Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Perilaku
merupakan respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan
atau dari dalam dirinya (Ali, 2010).
2.1.2 Bentuk-Bentuk Perilaku
Menurut teori greendari buku Lumongga,dalam faktor predisposisi
(predisposing factors), adalah faktor pencetus terjadinya suatu sebab, seperti:
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya
mengatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku adalah:
a. Knowledge (pengetahuan)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya).

Dengan


sendirinya,

pada

waktu

penginderaan

sampai

meenghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda.

7
Universitas Sumatera Utara

8


Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:


Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: Perilaku kepala keluarga
tahu terhadap pentingnya melakukan pemeriksaan medical check up. Untuk
mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa akibatnya jika tidak melakukan
medical check up.


Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar

dapat


menyebutkan,

tetapi

orang

tersebut

harus

dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, kepala keluarga memahami pentingnya pemeriksaan medical
check up, bukan hanya sekedar memahami tetapi harus dapat melaksanakan
pemeriksaan medical check up untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh
kepala keluarga.



Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan dan dapat mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya: kepala keluarga yang
telah paham pentingnya pemeriksaan medical check up ia harus dapat
membuat keputusan untuk mengetahui penyakit yang dideritanya.

Universitas Sumatera Utara

9


Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yanng terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah
apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut. Misalnya: dapat mengetahui diagnosa sebenarnya dengan
tidak mengetahui diagnosa sebenarnya dalam melakukan pemeriksaan
medical check up.


Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada.


Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan
sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang bapak dapat


Universitas Sumatera Utara

10

menilai apa yang harus dilakukan untuk memeriksakan kesehatan dengan
melakukan pemeriksaan medical check up (Notoatmodjo, 2005).
b. Attitual (sikap)
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap
merupakan kesepian atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivits akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan atau reaksi tertutup).
c. Practice (tindakan)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalm tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau
sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3

tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:


Praktek terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

Universitas Sumatera Utara

11


Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mem-praktikkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
Misalnya: seorang bapak secara otomatis melakukan pemeriksaan medical
check up, tanpa disuruh oleh orang lain.



Adopsi (adoption)
Adopsi adalah tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa

yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Seorang
bapak bukan hanya datang kedokter umum saja melainkan melakukan
pemeriksaan medical check up (Arikunto,2006).
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Setiadi, 2008).
2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Robert Maclver dan Charles Morton Page bahwa ciri-ciri keluarga
adalah:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara

Universitas Sumatera Utara


12

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenklatur), termasuk
perhitungan garis keturunan
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak
e. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga
(Ristantif, 2012).
2.2.3 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak oleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orangtua/ keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, dan seberapa besar
perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbanhgan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutukan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan keluarga diharapkan

Universitas Sumatera Utara

13

tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika
keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di
lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga
telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga
(Suprajitno, 2004).
2.2.4 Langkah-Langkah Dalam Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan, adalah sebagai berikut:
a. Membina hubungan kerja sama dengan keluarga, dengan cara:
1. Mengadakan kontak dengan keluarga
2. Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.
3. Menyatakan kesediaan untuk membatu memenuhi kebutuhan-kebutuhan
kesehatan keluarga.

Universitas Sumatera Utara

14

4. Membina komunikasi dua arah dalam keluarga.
5. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan
keluarga.
b. Menganalisa data keluarga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan
dan perawatan keluarga.
c. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga.
d. Menentukan luas dan sifatnya masalah serta kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
e. Menentukan atau menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga.
f. Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan urutan
prioritas.
g. Melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana
yang disusun.
h. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.
i. Meninjau kembali masalah yang belum dapat teratasi dan merumuskan
kembali rencana asuhan keperawatan yang baru (Setiadi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

15

2.3 Kepala Keluarga
2.3.1 Pengertian Kepala Keluarga
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 31 ayat 3
menyatakan bahwa ”Suami adalah Kepala Keluarga”. Sedangkan menurut
Undang-Undang Pasal 91 bahwa:
1. Dalam kekuasaan bapak dicakup pula kekuasaan kepala keluarga.
2. Dengan orang tua, dimaksud pula kepala keluarga.
3. Dengan bapak, dimaksud pula orang yang menjalankan kekuasaan yang
sama dengan bapak.
BPS (Badan Pusat Statistik) kepala keluarga adalah orang yang
bertanggungjawab atas kebutuhan sehari- hari keluarga.
2.3.2 Tanggung Jawab Kepala Keluarga
Tanggung jawab kepala keluarga dalam suatu keluarga sangatlah
dibutuhkan, selain untuk memenuhi nafkan keluarga salah satu tanggung jawab
kepala rumah tangga adalah memperhatikan kesehatan setiap anggota keluarga.
Kepala keluarga harus merencana hidup sehat, mulai dari makanan dan cara pola
hidup sehat. Secara umum tanggung jawab kepala keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Mencari nafkah.
Kepala keluarga bertugas mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga. Nafkah
tentunya adalah suatu kebutuhan dalam keluarga agar dapat makan dan
minum sehingga dapat menjalani kegiatan sehari-hari.

Universitas Sumatera Utara

16

2. Menyediakan tempat tinggal.
Kewajiban lain seorang kepala keluarga adalah menyediakan rumah sebagai
tempat tinggal. Tempat tinggal yang dimaksud adalah dimana keluarga
tersebut bertempat tinggal dan sebagai tempat untuk beristirahat. Tempat
tinggal yang disediakan juga harus diperhatikan, tempat tinggal harus bersih
dan nyaman sehingga setiap anggota keluarga dapat hidup sehat di dalam
tempat tinggal tersebut.
3. Memimpin jalannya roda rumah tangga.
Tugas kepala rumah keluarga yang dibutuhkan setiap saat adalah mengatur
kehidupan sehari-hari, tata cara hidup anak dan istri. Seorang kepala keluarga
yang tidak memimpin keluarganya akan membuat keluarga tersebut tidak
teratur.
4. Menjaga keselamatan.
Kepala keluarga harus mampu melindungi setiap anggota keluarga dari setiap
gangguan yang datang. Kepala keluarga harus memikirkan sesuatu yang
membuat keluarga terhindar dari ancaman-ancaman yang menggangu setiap
anggota keluarga (Jaran, 2011).
2.4 Medical Check Up
2.4.1 PengertianMedical Check Up
Medical check up adalah pemeriksaan kesehatan lengkap untuk mengetahui
kesehatan seseorang. Beberapa penyakit dapat dideteksi secara dini melalui
medical check up, berbagai penyakit degeneratif seperti: tekanan darah tinggi,

Universitas Sumatera Utara

17

stroke, diabetes, kanker, kelainan pada liver dan jantung, yang sering
dihubungkan dengan gaya hidup (Droeska, Oen 2010).
2.4.2 Kegunaan Medical Check Up
Adapun kegunaan ataupun tujuan medical check up adalah:
a. Mencegah berkembangnya suatu kelainan atau penyakit
b. Melakukan pengobatan segera
c. Mencegah atau menunda terjadinya komplikasi
d. Menghemat biaya pengobatan
e. Memperpanjang usia produktif dan usia harapan hidup
f. Meningkatkan kualitas hidup.
2.4.3 Jenis-Jenis Pemeriksaan Medical Check Up
Menurut Lely S. Setio mengatakan bahwa jenis-jenis pemeriksaan medical
check up adalah:
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Dilakukan beberapa wawancara tentang riwayat kesehatan dan keluhan yang
dirasakan saat ini, serta pemeriksaan kondisi tubuh secara umum.
2. Rontgen foto thorax
Pemeriksaan rontgen dada atau thorax untuk mendeteksi adakah kelainan pada
paru-paru dan jantung.
3. Elektrokardiografi
Pemeriksaan rekam jantung dalam keadaan istirahat, untuk menilai irama
aktifitas jantung, sehingga dapat mendeteksi kelainan jantung.

Universitas Sumatera Utara

18

4. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan dengan gelombang berfrekuensi tinggi, untuk menilai organorgan dalam rongga perut (abdomen).
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang dari sample darah, urine dan feses untuk mendeteksi
adakah kelainan-kelainan pada tubuh.
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari:
a. Hematologi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapat gambaran permasalahan
seperti tanda-tanda infeksi akut atau kronis, tanda-tanda perdarahan, tandatanda keganasan (kanker darah), tanda-tanda anemia dengan berbagai sebab
seperti: gangguan pembentukan darah, gangguan hematologi.
b. HbsAg,Anti HbsAg, SGOT, SGPTdan GGT
1. HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen)
HbsAg (Hepatitis B Surface Antigen) adalah material permukaan/ kulit
virus hepatitis B berisi protein yang dibuat oleh sitoplasma sel hati yang
terkena infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan selama infeksi akut,
karier dan hepatitis B kronik. HbsAg tidak infeksius tetapi justru
merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.
2. Anti HBs Ag.
Anti HbsAg adalah antibodi terhadap HbsAg, yang muncul setelah
secara klinis menderita hepatitis B. Anti HbsAg + (positip) menunjukkan
adanya antibodi terhadap virus Hepatitis B yang berarti memberi

Universitas Sumatera Utara

19

perlindungan dari penyakit Hepatitis B. Apabila anti HbsAg + (positip)
menetap akan memberi perlindungan terhadap infeksi HVB. Apabila titer
menurun menunjukkan perlunya imunisasi ulang.
3. SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase):
SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase adalah enzim
transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino Transferase)
katalisator perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat.
Enzim ini berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung.
Pelepasan enzimyang tinggi kedalam serum menunjukkan adanya
kerusakan terutama pada jaringan jantung dan hati.Pada penderita infark
jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai puncak
setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari ke tiga
sampai hari kelima.
4. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase):
SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase) merupakan enzim
transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh
terutama Hati. Sering disebut juga ALT (Alanin Aminotransferase).
5. GGT (Gama – GT / Gama Glutamil Transferase)
Gama Glutamil Transferase adalah enzim yang ditemukan terutama
pada jaringan hati dan ginjal. Pemeriksaan ini sensitif untuk mendeteksi
macam-macam penyakit hati.

Universitas Sumatera Utara

20

Peningkatan GGT dalam serum menunjukkan adanya:
a. Kerusakan hati
b. Konsumsi alkohol (12 – 24 jam setelah konsumsi)
c. Hepatitis akut maupun kronis, sirosis hati, nekrosis hati
d. Kanker hati, kanker pankreas, dan kanker prostat
e. Mononukleasis, penyakit ginjal, paru-paru dan otak. (Wimann,
2010).
c. Asam Urat
Penyakit asam urat disebabkan akibat berlebihnya zat purin. Anda bisa
merasa pegal atau sakit khususnya pada persendian.
Jenis kelamin mempengaruhi jumlah angka sehat, rentangnya adalah:
Jenis Kelamin

Angka Sehat

Pria

3,7 - 7,6 mg/dl

Wanita

2,5 - 6,0 mg/dl

Universitas Sumatera Utara

21

d. LDL (Low Density Lipoprotein)
Biasa disebut kolesterol jahat. Kolesterol ini yang membuat penyumbatan
pada pembuluh darah. Rentang angka sehatnya adalah:
Angka

Keterangan

190

Sangat tidak sehat, karena berisiko
terkena stroke atau penyakit jantung

e. HDL (High Density Lipoprotein)
Kebalikan dari LDL, ini merupakan kolesterol baik karena akan
membawa kolesterol yang ada pada pembuluh darah ke hati yang
selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh.
Akan semakin baik bila tubuh memiliki banyak kolesterol baik. Rentang
angka sehatnya adalah:
Angka

Keterangan

< 40

Tidak sehat

41-59

Mengkhawatirkan

> 60

Sehat

Universitas Sumatera Utara

22

f. Total Kolesterol
Total Kolesterol adalah jumlah antara kolesterol jahat (LDL) dan
kolesterol baik (HDL). Rentang angka sehatnya adalah:
Angka

Keterangan

< 200

Sehat

200 – 239

Hati-hati

> 240

Tidak sehat, upayakan untuk memperbanyak
kadar HDL dan turunkan LDL

g. Trigliserida(TG)
Trigliserida (TG) adalah lemak yang berasal dari makanan yang
dikonsumsi, misalnya dari makanan berlemak atau makanan berkarbohidrat
tinggi. Rentang angka sehatnya adalah:
Angka

Keterangan

< 150

Sehat

150 – 199

Hati-hati

200 – 499

Tidak sehat, batasi konsumsi makanan berlemak
dan perbanyak makanan berserat

> 499

Sangat tidak sehat. Konsultasikan ke dokter
untuk mendapat penanganan yang baik.

h. Gula Darah
Gula darah yang berlebih dapat menyebabkan penyakit diabetes atau
kencing manis dengan akibat yang cukup berbahaya. Angka yang dihasilkan
berbeda bergantung pada saat pengambilan darah (Kosasih, 2008).

Universitas Sumatera Utara

23

-

K.adar Gula Setelah Puasa
Gula puasa, yang diambil setelah seseorang berpusa selama minimal 8 jam. Rentang

angkanyasebagai berikut:
Angka

Keterangan

126 Mg/dl

Tidak sehat. Pada angka ini berarti
anda mengalami diabetes.

-

Kadar Gula tanpa Puasa
Gula darah sewaktu, yang diambil kapan saja tanpa puasa sebelumnya

(Yunita, 2012).
Angka

Keterangan

< 110 mg/dL

Sehat

110 - 199 mg/dL

Hati-hati, termasuk pradiabetes

> 200 mg/dL

Tidak sehat, pada angka ini berarti Anda
mengalami diabetes

i.

TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH berguna untuk mengetahui apakah ada kelainan pada tiroid. Rentang

angka sehatnya adalah antara 0,35 - 2,1 mU/L.
j.

PSA (Prostat Spesific Antigen)
PSA merupakan hormon yang dihasilkan oleh pria pada glandula prostat.

Bila berada pada rentang angka tidak sehat dapat berarti seorang pria
mengalami pembesaran prostat atau kanker prostat. Angka sehatnya adalah
antara 0 - 2,6 ng/ml (Bradley, 2005).

Universitas Sumatera Utara

24

2.4.4 Deteksi Awal Yang Harus Dilakukan Medical Check Up
Deteksi awal suatu penyakit sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
atau perawatan dini sehingga akan mengurangi biaya kesehatan. Adapun
persiapan awal yang dilakukan adalah:
1. Puasa (sesuai dengan kebutuhan) mulai jam 21.00 WIB sehari sebelum uji
kesehatan dilakukan atau puasa dilakukan minimal 10 jam sebelum
pemeriksaan dilakukan. Saat puasa, peserta diperbolehkan minum air putih.
Puasa dilakukan untuk peserta Uji Kesehatan mulai Tipe II (Silver) hingga
Tipe Eksekutif (Diamond)dan Tipe Jantung.
2. Datang ke Unit Uji Kesehatan pukul 07.00 WIB
3. Membawa kacamata bagi peserta yang menggunakan kacamata.
4. Untuk peserta wanita tidak disarankan melakukan Uji Kesehatan pada saat
menstruasi.
2.4.5 Ragam PemeriksaanMedical Check Up Berdasarkan Usia
Apabila dikategorikan berdasarkan usia, pemeriksaan medical check up
yang sesuai dengan usia pasien adalah:
a. Usia 18 - 29 Tahun
Medical check up, menurut Lita, dapat dimulai pada usia 18 tahun. “Karena
pada usia di bawah 18 tahun seseorang masih masuk kategori anak-anak,
sehingga pemeriksaan mengenai kondisi medis hingga tumbuh kembang masih
dilakukan oleh dokter anak”.

Universitas Sumatera Utara

25

Pada rentang usia 18-29 tahun, medical check up sebaiknya meliputi
pemeriksaan fungsi paru, USG abdomen, foto Thorax, dan tes jantung dengan
menggunakan EKG dan treadmill .
Sementara pemeriksaan laboratorium yang dapat ditempuh adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan hematologi lengkap.
2. Pengecekan kadar gula darah puasa dan kadar gula darah setelah 2 jam
makan.
3. Tes fungsi hati.
4. Tes fungsi ginjal.
5. Profil lemak (pengecekan kadar kolesterol dan trigliserida)
6. Tes urine lengkap
7. Tes feses lengkap
b. Usia 30 Tahun Ke Atas
Pada usia 30 tahun ke atas dianjurkan rutin untuk mengambil pemeriksaan
yang lebih lengkap. Komponen-komponen pemeriksaan dasar yang disebutkan
di atas turut dilakukan, hanya ditambah dengan pemeriksaan berikut:
1. Pemeriksaan dengan dokter gigi, dokter spesialis mata, dan dokter THT.
2. Pemeriksaan dengan ginekolog khusus untuk wanita.
3. Hepatitis B Marker untuk mendiagnosis penyakit hepatitis B.
4. Hepatitis C Marker untuk mendiagnosis penyakit hepatitis C.
5. Agregrasi trombosit.

Universitas Sumatera Utara

26

6. Tumor Marker misalnya pemeriksaan kadar CEA dan AFP, dan khusus
untuk pria ada pula PSA screening untuk deteksi dini kanker prostat.
7. Deteksi dini kanker leher rahim dengan pemeriksaan ginekologi dan pap’s
smear.
8. Deteksi dini kanker payudara dengan mammografi atau USG.
9. Pemeriksaan Bone Densitometri atau ketebalan warna tulang untuk
mendiagnosis tulang keropos.
10. Pemeriksaan tambahan yang juga dapat diambil adalah cardiovascular
check up, yaitu pemeriksaan jantung secara menyeluruh (Dwinanda, 2012).
2.4.6 Keuntungan Pemeriksaan Medical Check Up
Keuntungan untuk melakukan pemeriksaan Medical Check Up adalah:
a. Bila hasil negatif; hati jadi senang, tubuh semakin bugar, dan produktifitas
meningkat. Sehingga dapat mempertahankan pola hidup sehat yang telah
dijalani.
b. Bila ada kelainan dan diagnosis sudah ditegakkan, maka pengobatan dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga penyakit dapat segera diatasi.
c. Bila ditemukan tetapi diagnosis belum tegak, maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium tambahan untuk diagnosis yang lebih pasti (Hosting, 2011).

Universitas Sumatera Utara

27

2.4.7 Kerugian yang timbul jika tidak melakukan Pemeriksaan Medical
Check Up
Kerugian yang timbul jika tidak melakukan pemeriksaan Medical Check
Up adalah:
a. Kelainan yang tidak dapat diketahui secara dini
b. Saat muncul keluhan, penyakit telah mencapai tahap lanjut
c. Pengobatan sulit dan biaya tinggi (Hosting, 2011).

Universitas Sumatera Utara

28

2.5 Kerangka Pikir
Kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Karekteristik Kepala
Keluarga:
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Penghasilan

Tindakan
Pemeriksaan Medical
Check Up

PerilakuKepalaKelua
rga:
-

Pengetahuan
Sikap

Dalam kerangka konsep yang diteliti dilihat dari karakteristik, pengetahuan
dan sikap kepala keluarga terhadap tindakan kepala keluarga dalam pengambilan
keputusan untuk melakukan pemeriksaan medical check up umur 50 tahun keatas.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Media Transnasional Terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

0 51 129

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 3 149

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 16

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 2

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 10

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 0 15

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 0 2

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 0 6

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 6 5

Perilaku Kepala Keluarga Terhadap Pemeriksaan Medical Check Up Usia 50 Tahun Keatas Di Kelurahan Helvetia Tengah Medan Tahun 2013

0 0 13