MENAMBAH ALIF DALAM KATA KELAS F

MAKALAH QOWAIDUL IMLA’
AZ-ZIYADAH ALIF PENAMBAHAN ALIF )

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Qowaidul Imla‟
Masita Mulyaningtyas

111-13-283

Nur Azizah

111-13-298

„Aisah Umi Zar‟I

111-13-302

KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA
TAHUN 2014


1

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya jugalah
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW,keluarga,sahabat dan pengikut beliau hingga akhir
zaman. Amin…
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Qawa‟id
Imla‟ yang diampu oleh Bapak Muhammad Mas‟ud, M.Pd.I. Pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak M.Mas‟ud, M.Pd.Iyang selaku
dosen mata kuliah Qawaid Imla‟ yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Az ziyadah alif” ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin...
Salatiga,27 mei 2014

Penulis


2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………. 4
2. Rumusan Masalah……...……………………………………………………. 4
3. Tujuan…………………..…………………………………………………… 4
4. Manfaat Penulisan…………...……………………………………………… 5
5. Metodologi Penulisan……………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Az Ziyadah…………………………………………………….

6

2. Bentuk- bentuk Az Ziyadah ……………………………………………….. 6
3. Macam- macam Az Ziyadah………..………………………………………. 10
4. Pembagian Az Ziyadah Alif………………………………………………… 11


BAB II PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………………………….. 1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 1

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran menulis Arab, baik di Madrasah atau di Pondok Pesantren, apalagi di
lembaga pendidikan umum akhir-akhir ini sering terabaikan, karena bagi santri atau siswa
Madrasah dianggap bisa dan biasa melakukannya dalam kegiatan pengajian kitab-kitab
kuning setiap harinya di lembaganya, padahal menulis arab yang dikenal dengan materi
AL IMLA', yang secara bahasa berarti "dekte" tidak mudah dipelajari, lebih-lebih bila
harus mengikuti kaidah-kaidahnya yang baku. Sementara buku-buku atau kitab Imla' ini
jarang ditemukan di toko-toko kitab di Indonesia.
Bagi santri Pesantren atau siswa-siswa alumni Madrasah di manapun berada, sangatlah
tidak layak apabila tidak bisa menulis arab yang benar dan baik. Untuk itu, alangkah
baiknya apabila materi Imla' juga di tambahkan dalam pembelajaran bahasa arab di

lembaga-lembaga pendidikan Madrasah atau diajarkan dalam forum-forum khusus di luar
sekolah formal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa pengertian dari az Ziyadah?
2. Apa saja bentuk- bentuk Az ziyadah?
3. Apa saja pembagian Az Ziyadah?
4. Apa saja pembagian dari Az Ziyadah Alif?
C. Tujuan
1. Dapat mengerti pengertian Az Ziyadah
2. Dapat mengetahui bentuk- bentuk Az Ziyadah
3. Dapat mengetahui pembagian dari Az Ziyadah.
4

4. Dapat mengetahui pembagian dari az Ziyadah Alif.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Secara Praktis
Dapat mengetahui tentang hamzah dan cara penulisan yang baik dan benar.
2. Manfaat Secara Teori
Dapat menambah wawasan tentangilmu al-qur‟an khususnya ilmu qowaidul imla‟.

E. Metodologi Penulisan
Adapun metode yang digunakan adalah dengan studi pustaka. Bahan makalah ini
kami peroleh dari internet dan berbagai macam buku yang akhirnya kami kumpulkan
menjadi satu hingga menjadi sebuah makalah.

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al-Ziyadah
Kata ziyadah secara etimologi berakar dari huruf

yang berarti tambahan,

kelebihan. Secara terminologi, ulama berbeda pendapat tentang definisi al-ziyadah yang
satu sama lain saling berkaitan, meskipun ada perbedaan yang signifikan. Perbedaan itu
disebabkan tujuan mereka menggunakan al-ziyadah. Di antara ulama tersebut adalah:
1) Ulama Nahwu mengatakan bahwa al-ziyadah adalah lafaz yang tidak memiliki
posisi dalam i‟rab. Artinya al-ziyadah bagi mereka bukan terletak pada makna,
akan tetapi terletak pada lafaz-lafaz tersebut. Begitupun yang dimaksud oleh

ulama tashrif.
2) Ulama Bahasa berpendapat bahwa al-ziyadah adalah penambahan huruf atau lafaz
yang tidak mempenyai arti dan faedah sama sekali, hanya sebagai penghias
kata.
3) Ulama Tafsir cenderung berpendapat sama dengan ulama nahwu, terlebih lagi
bahwa al-ziyadah tidak mungkin terjadi dalam al-Qur‟an jika yang dimaksud alziyadah adalah penambahan huruf atau lafaz yang tidak berfaiedah atau sia-sia.
Hanya ulama tafsir memperingatkan agar waspada menggunakan istilah alziyadah karena dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kebimbangan dalam
masyarakat awam.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam makalah ini, yang dimaksud dengan alziyadah adalah penambahan huruf atau lafaz yang mempunyai tujuan dan faedah tertentu
yang tidak didapatkan ketika lafaz tersebut dibuang. Namun jika lafaz tersebut dibuang,
maka makna dasarnya tidak rusak atau berubah.
B. Bentuk-Bentuk Kaidah al-Ziyadah
6

a) Kaidah Pertama

Artinya: “Tidak ada (ziyadah) tambahan dalam al-Qur‟an”
Maksud dari kaidah ini adalah pada dasarnya tidak ada ziyadah dalam al-Qur‟an
-karena al-Qur‟an itu sendiri disucikan dari segala bentuk kesia-siaan atau penambahanpenambahan yang tidak memiliki faedah. Kaidah ini mencakup dua hal:
1) Sesuatu yang tidak memiliki makna atau makna yang tidak dibutuhkan. Bentuk alziyadah ini tidak mungkin terdapat dalam al-Qur‟an karena dianggap sia-sia dan

dapat merusak kemukjizatannya.
2) Lafaz atau huruf yang tidak merusak makna aslinya jika dibuang, akan tetapi
penambahannya berimplikasi pada penambahan maknanya.
Oleh karena itu, al-Zarkasyi menjelaskan bahwa ungkapan ulama “Huruf atau lafaz
ini zaidah” bertujuan bahwa huruf atau lafaz tersebut jika dibuang tidak akan merusak
makna aslinya, akan tetapi ziyadah tersebut bukan berarti tidak memiliki faedah.
Terlepas dari polemik tentang pengungkapan kata al-ziyadahdalam al-Qur‟an,
penulis beranggapan bahwa jika yang dimaksud al-ziyadah adalah penambahan yang
tidak memiliki arti dan faedah, maka hal itu tidak mungkin terjadi, namun jika yang
dimaksud denganal-ziyadah adalah penambahan yang tidak merusak makna aslinya jika
dihilangkan, sebagaimana ungkapan ulama nahwu maka hal itu tidak ada masalah. Sebab
kebutuhan terhadap sesuatu akan berbeda satu sama lain sesuai dengan maksud dan
tujuan.
Salah satu contoh tentang penerapan kaidah tersebut adalah ayat 159 dari Q.S. Ali
„Imran (3):
memiliki

. Huruf
makna)


sama

sekali

karena

pada

tidak dapat dikatakan zaidah (tidak
dasarnya

tersebut

berfaedah al-

taukid(penguat/penegas) terhadap kasih sayang dari Allah kepada rasul-Nya, bahkan
7

tersebut berfungsi juga sebagai penegas terhadap makna al-hasr (peringkasan).


huruf

Oleh karena itu, Ibn Taimiyah berpendapat bahwa penambahan huruf atau lafaz bertujuan
untuk penambahan makna, sedangkan kekuatan lafaz karena kekuatan makna.
b.

Kaidah Kedua

Artinya: “Penambahan bina’ (model) menunjukkan adanya penambahan makna
(Kekuatan lafaz karena kuatnya makna)“
Yang dimaksud dengan kaidah ini adalah setiap kali ada penambahan huruf atau
penambahan wazan (timbangan lafaz) atau penambahan tasydid pasti berdampak pada
penambahan makna atau penegasannya.
Di antara contoh penambahan wazan adalah
wazan

di mana kata

mencakup
sedangkan

wazan

semua

lebihbalig (kuat) dari pada

diarahkan pada kasih sayang Allah di dunia yang

makhluk-Nya,

baik

mukmin

maupun

kafir

dikhususkan pada hamba-hamba-Nya di akhirat saja. Begitu juga
lebih kuat maknanya dari pada wazan


makna yang berulangkali atau menjadi sifat, sedangkan

karena

menunjukkan

menunjukkan makna kasih

sayang yang terjadi satu kali saja.
c.

Kaidah Ketiga

Artinya: “Penggabungan dua kata yang serupa maknanya akan menghasilkan
makna yang tidak ditemukan ketika lafaz tersebut terpisah/tersendiri”
Penggunaan dua lafaz yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama
(mutaradif) memberikan faedah tersendiri dibanding jika lafaz tersebut sendiri-sendiri.
8

Faedah yang dapat dihasilkan adalah faedah al-taukid (penguat/penegas) dengan dasar
bahwa penambahan huruf saja dapat memberikan makna tambahan, apatah lagi
penambahan lafaz.
Di antara contohnya adalah pengulangan lafaz

setelah lafaz

dalam

QS. al-Baqarah (2): 171:

Pengulangan lafaz
lafaz

tersebut menguatkan makna yang tidak terdapat pada

. Kedua lafaz tersebut bermakna pemanggilan. akan tetapi pemanggilan tersebut

bisa dengan jarak jauh dan dekat, orang tertentu dan umum, memenuhi panggilan dengan
perbuatan dan dengan suara. Namun dengan penggabungan kedua kata tersebut, maka
makna-makna tersebut tercakup di dalam keduanya yang tidak didapatkan ketika sendirisendiri.
d.

Kaidah Keempat

Artinya: “Setiap huruf yang ditambahkan dalam kalimat Arab- karena penegasanmaka statusnya sama dengan pengulangan kalimat tersebut”
Kaidah tersebut hampir sama dengan kaidah nomor dua yang mengatakan bahwa
penambahan bina’ akan berdampak pada penambahan makna. Namun, kaidah kedua
tersebut lebih mengarah pada penambahan atau perubahan bina’, sedangkan kaidah
keempat ini mengarah pada penambahan huruf, fi‟il dan isim, namun penambahan fi‟il
jarang terjadi atau sedikit sedangkan penambahan isim lebih jarang lagi.
Di antara contoh penambahan huruf adalah penambahan huruf

. Huruf

tersebut berfungsi untuk memperkuat kata

dalam ayat
. Oleh karena

itu, Imam Sibawaih mengatakan bahwa yang dimaksud zaidah adalah tidak beramalnya
9

huruf

tersebut, bukan berarti hurufnya tidak memiliki faedah. Sedangkan salah satu

contoh penambahan fi‟il adalah penambahan lafaz

ditambahkan untuk memperkuat fi’il al-madi

dalam QS. Maryam: 29

.

C. Macam-macam Az ziyadah
Az Ziyadah membawa pengertian menambah sesuatu huruf pada kalimah-kalimah
tertentu. Dalam rasm, ianya bermaksud huruf-huruf yang mesti ditulis tetapi haram
dibaca samada ketika wasal atau waqaf terdapat tiga huruf yang ditambah iaitu Alif
( ), Waw (

), dan Ya (

).

1. Ziyadah Huruf Alif ( )
Huruf Alif (

) selepas wau (

) pada jama' al Mudhakkar, samada fiil madi,
)

mudhari', atau amar. Contohnya (
Huruf Alif (

) selepas wau (

Contohnya (

)

Huruf Alif (

) selepas wau (

) pada akhir nama yang menunjukkan jama'.

) yang menjadi surah bagi hamzah. Contohnya (

)
Huruf Alif ( ) selepas wau (

) yang ditukar dari Alif, iaitu pada lafaz (

Huruf Alif ( ) selepas mim ( ) pada lafaz (
Huruf Alif ( ) selepas lam (

) pada lafaz (

Huruf Alif ( ) selepas wau (

). Contohnya (

)

). Contohnya (

) pada kalimah (

)

)

) pada firman Allah (

)
Huruf Alif ( ) selepas wau (
dan (

) pada 2 tempat iaitu firman Allah (

)
10

)

Huruf Alif ( ) pada kalimah-kalimah

Nun tauqid khafiyyah ditulis dengan huruf Alif pada firman Allah

) dan pada kalimah (

) selepas hamzah pada kalimah (

) dan (
Waw (

)

)

2. Ziyadah Huruf Waw (
Waw (

(

) pada firman Allah (

)

) selepas hamzah pada kalimah-kalimah

(

)
3. Ziyadah Huruf Ya (
Huruf Ya (

)

) selepas hamzah pada kalimah (

) dan (
Huruf Ya (

) dalam firman Allah (

)

) pada tujuh tempat berikut

(
) dan (

)

D. Pembagian ziyadah alif
Dari pembagian ziyadah huruf alif menjadi dua yaitu:
1) Penambahan alif dalam kata ditengah kata menjadi huruf tambahan pada kata
dan pada „adad tarkibnya dari satuannya
Contoh:
Alif tersebut akan dihilangkan ketika dalam:
Bentuk tasniyah, contoh:

11

Bentuk jamaknya, contoh:
Bentuk nisbahnya, contoh:
2) Penambahan alif dalam kata diakhir kata yang menunjukan menjadi huruf
tambahan, dalam hal ini dibagi menjadi 2 yaitu:
Alif

ziadah

terdapat

pada

akhir

setelah

wawu

tersebut

bagian

jama‟ah.

contohnya:
Bukan

setelahnya

wawu

yang

mana

waau

dari

fi‟il.

Contohnya
Terdapat kesalahan apabila menulis alif setelahnya wawu jamak yang bertemu pada
jamak mudzakar salim.
Contohya
Keseluruhan dari contoh diatas adalah wawu jama‟ bukan wau jam‟ah.
Terdapat juga kesalahan apabila meninggalkan alif dalam menulis wawu jam‟ah
untuk disandarkan kepada orang yang dihormati tau memuliakan orang lain.
Contohnya:
Alif juga terkadang ditambahkan pada syi‟ir di akhir baitnya untuk menyesuaikan
dengan qofiyahnya( bunyi akhir) yang menunjukan makna mutlaq.

Contohnya:

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembhasan di ayas adalah, sebagai berikut:
1) Pengertian dari Az Ziyadah terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Pengertian etimologi, berakar dari huruf

-- yang berarti tambahan.

b) Pengertian terminologi, adalah penambahan huruf atau lafaz yang
mempunyai tujuan dan faedah tertentu yang tidak didapatkan ketika lafaz
tersebut dibuang.
2) Bentuk- bentuk dari Az Ziyadah terbagi menjadi 4 kaidah, yaitu:
a) Kaidah pertama, Tidak ada (ziyadah) tambahan dalam al-Qur‟an.
b) Kaidah

kedua,

Penambahan bina’ (model)

menunjukkan

adanya

penambahan makna (Kekuatan lafaz karena kuatnya makna).
c) Kaidah ketiga, Penggabungan dua kata yang serupa maknanya akan
menghasilkan makna yang tidak ditemukan ketika lafaz tersebut
terpisah/tersendiri.
d) Kaidah keempat, Setiap huruf yang ditambahkan dalam kalimat Arabkarena penegasan- maka statusnya sama dengan pengulangan kalimat
tersebut.
3) Macam Az Ziyadah sendiri terdapat 3 yaitu alif, wawu, dan ya‟.
4) Pembagian dari Az Ziyadah alif ada 3, yang terdi dari penambahan alif ditengah
kata dan 2 pembagian alif diakhir kata.

13

DAFTAR PUSTAKA
Harun, Abdussalam Muhammad. Kitab Qowa‟id al Imla‟.madrasah lil banat hidayatul
mubtadi-aat lirboyo Kediri.

ISLAMIC SCIENCE AL ZIYADAH dalam kaidah AL qur'an.htm
Tajwid Al Quran Az Ziyadah.htm

14