Perbedaan Pemikiran Pancasila dan Islam (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada dasarnya setiap negara memliki ideologi masing-masing dimana itu
merupakan cerminan sosial budaya dari masyarakatnya dan hal itulah yang
menjadi dasar dalam segala urusan dalam bidang Keata Negaraan mereka.
Dalam makalah ini kami selaku penulis akan berbagi wawasan mengeni
pemikiran dan konsep dari negara yang memakai sistem Tata negara berbasis
Islam maupu yang berbasis Pancasila. Diamana dalam ajaran yang kita ikuti
merupakan agama Islam sejak lahir dan telah mendarah daging pada diri kita.
Namun dalam pelaksanaannya kita lebih berpegang pada sistem Tata Negara
berbasis Pancasila. Padahal dalam ajaran kita yang dijadikan pegangan dan
arahan untuk hidup hanya Al-Qur’an dan Hadist namun dalam pelaksaannya
kita lebih memakai Pancasila yang dalam pembuatannya juga terdapat
pemikiran dari para orang non-muslim bahkan para misionaris. Namun dalam
hal ini penulis akan berusaha mengupas tuntas dan menjelaskan bahwa dalam
pembentukan pancasila masih terdapat point-point dan pilar islam yang
tertanam dalam penyelengaraan ketata negaraan Indonesia.
Sehingga dalam hal ini penulis dan pembaca dapat memahami dan
mengetahui sistem pemikiran untuk dapat membedakan tentang sistem ketata

negaraan indonesia dan memahami Pancasial lebih luas bahwa banyak
terdapat pemikiran dan konsep islam yang tertanam didalamnya untuk
menambah wawasan bersama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini dijabarkan secara rinci
beberapa rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah
ini.
1. Jelaskan konsep dan bentuk negara Pancasila dan Islam?
2. Sebutkan beberapa pendapat ahli tentang konsep, teori dan bentuk kedua
negara tersebut?
3. Apa perbedaan dan persamaan dari kedua konsep dan model negara
tersebut?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan pada bagian
sebelumnya, berikut ini dijabarkan mengenai tujuan penulisan makalah.
1. Menjelaskan konsep kedua bentuk negara tersebut.
2. Mecantumkan bebrapa pendapat dan pandangan para ahli tentang bentuk
kedua negara teresebut.
3. Menjelaskan perbedaan dan persamaan dari kedua konsep hegara tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Bentuk Negara Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila
yang

berlangsung

dalam


beberapa

tahap

selama

masa perumusan

Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.
Sebagai suatu bangsa dan negara yang telah merdeka dengan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sudah selayaknya kalau kita sebagai bagian
didalamnya turut mempertahankan dan mengamalkan Pancasila dan UUD
1945 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga sudah bukan pada
tempatnya di era saat ini masih ada segolongan atau sekelompok orang yang
mempersoalkan keberadaan Pancasila sebagai dasar dan Ideologi negara.
Maka pada kesempatan ini sebagai suatu bangsa yang besar perlu
merenungkan, memahami dan mengkaji secara mendalam sehingga dapat
menerima dan mengamalkan ideologi Pancasila secara utuh. Dimana dalam

pelaksaannya telah menjadi pandangnan hidup pokok negara indonesia.
Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai
pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai
yang di cita citakan. Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan sarana
ampuh untuk mempersatukan bangsa Indonesia dan memberi petunjuk dalam
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat
kita yang beraneka ragam sifatnya.
Lalu dalam pandangan hidup tersebut ada beberapa point yang dapat di
lihat dalam susunan berikut:

1. Konsep dasar, dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar ialah
pikiran–pikiran yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik yang dicita citakan suatu bangsa.
2. Pikiran dan gagasan, dalam pandangan hidup terkandung pula pikiran
yang terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik.
3. Kristalisasi dan nilai, pandangan hidup adalah kristalisasi nilai yang
dimiliki bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan
tekad untuk mewujudkannya.
Maka setelah mengetahui tetang pandangan hidup ngara ini ada abiknya

kita juga mengetahui apakah pandangan hidup ini sudah teraktualisasi
pelaksanaannya.
Aktualisasi berasal dari kata actual, yang berarti betul betul ada, terjadi,
atau sesungguhnya. Aktualisasi pancasila adalah bagaimana nilai nilai
pancasila benar-benar dapat tercermin dalam sikap dan prilaku seluruh warga
Negara, mulai dari aparatur dan pimpinan nasional samapi kepada rakyat
biasa. Aktualisasi pancasila dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
 Aktualisasi Pancasila Objektif, Pelaksanaan pancasila dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara, baik di bidang
legislative, eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan


lainnya.
Aktualisasi Pancasila Subyektif, Pelasanaan dalam sikap pribadi
perorangan, setiap warga Negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap
penguasa dan setiap orang di Indonesia.
Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa

suatu negara harus memiliki unsur penting dimana pancasila menerapkannya,
yaitu:



Rakyat (masyarakat / warga negara)



Wilayah



Pemerintah



Pengakuan Negara Lain

Kemudian untuk bentuk negara Pancasila lebih dalam bentuk kesatuan
yaitu, bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu
pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatuan ini terbagi ke dalam 2 macam sistem

pemerintahan: Sentral dan Otonomi.
1) Negara Kesatuan dengan sistem sentralsisasi adalah sistem pemerintahan
yang langsung dipimpin oleh Pemerintah Pusat, sementara pemerintah
daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat.
2) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah
diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan
pemerintah di wilayahnya sendiri. Sistem ini dikenal dengan istilah
otonomi daerah atau swatantra.

B. Konsep dan Bentuk Negara Islam
Alam konsepsi Islam, menurut kebanyakan ahli politik Islam modern,
tidak ditemukan rumusan yang pasti (qathi’) tentang konsep negara. Dua
sumber Islam, Al-Qur’an dan Al-Sunnah, tidak secara tersurat mendefinisikan
model negara dalam Islam. Namun demikian, keduanya memuat prinsipprinsip dasar tata cara hidup bermasyarakat. Ketidakadaan konsep yang pasti
tentang negara telah melahirkan beragam pemikiran tentang konsep negara
dalam tradisi pemikiran politik Islam.
Selain itu, konsep islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga)
paradigma, yaitu:
1. Paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah Rasulullah
SAW, terutama biasanya merujuk pada masa Khulafa al Rasyidin.

2. Paradigma yang bersumber pada teori Imamah dalam paham Islam
Syi’ah.
3. aradigma yang bersumber dari teori Imamah atau pemerintahan.
Teori tentang Khilafah menurut Amien Rais, dipahami sebagai suatu misi
kaum muslimin yang harus ditegakan di muka bumi ini untuk memakmurkan
sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah SWT, maupun Rasul-Nya.
Adapun cara pelaksanaannya al-Qur’an tidak menunjukkan secara terperinci,
tetapi dalam bentuk global saja. Sedangkan untuk teori Imamah, Amien lebih

lanjut mengatakan bahwa kata imamah (dalam pengertian negara/state) dalam
al-Qur’an tidak tertulis.
Imam Mawardi mengatakan: "Imamah adalah suatu kedudukan yang
diadakan untuk mengganti peranan kenabian dalam urusan memelihara
agama (Islam) dan mengendalikan dunia". Bagi Ibnu Khaldun, institusi
khilafah atau imamah adalah lembaga politik yang memerintah rakyat sesuai
dengan peraturan syariah agama untuk mewujudkan kemaslahatan dunia dan
akhirat. Karena kemaslahatan akhirnya adalah tujuan akhir, maka
kemaslahatan dunia seluruhnya harus berpedoman kepada syariah.
Definisi yang hakiki bagi Imamah, ialah “Pemerintahan islam yang
mempunyai Undang-Undang” atau “Pemerintahan yang berUndang-Undang

dasar”. Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami
secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat yang
berhak menuntut dari warganegaranya untuk taat pada peraturan perundangundangan melalui penguasaan monopolistis dari kekuasaan yang sah.
Lalu untuk unsur-unsur dalam pembenutkan negara islam sama dengan
negara yang lain yaitu, Pemerintah dimana dalam hal ini terdapat ketentuan
berupa orang yang berpengaruh (imam) dan harus beragama islam secara
utuh yang dalam gelar kepemimpinannya dinamakan sebagai Khulafa
Rosyidin, Masyarakat, Wilayah, dan pengakuan negara lain.
Sedangkan untuk bentuk negaranya sendiri pemerithan islam lebih
kepada bentuk monarki bersifat absolute adalah model pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu. Contoh: Arab Saudi.

C. Pendapat Ahli Tentang Konsep Tersebut
Negara hukum indonesia yang dalam sebutannya dapat dipanggil negara
hukum pancasila memiliki latarbelakang berbeda lahirnya konsep hukum
kenegaraan dengan yang ada dibarat. Walaupun dalam jenus bregip yang
tertuang dalam penjelasan UUD ’45 terinspirasi oleh konsep negara hukum

yang dikenal di barat. Jika membaca dana memahami apa yang dibayangkan

oleh soepomo ketika menulis penjelasan UUD ’45 jelas merujuk pada
rechtaat. Karena negara hukum dipahami sebagai konsep barat. Satjipto
Raharjo (Satjipto Raharjo, 2006: 48) sampai pada kesimpulan bahwa negara
hukum adalah konsep modern yang tidak tumbuh dari dalam masyarakat
indonesia sendiri tapi, “barang impor”. Negara hukum adalah bangunan yang
“dipaksakan dari luar”, karena dalam terbentuknya negara tidak menjadi
bagian dari sejarah politik seperti yang terjadi dibangsa Eropa. Lalu dalam
pandangan Wirjono Prodjodikoro berkesimpuan bahwa indonesia menganut
“indonesia socialist legality” dimana lebih mendekat pada sosialisme dalam
pembentukan negara. Namun hal ini dibantah oleh Oemar Seno Adji yang
dimana hukum indonesia bersifat spesifik dan banyak berbeda dengan yang
dimakasud socialist Legality.
Pada dasarnya terbentuknya negara indonesia berlatar belakang dari
semangat kebebasan bersama untuk lepas dari penjajahan dengan cita-cita
terbentuknya negara indonesia yang merdeka yang bersatu berdaulat adil dan
makmur dengan pengakuan tegas adanya kekuasaan ketuhanan yang maha
Esa. Menurut Padmo Wahyono (lihat Tahir Azhary, 2003: 93) dalam
pandangannya negara hukum pancasila beranggapan bahwa manusia
dilahirkan dalam hubungannya atau keberadaannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Karena itu negara tidak terbentuk atas dasar perjanjian melinkan atas

berkat rahmat Allah yang maha kuasa didorong oelh keinginan luhur yang
dalam hal ini diganti dengan konsep ketuhanan agar lebih meluas maknanya.
Bahkan oleh Oemar (oemar Seno Adji, 1980: 25) merupakan causa prima
karena begitu pentingnya asas ketuhanan dalam terbentuknya negara indonesia
ini. Disamping itu indonesia juga memiliki hak asasi yang dinilai berbeda
dengan ketentuan hak asasi yan dimiliki oleh bangsa barat terdapat kebebasan
dalam pelasanaan hak asasi yang tidak terdapat batasan dari segi moral
maupun agama. Dalam hal ini pancasila dalam dasar negara terdapat
pemabatasan dalam menjaga hak manusia lain dengan adanya pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, serta keamanan dan ketertiban umum dalam
masyarakat yang demokratis.

Lalu untuk pandangan para ahli dalam konsep negara islam khusus dari
para ulama dan politik klasik islam sbagaimana dalam pandangan mereka
menyebut negara islam dengan kata Daulah dalam arti pemerintahan merujuk
pada dua ayat ini (Q.S Al-Nisa’: 58), dimana dalam penetapannya Allah SWT
tela memberikan amanah apabila membentuk hukum dan menetapkan harus
dengan adil. Lalu (Q.S Al-Nisa’), yang dalam hal ini kita disuruh menuruti
perintah dan anjuran pertama yaitu Allah, lalu Rasul, dan terakhir para Ulil
Amri (pemimpin). Munawir Sjadzali ahli fiqih syais indonesia berpendapat
bahwa dalam hal ini kedua ayat diatas merupakan pedoman mutlak dalam
bermasyarakat dan bernegara. Sehingga terciptanya hubungan yang harmonis
antar Rais (pemimpin) dan Mur’us (dipimpin).
Sedangkan dalam pandangan Ibnu Taimiyah negara tidak dapat
berkembang dengan baik bila tidak dipimpin oleh pemimpin yang berwenang
yang menetapkan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga di
dalamnya terdapat rakyat yang berpegang teguh pada hukum itu. Dan hal ini
bisa terbentuk bila telah beridiri sebuah Daulah.
D. Persamaan Dan Perbedaan Kedua Konsep
Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa
mengakomodir seluruh masyarakat di bawah naungan negara tersebut.
Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama dalam
sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengakomodir
berbagai suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat
sesuai dan tepat untuk mengakomodir seluruh ras, suku bangsa, dan agama
yang ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras
dengan apa yang telah tergaris dalam al-Qur’an.
 Ketuhanan Yang Maha Esa. al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
mengesakan Tuhan (misalkan QS. al-Baqarah: 163). Dalam kacamata
Islam, Tuhan adalah Allah semata. Namun, dalam pandangan agama lain


Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia, yang disembah.
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua ini mencerminkan nilai
kemanusiaan dan bersikap adil (Qs. al-Maa’idah: 8). Islam selalu

mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal,


adil terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.
Persatuan Indonesia. Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan (Qs. Ali



Imron: 103).
Kerakyatan yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/ perwakilan.Pancasila dalam sila keempat ini selaras
dengan

apa

yang

telah

digariskan

al-Qur’an

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk
selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan
(Shaad: 20) dan selalu menekankan untuk menyelesaikannya dalam


suasana demokratis (Ali Imron: 159).
Keadilan sosial bagi seluruh

rakyat

Indonesia. Sila

yang

menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman dan damai. Hal
ini disebutkan dalam surat al-Nahl ayat 90.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian esai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
Pancasila mampu untuk mengakomodir semua lini kehidupan Indonesia,
sehingga tidak mungkin dipaksakan konsep khilafah untuk diterapkan di
negeri ini. Indonesia bukan negara Islam, dan Islam pun tidak memerintahkan
untuk menciptakan negara Islam. Nabi Saw telah mengajarkan dan

memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana hidup berdampingan
dengan berbagai perbedaan ras, suku bangsa, dan agama. Hal ini juga sesuai
dengan pidato tokoh NU Said Agil Siraj dalam peringatan Hari Lahir Pancasil,
Jumat 1 Juni 2012: “PBNU sudah menetapkan dalam Munas Situbondo 1983
bahwa Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai akidah, syariah, dan akhlak
Islam. Pengamalan Pancasila otomatis pelaksanaan syariat Islam sehingga
tidak perlu ada lagi aspirasi membentuk negara Islam.”
Sebagaimana hal ini telah termaktub dalam Piagam Madinah. Bahkan
dalam suatu sabda beliau: Antum a’lamu bi umuri dunyakum (kalian lebih
mengerti tentang urusan dunia kalian). Mengenai urusan keduniaan kita
diberikan kebebasan untuk mengaturnya, namun tetap harus dilandasi
oleh ta’abbud. Tanpa tujuanta’abbud ini niscaya kehidupan yang kita jalani
menjadi kosong tanpa tujuan yang berarti.