Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit di RSU dr. Pirngadi

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia terdiri atas unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia. Kebutuhan
Dasar Manusia menurut teori Hirarki Abraham Maslow terdiri atas kebutuhan
fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005).
Teori Hirarki merupakan teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami
kebutuhan dasar manusia ketika mengaplikasikan asuhan keperawatan. Kebutuhan
dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi klien yang
mengalami gangguan kesehatan, kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan
dasar klien yang terganggu. Berdasarkan tingkatan pada teori Hirarki Maslow,
pemenuhan kebutuhan dasar manusia diawali dengan pemenuhan kebutuhan
fisiologis yang meliputi oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi,
personal hygene, istirahat dan tidur, dan seksualitas. Henderson (dalam Potter dan
Perry, 1997) juga membagi kebutuhan dasar manusia menjadi 14 bagian dan
menyatakan bahwa kebutuhan cairan dan elektrolit yang cukup terdapat pada
urutan yang kedua (Hidayat, 2009).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologi dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,

ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan dan
kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006). Cairan dan elektrolit sangat penting
untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis tubuh. Elektrolit tubuh
1
Universitas Sumatera Utara

mengandung komponen-komponen kimiawi, ada yang bermuatan positif (kation)
dan bermuatan negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi
tubuh, termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi
neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan transmisi
impuls saraf (Asmadi, 2008).
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air, yang mengandung
partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup (Asmadi,
2008). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi karena adanya
kelainan pada ginjal. Pasien penyakit ginjal tahap akhir baik sebelum dan sesudah
dilakukan terapi hemodialisis cenderung mengalami fluktuasi volume cairan
tubuh. Pada pasien hemodialisa rutin, fluktuasi atau kelebihan cairan tersebut
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal dalam mengekskresikan cairan dan
kurangnya kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan pasien. Meskipun

pasien gagal ginjal kronis pada awal menjalani hemodialisis sudah diberikan
penyuluhan kesehatan untuk mengurangi asupan cairan selama sehari, akan tetapi
pada terapi hemodialisis berikutnya masih sering terjadi pasien datang dengan
keluhan sesak napas akibat kelebihan volume cairan tubuh (Sapri, 2008).
Menurut Saran (dalam Fisher, 2006) mortalitas akan meningkat pada
pasien hemodialisis apabila terjadi peningkatan cairan tubuh 5,7% dari berat
badan kering klien selama sesi hemodialisa. Pasien harus dianjurkan untuk
mempertahankan kenaikan berat badan kurang dari 3% dari berat badan kering
pasien selama sesi antarhemodialisa. Menurut Almatsier (2005), batas asupan

2
Universitas Sumatera Utara

cairan yang bisa dikonsumsi pasien perhari adalah 500-750 ml + jumlah urine/24
jam sehingga kenaikan berat badan pasien tidak lebih dari 0,45 kg/hari.
Peningkatan berat badan akibat asupan cairan pasien yang tidak terkontrol
tersebut dapat menyebabkan terjadinya hipertensi dan edema paru. Pasien juga
akan merasa tidak nyaman karena sesak napas, lelah, dan lemas (Fisher, 2006).
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh tidak boleh dianggap sepele
sebab dapat mengganggu vitalitas fungsional tubuh. Apabila tidak segera

ditanggulangi, maka dapat menyebabkan kematian. Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang profesional harus tanggap dan cakap dalam mengatasi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Asmadi, 2008).
Oleh karena itu, permasalahan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit harus
diperhatikan. Pentingnya pemenuhan kebutuhan klien akan cairan dan elektrolit
selama dilakukan perawatan, menarik minat penulis untuk membahas dan
menyusun intervensi penatalaksanaan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang dialami oleh klien.

1.1 Tujuan
1.1.1

Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan

pada Tn. R dengan prioritas masalah kebutuhan dasar cairan dan elektrolit di
ruang XXI Penyakit Dalam Pria di RSUD. dr. Pirngadi Medan.

1.2.2


Tujuan Khusus
Tujuan khusus disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

3
Universitas Sumatera Utara

a. Mendeskripsikan konsep kebutuhan dasar cairan dan elektrolit
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. R
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. R
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. R
e. Mengimplementasikan intervensi keperawatan pada Tn. R
f. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. R

1.3 Manfaat
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Instansi Pendidikan
Sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan penulisan
Karya Tulis Ilmiah untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa
DIII keperawatan USU.
2. Pelayanan Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan informasi tambahan dalam
pembuatan intervensi bagi pelayanan keperawatan khususnya masalah
kebutuhan dasar cairan dan elektrolit.
3. Klien
Mengatasi gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit yang dialami klien
selama proses hospitalisasi.
4. Penulis
Dapat menambah pengetahuan penulis tentang intervensi keperawatan
terhadap pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta meningkatkan keterampilan dan wawasan bagi penulis.

4
Universitas Sumatera Utara