Pelatihan dan Penyuluhan Tata Rias Wajah

Pelatihan dan Penyuluhan Tata Rias Wajah, Rambut dan Busana Tari
Anak Usia Dini
Bagi Guru Taman Kanak-kanak Desa Wlahar
Oleh:Novita Dwi Restiani
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping
harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam menari,
juga dituntut untuk mampu menata rias dan busana tari anak didiknya.
Pada kenyataannya guru masih banyak yang belum memiliki pengetahuan
dan ketrampilan tata rias dan busana tari pada anak-anak. Tujuan adari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
tentang tata rias dan busana tari anak usia dini bagi guru taman kanakkanak Desa Wlahar. Materi yang diberikan dalam kegiatan ini adalah
pengetahuan tentang tata rias wajah, rambut dan busana untuk anak usia
dini. Penyampaian materi ini berbentuk penyuluhan dan pelatihan. Dari
hasil kegiatan ini diharapkan guru Taman Kanak-kanak Desa Wlahar
mampu mempraktekan tata rias awajah, rambut, dan busana pada anak
usia dini. Hendaknya guru Taman Kanak-kanak Desa Wlahar terus berlatih
dan selalu mempraktekannya pada saat diadakannya pentas seni di
sekolah masing-masing.


Landasan Teori
Tata Rias dan Busana Tari
Tata rias pada seni tari merupakan sarana pembantu yang berperan mendukung
pertunjukan tari (Supriyatna 2010: 109). Tata rias merupakan hal yang sangat penting dalam
pertunjukan tari dikarenakan penonton selalu melihat bentuk riasan dari seorang pemain atau
penari untuk mengetahui tokoh apakah yang sedang dibawakan dan siapakah yang
membawakan. Tata rias juga diperlukan untuk dapat memunculkan karakter tokoh yang
dibawakan, oleh karena itu riasan penari harus sesuai dengan tokoh atau tema tarian yang
diperankan.
Poerwasoenoe dalam Surani (2008: 14) menjelaskan bahwa tata rias terbagi dalam
tiga macam yaitu rias wajah, rias rambut dan rias busana. Rias wajah bertujuan untuk
membuat wajah lebih menarik dan sesuai dengan karakter yang dibawakan. Rias rambut
adalah riasan yang dilakukan untuk mengubah bentuk rambut. Rambut ditata supaya lebih
rapi dan dapat mendukung rias wajah agar dapat memunculkan karakter yang tepat. Rias

busana adalah segala sesuatu yang dipakai dari rambut sampai kaki atau dapat dikatakan
kostum yang dikenakan penari di atas panggung. Rias busana bertujuan untuk mengubah,
memperindah diri dan memunculkan karakter melalui busana yang dipakai.
Tata Rias Rambut
Pengertian Rias Rambut

Rambut merupakan mahkota bagi manusia, dan karena itu harus ditata sedemikian
rupa agar bermakna bagi diri sendiri dan orang lain (Lestari 1993: 45). Rambut dapat menjadi
ciri dari pemakainya atau asal daerah rias rambut yang dipakai, misalnya saja seorang wanita
yang menggunakan sanggul tekuk atau gelung tekuk, maka akan diketahui bahwa tata rias
rambut yang digunakan berasal dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Rambut juga berpengaruh
terhadap penampilan seseorang sehingga rambut perlu ditata sedemikian rupa agar dapat
menambah daya tarik penampilan dan dapat memperkuat karakter seseorang.
Rambut mempunyai peran sebagai pelindung kepala yang sekaligus dapat berfungsi
sebagai hiasan, sehingga akan menambah keagungan dan dapat dipergunakan sebagai simbol
dari tempat dan tingkat kedudukan pemakainya (Jafar dalam Lestari 1993: 45).
Pengertian Rias Wajah
Tata rias wajah merupakan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk
mewujudkan suatu peranan, dipandang dari titik lihat penonton (Sumarni 2001: 39). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa rias adalah pengaturan susunan hiasan
terhadap objek yang ditunjukan. Peranan suatu tokoh atau karakter yang dibawakan dalam
tari akan dapat dengan mudah diketahui dari riasan wajah yang dipakai. Selain itu, dalam
pertunjukan tari, hal pertama yang dilihat oleh penonton adalah rias wajah dari penari. Oleh
sebab itu, rias wajah merupakan hal yang wajib untuk diketahui dan dikuasai oleh guru dalam
mengajar tari.
Merias berarti menggambarkan watak (Bastomi 1985: 30). Oleh karena itu, perias

harus memahami watak tari atau tokoh yang akan diperankan oleh penari. Apabila perias
tersebut tidak mengetahui watak dari tari atau tokoh yang akan ditarikan maka perias tersebut
akan kesulitan untuk memunculkan karakter tokoh tersebut yang akan berpengaruh pula pada
tari yang akan dibawakan.
Tujuan mendasar mengenai tata rias wajah adalah menciptakan suatu karakter.
Karakter dibentuk antara lain dengan cara mengubah penampilan aktor sehingga sesuai
dengan karakter yang dikehendaki (Lestari 1993: 57). Menurut Jazuli (2007: 23) bagi seorang
penari, rias merupakan hal yang sangat penting. Rias juga merupakan hal yang paling peka
dihadapan penonton, karena penonton biasanya sebelum menikmati tarian selalu
memperhatikan wajah penarinya, baik untuk mengetahui tokoh/peran yang sedang dibawakan

maupun untuk mengetahui siapa penarinya. Misalnya apakah penarinya tampak cantik,
apakah rias penari mencerminkan karakter peran yang sedang dilakukan dan sebagainya.
Jenis-jenis Rias Wajah
Tata rias wajah menurut Anwar dkk (2010: 123) untuk pementasan tari dikenal tiga
jenis, yaitu: (1) Rias wajah korektif, yaitu rias wajah untuk tujuan memperbaiki bagianbagian wajah yang kurang sempurna, (2) Rias wajah karakter, yaitu rias wajah untuk tujuan
menggambarkan dan memperjelas karakter tokoh atau karakter tari, (3) Rias wajah fantasi,
yaitu rias wajah untuk tujuan mewujudkan angan-angan atau imajinasi, misalnya untuk
mewujudkan sosok putri bunga, rias wajah dibuat menyerupai bunga.
Fungsi Rias Wajah

Fungsi rias wajah pada umumnya adalah untuk memperindah wajah. Wajah yang
indah adalah wajah yang berhubungan antara bagian-bagian satu dengan yang lainnya
seimbang, artinya merupakan satu kesatuan yang harmonis. Rias menjadi satu perhatian yang
sangat penting karena wajah adalah hal yang pertama kali dilihat oleh penonton (Surani 2008:
16).
Tata rias wajah berfungsi untuk memperjelas karakter tarian maupun tokoh yang
diperankan (Anwar dkk 2010: 56). Sedangkan fungsi rias wajah menurut Jazuli (2007: 23)
antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang
dibawakan, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan. Agar
rias wajah dapat mempunyai fungsi yang baik, maka dalam melakukan rias wajah harus
memperhatikan prinsip-prinsip penataan rias tari seperti disebutkan oleh Jazuli (2007: 25)
yaitu rias wajah dalam pertunjukan tari hendaknya dapat mencerminkan karakter tokoh yang
diperankan. Rias wajah harus tampak rapi, bersih, garis-garis rias harus jelas dan desain yang
digunakan harus tepat.
Tata Rias Busana
Pengertian Rias Busana
Busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai kaki (Lestari
1993: 15). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tata busana adalah caracara dalam berpakaian dan berhias. Binarul (1998: 6) menjelaskan bahwa busana dapat
diartikan sebagai suatu barang yang dipakai pada tubuh manusia dengan tujuan untuk
menutup aurat atau melindungi tubuhnya baik secara fisik etik dan estetik maupun untuk

tujuan simbolis sesuai dengan lingkungan alam dan nilai-nilai sosial budayanya.
Tata busana tari adalah segala sesuatu yang dikenakan atau melekat dengan seorang
penari. Busana penari merupakan sarana pembantu yang berperan mendukung perwujudan
tari. Busana dalam tari mengandung pengertian pakaian atau perhiasan yang indah yang

dipakai oleh seorang penari dalam memperagakan tariannya di atas panggung atau
pertunjukan (Supriyatna 2010: 109).
Jenis Rias Busana
Tata busana menurut Supriyatna (2010: 109) terdiri dari beberapa jenis: (1) Busana
dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan busana pokoknya. Misalnya, stagen, korset, rok
dalam, straples, (2) Busana kaki yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya kaos kaki dan
sepatu, (3) Busana tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai
dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, simbar
dada, selendang atau sampur, (4) Busana kepala, busana yang dikenakan pada bagian kepala.
Misalnya berbagai macam jenis tata rambut seperti gelung (hairdo) dan irah-irahan, (5)
Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut
di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan
kalung, sumping, uncal, epek timang, gelang tangan, binggel, kaos tangan, boro, samir.
Busana yang dipakai seseorang terbagi dalam dua kelompok, yaitu busana pokok dan
busana pelengkap. Busana pokok yaitu busana utama misalnya kain dan kebaya, yang

dimaksud busana pokok adalah busana yang tidak boleh ditinggalkan oleh si pemakai.
Sedangkan busana pelengkap adalah busana yang keberadaanya sebagai pelengkap busana
pokok. Busana ini berfungsi menambah keindahan busana pokok, misalnya sepatu, tas dan
perhiasan (Surani 2008: 19).
Fungsi Rias Busana
Pemakaian busana dimaksudkan untuk memperindah tubuh, disamping itu juga untuk
mendukung isi tarian. Busana sebagai hiasan maupun pendukung tarian mempunyai fungsi
yang cukup penting yaitu sebagai penguat gerak pernyataan tari (Bastomi 1985: 34). Anwar
dkk (2010: 56) menyebutkan bahwa fungsi utama pakaian adalah melindungi dan menutup
tubuh. Pada tari daerah fungsi ini ditambah dengan memperindah dan memperjelas karakter
tarian dan tokoh yang dibawakan. Pakaian juga dapat menjadi identitas daerah asal tarian.
Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas
peran-peran dalam suatu sajian tari (Jazuli 2007: 20). Sedangkan Anwar dkk (2010: 122)
menyebutkan fungsi busana dalam tari bukan hanya untuk keindahan, untuk penutup tubuh,
namun juga untuk memperjelas karakter tokoh dan karakter tari yang sedang diperankan oleh
penari.
Warna Rias Busana
Warna busana adalah warna yang terdapat pada busana pokok seperti celana, mekak
dan rompi. Berhubungan dengan makna simbolis dan fungsi busana, maka banyak berkaitan


dengan pemilihan busana dan pemilihan warna. Karena warna dapat menimbulkan suasana
psikologis yang mendukung isi tari. Lestari (1993: 20) menyebutkan warna busana memiliki
simbol seperti berikut (1) Warna merah: kedinamisan, (2) Warna jingga: kegembiraan, (3)
Warna kuning: keakraban, kehangatan (4) Warna hijau: cinta dan kesuburan, (5) Warna biru:
keagungan, (6) Warna ungu: kedalaman, (7)Warna hitam: kesedihan, kegembiraan.

Pembahasan
Anak usia dini: ciri-ciri dan perkembangannya
Masa anak-anak memiliki rentang waktu yang sngat panjang
dibandngkan

dengan

makhluk

hidup

yang

lainnya.


Untuk

menuju

kedewasaanya anak-anak melalui masa-masa tertentu, adan masa anakanak yang disebut dengan egosentris, yaitu masa dimana anak-anak
berindak semaunya sendiri. Adapula anak-anak yang bersifat destruktif,
yaitu anak-anak yang suka merusak. Salah satu fase penting dalam
perkembangan anak adalah tahap pra-sekolah yang berlangsung sekitar
2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai
pria dan wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan
mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya)
(Yusuf 2001: 162-163). Direktorat PADU (2002),

Abdullah (2003)

menjelaskan bahwa hasil penelitian dibidang neurology (Osborn, White,
dan Bloom), pada usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan
masunia sudah terbentuk. Sementara itu, gerakan yang sering dilakukan
anak-anak dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu (1) motorik

statis, yaitu gerakan tubuh sebagai upaya memperoleh keseimbangan
gerak pada saat berjalan, (2) motorik ketangkasan, yaitu gerakan untuk
melakukan tindakan yang berwujud ketangkasan dan keterampilan, (3)
motorik penguasaan, yaitu gerak yang dilakukan untuk mengendalikan
otot-otot tubuh sehingga ekspresi muka terlihat jelas (Zulkipli 1992: 32).
James Mark Baldwin (dalam Suryabrata 1993: 182-183) menerangkan
perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang
berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Kebiasaan adalah imitasi

terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap orang
lain.
METODE PELAKSANAAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilaksanakan sebagai
upaya

untuk

memecahkan


masalah

berdasarkan

identifikasi

dan

perumusan masalah, yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1)
Mengidentifikasi kemampuan awal dan keterampilan guru Taman Kanakkanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari anak, (2)
Melakukan penyuluhan tentang pengetahuan tata rias dan busana tari
anak usia dini, (3) Melakukan pelatihan tata rias dan busana tari anak bagi
guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Peserta
diwajibkan membawa satu set alat dan bahan rias yang dimiliki, , (4)
Melakukan

evaluasi

pelatihan


dengan

cara

mewajibkan

peserta

mempraktekan merias dan menata busana salah satu tari anak, (5)
Mengukur keberhasilan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana
tari anak usia dini guru Taman Kanak-kanak Desa Wlahar dengan cara
melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak usia dini.

Penutup
Kesimpulan
Kegiatan ini diberikan kepada guru Taman Kanak-kanak dengan tujuan agar guru
Taman Kanak-kanak mampu mengajar seni tari dengan baik, sesuai dengan teori-teori tari,
serta mampu merias wajah, rambut dan busana. Pelatihan dengan mewajibkan setiap peserta
mempraktekan merias dan menata busana pada salah satu anak didiknya. Hasil dari
penyuluhan ini dapat dilihat hasil merias dan penataan busana tari anak usia dini.

Saran

Guru harus meningkatkan latihan merias wajah, rambut dan busana tari anak usia dini.
Agar guru tidak memerlukan perias dari luar sekolah. Dan lebih meminimalisi biaya dari
sekolah.
Daftar puatakan
Kusumastuti, eny”Pelatihan dan Penyuluhan Tata Rias, Wajah, dan Busana Untuk Anak Usia
Dini”.academia.edu