Makalah SPI sistem kepartaian pemilu dan

Pendahuluan
Di negara demokrasi seperti Indonesia yang penting bagi kita untuk mengetahui
bagaiamana sistem pemerintahan yang berlaku di negara ini dan sistem pemilahan
umum serta sistem kepartaian .
Ketiga sistem itu sangat penting diketahui karena memang saling berakitan
antara satu sistem yang lain . Sistem pemerintahan yang di anut Indonesia saat ini
merupakan sistem presidensial . Sistem presidensial (presidensial), atau disebut juga
dengan sistem kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di
mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Sedangkan di lain sisi sistem pemilihan umum Indonesia menggunakan sistem
proporsional terbuka . Sistem Pemilu Proporsional merupakan system pemilihan yang
memperhatikan proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan jumlah
kursi disuatu daerah pemilihan. Dengan system ini, maka dalam lembaga perwakilan,
daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi lebih banyak
disuatu daerah pemilihan, begitupun sebaliknya. Sistem ini juga mengatur tentang
proporsi antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai politik untuk kemudian
dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh suatu parta politik tersebut. Dasar
pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan penyebaran suara
pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di legislatif.
Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat
dalam pasal 6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden

diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik
mengisyaratkan paling tidak ada dua partai atatu lebih yang bergabung untuk
mengusung seorang calon pasangan presiden dan wakil presiden dan bersaing dengan
calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di Indonesia
harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.

1

Pembahasan
1. Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur
pemerintahannya. Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan
menjadi:


Presidensial



Parlementer




Semipresidensial



Komunis



Demokrasi generous



Generous

Sistem pemerintahan mempunyai sistem yang tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan

rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah
john menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan
kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas berarti pengertian sistem
pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas
maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu
john demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang

2

terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.

Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik

Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan
presidensial? Untuk mengetahuinya, terlebih dahulu dibahas mengenai sistem
pemerintahan.
Secara

teori,

berdasarkan

UUD

1945,

Indonesia

menganut sistem


pemerintahan presidensiil . Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari

sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di
Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang
berjalan i Indonesia adalah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau
perpaduan antara sistem pemerintahan presidensiil dengan sistem pemerintahan
parlementer. Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan sistem pemerintahan. Indonesia pernah menganut sistem kabinet parlementer
pada tahun 1945 - 1949. kemudian pada rentang waktu tahun 1949 - 1950, Indonesia
menganut sistem pemerintahan parlementer yang semu. Pada tahun 1950 - 1959,
Indonesia masih menganut sistem pemerintahan parlementer dengan demokrasi liberal
yang masih bersifat semu. Sedangkan pada tahun 1959 - 1966, Indonesia menganut
sistem

pemerintahan

secara

demokrasi


terpimpin.

Perubahan

dalam

sistem

pemerintahan tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Karena terjadi perbedaan
pelaksanaan sistem pemerintahan menurut UUD 1945 sebelum UUD 1945
diamandemen dan setelah terjadi amandemen UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.
Berikut ini adalah perbedaan sistem pemerintahan sebelum terjadi amandemen dan
setelah

terjadi

amandemen

pada


UUD

1945

:
3

Sebelum terjadi amandemen :


MPR menerima kekuasaan tertinggi dari rakyat



Presiden sebagai kepala penyelenggara pemerintahan



DPR berperan sebagai pembuat Undang - Undang




BPK berperan sebagai badan pengaudit keuangan



DPA berfungsi sebagai pemberi saran/pertimbangan kepada presiden /
pemerintahan



MA berperan sebagai lembaga pengadilan dan penguki aturan yang diterbitkan
pemerintah.

Setelah terjadi amandemen :


Kekuasaan legislatif lebih dominan




Presiden tidak dapat membubarkan DPR



Rakyat memilih secara langsung presiden dan wakil presiden



MPR tidak berperan sebagai lembaga tertinggi lagi



Anggota MPR terdiri dari seluruh anggota DPR ditambah anggota DPD yang
dipilih secar langsung oleh rakyat

Dalam sistem pemerintahaan presidensiil yang dianut di Indonesia, pengaruh rakyat
terhadap kebijaksanaan politik kurang menjadi perhatian. Selain itu, pengawasan rakyat
terhadap pemerintahan juga kura begitu berpengaruh karena pada dasarnya terjadi

kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan yang ada di tangan

4

presiden. Selain itu, terlalu sering terjadi pergantian pejabat di kabinet karena presiden
mempunyai hak prerogatif untuk melakukan itu.
2. Sistem Pemilihan Umum Indonesia
Bangsa Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman kemerdekaan.
Semua pemilihan umum itu tidak diselenggarakan dalam kondisi yang vacuum, tetapi
berlangsung di dalam lingkungan yang turut menentukan hasil pemilihan umum
tersebut. Dari pemilu yang telah diselenggarakan juga dapat diketahui adanya usaha
untuk menemukan sistem pemilihan umum yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
1. Zaman Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Pada masa ini pemilu diselenggarakan oleh kabinet BH-Baharuddin Harahap (tahun
1955). Pada pemilu ini pemungutan suara dilaksanakan 2 kali yaitu yang pertama untuk
memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan September dan yang kedua
untuk memilih anggota Konstituante pada bulan Desember. Sistem yang diterapkan
pada pemilu ini adalah sistem pemilu proporsional.
Pelaksanaan pemilu pertama ini berlangsung dengan demokratis dan khidmat, Tidak
ada pembatasan partai politik dan tidak ada upaya dari pemerintah mengadakan

intervensi atau campur tangan terhadap partai politik dan kampanye berjalan menarik.
Pemilu ini diikuti 27 partai dan satu perorangan.
Akan tetapi stabilitas politik yang begitu diharapkan dari pemilu tidak tercapai. Kabinet
Ali (I dan II) yang terdiri atas koalisi tiga besar: NU, PNI dan Masyumi terbukti tidak
sejalan dalam menghadapi beberapa masalah terutama yang berkaitan dengan konsepsi
Presiden Soekarno zaman Demokrasi Parlementer berakhir.
2. Zaman Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Setelah pencabutan Maklumat Pemerintah pada November 1945 tentang
keleluasaan untuk mendirikan partai politik, Presiden Soekarno mengurangi jumlah
partai politik menjadi 10 parpol. Pada periode Demokrasi Terpimpin tidak
diselanggarakan pemilihan umum.
3. Zaman Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Setelah turunnya era Demokrasi Terpimpin yang semi-otoriter, rakyat berharap
bisa merasakan sebuah sistem politik yang demokratis & stabil. Upaya yang ditempuh

5

untuk mencapai keinginan tersebut diantaranya melakukan berbagai forum diskusi yang
membicarakan tentang sistem distrik yang terdengan baru di telinga bangsa Indonesia.
Pendapat yang dihasilkan dari forum diskusi ini menyatakan bahwa sistem
distrik dapat menekan jumlah partai politik secara alamiah tanpa paksaan, dengan tujuan
partai-partai kecil akan merasa berkepentingan untuk bekerjasama dalam upaya meraih
kursi dalam sebuah distrik. Berkurangnya jumlah partai politik diharapkan akan
menciptakan stabilitas politik dan pemerintah akan lebih kuat dalam melaksanakan
program-programnya, terutama di bidang ekonomi.
Karena gagal menyederhanakan jumlah partai politik lewat sistem pemilihan
umum, Presiden Soeharto melakukan beberapa tindakan untuk menguasai kehidupan
kepartaian. Tindakan pertama yang dijalankan adalah mengadakan fusi atau
penggabungan diantara partai politik, mengelompokkan partai-partai menjadi tiga
golongan yakni Golongan Karya (Golkar), Golongan Nasional (PDI), dan Golongan
Spiritual (PPP). Pemilu tahun1977 diadakan dengan menyertakan tiga partai, dan
hasilnya perolehan suara terbanyak selalu diraih Golkar.
4.

Zaman Reformasi (1998- Sekarang)
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan
diberikannya ruang bagi masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan
memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal
reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti
pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda dengan era orba.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini
disebabkan telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no
3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti
pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi
DPR. Partai politikyang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu
selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.
Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti persentasi
Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%.

6

Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau
diturunkan.
Pentingnya Pemilu
Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta wujud paling konkret
keiktsertaan(partisipasi) rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, sistem &
penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat perhatian utama karena melalui
penataan, sistem & kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar
mewujudkan pemerintahan demokratis.
Pemilu sangatlah penting bagi sebuah negara, dikarenakan:


Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat.



Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.



Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.



Pemilu

merupakan

sarana

untuk

melakukan

penggantian

pemimpin

secara konstitusional.
3. Sistem Kepartaian Indonesia
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisiapasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat
akrab di limgkungan kita . Sebagai lemabaga politik, partai politik bukan ssesuatu yang
dengan sendirinya ada . Kelahirannya mempunyai sejarah cukuo panjang , meskipun
juga belum cukup tua. Bisa dikatakan partai politik merupakan organisasi yang baru
dalam kehidupan manusia , jauh lebih muda dibandingkan dengan organisasi negara .
Dan ia baru ada di negara modern .
Awal terbentunya partai politik yang ada di Indonesia dimulai
pada tanggal 30 oktober 1945 Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia (BP KNIP) yang bertindak sebagai parlemen sementara
sebelum diadaka pemilihan umum, berkeputusan untuk membentuk
parai politik atas dasar konsep banyak partai dengan pertimbangan

7

bahwa

“Partai

mempertahankan

politik

akan

kemerdekaan

memperkokoh
dan

perjuangan

pemeliharaan

keamanan

bangsa” Dengan dikeluarkannya maklumat pemerintah pada tanggal
3 November 1945 yang menganjurkan dibentuknya Parpol, sejak saat
itu berdirilah puluhan partai politik. Maklumat ini ditandatangani oleh
Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Partai politik yang muncul saat orde lama ini sangat terkait
dengan ikatan primordial, sejalan dengan peningkatan
ketergantungan partai kepada dukungan masyarakat untuk
memperoleh kemenangan didalam pemilu pertama di indonesia,
maka pengaruh ikatan primordial seperti agama,suku dan kedaerahan
semakin terlihat mempengarui pengorganisasian partai parta politik.
Penggolongan partai politik saat itu antara lain partai politik “orang
santri, abangan dan priyayi” sesuai dengan agama, kebudayaan
kelompok masyarakat pendukung partai. Seperti MASYUMI, NU, PSII,
PERTI, tergolong dalam partai santri, dan PKI mendapat dukungan dari
kalangan abangan, dan PNI mendasarkan kekuatan masanya kepada
orang priyayi. Selain dibedakan pada kebudayan dan pendukung
parpol pada saat itu juga dibedakan berdasarkan sikap terhadap
kekuasaan dan sikap terhadap perubahan social, dari pemimpin dan
para pendukung partai dibedakan pula antara partai modern dan
tradisional
Adapun fungsi-fungsi dari partai politik adalah sebagai berikut :
1 . Sebagai Komunikasi Politik
2. Sebagai Sarana sosialisasi Politik
3. Sebagai Rekrutmen Politik
4. Sebagai Pengatur Konflik

8

Selain dari fungsi partai politik tersebut , sistem partai politik juga
memiliki beberapa klasifikasi , berikut adalah klasifikasi sistem partai
politik :
1. Sistem satu partai ( mono Partai )
2. Sitem dua partai ( dwi Partai )
3. Sistem multi partai .

Telah disebutkan masing-masing dari sistem pemerintahan ,
sistem pemilu , maupun sistem kepartaian diatas . Lalu muncul
pertanyaan kenapa Indonesia menggunkan sistem pemerintahan
presidensial , sistem pemilihan umum proporsional terbuka , dan
sistem kepartaian multi partai . Alasanya adalah kalau Indonesia
menggunakan sistem presidensial maka sistem yang paling cocok
atau berhubungan untuk sistem pemerintahan tersebut adalah sistem
kepartaian multi partai karena memungkinkan untuk memunculkan
calon dari berbagai golongan atau pun kelompok yang ada di
Indonesia . Sebelum nya dari itu ada sistem pemilu proporsional
terbuka untuk bisa menampung semua suara minoritas yang ada di
Indonesia .
Dan sebenarnya alasan tersebut berkaitan dengan masyrakat
Indonesia yang heterogen dan majemuk sehingga untuk bisa menjaga
kestabilan politik dan pemerintahan . Kelemahan dari sistem yang ada
tersebut adalah mumungkinkan muncul partai-partai baru tidak ha ya
itu wakil-wakil untuk kursi di legislatif masyrakat tidak mengetahui
wakil yang mewakili mereka.
Ketika penjelasan diatas sudah mencoba mengungkap kelemahan
dan kelebihan nya . Maka kita coba melihat realitas yang terjadi saat

9

ini bahwa 9 dari 10 fraksi di DPR telah setuju mengenai amandemen
ke -5 UUD 1945 mengenai pengembalian GBHN ( Garis-Garis Besar
Haluan Negara ) ke MPR . Secara Konstitusional adanya amandemen
memang dimungkinkan . Sebagaimana dikemukakan oleh Mahfud MD
( 1999 : 50 ) , hal ini tidak lepas dari fakta bahwa UUD 1945 itu bukan
dimaksudkan sebagai konstitusi yang permanen , melainkan sesuatu
yang semantara . Hal ini karena apa yang tertera di dalamnya masih
belum merumuskan sebagai konstitusi yang tertulis . Disamping itu
,unsur- unsur utama di dalam konstitusi , seperti masalah
pembatasan kekuasaan dan adanya perlindungan terhadap HAM
belum diatur secara ketat . Akan tetapi , selama pemerintahan Orde
Baru , masalah ini ditutup rapat-rapat . Argumentasi yang sering
dimunculkan adalah bahwa UUD 1945 itu sudah bagus dan bersifat
fleksibel , karena itu tepat untuk Indonesia .
Rencana itu awal nya di lontarkan oleh ketua umum partai PDI-P

Megawati Soekarnoputri melontarkan pemikiran dalam rakernas partai tentang
dibutuhkannya kembali Garis-garis Besar Haluan Negara, muncul begitu banyak
tanggapan terhadapnya. Pengalaman kolektif bangsa ini, terutama sejak 10 tahun
terakhir, menyediakan banyak alasan dan penjelasan yang dapat memberi pembenaran
mengapa haluan penuntun bagi penyelenggaraan negara dan pembangunan itu perlu
ada. Tiap awal siklus lima tahunan dirasa bagai awal baru kegiatan pembangunan,
(seakan) dari nol, atau setidaknya dari platform yang berlainan. Tidak dirasa ada
kesinambungan dan keberlanjutan antara satu dan sebelumnya. Namun, harus pula
diakui, kebebasan pikir yang dihadirkan pasca reformasi juga menghadirkan penilaian
berbeda atas pengalaman yang diperoleh.
Pemilihan presiden secara langsung memang memungkinkan calon presiden
menawarkan janji berbeda dari presiden sebelumnya, atau bahkan berlainan dari yang
telah dilakukannya sendiri lima tahun terakhir. Sesuai keyakinan dan pandangan
politiknya, sebagai calon boleh menjanjikan masa depan, harapan, berikut prioritas dan
cara pencapaiannya, sebagai rencana kerja dan program pembangunan yang akan

10

dilaksanakan lima tahun ke depan. Bukankah kontes dalam pilpres tak lepas dari
persaingan janji dan program?
Dan itu akan memunulkan Kerumitan proses

Kesimpulan


Sistem Pemerintahan Indonesia saat ini adalah Presidensial , ini mendorong
kestabilan di pergantian kepala negara nya



Sistem Pemilu Indonesia adalah sistem proposional terbuka , sistem ini diharapkan
dapat mewakili semua golongan dan mempermudah masyrakat mengenali calon
wakil yang akan di pilih



Ssitem kepartain Indonesia yaitu sistem multi partai disebabkan masyarakat yang
tingkat heterogenitass nya tinggi dan sehingga untuk dapat menghimpun tersebut
muncul berbagai parta. Dengan terapkan nya electoral treshold diharapkan
mencegah muncul nya partai-partai baru



Usulan amandemen ke 5 UUD 1945 menetapkan GBHN kembali ke MPR dapat
mengakibatkan disfungsi antara presiden dan MPR nantinya , harus ada komitmen
yang jelas untuk bisa merubah itu . Dikhawatirkan akan mengembalikan kita ke
rezim gelap kekuasaan pemerintahan

11