LAPORAN Pestisida dan teknik aplikasi

LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI
KELAS A

OLEH:

NAMA
NO. BP
KELOMPO
K
ASISTEN

:
:
:

CILFYZHA VEMITHASYA
1210212007
6

:


NHYRA KAMALA PUTRI
ELIN SUCIATI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi ini.
Kami berterima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Pestisida dan
Teknik Aplikasi serta tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada asisten
yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan kali ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca guna
menyempurnakan isi dari makalah ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi pembacanya.

Padang, 17 November 2015

Cilfyzha Vemithasya
DAFTAR ISI

2

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabelan.........................................................................................3
2.2 Kalibrasi..........................................................................................5
2.3 Aplikasi Serangga Uji.....................................................................7
BAB III BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................11

3.2 Alat dan Bahan..............................................................................11
3.3 Cara Kerja.....................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..............................................................................................14
4.2 Pembahasan.................................................................................16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................21
5.2 Saran............................................................................................21
Daftar Pustaka...............................................................................................22
Daftar Lampiran............................................................................................23

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah bagaimana cara
mengatasi masalah OPT tersebut dengan pestisida sintetis. Di satu pihak dengan
pestisida sintetis, maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di pihak lain, tanpa pestisida kimia

akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat
dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat
negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak
hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida
yang melebihi ambang toleransi.
Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme
pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun. Jadi
pestisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh hama. Pestisida diartikan
sebagai obat atau racun yang terbuat dari bahan-bahan atau zat-zat yang telah
diformulasikan dalam bentuk beranekaragam yang dapat membunuh atau
mengurangi kerugian secara ekonomis pada tanaman budidaya akibat serangan
organisme pengganggu tanaman yang meliputi hama, penyakit dan gulma.
Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara
langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan
manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan
pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para petani yang
sering / intensif menggunakan pestisida.
Pestisida di Indonesia banyak digunakan dan sangat bermanfaat selain itu

pestisida juga dapat menimbulkan keracunan yang membahayakan jiwa si
pemakai dan lingkungannya. Meskipun pestisida telah lama diakui manfaat dan

1

penggunaannya namun berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan
masyarakat, kesehatan lingkungan seperti keracunan dan pencemaran makin
meningkat sejalan dengan peningkatan penggunaan pestisida sehingga diperlukan
pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak
diinginkan.
Berbagai upaya untuk menanggulangi dan pencegahan dampak negatif
pengelolaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan
yaitu dengan usaha pengawasan terhadap pengelolaan pestisida dan pengendalian
terhadap pencemaran dan keracunan pestisida. Pestisida sebagai salah satu hasil
teknologi telah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat yaitu di bidang-bidang pertanian, kehutanan,
perikanan, perindustrian, rumah tangga, gedung-gedung, transportasi, pariwisata,
dokumentasi, kesehatan masyarakat dan lain-lain

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara pemberian label pada kemasan pestisida, cara kalibrasi pestisida dan cara
mengaplikasikan pestisida sintetik, pestisida nabati, dan pestisida mikrobial.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabelan
Label adalah tulisan dan dapat disertai dengan gambar atau simbol, yang
memberikan keterangan tentang pestisida, dan melekat pada wadah atau
pembungkus pestisida. Setiap pestisida harus terdapat didalam wadah dengan
ukuran dan dibuat dari bahan sebagaimana yang ditetapkan dalam pembarian izin.
Dengan demikian setiap jenis pestisida yang resmi tempat/wadahnya
sudah ditentukan sejak pestisida tersebut didaftarkan. Artinya membuat kemasan
baru tidaklah dapat dilakukan oleh sembarang pihak karena alasan peraturan yang
berkaitan dengan keamanan dari pestisida tersebut. Keterangan-keterangan
mengenai pestisida dalam bentuk label ditempelkan pada wadah dengan kuat.
Seluruh keterangan pada label harus dicantumkan dalam bahasa Indonesia, tanda
peringatan harus dicetak dengan jelas, mudah dilihat serta tidak dapat dihapus.

Pada label keterangan yang wajib dicantumkan adalah sebagai berikut
(Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011):
1. Nama dagang formula
Merupakan nama yang biasa digunakan oleh produser/perusahaan
untuk produk pestisida. Bahan aktif yang sama dapat dipasarkan
dengan nama dagang yang berbeda.
2. Jenis pestisida
Yaitu Jenis pestisida berdasarkan jasad sasaran. Jenis pestisida tersebut
diantara adalah Insektisida (untuk membunuh serangga), Fungisida
(membunuh jamur)
3. Nama dan kadar bahan aktif
Komponen terbesar, terutama bahan aktif diberikan bersama-sama
dengan bahan lainnya pada persentase yang berbeda-beda. Untuk
menghindari kekacauan maka terhadap bahan aktif diberikan nama
sesuai dengan standar kimia. Bahan lainnya selain bahan aktif disebut
bahan pembawa.
4. Isi atau berat bersih dalam kemasan
Menunjukkan berat bersih dari kemasan pestisida dalam ukuran
volume (liter, kg, dan lain-lain).
3


5. Peringatan keamanan
Peringatan keamanan disesuaikan dengan sifat bahaya pestisida yang
bersangkutan dinyatakan dengan kalimat-kalimat sebagai berikut
”Bahaya”, “Perhatian”, “Hati-Hati”, “Awas Beracun” Dan Lain-Lain.
6. Klasifikasi dan simbol bahaya
Klasifikasi dan simbol bahaya disesuaikan dengan sifat bahaya
pestisida yang bersangkutan, dinyatakan dengan simbol, kata dan
warna. Selain simbol bahaya perlu dicantumkan sifat fisik dari bahan
pestisida tersebut.
7. Petunjuk keamanan
Petunjuk keamanan

terutama

ditujukan

untuk

pekerja


atau

peng una, untuk konsumen dan untuk lingkungan hidup.
8. Petunjuk Penggunaan
Pada label pestisida juga dicantumkan rekomendasi petunjuk
penggunaan agar pestisida dapat digunakan secara tepat. Petunjuk
tersebut memperhatikan jenis tanaman, hama dan penyakit dan cara
pencampuran untuk pestisida yang disemprotkan.
9. Petunjuk pembuangan
Keterangan tentang petunjuk pemusnahan dimaksudkan untuk menjaga
keselamatan pemakai dan masyarakat umum. Perhatikan bahwa pada
contoh gambar dianjurkan untuk tidak menggunakan ulang wadah
pestisida dan mengubur pestisida yang akan dibuang.
10. Nomor pendaftaran
Nomor Pendaftaran adalah keterangan yang menunjukkan bahwa
pestisida tersebut telah terdaftar dan memperoleh izin menteri
pertanian. Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak
terdaftar dan tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak
diketahui kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi

lingkungan. Dalam gambar contoh nomor pendaftarannya adalah RI
1385/8-2003/T.
11. Nama dan alamat distributor
Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor pendaftaran
distributor tidak hanya penting untuk menunjukkan tanggungjawab
terhadap pestisida, tetapi juga untuk mengetahui dimana bisa
mendapatkan saran-saran dalam penggunaan pestisida dan atau
keracunan.
12. Tahun kadaluwarsa

4

Setiap produk pestisida memiliki umur penggunaan yang ditandai
dengan masa kadaluarsa. Kadaluarsa berarti suatu produk sudah tidak
layak lagi untuk digunakan karena mengalami perubahan sifat baik
fisik maupun kimia sehingga hasil tidak akan sesuai dengan yang
diharapkan dan memiliki kemungkinan memberikan efek samping
yang negatif.

2.2 Kalibrasi

Aplikasi pestisida yang tepat dapat didefinisikan sebagai aplikasi pestisida
yang semaksimal mungkin terhadap sasaran yang ditentukan pada saat yang tepat,
dengan liputan hasil semprotan yang merata dari jumlah pestisida yang telah
ditentukan sesuai dengan anjuran dosis. Adapun cara pemakaian pestisida yang
sering dilakukan oleh petani, salah satunya adalah dengan penyemprotan
(Spraying). Cara ini merupakan metode yang paling banyak digunakan
(Wudianto,1999).
Semua alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pestisida dengan cara
penyemproan disebut alat semprot atau sprayer. Apapun bentuk dan mekanisme
kerjanya, sprayer berfungsi untuk mengubah atau memecah larutan semprot yang
dilakukan oleh nozzle, menjadi bagian-bagian atau butiran-butiran yang sangat
halus (droplet). Pada alat pengkabut (miss blower) dimasukkan kedalam
pengertian sprayer. Fogging machine dan cold aerosol generator sebenarnya juga
dapat dianggap sebagai sprayer (Sastroutomo, 1992).
Banyak jenis alat penyemprot yang bisa digunakan, yaitu penyemprot
gendong, pengabut bermotor tipe gendong (Power Mist Blower and Dust), mesin
penyemprot tekanan tinggi (High Pressure Power Sprayer), dan jenis penyemprot
lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama
yang berkaitan dengan luas areal pertanaman sehingga pemakaian pestisida
menjadi efektif dan efisien (Sastroutomo, 1992).
Kalibrasi pada dasarnya adalah suatu kegiatan untuk mencari hubungan
antara nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dengan nilai-nilai yang sudah

5

diketahui, yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, atau
bisa dikatakan kalibrasi sebagai suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara
membandingkan terhadap standar yang tertelusur (Sudarmo , 1991).
Faktor utama yang dapat menyebabkan aplikasi pestisida kurang tepat
dalam aplikasi adalah kalibrasi. Namun sebelum melakukan kalibrasi alat, hal
yang penting yang harus dilakukan adalah menghitung jumlah insektisida yang
diperlukan pada areal tertentu yang dikenal dengan volume semprot. Volume
semprot adalah banyaknya cairan yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan
insectisida secara merata pada areal tertentu (Sudarmo , 1991).
Dalam pengaplikasian kalibrasi pun memiliki fungsi tersendiri. Fungsi
kalibrasi yaitu memberikan informasi atas dosis yang diberikan disetiap tanaman
yang akan disemprot dan juga memberikan informasi tentang waktu yang
dibutuhkan untuk menyemprot tanaman yang dibudidayakan jadi setiap satu
tanaman memiliki waktu semprot dengan dosis yang tepat. Oleh sebab itu
kalibrasi ini berfungsi untuk memberikan takaran dan informasi yang tepat untuk
penggunaan penyemprotan pestisida ataupun pupuk (Sudarmo , 1991).
Banyaknya bahan racun yang diaplikasikan dapat dinyatakan dalam dosis
dan konsentrasi. Dosis adalah banyaknya bahan racun yang dapat membunuh
organism sasaran sedangkan konsentrasi adalah perbandingan antara bahan
racun dengan bahan pelarut. Takaran pestisida sangat perlu diketahui dengan
tepat karena pestisida merupakan bahan racun yang berbahaya terhadap organism
non-target termasuk manusia dan lingkungan. Hal-hal yang perlu diketahui
sebelum melakukan kalibrasi adalah:
1.
2.
3.
4.

Kecepatan Curah Semprot
Lebar diameter gawang
Kecepatan jalan
Volume air dalam 1 Ha

2.3 Aplikasi Serangga Uji

6

Ulat crop (Crocidolomia binotalis Zell.) merupakan hama yang penting
pada tanaman kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan
ancaman yang serius bagi petani. Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman
Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat crop (C. binotalis) merupakan hama
yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis di Jawa
Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen
per hektar. Serangan C.binotalis pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat
diatasi secara memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara
intensif.
Menurut Juma (1997), Ulat Crop diklasifikasikan sebagai berikut :
Kindong

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Pytalidae

Genus

: Crocidolomia

Spesies

: Crocidolomia binotalis Zell.
Telur berukuran 5 mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300

butir dalam satu daun. Telur berwarna hijau cerah dan muda berkamuflase pada
daun. Telur biasanya diletakkan pada bagian bawah daun(Ahmad, 2007)
Larva berukuran berkisah antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam
serta warna hijau pada tubuhnya tergantung corak daun yang mereka
makan.Biasanya ulat berada pada bagian bawah daun karena mereka cenderung
menghindari cahaya. Pada hari keempat dan kelima larva akan memakan daun
dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun
sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman (Ahmad, 2007).

7

Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat dengan
berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah
(Ahmad, 2007). Pupa terdapat pada kokon yang terbuat dari butiran tanah dan
membentuk lonjong dengan stadium 9 hari (Wahyuni, 2006).
Ngegat jantan umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Jantan
berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan jantan mempunyai
warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna yang
lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon
dan aktif pada malam hari (Ahmad, 2007).
Imago memiliki sayap dengan bintik putih dan sekumpulan sisik berwarna
kecoklatan. Imago betina dapat hidup selama 16-24 hari. Pengendalian yang dapat
dilakukan secara mekanis dengan mengumpulkan larva dengan tangan (Wahyuni,
2006).
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek
untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah
lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi
manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan
mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat
menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun,
bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit
sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga.
Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawasenyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem
pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
Pestisida Sintetik atau kimia merupakan pestisida yang bahan aktif dan
formulanya terbuat dari bahan kimia, sangat efektif dalam mengendalikan OPT
namun meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) dan

8

lingkungan sekitar (ekosistem). Adapun kekurangan dari penggunaan pestisida
sintetik adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Hama menjadi kebal (resisten)
Peledakan hama baru (resurjensi)
Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen
Terbunuhnya musuh alami
Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia
Tidak ramah lingkungan
Harganya mahal
Matinya musuh alami hama tanaman
Matinya organisme yang berguna.
Adapun kelebihan penggunaan pestisida sintetik adalah:
1. Mudah di dapatkan di berbagai tempat
2. Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida
3. Kemasan lebih praktis
4. Bersifat tahan lama untuk disimpan
5. Daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga)
Pestisida mikrobial (microbial pesticide), yaitu jenis produk biopestisida

yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus, fungi, dan protozoa)sebagai
bahan aktif. Secara sempit kelompok ini sering disebut agen pengendali hayati
atau agen hayati (biological control agens). biopestisida juga diistilahkan sebagai
pestisida biorasional. Artinya, tidak mengakibatkan pemusnahan total dari
populasi hama yang ada dan organisme lain yang tidak menjadi targer perlakuan
(Tombe, M,2008).
Pada mikroorganisme yang digunakan sebagai pestisida mikrobial akan
menghasilkan bahan aktif yang bekerja spesifik. Yakni, bahan aktif tersebut hanya
akan “menyerang” organisme sasaran dan tidak akan menyerang organisme
lainnya. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu mikroorganisme yang sering
digunakan sebagai pestisida biologis. Bacillus thuringiensis adalah bakteri yang
berasal dari genus Bacillus yang berbentuk batang dan menghasilkan endospora
saat sporulasi (Tortora, 2010).
Bacillus thuringiensis sudah dikenal luas sebagai bakteri pathogen
terhadap serangga. Bioinsektisida berbahan bakteri Bacillus thuringiensis pada
saat ini sudah banyak ditemukan pada air cucian beras dan digunakan untuk
pengendalian hama karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak

9

menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang berguna, dan residunya
tidak menimbulkan bahaya bagi manusia.

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun pelaksanaan praktikum kali ini adalah dimulai bulan SeptemberNovember, setiap hari Selasa pukul 16.00 di Laboratorium Bioekologi Serangga,
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Pelabelan
Untuk praktikum tentang pelabelan bahan yang digunakan yaitu kemasan
pestisida dengan formulasi yang berbeda. Dan alat yang digunakan untuk
praktikum ini yaitu alat tulis.

10

3.2.2 Kalibrasi
Untuk praktikum Kalibrasi bahan yang digunakan yaitu: air. Dan alat yang
digunakan yaitu Knapsack Sprayer, ember dan alat tulis.
3.2.3 Aplikasi Serangga Uji
Untuk praktikum aplikasi serangga uji ini bahan yang digunakan yaitu: air,
pakan, serangga uji (Crocidolomia Pavonana dan Spodoptera Litura), insektisida
yang digunakan yaitu sintetik (sidametrin 50 EC), insektisida nabati,dan tisue.
Dan alat yang digunakan yaitu: tempat larva, kuas, kertas millimeter, alat
penyemprot, ruler, alat tulis, gelas ukur.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pelabelan
Adapun cara kerjanya adalah jenis pestisida yang diamati ada sebanyak 20
pestisida dengan jenis yang berbeda. Setelah mengambil secara bergiliran
diamati satu persatu tentang nama dagang, nama umum, kadar bahan aktif,
bobot/volume, no.pendaftaran, nama & alamat distributor, tanda bahaya,
petunjuk penggunaan, jenis, penggunaan, waktu kadarluarsa dan petunjuk
pembuangan.
3.3.2 Kalibrasi
Diambil 2 jenis nozzle yang berbeda yaitu jenis hollow dan kipas. Dan
mengambil 1 jenis alat semprot yaitu knapsack sprayer yang digunakan.
Kemudian di bawa kelapangan untuk dicobakan. Yang pertama dipasang
jenis nozzle hollow ke alat semprot yang digunakan, kemuadian ukur
panjang perjalanan yang akan ditempuh. Diisi knapsack sprayer tersebut
dengan air. Tentukan nilai curah, nilai gawang dari nozzle hollow
ini,selama satu menit, baru kemudian dicobakan dilapangan dengan
berjalan lurus dengan 1 orang cewek dan 1 orang cowok. Begitu juga
untuk jenis nozzle kipas yang digunakan. Setelah itu baru menghitung
volume semprot dari cewek dan cowok tersebut dengan rumus : C =
G.K.V/1000
C = Curah
G = Gawang
K = Kecepatan

11

V = Volume Semprot
3.3.3 Aplikasi Serangga Uji
Dibawa serangga uji sebanyak 10 ekor perkelompok dengan 5 perlakuan
dan 1 kontrol. Menggunakan insektisida sintetik sidametrin 50 EC dengan
bahan aktif sipermetrin 50 gr/liter. Diambil 1 ml insektisida untuk
250/larutan. Bahan pakan dipotong

4x4 cm. Kemudian dimasukkan

kedalam larutan yang telah berisi pestisida. Metode yang digunakan yaitu
metode celup. Seteah dicelupkan maka dibiarkan diatas kertas sampai
kering. Sambil menunggu bahan pakan kering maka, serangga uji
dimasukan kedalam botol sebanyak 10 ekor, dialasi dengan tissue dan
diamati instar berapa yang di masukkan. Setelah bahan pakan kering
dimasukkan ke dalam botol dan catat jam waktu memasukkan pakan
tersebut. Dan diamati mortalitas dan volume daun yang dimakan, diukur
dikertas millimeter, dan bahan pakan diganti setiap hari. Untuk
pengamatan mortalitas selama 5 hari dan antifeedant selama 3 hari.
Cara kerja untuk insektisida microbial (bacillus thuringensis adalah
diambil serangga uji 10 ekor SL dan 10 ekor Croci, untuk 2 kotak SL dan
2 kotak Croci. Ditimbang pestisida sebanyak 0,5 gr untuk 500 ml. Metode
yang digunakan yaitu metode celup untuk 1 kotak SL dan satu kotak
Croci, dan metode semprot untuk 1 kotak SL dan 1 kotak croci. Dipotong
bahan pakan sebanyak 4 buah dengan ukuran 4 x 4 cm. Setelah itu 2 buah
dari pakan tersebut dicelupkan kedalan larutan pestisida selama 5 menit,
dan yang 2 lagi digunakan untuk metode semprot. Serangga uji
dimasukkan masing-masing 5 ekor kedalam kotak dengan 2 ulangan tidak
boleh dicampur antara SL dan Croci. Setelah bahan pakan yang digunakan
kering baru dimasukkan kedalam kotak, dan dicatat waktunya.
Pengamatan dilakukan sama dengan insektisida nabati.

12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1

Pelabelan dan Formulasi
Terlampir

4.1.2

Kalibrasi

Nozzle Hollow
Ulangan

C
(L/menit)

Ulangan 1 oleh
cowok
Ulangan 2 oleh
cewek

1,46
L/menit

0,25 m

C

G (m)

G (m)

K (m/menit)

V (L/ha)

30,8 m/menit

1896,1 L/ha

41,6 m/menit

1403,8 L/ha

K (m/menit)

V (L/ha)

Rata-Rata
1649,95 L/ha

Nozzle Kipas
Ulangan

Rata-Rata

13

(L/menit)
Ulangan 1 oleh
cowok
Ulangan 2 oleh
cewek
4.1.3

1,5
L/menit

33,1 m/menit

302,11

40,5 m/menit

246,91

1,5 m

274,51 L/ha

Aplikasi Serangga Uji

Aplikasi pestisida Sintetik terhadap ulat Crocidolomia pavonana (kontrol)
Perlakuan

1
M
I
0
2
1600
0
0

Kontrol
Luas daun/kotak
Mortalitas (%)
Anti Feedant (%)

Pengamatan
2
3
4
M
I
M
I
M
I
0
2
0
2
0
3
1600
0
0
0
0
-

5
M
1

Ratarata
(%)

I
3
10
-

2

Aplikasi pestisida mikrobial Bacillus thuringiensis 0,5
Hari
Pengamatan/K
e

Mikrobial
Semprot dgn
Croci
M

Selasa (1)
Rabu (2)
Kamis (3)
Jumat (4)
Sabtu (5)
Mortalitas (%)
Anti Feedant

0
2
1
2
0

I

2
3
3
4
0
100
98,19 %

Perlakuan
Insektisida
Nabati (0,25
%)

Insektisida
Nabati (0,5%)

Lua
s
0
47
0
-

Mikrobial
celup dgn
croci
M
0
2
1
1
0

I

Lua
s
0
16
0
-

3
3
4
4
0
80
99,5 %

Mikrobial
semprot dgn
Spodoptera
litura
Lua
M I
s
0 2
0
0 2 112
1 3 136
0 3
0 3
20
91,73 %

Antifeedant
(%)
SL 1 (Celup )
89,3
SL
2 79,2
(Semprot)
Croci
1 40,9
(Celup)
Croci
2 65,8
(Semprot)
SL 1 (Celup)
71
SL (Semprot)
82,9

Mikrobial
Celup dgn
Spodoptera
litura
Lua
M I
s
0 2
0
0 2 153
1 3 258
2 3
2 3
100
84,19 %

Mortalitas
(%)
60
40
20
60
60
40

14

Insektisida
Mikrobia
(Bacillus
Thuringensis)
(0,5%)
Insektisida
Mikroba
(Metharizium)

Kontrol

Croci (Celup)
Croci
(Semprot)
SL (Celup)
SL (Semprot)
Croci (Celup)
Croci
(Semprot)
SL (Celup)
SL (Semprot)
Croci (Celup)
Croci
(Semprot)
Croci 1
Croci 2
Croci 3
Croci 4

33,3
-2,5

40
60

84,19
91,73
99,5
98,19

100
20
80
100

86,8
84,4
86,16
83,6

40
40
40
40

-

60
80
60
60

4.2 Pembahasan
4.2.1

Pelabelan
Pada praktikum kali ini tentang pelabelan pestisida dan mengetahui

formulasi dalam pestisida. Pestisida yang digunakan dalam pelabelan sebanyak 20
buah adalah Centafur 36 R, MIP Cinta 50 WP, Antracol 70 WP, Codifor
Imidaklorid, Dursban 200 EC, Lebaycid 500 EC, Fenomin 500 EC, Sidazinon,
Dupont Oshin 20 SG, Topsin-M 70, Winder 25 WP, Decis 25 EC, Velimek 80WP,
Sevin, Lannate 25 WP, Cymbush 50EC, Curzate 8/64 WP, Curacron 500EC, dan
Rizotrin 100 EC.
Dalam pelabelan, yang ditulis adalah nama dagang, nama umum, kadar
bahan aktif, bobot/volume, no. pendaftaran, nama dan alamat distributor, tanda
bahaya, petunjuk penggunaan, jenis, penggunaan, waktu kadaluarsa, dan petunjuk
pembuangan. Rata-rata jenis pestisida yang diamati adalah jenis insektisida. Tanda
bahaya yang tertera dalam label pestisida pun tertulis sangat berbahaya apabila
tidak mengikuti anjuran pakai. Untuk petunjuk pembuangan kemasan pestisida
juga tertulis disana dan rata-rata hampir sama isi petunjuknya yaitu dengan cara

15

merusak wadah bekas dan ditanam didalam tanah serta harus dijauhkan dari
sumber air dan pemukiman. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pencemaran
lingkungan.
Formulasi pestisida adalah bentuk campuran antara bahan aktif dan bahan
tambahan yang digunakan dalam produksi suatu jenis pestisida. Kode formulasi
pestisida pada umumnya ditulis dengan 2 atau 3 huruf kapital di akhir merek
dagang suatu produk yang didahului dengan angka . Untuk tabel formulasi, yang
ditulis adalah jenis formulasi, nama dagang, bahan aktif, wujud fisik, komposisi,
bentuk campuran siap pakai, dan keterangan pestisida itu. Wujud fisik dalam
pestisida yang diamati adalah cair, tepung dan granular. Bentuk campuran siap
pakainya berbentuk suspense, emulsi, larutan dan ada juga yang ditebar langsung.
Menurut literatur, Direktorat Pupuk dan Pestisida Tanaman. 2011, Larutan adalah
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk koloid, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis
dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. Emulsi
adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan
zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua
bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain.
Suspensi adalah bentuk koloid yang mengandung partikel padat yang tidak larut
namun dapat terdispersi dalam fase cair.
4.2.2

Kalibrasi
Praktikum kali ini membahas tentang jenis nozzle dan kalibarasi.

Berdasarkan pada tabel diatas, maka untuk menentukan volume aplikasi ada
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu curah, kecepatan penyemprotan,
diameter nozzle serta satuan luas lahan yang digunakan. Dalam praktikum kali
ini, kita menggunakan 2 jenis nozzle yaitu nozzle hollow dan nozzle kipas.
Untuk nozzle hollow, diaplikasikan oleh dua orang yaitu cowok dan cewek.
Nozzle hollow yang digunakan mempunyai gawang yang berdiameter 0,25 m
dengan curah sebesar 1,46 L/menit. Untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh
cowok, dimana K bernilai 30,8 m/menit. Sehingga, didapatkan volume

16

sempotnya sebesar 1896,1 L/ha. Sedangkan, untuk pengaplikasian yang
dilakukan oleh cewek, dimana nilai K sebesar 41,6 m/menit. Sehingga,
didapatkan volume penyemprotannya sebesar 1403,8 L/ha.
Untuk nozzle kipas, mempunyai gawang yang berdiameter 1,5 m dengan
curah sebesar 1,5 L/menit. Untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh cowok,
dimana K bernilai 33,1 m/menit. Sehingga, didapatkan volume sempotnya
sebesar 302,11 L/ha. Sedangkan, untuk pengaplikasian yang dilakukan oleh
cewek, dimana nilai K sebesar 40,5 m/menit. Sehingga, didapatkan volume
penyemprotannya sebesar 246,91 L/ha.
Nozzle adalah bagian sprayer yang menentukan karakteristik semprotan
yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan
pola penyebaran yang dihasilkan. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan
oleh nozzle yang khas sesuai dengan kebutuhan. Fungsi nozzle adalah:
1. Menentukan ukuran butiran semprot (droplet size)
2. Mengatur flow rate (angka curah)
3. Mengatur distribusi semprota, yang dipengaruhi oleh Pola semprotan,
Sudut semprotan, dan lebar semprotan.
Sebelum melakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi.
Dengan kalibrasi, kita dapat melakukan penentuan output nozzle per menit serta
mengukur lebar semprotan dan juga dapat membantu dalam keberhasilan
penyemprotan. Untuk kalibrasi yang telah dilakukan, seperti tabel diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil semprotan disebabkan oleh kecepatan
orang berjalan saat pengaplikasian dan lebar gawang pada nozzle. Semakin lebar
gawang nozzle yang digunakan, maka volume semprot yang dihasilkan akan
semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan penyebaran ukuran
butiran yang dikeluarkan juga berbeda. Hasil penyemprotan yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan berbeda, dikarenakan tenaga yang mereka gunakan dan
cara mereka berjalan pun berbeda pula.
4.2.3

Aplikasi Serangga Uji

17

Praktikum kali ini adalah pengaplikasian pestisida sintetik terhadap
Crocidolomia pavonana dan pestisida mikrobial terhadap ulat Spodoptera litura.
Untuk merk dagang pestisida yang digunakan adalah sidametrin 50 EC.
Didalamnya terkandung bahan aktif sipermetrin 50gr/L. Metode yang digunakan
untuk pengaplikasian pestisida sintetik adalah metode celup. Sedangkan, untuk
pengaplikasian pestisida mikrobial adalah dengan metode semprot. Ulat
percobaan Corcidolomia pavonana digunakan sebanyak 10 ulat. Untuk ulat
Spodoptera litura digunakan sebanyak 5 ulat. Konsentrasi Bacillus thuringensi
yang digunakan sebesar 0,5 %.
Hasil menunjukan untuk pestisida sintetik kontrol, daun yang diserang
sangat besar dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pestisida sintetik.
Hampir seluruh luas permukaan daun habis dimakan ulat uji tersebut. Mortalitas
yang didapatkan rata-rata hanya sebesar 2 % dan antifeedantnya hanya 0% Ini
menunjukan, ulat croci lebih cepat berkembangbiak dan menyukai pakan yang
tidak diberi pestisida sintetik. Bila dibandingkan dengan hasil pengujian dari
perlakuan

dengan

menggunakan

insektisida

sintetik

menunjukkan bahwa pakan yang dicelupkan kedalam insektisida
sintetik yang berbahan aktif sidametrin 50 gr/liter memiliki
aktifitas yang kuat terhadap mortalitas serangga uji Crocidolomia
pavonana. Hal ini terlihat bahwa pesentase kamatian (mortalitas)
larva rata-rata sebesar 80 %, tingkat kematian ini sangat tinggi
karena hampir semua larva mati.

Dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pestisida sintetik
Untuk pestisida mikrobial dengan Bacillus thuringiensis 0,5%, hasil
menunjukan bahwa untuk perlakuan semprot terhadap croci mempunyai
mortalitas yang besar yaitu 100% bila dibandingkan denga perlakuan celup yang
bernilai 80%. Hal ini menunjukan bahwa daun yang disemprot dengan Bacillus
lebih efektif terhadap mortalitas ulat uji. Untuk aplikasi semprot terhadap ulat
Spodoptera litura mempunyai nilai mortalitas hanya 20% lebih kecil bila
dibandingkan denga apliaksi celup yang bernilai 100%. Hal ini menunjukan

18

bahwa ulat Spodoptera litura lebih efektif dengan pengaplikasian celup
dibandingkan semprot.
Bila dibandingkan dengan perlakuan insektisida nabati (ekstrak daun
jambu monyet, suren, esktrak abu dan asap cair) bahwa didapatkan . Rata-rata
mortalitas yang tertinggi didapatkan adalah 60 % dan antifeedantnya 89,3 %. Ini
berarti, penggunaan pestisida mikrobial lebih ampuh dibandingkan nabati jika
dilihat dari mortalitasnya. Bila dibandingkan dengan perlakuan insektisida
mikrobial metarizhium

rata-rata mortalitasnya sebesar 40%. Dari semua

perlakuan yang dilakukan mortalitas yang paling tinggi terdapat pada S.litura
(celup) dan C.pavonana (semprot) bacillus thuringensis yaitu 100 % dan yang
paling terendah (celup) C.pavonana pestisida nabati 0,25 % dan S.litura (celup)
bacillus thuringensis yaitu 20 %.

19

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara
langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan
manusia seperti keracunan. Didalam kemasan pestisida, terdapat label yang
tertera. Label tersebut ditujukkan agar mengetahui jenis pestisida dan formulasi
yang digunakan. Ada berbagai macam bentuk formulasi berdasarkan fisik, yaitu
formulasi dalam bentuk padat, cair dan formulasi dalam bentuk aerosol.
Untuk mengurangi pemakaian pestisida sinstetik, bisa digunakan pestisida
nabati maupun pestisida mikrobial. Hal ini diharapkan agar pencemaran
lingkungan tidak terjadi. Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan
seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Sedangkan, pestisida mikrobial adalah
jenis produk biopestisida yang mengandung mikroorganisme (bakteri, virus,
fungi, dan protozoa) sebagai bahan aktif. Pengarahan dan penggunaan yang lebih
tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara
kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada
lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi.
5.2 Saran
Diharapakan penggunaan pestisida sintetik dapat dikurangi untuk menghindari
pencemaran lingkunga. Selain itu, dampak penggunaan pestisida sintetik terlalu
lama juga akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia.

20

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. 2007. Laporan Hama Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell.)
(Lepidoptere: Pyralidae) pada Kubis (Brassica oleracea L.). Dizited by
IPB erepository copy right. Diakses darihttp://repository.ipb.ac.id/ pada
tanggal 10 November 2015
Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2011. Petunjuk Teknis Pengawasan Pupuk dan
Pestisida
2011.
http://pla.deptan.go.id/pdf/Pengawasan.pdf. Diakses
tanggal 10 November 2015
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius
Sastroutomo Soetikno S. 1992.Pestisida Dasar-Dasar Dan Dampak
Penggunaanya. Jakarta: Gramedia
Sudarmo, S., 1991. Pestisida. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta
Tombe. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk
Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Littro.
19(1)68 – 77.
Tortora, Gerard J., Funke, Berdell R., Case, Christine L. Microbiology. 10th ed.
2010.San Francisso: Pearson Benjamin Cummings
Untung.1992. Pestisida Alami. Universitas Jember: Fakultas Pertanian
Wahyuni, S. 2006. Perkembangan Hama dan Penyakit Kubis dan Tomat pada
Tiga Sistem Budidaya Pertanian di Desa Sukagalih Kecamatan
Megamendung Kabupaten Bogor. Program Studi Proteksi Tanaman,
Fakultas
Pertanian,
IPB.
Bogor.
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Pestida. Penerbit Penebar

21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulasi

22

No
.

Jenis
Formulasi

Nama
Dagang

1.

GR

Centa Fur

2.

WP

MIPCINT
A

3.

WP

Antracol

4.

WP

Condifor 5
WP

5.

EC

Dursban

6.

EC

Lebaycid

7.

SL

Fenomin

8.

EC

Sidanizon

9.

SG

Dupont
Oshin

10.

WP

Topsin

11.

WP

Winder

12.

EC

Decis

Bahan Aktif

Wujud
Fisik

Komposisi

Karbofura
n 3%
MIPC
MIPC
Tepung
50%
Propineb
Propineb
Tepung
70%
Imidaklori
Imidaklorid Tepung
d 5%
Klorpirifo
Klorpirifos
Cair
s 200g/l
Fention
Fention
Cair
500g/l
2,4D
2,4D
Dimetil
Dimetil
Cair
amina
amina
865g/l
Diazinon
Diazinon
Cair
600g/l
Granula Dinotefura
Dinotefuran
r
n 20%
Metil
Metil
Tepung
Tiofanat
Tiofanat
70%
Imidaklori
Imidaklorid Tepung
d 25%
Deltametri
Deltametrin
Cair
n 25g/l
Karbofuran

13.

WP

Velimek

Maheb dan
Zineb

14.

EC

Sevin

Karboril

15.

WP

Lannate

Metamil

16.

EC

Cymbush

Sipermetrin

17.

WP

Curzate

Simoksanil
dan
Mankozeb

18.

EC

Basma

Sipermetrin

19.

EC

Curacron

Profenofos

20.

EC

Rizotrin

Sipermetrin

Granul

Tepung

Maheb
72% dan
Zineb 8%

Karboril
85%
Metamil
25%
Sipermetri
Cair
n 50g/l
Simoksani
l 8,36%
Tepung
dan
Mankozeb
64,64%
Larutan
200gr/l
Profenofos
500g/l
Sipemetrin
Cair
100g/l
Tepung

Bentuk
Campuran
Siap Pakai
(ditabur)

Keterangan
Insektisida

Suspensi

Insektisida

Suspensi

Fungisida

Suspensi

Insektisida

Emulsi

Insektisida

Emulsi

Insektisida

Larutan

Herbisida

Emulsi

Insektisida

Suspensi

Insektisida

Suspensi

Fungisida

Suspensi

Insektisida

Emulsi

Insektisida

Suspensi

Fungisida

Emulsi

Insektisida
Insektisida

Emulsi

Insektisida

Suspensi

Fungisida

Emulsi

Insektisida

23

Insektisida

Emulsi

Insektisida

Lampiran 3 Dokumentasi Kalibrasi

Pengaplikasian Nozzle Hollow ulangan 1

Pengaplikasian Nozzle Hollow ulangan 2

24

Pengaplikasian Nozzle Kipas ulangan 1

PERHITUNGAN KALIBRASI
-

Nozzle Hollow ulangan 1 (cowok)

Diket : C = 1,46 L/m
G = 0,25 m
K = 30,8 m/menit
Dit

: V?

Jawab :
V=

C . 10.000
G.K

V=

1,46 L/m .10.000
0,25 m.30,8 m/ menit

V=

14600
7,7

= 1896,1 L/ha

-

Nozzle Hollow ulangan 2 (cewek)

Diket : C = 1,46 L/m
G = 0,25 m
K = 41,6 m/menit

25

Dit

: V?

Jawab :
V=

C . 10.000
G.K

V=

1,46 L/m .10.000
0,25 m.41,6 m/ menit

V=

14600
10,4

= 1403,8 L/ha

-

Nozzle Kipas ulangan 1 (cowok)

Diket : C = 1,5 L/m
G = 1,5 m
K = 33,1 m/menit
Dit

: V?

Jawab :
V=

C . 10.000
G.K

V=

1,5 L/m. 10.000
1,5 m.33,1 m/menit

V=

15000
49,65

= 302,11 L/ha

-

Nozzle Kipas ulangan 1 (cowok)

26

Diket : C = 1,5 L/m
G = 1,5 m
K = 40,5 m/menit
Dit

: V?

Jawab :
V=

C . 10.000
G.K

V=

1,5 L/m. 10.000
1,5 m.40,5 m/menit

V=

15000
60,75

= 246,91 L/ha

27

Lampiran Dokumentasi Aplikasi Serangga
Uji

Bacillus semprot

Bacillus celup

28

Pestisida Nabati

Hasil
pengamatan
menggunakan pestisida
mikrobial

Lampiran Perhitungan Efektifitas Uji Pestisida
-

Pestisida Sintetik

Diketahui: V daun kontrol

= 1600

V daun yang diaplikasikan pestisida = 170
Ditanya: AA?
Jawab: AA= BK-BP/BK X 100%
= 1600-170 / 1600 X 100%
89,375

Nilai Mortalitas:
1. M = 0/10 x 100%
= 0%
2. M = 0/10 x 100%
= 0%
3. M = 0/10 x 100%
= 0%
4. M = 0/10 x 100%
= 0%
5. M = 1/10 x 100%
= 10%
29

30