Pemanfaatan dan Pelestarian Benteng Vast

UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
JURUSAN ARKEOLOGI

MATA KULIAH Arkeologi dan Pariwisata
SEMESTER III 2013/2014

Pemanfaatan dan Pelestarian Benteng Vastenburg di Kota Surakarta
dalam Perspektif Pariwisata Berkelanjutan
Dosen Pengampu:
Prof.Dr.Inajati AR.
Drs.Musadad, M.Hum.

Dikerjakan Oleh:
Pratomo Aji K (12/334821/SA/16483)

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat oleh
pemerintah atau penjajah yang berfungsi sebagai pertahanan penjajah pada waktu
peperangan. Benteng sebenarnya sudah dibangun oleh umat manusia ribuan tahun yang lalu
dari bentuk yang sederhana hingga berkembang menjadi bentuk yang kompleks dan berartistik tinggi seperti benteng-benteng Belanda di Indonesia.
Di Indonesia, awal benteng pertama kali dibangun adalah Benteng Batavia yang
terletak di tepi timur sungai Ciliwung. Banyak catatan musafir Cina maupun wisatawan asing
masa itu yang menggambarkan kehidupan sosial dan aktivitas dalam benteng tersebut. Seperti
hal nya benteng Batavia yang dilukiskan oleh Andries Beeckman 1956. Sayangnya dalam
catatan dan deskripsi tentang benteng Batavia tersebut tidak begitu jelas penggambarannya,
tetapi hal yang mereka ungkapkan menyangkut aktivitas kehidupan yang kompleks seharihari di dalam maupun sekitar Benteng Batavia ini. Bahkan dalam suatu artikel terjemahan
dari catatan Belanda, disebutkan bahwa Benteng adalah sebuah tembok keliling yang
membatasi emplasemen Belanda dengan penduduk Pribumi
Seiring berjalannya waktu dan semakin berkurangnya perlawanan pribumi terhadap
Belanda maka aktivitas di dalam Benteng mulai berkurang dan hanya dijadikan pusat
pemerintahan(basis) di setiap daerah jajahan Belanda. Terusan Suez yang dibuka(1870)
membuat datangnya para wanita Belanda dan benteng semakin ditinggal oleh Belanda karena
mereka mulai berani mendirikan rumah di pedalaman Jawa(Landhuizen). Karena hal ini,
maka kekuasaan Belanda yang merajalela di Nusantara membuat munculnya berbagai
benteng
di

Nusantara
seperti
Benteng
Vedeburg
(Yogyakarta),
Benteng
Malborough(Maluku), Benteng Pendem(Ngawi),dll. Benteng ini mayoritas adalah tinggalan
Belanda, tetapi ada juga yang merupakan tinggalan Inggris dan Portugis(Eropa).
Dengan acuan Benteng Batavia, maka setelah Belanda mampu menaklukan Batavia
dan menyebar ke seluruh penjuru Nusantara maka Benteng mulai dibangun di berbagai kota
besar yang produktif bagi income VOC waktu itu. Perlu diketahui VOC di Indonesia mulai
berkuasa pada tahun 1602-1798. Oleh karena itu, bentuk arsitektur berbagai Benteng di
Indonesia hampir mirip dengan bentuk Bujur sangkar dan adanya seleka atau bastion
(penonjolan ruang di ujung-ujung bangunan) . Selain itu adanya penjara bawah tanah yang
jarang diketahui oleh masyarakat pada umumnya juga merupakan ciri khas dari Benteng
Belanda sendiri.
Oleh karenanya Benteng Vastenburg menjadi bahasan yang menarik karena bangunan
ini dalam proses Restorasi oleh BPCB Jateng setelah tidak digunakan lagi sejak belasan tahun
yang lalu. Terakhir digunakan Benteng Vastenburg ini sekitar tahun 1980-an untuk latihan
prajurit Kostrad.


2

1.2 Rumusan Masalah
1)
2)
3)
4)

Bagaimana upaya Pemkot memanfaatkan dan mengenalkan kembali (Restorasi)
Benteng Vastenburg kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya?
Apakah pemanfaatan Benteng Vastenburg sebagai BCB sudah maksimal?
Bagaimana dengan perawatan Benteng Vastenburg ?
Bagaimana mengatasi dampak positif maupun negatif dari acara yang diadakan
oleh Pemkot di Benteng Vastenburg?
Apakah restorasi Benteng Vastenburg yang dilakukan oleh BPCB Jateng mampu
meningkatkan APBD Surakarta dari segi pariwisata?

1.3 Landasan Teori



Pariwisata Berkelanjutan adalah pariwisata yang ramah lingkungan dan tidak
merusak lingkungan serta tidak merugikan suatu pihak tertentu dan tetap
memikirkan dampak yang baik.
 UU No 11 Tahun 2010 pasal 86 yang mengatakan “Pemanfaatan yang da[at
menyebabkan terjadinya kerusakan wajib didahului dengan kajian, penelitian, dan
atau analisis mengenai dampak lingkungan(AMDAL)
1.4 Tujuan Manfaat
Memberikan gambaran upaya Pemkot Surakarta dalam mengenalkan kembali
Benteng Vastenburg yang telah mangkrak selama belasan tahun kepada masyarakat Surakarta
dan publik Indonesia. Sehingga masyarakat kota Surakarta menyadari dan menghargai
bangunan-bangunan bersejarah (Bangunan Cagar Budaya) sehingga masyarakat kota
Suarakarta ikut melesatarikan bangunan ini. Hal ini saling berkesinambungan dengan upaya
Restorasi yang sedang dilakukan oleh BPCB Jawa Tengah saat ini, sehingga diharapkan
dapat mengangkat pemasukan APBD Surakarta setiap tahun dari faktor Pariwisata
Kebudayaannya.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran atas dampak postif dan
negatif dari berbagai acara yang diagendakan oleh Pemkot Kota Surakarta dalam rangka
memperkenalkan Benteng Vastenburg sendiri. Resolusi dari setiap permasalahan akan
dibahas dalam makalah ini, sehingga dampak negatif dapat diminimalisir dalam setiap acara

demi pembangunan pariwisata berkelanjutan di masa depan.
Saat ini memang sedang dalam proses Restorasi Benteng Vastenburg, BPCB mulai
merenovasi dan membenahi dari segi konstruksi bangunan benteng sehingga dapat dinikmati
kembali oleh masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing. Nuansa kolonial sepertinya
akan dihidupkan kembali di dalam maupun luar Benteng Vastenburg yang terletak di Jantung
Kota Surakarta ini. Sehingga presepsi masyarakat tentang daerah sekitar Benteng Vastenburg
yang terkesan seram dan sering dijadikan lokasi mesum bisa hilang dan justru
menguntungkan bagi masyarakat sekitar kawasan Benteng Vastenburg ini.

3

BAB II
PEMBAHASAN
Benteng Vastenburg adalah benteng yang terletak kota Surakarta yang merupakan
tinggalan Belanda dan dibangun oleh Gubernur Jendral Belanda Baron Van Imhoff pada
tahun 1745. Tujuan dan fungsi benteng ini adalah untuk pengawasan bangunan dan
masyarakat Surakarta sekaligus pusat kekuatan militer Belanda di Surakarta. Benteng ini
telah melewati masa penjajahan dan kemerdekaan yang secara tidak langsung terjadi
perubahan dan penambahan konstruksi ruang pada bagian tertentu dalam benteng ini.
Hingga tahun 1980-an benteng ini masih aktif sebagai tempat latihan militer, tetapi tahun

1990-an benteng ini mangkrak oleh karena permasalahan hak milik tanah antara pemerintah
dengan perseorangan. Sejak saat itulah seolah masyarakat Surakarta lupa akan kasus dan
keberadaan Benteng Vastenburg.
Pada tahun 2013 Vastenburg sudah mulai dikenal lagi oleh masyarakat Surakarta oleh
karena adanya kasus kontroversial sekitar tahun 2010 tentang rencana alih fungsi benteng
Vasteburg menjadi hotel atau pusat perbelanjaan. Hal ini langsung memancing pro dan kontra
dari berbagai kalangan (pemerintah,masyarakat,intelektual).Dari hal ini memang ada
hikmmah dan pelajaran berharga bagi kota Surakarta sendiri, mereka seolah menjadi
diingatkan akan BCB yang ada di Surakarta. Restorasi BPCB Jateng terhadap Vastenburg
membuat Pemkot dan masyarakat Surakarta sadar dan semangat untuk kembali merawat
Vastenburg. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai event besar di Surakarta yang memilih
latar dan setting panggung di Benteng Vastenburg, salah satu contoh acaranya adalah SIPA
2013 pada bulan September. Solo International Performing Art (SIPA) 2013 menampilkan
penari dan penyanyi dalam negeri maupun luar negeri
Event yang diadakan di Benteng ini menimbulkan dampak positif maupun negatif,
tetapi dari semuanya itu setidaknya masyarakat Kota Surakarta mendapatkan pelajaran
tentang budaya dan pelestariannya. Acara yang diadakan pada Benteng ini memang sudah
sesuai prosedur dalam hal perizinan maupun publikasi, tetapi pada saat pertunjukan
berlangsung banyak terjadi berbagai hal diluar rencana karena banyak faktor. Dalam acara
SIPA saja, pengunjung yang sangat banyak membuat panitia kewalahan. Pintu masuk dan

keluar ada hanya pintu timur benteng, hal ini memang sudah direncanakan panitia SIPA
2013 untuk mengatur alur jalannya penonton di dalam benteng. Perlu diketahui konstruksi
bangunan di beberapa bagian Benteng Vastenburg sudah mulai rapuh karena mangkrak dan
usia yang sudah tua. Hal ini dapat membahayakan siapa saja yang memasuki benteng ini,
pintu timur dan barat juga pastinya sudah ada beberapa langit-langit yang rapuh. Seharusnya
panitia SIPA bisa mengantisipasi hal ini dengan pembagian pintu masuk dan keluar.
Selain itu untuk keamanan juga kurang memadai dalam acara tersebut karena
luasnya benteng Vastenburg dan penerangan yang kurang pada sudut-sudut bagian tertentu
dalam benteng(untuk penerangan halaman dalam). Ini merupakan gambaran kecil dari
crowded nya acara yang diselenggarakan di Benteng Vastenburg.

4

Dampak positif yang bisa dilihat dari acara di Benteng Vastenburg antara lain adalah:









Kesan angker di wilayah sekitar benteng hilang (adanya penambahan lampu kota)
Wilayah mesum sekitar benteng hilang (adanya penambahan lampu kota)
Dapat meningkatkan APBD Pemkot Surakarta dari segi Parwisata
Meningkatkan daya tarik dan citra Kota Surakarta kepada dunia dan Indonesia
(Masuknya wisatawan lokal dan asing)
Meningkatkan peran budaya Surakarta (karya dan seniman Surakarta/Lokal) sebagai
salah satu faktor penting pembentuk Kota Surakarta
Menjadi ruang publik dan taman kota Surakarta, dan punya lahan parkir yang luas
(Sisi Barat Benteng Vastenburg)

Sedangkan dampak negatif dari acara di Benteng Vastenburg adalah:




Limbah sampah yang tidak terkelola dengan baik setelah acara selesai
Minimnya fasilitas toilet atau WC di sekitar Benteng Vastenburg
Rusaknya konstruksi bangunan Benteng (Pintu masuk) mengingat usia bangunan

yang telah mangkrak puluhan tahun

Analisis mengenai dampak acara yang diadakan di Benteng Vastenburg ini memang
secara umum terlihat lebih menguntungkan karena lebih banyak dampak positif daripada
dampak negatifnya. Tetapi tidak dipungkiri bahwa seiring berjalannya waktu akan mucul
dampak negatif yang kompleks. Oleh karena itu diperlukan perencanaan dan pariwisata
berkelanjutan dalam mengelola Benteng Vastenburg di masa depan, karena selain untuk
meningkatkan incom APBD Surakarta dari segi Pariwisata harus dijaga dan dilestarikan BCB
dengan dasar UU No 11 thn 2010 pasal 86. Sehingga dari hal ini para arkeolog tidak
komplain atas pemanfaatan dan pelestarian Benteng Vastenburg

Gambar 1.1. Solo International Performing Art 2013

5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesadaran pentingnya pengelolaan dan pemanfaatan BCB di kota Surakarta ini masih
belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat maupun Pemkot Surakarta sendiri. Pada

umumnya secara teori mereka sudah paham, tetapi dalam proses pelaksanaannya sendiri
masih kurang realistis.
Dampak yang terlihat untuk waktu sekarang ini memang merupakan dampak positif,
tetapi tidak bisa dipungkiri bila seiring berkembangnya waktu akan menimbulkan dampak
negatif bagi mayarakat sekitar benteng seiring berkembangnya pariwisata Vastenburg pasca
restorasi. Oleh karena itu sejak sekarang pemkot dan masyarakat kota Surakarta harus paham
akan praktek pariwisata berkelanjutan dan mengerti cara pemanfaatan dan pelestarian BCB
pada umumnya.
Cara untuk mendorong masyarakat melakukan praktek pariwisata berkelanjutan memang
Cukup sulit, harus dengan sosialisasi perlahan dan memerlukan waktu yang cukup lama.
Dalam hal ini, menurut saya akan lebih mudah jika Walikota Surakarta mengajak masyarakat
untuk bersama-sama melakukan langkah-langkah pelestarian dan pemanfaatan BCB secara
benar. Jadi Walikota diharapkan memberi contoh tindakan nyata (cara pelestarian) dan
setelah itu beliau membimbing dan mengawasi pelestarian BCB di Surakarta

3.2 Saran
Pemkot sebaiknya perlu berkoordinasi lebih lanjut dengan berbagai kalangan akademisi
maupun masyarakat dalam hal Benteng Vastenburg sebagai aset dan aspek Pariwisata kota
Surakarta. Konsep Pariwisata Berkelanjutan dan UU tentang BCB wajib dipahami dan
dilaksanakan oleh pemkot dan masyarakat Surakarta.

Walikota Surakarta sebaiknya sering melakukan kerja bakti dengan pejabat Pemkot
Surakarta untuk member tindakan nyata, dan kegiatan ini harus ada publikasi dari berbagai
media cetak (Koran lokal/SOLOPOS) dan visual(TV lokal/TATV) agar masyarakat Surakarta
benar-benar paham akan pentingnya pelestarian BCB. Sehingga dari hal ini akan
memudahkan pelestarian dan pemanfaatan BCB Benteng Vastenburg yang pada nantinya
juga akan menguntungkan masyarakat kota Surakarta sendiri, bisa dikatakan simbosis
metualisme antara Heritage dengan Masyarakat Surakarta.

6

3.3 Daftar Pustaka
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta:Serambi Ilmu Pustaka 2010.
Soekiman Djoko,Kebuadayaan Indis: Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi, 2011.
Sumijati Atsumodipuro,”Jawa Tengah:Sebuah Potret Warisan Budaya”.
Pramaastuti Herni,dkk,”Mozaik Pusaka Budaya Yogyakarta”, 2009.
Oka A.Yoeti,”Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya”, 2006
Materi Kuliah Arkeologi dan Pariwisata
http://www.solopos.com/2013/11/01/benda-cagar-budaya-solo-gelar-festival-vastenburg2014-461345
http://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Vastenburg
http://arkeologi.web.id/articles/berita-arkeologi/107-sejarawan-selesaikan-polemikvestenburg-

7

LAMPIRAN:
Dokumentasi Kunjungan Pribadi Jumat 25 Oktober 2013

DENAH BENTENG VASTENBURG (DISERTAKAN)
Sumber: PEMKOT SURAKARTA