray-l Aldd

4.07
0.08
0.08
0.07
0.07

r.40
1.83
r.42
1.08
1.05

0.15
0.35
r.20
r.l0
0.50

Hdd

0.05
0.05
0.10
0.10
0.10

pH 1:2,5
H2O KCI

5.20 6.11
5.31 6.37
5.03 4.07
4.75 3.93
5.03 4.05

Ta&12. Analisis Tanah Akhir setelah Percobaan

Perrakuan

P0B0
P0Bl
P0B2
P0B3
P0B4

,",'r,,
lilJ,tl*
I;'i'
L*,
Kejdhl Bray-l Aldd Hdd H2O
0.16
0.15
0.14
0.14
0.17

9.270
24.99
38.72
31.63
54.s7

KCI

0.15 0.05 6.88 5.38
0.15 0.05 7.42 6.80
0.15 '0.05
0.05 7.2s 6.45
0.15
5.42 6.70
0.20 0.0s 6.12 5.41

405

Indeks Luas Daun
Perkembangan indeks luas daun

(ILD) tananan tomat akibat pemberi.an

kompos pukan sapi dan tanpa pemberian mikroba pelarut fosfat (MPF) pada
pengamatan

n--47

HST disajikan gambm

1.

Pola perkembangan ILD pada

masing-masing perlakuan menur{ukan kecenderungan yang sama, yaitu, nilai

ILD meningkat hingga mencaryimaksimum kemudian nilai ILD menurun seiring
dengan pertambahan umur tanaman. Secara umum nilai
pada perlakuan tersebtrt dicapai pada pengamatan

Grafik Nihi [-D bmatTa]pa MPF dan Pemberian

ILD maksimum tomat

3?--47 HST.

Komp6 Pd€n Sapi

'1.6

1.4
r

12

o

I
r

2

-O-il*

t.{.ll?=2+OSIZL +OSs

r-t ar5
t.{:n#+t.ili:L-Ort5

t

r

ca

-O-ilta

,-{EF+o-f7&+cznt
r -Oglf,
t = {liIte + ostrltr r O57as
r -L?i,,l

tL6
o^a

o.2

0

27-37HST 37-47HST 47-57HST 5747HST
Psul{nalan (ibd

Gambar

Sst6aah

Ts|dll)

l.

Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat denga indeks luas
daun QLD) pada pemberian kompos pukan sapi dan tanpa MPF

Grafik LD TomatAkiba Pemberian MPF dan Korpos Pt*an Sapi

1.6
1.1

y.-&l$*+O@x*o08

12

o
J
=
=

r =O.6*15

y={fl#+

I

o:]:}k+o.,lti

[7lll
t '4triz!*+ o.zk+oitil5
r:oel
r

o8
116

y

-

--o-l{&l

}o.5r5r< +ll,5l5

r= OS{a

oa

t=-02125*+oSIL-e[,l'
*=osa

o.2
0

2737HST 3747HST 47-57HST 5767HST
P€ngamdan (H*i S€lt€lah TarE n)

Gambar

2.

Hubungan antara penambahan umur tanaman tomat dengan
indeks luas daun (ILD) pada pemberian MPF dan kompos pukan sapi

N7

Anelisis

Produksi

:

Hasil Analisis BNT untuk variabel pengamatan produksi tomat akibat
pemberian MPF dan kompos pukan sapi disajikan pada tabel4. Perlakuan MPF
menu4iukan perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan brix (kadar gula)

tomat.

Pemberian MPF menunjukan

nilai brix yang lebih tinggi

(5,06a)

dibandingkan dengan tanpa pemberian MPF ( 4,95b).

Tabel 4. Hasil Analisis BNT untuk Variabel Pengamatan Produksi Tomat Akibat
pemberian Mikroba Pelarut Fosfat dan Kompos Pukan Sapi

Perlakuan

Produksi/

Buah Layak
Petak
Mikroba Pelarut Fosfat (P)

Jual Brix

P0
P1

55311
48703

A
A

BNT

8803

a
a

1050.34
9A9.02

t74.59

4.95
5.06

B

A

0.103

Kompos Pukan Sapi (B)

B0
B1

82
B3

84
BNT

40596 c
747.40
45780 bc 850.30
50968 abc 959.90
59596 ab 1124.20
1216.70
63095 a

C
bc
abc
ab
a

276.05

13919

4.88
4.94
5.01
5.07

5.I3

C

Bc
Abc

Ab

A

0.163

Interaksi P X B

P0

B0

B1

B2

83

B4
BNT

Pl B0
81
82
83
84

39687 c
40712 c
54v29 bc
6408s ab

77t43 a
21134
41s05
50849
47A07

55107
49048
14636

ab
a

4.79
4.97
4.95
4.93

B
Ab
Ab
Ab

a

5.11

A

734.7A

b

7s0.70

b

1057.40

t23s.50
t473.50

0.273

425.21
a

a
a
a
a

760.10
949.80
852.40
1013.00
959.90
285.76

A
A
A
A
A

4.e7
4.9A
5.07

Bc

5.2r

A
Ab

5.14

C

Abc

0.187

408

Pada perlakuan kompos pukan sapi terlihat, bahwa terdapat perbedaan
yangnyata pada masing-masing perlakuan. Peningkatan dosis kompos pukan sapi
menyebabkan terjadinya peningkatan produksi per petak tomat dan buah Iayak

jual. Kemudian, pada variabel

brix

terlihat bahwa terjadi peningkatan brbg

seiring dengan peningftatan dosis kompos pukan sapi Hasil interkasi antara MPF
dan kompos pukan sapi (tabel 4) menunjukan bahwa pada kombinasi perlakuan

tanpa MPF (P0) dan Kompos Pukan sapi (80,81,B.2,8.3, dan

84)

terdapat

perbedaan yang nyata pada variabel pengamatan produksi per petak, produksi

layak jual dan variabel
perlakuan MPF

(Pl)

brix.

Lebih lanjut diketahui bahwa pada kombinasi

dan kompos pukan sapi

(Bl,

B.2,B.3, dan 84) terlihat bahwa

perhdaan yang nyata ter;'adi pada variabet brix. Sedangkan pada variabel
produksi per petak, dan buah layak jual terlihat tidak ada perbedaan yang nyata
pada masing-masing kombinasi perlalman.

Pembahasan

Hasil analisis tanah awal (Tabel 1.) menuqiukan bahwa kandungan N, P,
dan K dalam tanahtersebut termasuk dalam kriteria sangat rendah, selanjutnya pH

tanah yang diukur menunjukan

nilai berkisar antara 4,73-5,31, nilai

tersebut

termasuk dalam laiteria agak masam (Balitanah, 2009).

Namun demikiarq nilai yang berbeda ditunjukan pada analisis tanah akhir
(Tabel 2.) yaltu, setelah diaplkasikan kompos pukan sapi dan MPF, ketersediaan

N, P, dan K

meningkat. Hakim et

al. (1989)

mengemukakan bahwa bahan

organik dapat mempengaruhi sifat kimia tanah berupa pengikatan unsur N, P,dan

S dalam bentuk organik atau dalam tubuh milaoorganisme, sehingga terhindar

dari pencucian, yang kemudian unsur-unsur tersebut dapat tersedia kembali.
Soelaeman (200'1-) mengemukakan bahwa penambahan bahan organik kedalam
tanah dapat meningkatkan ketersediaan P di dFrlam tanah.

Selanjutnya

pH tanah pada akhir percobaan (Tabel 2.)

mengalami

kenaikan nilai menjadi 5,42--:7,42 (laiteria agak masam dan netral). Kenaikan

nilai tersebut diduga karena pengaruh dari pemberian kompos pukan

sapi.

Soeloeman QAAD menyatakan bahwa dekomposisi lanjut dari kompos pupuk

-----

kandang sapi pada kurun waktu penanaman telah cukup banyak melepaskan ionion OH- dari komplek jerapannya, sehingga berakibat pada kenaikan pH tanah.

Memrrut Gardner et at. (1991), ILD merupakan ratio permukaan daun
(satu sisi saja) terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman budidaya. Secara

umum perkembangan

ILD

10 harian selama 4 periode

tumbuh tomat dengan dan

tanpa MPF yang disertai berbagai dosis pukan sapi menunjukan pola yang relative

sama" yaitu

kuadratik. Perkembangan nilai ILD (Gambar

l.)

pada perlakuan

tanpa MPF yang disertai kompos pukan sapi 20 ton/ha (P082) meningkat lebih

cepat

jika

dibanding!