Uji Kadar Klorida Dengan Titrasi Argentometri Metode Mohr Pada Sampel Air Minum Isi Ulang Yang Beredar di Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa
penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. Melalui
air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka
penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa
ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit
perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak
manusia tersebut dengan makanan dan minuman (Sutrisno dan Suciastuti, 1996).
Klorida pada air minum biasanya berasal dari sumber-sumber pencemaran
seperti limbah dan kegiatan industri. Unsur ini dalam jumlah kecil dibutuhkan
untuk desinfektan. Peningkatan konsentrasi klorida dapat meningkatkan laju
korosi logam-logam pada pipa distribusi. Bila berikatan dengan ion natrium dapat
menyebabkan rasa asin pada air minum. Efek negatif dari klorida terhadap
kesehatan adalah dapat merusak jaringan tubuh, menyebabkan hipertensi dan
membunuh bakteri baik yang ada di dalam tubuh apabila kadarnya melebihi batas
yang telah ditetapkan yaitu di atas 250 mg/L (Waluyo, 2009).

Definisi pencemaran air di dalam berbagai literatur lebih banyak
mengikuti secara umum pada definisi “Pencemaran Lingkungan”. Karena salah
satu konsekuensi dari definisi pencemaran pada umumnya timbal balik ikut

1
Universitas Sumatera Utara

menentukan terhadap kebutuhan batasan-batasan standar kualitas. Karenanya pada
pengertian pencemaran air justru masih harus ditegaskan pula terhadap fungsi dari
pada air itu sendiri (Ryadi, 1994).
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang
dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan
yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air
tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin
banyak ragam zat pencemar, akan semakin banyak pula teknik-teknik yang
diperlukan untuk mengolah air tersebut agar bisa dimanfaatkan sebagai air
minum. Oleh karena itu, dalam praktik sehari-hari maka pengolahan air adalah
menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut

bisa dipakai sebagai air yang layak konsumsi atau tidak (Sutrisno dan Suciastuti,
1996).
Air yang berada di bumi tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,
meskipun demikian bukan berarti bahwa semua air yang ada di bumi telah
mengalami penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normalnya. Daerah
pegunungan atau hutan yang jauh dari kegiatan industri dengan udara yang sejuk
dan bersih, air hujan mengandung karbondioksida (CO2), gas oksigen (O2), dan
gas nitrogen (N2), serta bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel
lainnya yang terbawa dari atmosfer. Pada dasarnya air murni tidak enak untuk di
minum karena beberapa bahan yang terlarut dapat memberikan rasa yang spesifik
terhadap air minum (Sunu, 2001).

2
Universitas Sumatera Utara

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar klorida
dari sampel air minum isi ulang yang beredar di kabupaten Serdang Bedagai
apakah memenuhi persyaratan atau tidak sebagai air minum yang layak konsumsi
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

492/MENKES/PER/IV/2010.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi
masyarakat tentang cara menentukan kadar klorida pada air minum apakah telah
memenuhi standar yang diharapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Repbulik Indonesia Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010 dimana batas
maksimum kadar klorida yang diharapkan adalah tidak lebih dari 250 mg/L.

3
Universitas Sumatera Utara