LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Ilajur.doc

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
LAJU REAKSI
Dosen Pengampu : Dr. Kartimi, M.Pd

Oleh :
Nama : SITI AZIZAH
Nim : 1413162042
Kelas : Biologi A
Kelompok : 6
Asisten Praktikum : Diana Yulianti,
Rina Rahmawati

LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013

LAJU REAKSI
A. Tujuan
1. Menghitung pengaruh konsentrasi zat-zat perekat terhadap laju reaksi

2. Menghitung orde reaksi dan tetapan laju pada reaksi ion persulfat dan
ion iodida
B. Dasar Teori
Reaksi kimia berlangsung dengan laju yang berbeda-beda. Ada
reaksi yang berlangsung sangat cepat, misalnya ledakan dinamit. Ada juga
yang berlangsung sangat lambat, misalnya perkaratan atau fosilisasi sisa
organisme. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi
produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat
pereaksi akan semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Oleh
karena itu, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi
atau laju terbentuknya produk. Laju menyatakan seberapa cepat atau
seberapa lambat suatu proses berlangsung. Laju reaksi menunjukkan
besarnya perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi dalam satu
satuan waktu.
Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi
molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah
satu produk dalam satu satuan waktu. Laju reaksi dapat ditentukan melalui
percobaan yaitu mengukur konsentrasi salah satu pereaksi atau salah satu
produk selang waktu tertentu selama reaksi berlangsung. (michael, 1998:
32). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:

1. Luas permukaan
Suatu reaksi mungkin melibatkan pereaksi dalam bentuk padat.
Dalam hal ini, ukuran kepingan disebut variabel bebas (variabel
manipulasi), perubahan laju reaksi (waktu reaksi) disebut variabel terikat
(variabel respons), dan semua faktor lain yang dibuat tetap disebut
variabel kontrol. Kepingan yang lebih halus bereaksi lebih cepat
sedangkan kepingan yang lebih kasar bereaksi lebih lambat. Semakin luas
bidang sentuh, semakin cepat reaksi berlangsung karena semakin halus
kepingan zat padat, semakin luas permukaannya. Pengaruh luas

permukaan ini diterapkan dalam industri, yaitu dengan menghaluskan
terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sbelum direaksikan.
2.
Konsentrasi pereaksi
Pada umumnya reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi
pereaksi diperbesar. Hubungan kuantitatif antara konsentrasi dan laju
reaksi dinyatakan oleh rumus laju reaksi atau hukum laju reaksi. (michael,
1998: 35)
3.
Tekanan

Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas.
Kelajuan dari reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan
tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi,
dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. Industri yang melibatkan
pereaksi berupa gas, banyak yang dilangsungkan pada tekanan tinggi,
misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan hingga 400 atm.
4.
Suhu
Laju reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan
mengubah suhunya. Dari pengalaman sehari-hari, kita ketahui bahwa
reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
5.
Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat
itu sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal (tidak dikonsumsi atau
dihabiskan). Contohnya adalah reaksi larutan besi (III) klorida terhadap
peruraian larutan hidrogen peroksida. Katalis dibedakan atas katalis
homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang
sefase dengan zat yang dikatalisis. Contohnya adalah reaksi larutan besi
(III) klorida terhadap peruraian larutan hidrogen peroksida. Katalis

heterogen adalah katalis yang tidak sefase dengan zat yang dikatalisis.
Umumnya, katalis heterogen berupa zat padat dan reaksi berlangsung pada
permukaan katalis padat tersebut. Contohnya adalah serbuk MnO2 pada
peruraian kalium klorat. (michael, 2006: 94-110)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas ukur
b. Gelas kimia
c. Pipet tetes

d. Termometer
e. Stopwatch
f. Pengaduk
g. Spatula
h. Neraca digital
2. Bahan
a. Larutan HCl
b. Larutan Mg
c. Aquades
d. Gula halus

e. Gula pasir
f. Gula batu
g. Larutan H2O2
h. Larutan NaCl
i. Larutan FeCl3
D. Prosedur Kerja
1. Pengaruh konsentrasi
a. Larutan HCl dimasukkan pada 3 tabung reaksi dengan konsentrasi
masing-masing 0,3 M, 0,2 M, 0,1 M
b. Magnesium dimasukkan pada ketiga tabung reaksi secara
bersamaan, diamati dan dicatat perubahannya
2. Pengaruh luas permukaan
a. Air dimasukkan ke dalam 3 gelas kimia masing-masing sebanyak
50 mL
b. Gula halus dimasukkan ke dalam gelas kimia satu sebanyak 2
gram, gula pasir dimasukkan ke dalam gelas kimia dua sebanyak 2
gram, gula batu dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 2
gram
c. Ketiga gelas kimia diaduk secara bersamaan dan dicatat waktu
yang diperlukan untuk melarutkan gula

3. Pengaruh temperatur
a. Air dingin sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia
b. Air panas (55o C) dimasukkan ke dalam gelas kimia sebanyak 50
mL
c. 2 gram gula batu dimasukkan ke dalam masing-masing gelas kimia
d. Keduanya diaduk bersamaan dan dicatat waktu yang diperlukan
untuk melarutkan gula
4. Pengaruh katalis
a. 3 gelas kimia diisi larutan H2O2 masing-masing 10 mL
b. Gelas kimia satu tidak ditambahkan apapun
c. Gelas kimia dua ditambahkan 10 mL NaCl

d. Gelas kimia tiga ditambahkan 10 mL FeCl3
e. Diamati perubahan yang terjadi
E. Hasil Pengamatan
1. Pengaruh konsentrasi

HCl 0,1 M + Mg
HCl 0,2 M + Mg
HCl 0,3 M + Mg

2. Pengaruh luas permukaan

Gula halus
Gula pasir
Gula batu
3. Pengaruh temperatur

Air panas + gula batu
Air dingin + gula batu
4. Pengaruh katalis

H2O2
H2O2 + NaCl
H2O2 + FeCl3

Waktu reaksi
18,02 s
5,07 s
1,07 s


Waktu larut
1,01 s
1,28 s
5,45 s

Waktu larut
1,59 s
6,03 s

Keterangan
Tidak terjadi reaksi
Tidak bereaksi / tetap
Adanya gelembung yang berarti beraksi

F. Pembahasan
Berdasarkan praktikum kali ini tentang “laju reaksi”, seperti yang
telah dijelaskan dalam teori bahwa Laju reaksi didefinisikan sebagai laju
pengurangan konsentrasi molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan
konsentrasi molar salah satu produk dalam satu satuan waktu. Dengan
menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yaitu Gelas ukur, Gelas kimia,

Pipet tetes, Termometer, Stopwatch, Pengaduk, Spatula, Neraca digital,
Larutan HCl, Larutan Mg, Aquades, Gula halus, Gula pasir, gula batu,
larutan H2O2, Larutan NaCl, Larutan FeCl3. Percobaan dilakukan 4 kali
yaitu pengaruh konsentrasi, pengaruh luas permukaan, pengaruh
temperatur dan pengaruh katalis. Percobaan pertama dilakukan dengan
mencelupkan Mg pada HCl dengan konsentrasi berbeda yaitu 0,1 M, 0,2

M, 0,3 M. Pada percobaan ini yang diamati adalah waktu bereaksi yang
paling cepat pada HCl yang berkonsentrasi besar atau kecil. Yang paling
cepat bereaksi artinya yang paling cepat memutihkan warna Mg yang
berwarna hitam. Jika dilihat dari hasil pengamatan, maka HCl dengan
konsentrasi 0,1 M selesai memutihkan Mg dengan waktu 18,02 menit.
Kemudian HCl dengan konsentrasi 0,2 M selesai memutihkan Mg dengan
waktu 5,07 menit. Dan HCl dengan konsentrasi 0,3 M selesai memutihkan
Mg dengan waktu 1,07 menit. Dari hasil percobaan ini dapat diketahui
bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin cepat reaksi yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada dasar
teori bahwa reaksi berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi
diperbesar. (michael, 1998: 35)
Percobaan kedua yaitu pengaruh luas permukaan. Dilakukan

dengan cara melarutkan gula yang luas permukaannya berbeda. Gula halus
memiliki luas permukaan yang lebih banyak atau besar. Gula pasir
memiliki luas permukaan yang banyak tapi tidak sebanyak gula halus.
Gula batu memiliki luas permukaan yang sedikit. Jika dilihat dari hasil
pengamatan, maka gula halus larut dengan waktu 1,01 menit. Kemudian
gula pasir larut dengan waktu 1,28 menit. Dan gula pasir larut dengan
waktu 5,45 menit. Dari hasil percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin
besar luas permukaan maka semakin cepat reaksi yang dihasilkan. Hal ini
sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada dasar teori bahwa kepingan
yang lebih halus bereaksi lebih cepat sedangkan kepingan yang lebih kasar
bereaksi lebih lambat. Semakin luas bidang sentuh, semakin cepat reaksi
berlangsung karena semakin halus kepingan zat padat, semakin luas
permukaannya. (michael, 2006: 94-110)
Percobaan ketiga yaitu pengaruh temperatur. Dilakukan dengan
cara melarutkan gula batu yang luas permukaannya sama tetapi suhu dari
pelarut (air) berbeda. Dengan menggunakan dua air, yang pertama bersuhu
55o dan yang kedua bersuhu 25o. Jika dilihat dari hasil pengamatan, maka
gula batu dengan air yang bersuhu 55o larut dengan waktu 1,59 menit. Dan
gula batu dengan air bersuhu 25o larut dengan waktu 6,03 menit. Dari hasil


percobaan ini dapat diketahui bahwa semakin besar suhu maka semakin
cepat reaksi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori yang telah
dijelaskan pada dasar teori bahwa reaksi akan berlangsung lebih cepat
pada suhu yang lebih tinggi. (michael, 2006: 94-110)
Percobaan keempat yaitu pengaruh katalis. Dilakukan dengan 3
percobaan yaitu larutan H2O2 tanpa ditambahkan apapun, larutan H2O2
dengan larutan NaCl, dan larutan H2O2 dengan larutan FeCl3. Jika dilihat
dari hasil pengamatan, maka larutan H2O2 yang tanpa tambahan apapun
tidak bereaksi sama sekali karena di dalamnya tidak terdapat katalis.
Kemudian larutan H2O2 yang ditambahkan NaCl juga tidak bereaksi atau
tetap. Ini berarti NaCl bisa jadi tidak menjadi katalis untuk larutan H 2O2.
Dan larutan H2O2 yang ditambahkan FeCl3 terjadi reaksi yaitu adanya
gelembung gas pada larutan itu dan perubahan warna menjadi coklat. Hal
ini berarti FeCl3 dapat menjadi katalis yang mempercepat laju reaksi. Hal
ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada dasar teori bahwa katalis
adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak
mengalami perubahan yang kekal. (michael, 2006: 94-110)
FeCl3 dapat menjadi katalis karena Anhidrat dari besi(III) klorida
adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam
sintesis organik. Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa
kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia
FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi
air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di
laboratorium. Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut
pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tapi dari cahaya
pancaran ia berwarna ungu-merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent,
berbuih di udara lembap, karena munculnya HCl, yang terhidrasi
membentuk kabut. (anonim. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Besi%28III
%29_klorida)
G. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.

Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi
akan semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Oleh karena
itu, Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi
molar salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar
salah satu produk dalam satu satuan waktu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi
pereaksi, luas permukaan, temperatur, tekanan, dan katalis.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Besi(III) klorida - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia

bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Besi%28III

%29_klorida, diakses pada 7 Desember 2013 pukul 16.00 WIB
Purba, Michael. 2006. Kimia. Jakarta : Erlangga
Purba, Michael. 1998. Ilmu Kimia. Jakarta : Erlangga

LAMPIRAN

Gula halus, gula pasir dan gula batu.

Air pada gelas kimia. Pengadukan gula halus, gula pasir, dan gula batu.

Pengamatan pengaruh konsentrasi.

Air suhu 55o

Pengamatan pengaruh suhu.

NaCL, FeCl3, H2O2, PbNO3

Pengamatan pengaruh katalis