Pengaruh Media Transnasional Terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

(1)

PENGARUH MEDIA TRANSNASIONAL TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH

KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

Diajukan Oleh :

CHRISTY ANASTASYA MARGARETHA SITUMORANG 070902020

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPAARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Christy Anastasya Margaretha Situmorang Nim : 070902020

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA TRANSNASIONAL TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 92 halaman, 2 bagan, 49 tabel, 3 lampiran serta 32 pustaka)

Fenomena penyimpangan perilaku remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing baik yang diperoleh lewat bacaan atau majalah, TV, film, internet maupun game online yang merupakan adaptasi dari teknologi asing ditengarai menjadi salah satu pengaruh penyebab penyimpangan perilaku remaja. Pada penelitian ini penulis mencoba menyoroti fenomena tersebut, untuk selanjutnya dapat diketahui bagaimana pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dengan mencari pengukuran tingkat hubungan antara 2 variabel yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Sampel pada penelitian ini sebanyak 98 orang remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu dengan data primer berupa kuisioner, wawancara dan observasi serta data sekunder berupa studi kepustakaan.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan hubungan positif sedang dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,382 nilai r tabel sebesar 0,202. Nilai

taraf signifikan 14,59% didapat nilai r hitung > dari r tabel sehingga Ha diterima. Artinya ada pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan penyertaanNya penulis masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul Pengaruh Media Transnasional Terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja Di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, MSP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Bapak Matias Siagian M.Si selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih penulis sampaikan karena telah membimbing dan menduku ng penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Orangtua penulis, Barmen Situmorang dan Anni M. Hutapea. Terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan kepercayaaan yang selama ini diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati.

6. Saudara-saudara penulis: kakakku Sandra Liviyanski Elizabeth Situmorang SH, adik-adikku Jovanka Anggi Imanuella Situmorang dan Riovaldo Samuel Ignatius Situmorang. Big hug to all of you. Thanks God for the togetherness that we have. Tuhan memberkati.

7. Buat Tulang Kurnia MG Hutapea yang jauh-jauh dari Baltimore, MD, USA yang tidak pernah lupa menanyakan perkembangan skripsi ini. Terima kasih buat doa dan dukungannya.

8. Buat semua keluarga besar penulis. Terimakasih untuk doa, dukungan dan semangat yang diberikan.

9. Lurah Helvetia Tengah Bapak Laurentius S.Sos beserta pegawai Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. 10.Artha Junita Hutagaol, Nobel Silitonga, Immanuel Bukit, Lukas Fernando,

Lydia Lucyana Pasaribu for being my present help that God has sent me. Hahaha thanks ya semuanya! Keep this unconditional friendship ‘til we get old.

11.Nevi Dwitya Purba, Yohanna Siagian, Ferika Ritonga, Deceiria Sinaga, Vembra Eldys. Terima kasih buat semangat dan persahabatan kita.

12.Teman-teman stambuk 2007. Terima kasih buat kalian semua. Lydia, Tri, Maya, Tissa (Can’t wait to have another trip with you. Lets goin’ prepare ya!). Castri, Sheila, Roma, Dwita, Yohana, Putri, Risma, Ledi, Petrus,


(5)

Alex, Frans, Andri dan semua yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.

13.Kepada senior stambuk 2006, Edho, Bobby, Immanuel, Rahmat, Dewi. Terima kasih untuk semangatnya.

14.Paduan Suara Sola Gratia SMA Negeri 1 Medan dan Paduan Suara Sola Gratia Alumni SMA Negeri 1 Medan . God Bless this choir and I’m hoping for another successful job on great competition.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu. Mohon maaf jika belum ada nama yang tertuliskan. Terima kasih buat semua dukungannya. Tuhan memberkati.

Medan, Maret 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media ... 10

2.2. Globalisasi Media ... 14

2.3. Remaja dan Perkembangannya ... 17

2.3.1. Pengertian Remaja... 17

2.3.2. Pengertian Perkembangan Remaja ... 18

2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja ... 19

2.3.4. Karakteristik Nilai, Moral dan Sikap Remaja... 21

2.4. Perilaku Menyimpang Remaja... 22

2.4.1. Konsep Perilaku Menyimpang ... 22


(7)

2.5. Usaha Kesejahteraan Sosial ... 27

2.5.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial... 27

2.5.2.Tujuan Pekerjaan Sosial dan Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Penyimpangan Perilaku ... 28

2.6. Hipotesis………31

2.7. Kerangka Pemikiran... 31

2.8. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 35

2.8.1. Definisi Konsep ... 35

2.8.2. Definisi Operasional ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Teknik Analisis Data... 40

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kelurahan Helvetia Tengah ... 43

4.2. Keadaan Penduduk ... 43

4.2.1. Jumlah Penduduk ... 43

4.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 44

4.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 45

4.2.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 47


(8)

4.2.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .... 49

4.3. Sarana dan Prasarana ... 50

4.3.1. Pendidikan ... 50

4.3.2. Sarana Ibadah ... 51

4.3.3. Prasarana Ekonomi ... 52

4.3.4. Kesehatan ... 52

4.3.5. Prasarana Olahraga ... 53

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Karakteristik Responden ... 55

5.2. Pola Penggunaan Media Transnasional ... 60

5.3. Penyimpangan Perilaku ... 77

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 44

4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 46

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 47

4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 48

4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 49

4.7 Sarana Pendidikan ... 50

4.8 Sarana Tempat Ibadah ... 51

4.9 Prasarana Ekonomi ... 52

4.10 Prasarana Kesehatan ... 52

4.11 Prasarana Olahraga ... 53

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 55

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku Bangsa/Etnis... 56

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 57

5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 58

5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

5.7 Frekuensi Responden Menonton TV ... 60

5.8 Frekuensi Responden Menonton TV Dalam Sehari ... 61

5.9 Distribusi Responden Tentang Tayangan TV yang Biasa Ditonton 62 5.10 Frekuensi Responden Dalam Menonton Film Porno ... 63


(10)

5.11 Frekuensi Responden Dalam Menggunakan Internet... 64

5.12 Distribusi Responden Tentang Darimana Mengenal Internet ... 65

5.13 Frekuensi Responden Dalam Menggunakan Internet Dalam Sehari 66 5.14 Distribusi Responden Tentang Topik yang Paling Tertarik Untuk Diketahui Lewat Internet ... 67

5.15 Frekuensi Responden Dalam Mengunduh Situs dan Gambar Porno 68 5.16 Distribusi Responden Darimana Biasanya Mempergunakan Fasilitas Internet ... 69

5.17 Frekuensi Responden Dalam Penggunaan Game Online ... 70

5.18 Distribusi Darimana Mengenal Game Online ... 71

5.19 Frekuensi Mempergunakan Game Online Dalam sehari ... 72

5.20 Distribusi Responden Darimana Biasanya Mempergunakan Fasilitas Game Online ... 73

5.21 Frekuensi Responden Dalam Membaca Majalah atau Media Media Cetak Lainnya... 74

5.22 Distribusi Responden Tentang Jenis Media Cetak yang Digemari 75 5.23 Distribusi Responden Tentang Topik yang Paling Menarik Untuk Diketahui Lewat Media Cetak ... 75

5.24 Frekuensi Responden Dalam Membaca Majalah Porno ... 76

5.25 Frekuensi Responden Dalam Membolos ... 77

5.26 Frekuensi Responden Dalam Terlibat Tawuran... 78

5.27 Frekuensi Responden Dalam Merokok ... 78


(11)

5.29 Frekuensi Responden Dalam Melawan dan Bersikap Kasar

Pada Orangtua ... 80

5.30 Frekuensi Responden Dalam Mencuri ... 81

5.31 Frekuensi Responden Dalam Melakukan Hubungan Seks Dengan Pacar ... 82

5.32 Frekuensi Responden Dalam Menghisap Ganja/ Mengkonsumsi Narkoba ... 82

5.33 Frekuensi Responden Dalam Bermain Judi Online ... 83

5.34 Frekuensi Responden Dalam Tidur Larut Malam ... 84

5.35 Frekuensi Responden Dalam Pergi ke Diskotik ... 85

5.36 Frekuensi Responden Dalam Pergi ke Bar ... 86

5.37 Frekuensi Responden Dalam Pergi ke Tempat Maksiat/ Kafe Remang-remang ... 86

5.38 Frekuensi Responden Tentang Keterlibatan/berhadapan Dengan Hukum ... 87


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Pemikiran ………34 Bagan 2 Struktur Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

Kota Medan………..54


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPAARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Christy Anastasya Margaretha Situmorang Nim : 070902020

ABSTRAK

PENGARUH MEDIA TRANSNASIONAL TERHADAP PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 92 halaman, 2 bagan, 49 tabel, 3 lampiran serta 32 pustaka)

Fenomena penyimpangan perilaku remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing baik yang diperoleh lewat bacaan atau majalah, TV, film, internet maupun game online yang merupakan adaptasi dari teknologi asing ditengarai menjadi salah satu pengaruh penyebab penyimpangan perilaku remaja. Pada penelitian ini penulis mencoba menyoroti fenomena tersebut, untuk selanjutnya dapat diketahui bagaimana pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik analisis koefisien korelasi Product Moment dengan mencari pengukuran tingkat hubungan antara 2 variabel yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Sampel pada penelitian ini sebanyak 98 orang remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu dengan data primer berupa kuisioner, wawancara dan observasi serta data sekunder berupa studi kepustakaan.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan hubungan positif sedang dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,382 nilai r tabel sebesar 0,202. Nilai

taraf signifikan 14,59% didapat nilai r hitung > dari r tabel sehingga Ha diterima. Artinya ada pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Fenomena penyimpangan perilaku remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi faktor pengaruh timbulnya penyimpangan perilaku pada remaja, salah satu di antaranya ialah perkembangan media yang begitu pesat dan mudah dijangkau. Media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing serta hiburan yang sekarang ini mudah diperoleh dari sumber media seperti komputer, fasilitas internet yang didukung dengan perkembangan usaha jasa warung internet (warnet), TV, usaha-usaha penjualan VCD dalam maupun luar negeri serta alat komunikasi yang canggih yang hampir dimiliki oleh semua remaja maupun sumber media lainnya sedikit banyak akan membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap perkembangan pola perilaku dan moral remaja.

Akses informasi yang mudah diperoleh ini dapat memicu adanya suatu tren dimana remaja memiliki ketergantungan terhadap media transnasional. Tren ini dipertegas dengan adanya suatu kajian tentang frekuensi pemakaian internet di kalangan remaja yang dilakukan pada tahun 2003 oleh Harris Interactive and Teenage Research Unlimited untuk perusahaan media internet Yahoo. Kajian ini menemukan bahwa anak muda berusia 13 hingga 24 tahun menghabiskan lebih banyak waktu online setiap minggu dibandingkan menonton TV, rata-rata 17 banding 14 jam. Selain itu pada tahun yang sama Kaiser Family Foundation memaparkan suatu laporan mengenai intensitas kegunaan internet dimana 94%


(15)

mengerjakan tugas sekolahnya, dibandingkan dengan 85% yang menggunakannya untuk mendapatkan informasi tentang film, musik, atau TV. 81% mengatakan mereka melakukan online untuk bermain permainan (game), 78% untuk mendapatkan berita, 50% untuk mengetahui skor olahraga dan 36% untuk membeli barang. Kajian lain mengenai frekuensi pemakaian internet dilakukan oleh Pew Foundation terdapat 94% remaja online untuk tugas sekolah dan terdapat 54% mengatakan mereka online untuk mengikuti tren mode dan musik (Hernandez, 2007:36).

Melalui beberapa kajian tersebut dapat diketahui bahwa hampir semua aktivitas remaja yang berhubungan dengan bahan-bahan informasi, tugas sekolah bahkan hiburan bergantung pada keberadaan internet. Online di internet membuat remaja menemukan berbagai macam pengetahuan secara luas.

Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orangtua, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksual remaja. Hasil survei pengaksesan situs porno oleh Statistic by Family Safe Media menyatakan bahwa terdapat 4,2 juta situs internet porno, dimana setiap harinya terdapat 68 juta permintaan mencari materi pornografi melalui mesin pencari (search engine) internet dan setiap harinya rata-rata setiap pengguna internet menerima atau mengirim 4,5 juta email porno. Survei mengenai pengaksesan situs porno yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek (2005) dengan 1.705 responden remaja memperoleh hasil bahwa lebih dari 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs internet


(16)

Di Indonesia pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh semua usia. Dalam suatu artikel yang diterbitkan oleh BKKBN pada tahun 2004 disebutkan bahwa selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, Indonesia juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang rentan penetrasi pornografi terhadap anak. Saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Penelitian lain yang dilakukan oleh BKKBN di empat kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2002 menunjukkan hasil bahwa remaja usia 15-19 tahun hampir 60% di antaranya pernah melihat film porno dan 18,4% remaja putri mengaku pernah membaca buku porno. Survei juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah. Menurut remaja laki-laki yang sudah pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film barat dengan adegan panas bahkan yang menyuguhkan adegan porn

Dr. Boyke Dian Nugraha selaku pakar seks dan spesialis obstetri dan ginekologi menyatakan penyebab aktivitas seks di kalangan remaja adalah kurangnya pengetahuan seks pada remaja. Faktor ini ditambah dengan informasi keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks, VCD porno, situs porno di internet dan lainnya yang mengakibatkan pemahaman dan persepsi remaja tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti luas, meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks di antaranya aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku (www.cinhau.com 29/09/2010).


(17)

Pengaruh pendidikan seks di kalangan remaja yang diperoleh sendiri tanpa adanya pengawasan dan arahan yang benar melalui akses situs porno maupun film-film asing yang mempertontonkan adegan panas yang mudah diperoleh lewat internet dan bahkan dijual secara bebas akan memberikan dampak seperti terjadinya pergaulan bebas, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan sampai pada penyakit HIV/AIDS di kalangan remaja.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV-AIDS di Indonesia, 54% adalah remaja. Jika di telisik, ada beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah. Di antaranya pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut, serta pengaruh yang memegang peranan penting ialah perkembangan media massa (www.suarakarya-online.com 05/10/2010).

Kepala BKKBN Provinsi Sumut H Indra Wirdhana, SH.MM mengaku prihatin dengan keberadaan remaja saat ini. Sebab menurut data 2010, baik dari Badan Pusat Statistik, Bappenas dan UNFPA, sebagian dari 63 juta jiwa remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat. Survei yang dilakukan oleh lembaga Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia sebut Indra, ternyata remaja putri berusia 14 sampai 19 tahun, persentasenya lebih tinggi dari pada remaja putra soal pernah berhubungan seksual yakni 34,7% untuk perempuan dan 30,9% untuk pria. Sementara itu kasus aborsi di kalangan remaja juga tinggi. Diperoleh data 2,5 juta jiwa perempuan pernah melakukan aborsi dan dari jumlah ini 27% atau 700 ribu dilakukan oleh remaja. Untuk


(18)

Narkoba menunjukkan 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3,2 juta jiwa pengguna narkoba dan dari jumlah itu 78% dari kalangan remaja. Sedang kasus AIDS hingga Desember 2009 sebesar 19.973 kasus dan dari jumlah ini 50,3% ditularkan melalui hubungan heteroseksual (www.waspadamedan.com 05/10/2010).

Media sebagai sumber informasi bagi remaja tidak hanya sebatas mengakses situs-situs dari internet saja. Sumber informasi yang diperoleh lewat media lain dengan tingkat penggunaan terbesar oleh remaja selain internet ialah media TV. Rata-rata anak hingga remaja menonton TV selama 30-35 jam per minggu atau hampir lima jam sehari. Mereka menyerap begitu saja apa yang ditayangkan TV, termasuk materi untuk dewasa. Akibatnya, terjadi peniruan oleh anak-anak dan remaja, terutama atas hal-hal yang bersifat negatif. Berdasarkan sejumlah riset perguruan tinggi mengenai tayangan TV antara lain sinetron dan tayangan asing yang mengandung materi kekerasan diperoleh hasil hingga 90%. Detailnya, 50% secara fisik dan 40% secara psikologis. Selain itu, ada penampakan ikon mistik sebanyak 75%, adegan seks 50%, pemerkosaan 20%, dan perkataan cabul 20% (www.edutaimentbrainpower.blogspot.com 07/11/2010).

Sebagaimana kita ketahui, tayangan kekerasan serta adegan yang menjurus ke pornografi adalah hal-hal yang dapat diperoleh remaja dengan mengakses situs-situs tertentu dari internet dan tontonan TV. Hal tersebut ditengarai juga telah banyak menyulut perilaku agresif remaja dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.


(19)

Selain menjadi sumber informasi bagi penggunanya media juga mempunyai kegunaan sebagai sumber hiburan. Salah satu yang sedang marak akhir-akhir ini ialah kehadiran game online. Hari ke hari game-game online terus bermunculan tanpa mengenal batas, anak remaja khususnya para pelajar juga tidak mau ketinggalan untuk memainkannya, mereka seakan selalu mengikuti perkembangan game online tersebut. Dengan semangat yang tinggi dan tanpa mengenal batas waktu mereka cenderung tidak lagi memperhatikan apa yang menjadi tugasnya sebagai seorang pelajar. Game-game itu telah mengkotak-katik otak mereka sehingga terganggu pikirannya dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari serta kehilangan mood baik dalam belajar apalagi mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan gurunya. Yang namanya game tidak pernah tamat, di dalam permainan itu ada level-level yang harus dilalui dan untuk melaluinya harus melewati rintangan. Dengan begitu mereka akan berusaha untuk melewati rintangan agar bisa naik level. Alhasil biaya yang harus dibayarkan juga membengkak. Para pelajar yang kecanduan game online cenderung lebih hemat untuk jajan tetapi sangat boros ketika bermain game di warnet. Pikirannya terus memikirkan game yang sedang dimainkan dan rela melakukan apapun demi bisa bermain game, seperti berbohong, mencuri uang orangtuanya ataupun milik temannya.

Perkembangan media juga mempengaruhi keberadaan fasilitas-fasilitas media informasi seperti warnet. Tidak terkecuali di Kelurahan Helvetia Tengah, dimana usaha warnet dapat dengan mudah dijumpai dengan jumlah yang tergolong banyak, baik yang ada di daerah Kelurahan Helvetia Tengah sendiri maupun yang ada di luar wilayah kelurahan tersebut. Sebagian besar


(20)

penggunanya ialah remaja. Bukannya tidak mungkin hal-hal yang sebelumnya telah diuraikan di atas juga dapat dialami remaja yang berada di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Besarnya pengaruh media informasi saat ini baik berupa TV, video, film asing, internet dan game terhadap penyimpangan perilaku remaja sebagaimana telah diuraikan di atas menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi tentang keterkaitan media transnasional dengan perilaku menyimpang remaja, dengan judul “Pengaruh

Media Transnasional terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana

pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.


(21)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori perilaku remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta dalam rangka pengembangan model pembinaan remaja oleh berbagai lembaga, baik pemerintah maupun non pemerintah.

1.4 Sistematika Penulisan

Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang

berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alir pikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang diterapkan.


(22)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian yaitu melalui kuesioner, kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada serta makna yang ada dibalik data penelitian tersebut.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran yang direkomendasikan berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Namun pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronik untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

Menurut pendapat Gerlach & Ely, jika dipahami secara garis besar media adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan seseorang mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap 12/10/2010).

Menurut Wright (dalam Severin, Tankard, 2005:386), media memiliki 3 fungsi, yaitu :

1. Pengawasan/surveillance, yaitu memberi informasi dan menyediakan berita.

2. Korelasi/correlation, dimana fungsi yang kedua adalah seleksi dan interpretasi tentang lingkungan.

3. Penyampaian warisan sosial/Transmission of the Social Heritage yang merupakan suatu fungsi dimana media menyampaikan informasi, nilai dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang.


(24)

Wright juga menambahkan satu fungsi lagi yang diperoleh dengan adanya media, yaitu hiburan yang dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari setiap hari dan untuk mengisi waktu luang.

Berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media dapat dikelompokkan ke dalam 4 tujuan, yaitu:

1. Pengetahuan. Seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh informasi tentang sesuatu. Hasil survei menunjukkan alasan orang menggunakan media antara lain: saya ingin mengetahui apa yang dikerjakan pemerintah, saya ingin mengetahui apa yang terjadi di dunia, saya ingin mengetahui apa yang dilakukan para politisi.

2. Hiburan. Kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan dan orang mencari hiburan salah satunya melalui media massa. Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk, yaitu: stimulasi atau pencarian untuk mengurangi rasa bosan atau melepaskan diri dari kegiatan rutin, relaksasi atau santai yang merupakan bentuk pelarian dari tekanan masalah, pelepasan emosi dari perasaan dan energi terpendam.

3. Kepentingan sosial. Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau diskusi tentang sebuah program TV, film terbaru dan lain-lain. Isi media menjadi bahan pembicaraan yang hangat. Media memberikan kesamaan landasan untuk membicarakan masalah sosial.


(25)

4. Pelarian. Orang menggunakan media massa untuk mengisi rintangan antara mereka dengan oranng lain atau untuk menghindari aktivitas lain (Morrissan, 2008:27).

Peran media massa dalam kehidupan sosial terutama dalam masyarakat modern tidak ada yang menyangkal, menurut Mcquail dalam bukunya Mass Communication Theories ada 6 perspektif dalam hal melihat peran media, yaitu:

1. Melihat media sebagai massa window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

2. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Media sebagai cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia,yang merefleksikan apa adanya. Karena para pengelola media sering merasa tidak bersalah jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya angle arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahi apa yang mereka inginkan.

3. Memandang media sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk konten lain berdasar standar para


(26)

pengelolanya. Disini khalayak dipilihkan oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan diperhatikan.

4. Media massa acap kali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreteur yang menerjemahkan dan menunjukka n arah atas berbagai ketidakpastian atau alternatif yang beragam.

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan atau umpan balik.

6. Media sebagai interlocutor, yang tidak hanya sebagai tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif (McQuail, 2000:66).

Transnasional merupakan sesuatu yang berkenaan dengan perluasan atau keluar dari batas-batas negara. Dalam hal ini media transnasional berarti yang mencakup informasi dan tayangan asing baik yang diperoleh lewat bacaan atau majalah, TV, film, internet dan game online yang merupakan adaptasi dari teknologi asing.

Pada intinya semua itu menunjukkan peran media dalam kehidupan sosial bukan hanya sekedar sarana diversion atau pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi penggunanya sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif interaksi sosial. Gambaran realitas yang dibentuk dari isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi


(27)

yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial tersebut.

2.2. Globalisasi Media

Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan, baik dalam segi ekonomi, politik, teknologi maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan individu. Perubahan yang begitu cepat memberikan konsekwensi bagi individu untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian juga dengan keadaan di Indonesia dimana hal tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya. (Agustiani, 2006: 1).

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat modern khusus di bidang informasi, dunia seakan sudah menyatu, menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat.

Salah satu hasil dari perubahan sosial ialah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau yang lazim disebut dengan era globalisasi sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia dan sudah menjadi realita sehari-hari. Tujuan utama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman.


(28)

Perkembangan iptek terutama kemajuan teknologi informasi dalam hal ini media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing baik yang diperoleh lewat bacaan atau majalah, TV, film, internet dan game online diyakini sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan hidupnya secara singkat serta mendapatkan informasi secara mudah baik legal maupun ilegal (www.buletinlibang.dephan.go.id 22/09/2010).

Media transnasional yang paling mempengaruhi penyampaian informasi terhadap penggunanya ialah internet dan TV yang dalam hal ini lebih mampu menjangkau informasi-informasi maupun tayangan-tayangan asing dengan objek gambar dan gerak. Lebih jelasnya transnasional memiliki pengertian yang berkenaan dengan perluasan atau keluar dari batas-batas negara. Perkembangan media TV yang tanpa kontrol di Indonesia semakin menguatkan kesan tidak adanya pemahaman strategis dari pemerintah. Potensi-potensi lembaga-lembaga media yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, diserahkan kepada pasar. Ketiadaan pemahaman ini juga lebih membuktikan bahwa secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah turut serta dalam proses terjadinya degradasi berbangsa dan bernegara (Wirodono, 2006:159).

Kenyataan bahwa media TV memberikan pengaruh penting dalam menyebarkan nilai-nilai kebebasan dan kesetaraan tidaklah dapat dinafikan. Namun, hal tersebut adalah watak dasar dari interaksi dalam kehidupan ini. Di luar watak dasar tersebut, aspek informasi dan komunikasi bisa menjadi bumerang. Dalam hal ini, media TV di Indonesia, berpengaruh besar terhadap tumbuhnya nilai-nilai hedonistik di masyarakat. Bertambahnya gaya hidup baru,


(29)

ragam konsumsi dan pola pikir yang seragam telah merasuki perubahan yang terjadi dalam hidup kemasyarakatan kita (Wirodono, 2006:160).

Satu hal lagi hasil dari globalisasi media yang tidak dipungkiri yaitu internet memang membawa begitu banyak kemudahan kepada penggunanya. Beragam akses terhadap informasi dan hiburan dari berbagai penjuru dunia dapat dilakukan melalui satu pintu saja. Internet juga dapat menembus batas dimensi kehidupan para penggunanya, waktu dan bahkan ruang sehingga internet dapat diakses oleh siapapun tanpa mengenal usia, kapanpun dan dimanapun. Hanya dengan fasilitas search engine/situs pencari informasi, pengguna internet dapat menemukan banyak sekali alternative dan pilihan informasi yang diperlukan dengan mengetikkan kata kunci di form yang disediakan. Namun, dibalik kemudahannya tersebut kehadiran internet juga dapat membawa sisi buruk bagi penggunanya karena setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif dan negatif. Yang paling nyata dan merusak adalah item-item asusila yang tak bermoral yang dengan mudah dapat diakses dijaringan internet

Melalui penjelasan mengenai media dan perkembangannya dewasa ini tentunya dapat dilihat bahwa media informasi mengambil tempat yang benar-benar membawa pengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat yang pada akhirnya mampu menciptakan maupun mengubah pola dan tingkah laku masyarakat itu sendiri. Di satu sisi ketidakmampuan masyarakat dalam hal ini khusus kepada remaja untuk memfilter informasi yang mereka peroleh dari keberadaan media transnasional membawa kekhawatiran kita pada imbas yang mungkin dialami


(30)

dalam menjalankan fungsi sosial remaja saat ini dan sampai sejauh mana pengaruh media berperan dalam menciptakan dan merubah perilaku para remaja.

2.3. Remaja dan Perkembangannya 2.3.1. Pengertian Remaja

Masa remaja menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun atau sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali, Asrori, 2004:9).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Gunarsa dalam Agustiani, 2006:26). Dengan demikian masa remaja meliputi pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan perubahan yang berlangsung secara berbeda dari masa-masa sebelumnya.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa


(31)

yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart & Friedman, 1987;Ingersoll, 1989 dalam Agustiani 2006:28).

2.3.2. Pengertian Perkembangan Remaja

Dalam mempelajari perkembangan manusia dan mahluk-mahluk lain pada umumnya kita harus membedakan dua hal yaitu proses pematangan dan proses belajar. Selain itu masih ada hal ketiga yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu pembawaan atau bakat. Pematangan berarti proses pertumbuhan yang menyangkut penyempurnaan fungsi-fungsi tubuh sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perilaku, terlepas ada atau tidak ada proses belajar (Purwanto, 1999:23).

Perkembangan mengacu kepada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Para ahli psikologi pada umumnya menunjuk pada pengertian perkembangan sebagai suatu proses perubahan yang bersifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik baru dalam hal ini berupa kematangan sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis. Perkembangan berkaitan erat dengan pertumbuhan. Berkat adanya pertumbuhan maka pada saatnya anak akan mencapai kematangan. Perbedaan antara pertumbuhan dan kematangan, pertumbuhan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kuantitatif seperti


(32)

bertambahnya berat dan tinggi badan dan sempurna susunan tulang dan jaringan saraf. Sedangkan kematangan menunjukkan perubahan biologis yang bersifat kualitatif yang sulit untuk diukur.

Pertumbuhan dan kematangan merupakan proses yang saling berkaitan yang berasal dari dalam diri seorang anak. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa faktor lingkungan tidak memegang peranan. Pertumbuhan dan kematangan dapat dipercepat dengan adanya rangsangan-rangsangan dari lingkungan dalam batas-batas tertentu (Ali, Asrori, 2004:11).

2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja

Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada periode usia tertentu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas perkembangan pada periode usia selanjutnya (Agustiani, 2006:37).

Pada masa remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Pada akhir masa remaja ini, diharapkan tugas-tugas tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa dengan peran-peran dan tugas-tugas barunya sebagai orang dewasa. Pikunas (dalam Agustiani, 2006:37) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.


(33)

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas.

3. Mengembangkan ketrampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok.

4. Menemukan model untuk identifikasi.

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada dirinya.

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada.

7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

Berdasarkan tugas-tugas tersebut, tampak secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang dihadapinya. Semua perubahan yang terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri. Dengan bertambahnya usia, lingkungan sosial yang dihadapi akan semakin luas. Lingkungan menuntut individu untuk bertingkah laku dengan cara tertentu sesuai dengan norma yang ada pada lingkungan. Akan tetapi juga tidak jarang lingkungan membawa pengaruh yang buruk bagi perkembangan serta perubahan remaja. Maka yang berperan keras pada masa ini ialah kontrol diri (Agustiani, 2006:37).


(34)

2.3.4 Karakteristik Nilai, Moral dan Sikap Remaja

Salah satu karakteristik remaja yang sangat menonjol berkaitan dengan nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai dan mengembangkan nilai-nilai baru yang sangat diperlukan sebagai pedoman, pegangan atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri untuk menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian yang semakin matang (Sarwono dalam Ali, Asrori, 2004:145). Pembentukan nilai-nilai baru dilakukan dengan cara identifikasi dan imitasi terhadap tokoh atau model tertentu atau bisa saja mengembangkannya sendiri (Ali, Asrori, 2004:145).

Moralitas adalah keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan kelompok sosial. Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa dalam Ali, Asrori, 2004:145).

Perkembangan moral merupakan salah satu segi yang penting dalam membentuk identitas diri, membentuk dan menyusun sifat-sifat yang tetap dalam segala perkembangan dan perubahan. Apabila kita lihat tingkah laku pada umur tertentu, maka akan terlihat:

1. Pada anak sekolah tingkah lakunya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perbuatannya dikaitkan dengan ancaman hukuman atau hadiah yang diperoleh.


(35)

2. Pada anak yang meningkat remaja ada keinginan untuk menjalankan peraturan yang berlaku dalam kelompok sosialnya.

3. Pada remaja kecenderungan mereka membentuk prinsip yang otonom. Prinsip yang berlaku pada mereka sendiri walaupun tidak sesuai dengan kelompoknya (Gunarsa dalam Ali, Asrori, 2004:95).

Tingkat perkembangan fisik dan psikis yang dicapai remaja berpengaruh pada perubahan sikap dan perilakunya. Perubahan sikap yang cukup menyolok dan ditempatkan sebagai salah satu karakter remaja adalah sikap menentang nilai-nilai dasar hidup orangtua dan orang dewasa lainnya. Gejala sikap menentang pada remaja hanya bersifat sementara dan akan berubah serta berkembang ke arah moralitas yang lebih matang dan mandiri (Gunarsa dalam Ali, Asrori, 2004:146).

2.4. Perilaku Menyimpang Remaja 2.4.1. Konsep Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang pada dasarnya memiliki banyak pengertian tergantung penyimpangan yang dilakukan dalam hal-hal tertentu. Penyimpangan perilaku remaja terkadang juga identik dengan kenakalan. Perbuatan-perbuatan yang melanggar norma dan mengganggu kenyamanan orang lain dan tentunya perilaku yang melanggar hukum adalah merupakan bentuk dari penyimpangan.

Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan (Sadli, 1983:35).


(36)

Di dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem-sietem nilai maupun norma-norma sosial yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam masyarakat, terjadi penyimpangan dari realitas sosial yang terwujud. Tingkah laku menyimpang (deviant behavior) merupakan suatu masalah sosial dalam arti kesulitan-kesulitan individual, tingkah laku atau tindakan-tindakan ’abnormal’, salah penampilan dalam peranan sosial, serta anggapan-anggapan mengenai identitas-identitas menyimpang seperti dalam kejahatan, sakit mental, penampilan orangtua yang tidak wajar, dan sebagainya. Penyimpangan tingkah laku seseorang bila mampu mempengaruhi banyak orang merupakan gejala timbulnya masalah sosial, karena masalah ini mengundang perhatian banyak anggota masyarakat di tempat penyimpangan sosial itu terjadi (Nurdin, 1990:54).

Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat baik norma agama, etika, peraturan sekolah, keluarga dan lain-lain dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2000:197).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dipilih konsep perilaku menyimpang adalah tindakan ataupun tingkah laku seseorang yang menyimpang dari aturan-aturan normatif yang merupakan standar-standar sosial yang dijadikan sebagai ukuran-ukuran apakah suatu perilaku baik dari individu maupun kelompok di dalam masyarakat.


(37)

2.4.2 Penyebab Perilaku Menyimpang

Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang menyimpang adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga terjadilah tindak korupsi, manipulasi, dan kolusi.

2. Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang tidak mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal mereka membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka mengambil jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.

3. Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri, merampok, menodong, dan lain-lain.

4. Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam kompleks prostitusi.


(38)

5. Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas

Sementara itu menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor subjektif, yaitu faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).

2. Faktor objektif, yaitu faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu dari faktor objektif:

a. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orangtuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.

b. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan yang menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang.


(39)

c. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.

d. Ikatan sosial yang berlainan.setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.

e. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja menganggap bahwa perilaku menyimpang adalah sesuatu yang wajar. Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang, sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri seseorang yang menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang wajar

Healy Broner (dalam Kartono, 1992:26) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang penyebabnya bersifat sosiogenis. Misalnya oleh kekuatan kultural dan disorganisasi sosial kota-kota besar dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat. Pertambahan penduduk yang pesat menjadikan daerah perkotaan juga cepat


(40)

berubah. Kondisi perkotaan yang memiliki ciri-ciri khas tertentu akan memunculkan perilaku yang menyimpang pada remaja. Jadi perilaku menyimpang tidak semata-mata muncul akibat pengaruh lingkungan keluarga saja, tetapi juga konteks kultur seseorang. Munculnya perilaku menyimpang remaja pada dasarnya terpupuk dari keadaan lingkungan yang juga tidak sehat.

2.5. Usaha Kesejahteraan Sosial 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

James Midgley (dalam Huda, 2009:72) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga syarat utama: (1) ketika masalah sosial dapat dimanage dengan baik; (2) ketika kebutuhan terpenuhi; (3) ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal.

Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International Conference of Social Welfare (Sulistiati dalam Huda, 2009:73) yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha social yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya.

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU Kesejahteraan Sosial No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :


(41)

“ Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya “.

2.5.2. Tujuan Pekerjaan Sosial dan Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan Penyimpangan Perilaku

Pada awalnya, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh The National Association of Social Workers (NASW) pekerjaan sosial mempunyai 4 tujuan utama. Namun belakangan, The Council on Social Work Education menambah 2 tujuan pekerjaan sosial menjadi 6 poin penting.

Pertama, meningkatkan kapasitas masyarakat untuk menyelesaikan masalahnya, menanggulangi dan secara efektif dapat menjalankan fungsi sosialnya. Seseorang yang sedang mengalami masalah, seringkali tidak memiliki kesadaran bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pekerja sosial berperan dalam mengidentifikasi kekuatan klien dan mendorongnya untuk dapat melakukan perubahan pada kehidupannya. Kesadaran tentang kekuatan yang ada pada diri klien inilah yang menimbulkan suatu nilai terkenal yang dijunjung tinggi dalam pekerjaan sosial, yakni self-determination (keputusan oleh diri sendiri). Pekerja sosial dalam konteks ini dapat berperan sebagai konselor, pendidik, penyedia layanan atau perubah perilaku.

Kedua, menghubungkan klien dengan jaringan sumber yang dibutuhkan. Ibarat memancing, dalam konteks memberdayakan masyarakat, jika dahulu mungkin cukup memberikan kailnya saja. Dengan memberikan pelatihan skill tertentu (misalnya kewirausahaan) kepada rakyat miskin mungkin sudah cukup


(42)

menyelesaikan problem kemiskinan. Namun, kail saja kini rasanya tidak cukup. Sebab, bagaimana mungkin bisa memancing padahal “kolam”nya saja tidak tersedia, atau klien merasa kebingungan di “kolam” mana ia akan melemparkan kailnya. Dalam hal ini pekerja sosial berfungsi strategis dalam advokasi sosial maupun menghubungkan klien kepada jaringan-jaringan sumber yang dibutuhkan seorang klien untuk dapat berkembang dan mencapai tujuan kehidupannya. Menjadi broker atau pialang sosial adalah suatu peran yang strategis yang dapat dimainkan oleh pekerja sosial untuk mencapai tujuan ini.

Ketiga, meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial dalam pelayanannya agar berjalan secara efektif. Pekerja sosial berperan dalam menjamin agar lembaga-lembaga sosial dapat memberikan pelayanan kepada klien secara merata dan efektif. Langkah ini dilakukan karena lembaga-lembaga sosial dianggap sebagai salah satu peranti untuk mencapai tujuan-tujuan dari disiplin ilmu pekerjaan sosial. Peran-peran yang dapat dilakukan pekerja sosial antara lain, pengembang program, supervisor, koordinator ataupun konsultan. Sebagai pengembang program pekerja sosial dapat mendorong atau merancang program sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai supervisor pekerja sosial dapat meningkatkan kinerja pelayanan lembaga sosial melalui supervisi yang dilakukan terhadap staf-stafnya. Sedangkan, dalam konteks koordinator, pekerja sosial dapat meningkatkan sistem pelayanan dengan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara sumber-sumber pelayanan kemanusiaan. Memandu lembaga sosial dalam meningkatkan kualitas pelayanan dapat diperankan oleh pekerja sosial sebagai konsultan.


(43)

Keempat, mendorong terciptanya keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial yang berpihak. Di sinilah pekerjaan sosial memiliki kaitan yang sangat erat dengan kesejahteraan sosial maupun dengan kebijakan sosial. Yang pertama sebagai tujuan akhirnya sedang kedua sebagai salah satu alat untuk mencapainya. Keduanya berada dalam wilayah kajian pekerjaan sosial. Pekerja sosial dapat berperan sebagai perencana (planner) atau pengembang kebijakan (policy developer).

Kelima, memberdayakan kelompok-kelompok rentan dan mendorong kesejahteraan sosial maupun ekonomi. Kelompok rentan yang dimaksud seperti orang lanjut usia (lansia), kaum perempuan, gay, lesbian, orang yang cacat fisik maupun mental, orang pengidap HIV/AIDS (ODHA) dan kelompok marjinal lainnya. Lazimnya, kelompok masyarakat seperti ini sangat rentan terhadap pengabaian hak-haknya secara memadai. Selain hak-hak keadilan dan kesejahteraan sosial diperlukan juga upaya untuk memberikan perlindungan kepada mereka untuk memperoleh hak-hak keadilan secara ekonomi. Misalnya, peluang untuk memperoleh pekerjaan atau pelayanan kesehatan. Sebab tidak jarang kelompok rentan seperti ini kurang mendapat perhatian dalam hal hak-haknya secara ekonomi.

Terakhir, mengembangkan dan melakukan uji ketrampilan atau pengetahuan profesional. Pekerjaan sosial diharapkan memiliki dasar-dasar ketrampilan dan pengetahuan yang mencukupi dalam praktiknya. Sehingga perlu ada upaya pengembangan maupun uji kelayakan terhadap pekerja sosial sendiri. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar praktek pekerjaan sosial yang dilakukan


(44)

tidak menyimpang dan sesuai dengan norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat (Huda, 2009:15-17).

2.6. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang dikumpulkan (Nawawi, 1998 : 43). Hipotesis itu bisa ditolak (H-) dan bisa juga diterima (H+), atau bisa juga tidak mempengaruhi sama sekali terhadap penelitian yang dilakukan. Hipotesa tidak diterima dan tidak pula ditolak dan biasa disebut sebagai hipotesa nol (Ho).

Adapun hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh antara media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

.

2.7. Kerangka Pemikiran

Salah satu hasil dari perubahan sosial ialah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) atau yang lazim disebut dengan era globalisasi sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia dan sudah menjadi realita sehari-hari. Tujuan utama perkembangan iptek adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat dan aman.


(45)

Dengan perkembangan iptek yang sangat modern khusus dibidang teknologi informasi dunia seakan sudah menyatu, menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan dapat mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak masyarakat.

Perkembangan iptek terutama kemajuan teknologi informasi dalam hal ini media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing serta sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan hidupnya secara singkat serta mendapatkan informasi secara mudah baik legal maupun ilegal. Media yang berorientasi anak muda merupakan fenomena yang cukup baru dan sangat berkembang saat ini. Sudah dianggap pasti bahwa remaja saat ini dapat memperoleh informasi, hiburan bahka pengetahuan lewat media dalam bentuk tayangan TV, film dan lewat situs-situs yang ditemukan dalam internet.

Bertolak dari besarnya peran media informasi dalam mempengaruhi pemikiran penggunanya tentulah perkembangan media massa di Indonesia saat ini dan masa datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media yang tak terelakkan lagi. Bagitu pula dengan membanjirnya program-program tayangan asing serta produk-produk rekaman yang sekarang ini peredarannya tidak lagi terbendung. Globalisai media yang dapat dilihat dari tayangan TV, radio, majalah, buku, film, vcd dan yang terutama kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada perilaku dan pola kehidupan masyarakat khususnya pada saat ini ialah remaja.

Masa remaja merupakan suatu keadaan yang masih labil dan mudah terpengaruh serta memiliki kontrol yang lemah. Remaja merupakan salah satu


(46)

kelompok yang rentan terbawa arus perubahan. Secara sosiologis remaja pada umumnya sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh eksternal. Jika pengaruh eksternal tersebut membawa dampak yang positif maka positif pula perilaku remaja dan sebaliknya jika membawa dampak yang negatif maka hal ini pulalah yang kelak menyebabkan perilaku yang menyimpang bahkan sampai kepada timbulnya kenakalan remaja. Dengan demikian sedikit saja remaja menerima informasi yang salah bisa saja berakibat kepada perilaku dan gaya hidupnya.

Maka dengan mengacu pada paparan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh media transnasional terhadap penyimpangan perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Selanjutnya untuk melihat interaksi di antara variabel dengan fenomena yang ditimbulkan dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir pikir sebagai berikut:


(47)

Gambar 2.1 Bagan Alir Pemikiran

MEDIA TRANSNASIONAL 1. Internet

2. TV (tayangan dan film asing)

3. Media Cetak 4. Game Online

REMAJA KELURAHAN HELVETIA TENGAH KECAMATAN MEDAN

HELVETIA KOTA MEDAN

PENYIMPANGAN PERILAKU, meliputi:

1. Berbohong 2. Membolos 3. Mencuri 4. Seks bebas


(48)

2.8. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.8.1. Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1991:33).

Dalam hal ini definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini, maka disusun definisi konsep sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana pengaruh media transnasional terhadap perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

2. Media adalah alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, TV, film, poster, spanduk yang terletak diantara dua pihak. 3. Perilaku menyimpang adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan atau lingkungan yang bertentangan dengan aturan-aturan normatif.

4. Remaja ialah suatu keadaan dimana individu mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kawin; bukan kanak-kanak lagi.

2.8.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut tentang konsep, dan keterikatan konsep yang telah diterangkan. Definisi operasional merupakan


(49)

petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan tahu bagaimana suatu variabel sehingga dapat mengetahui baik buruknya pengukuran tersebut (Singarimbun, 1991:49).

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: A. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (X) adalah segala gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1998 : 57).

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Media Transnasional, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Internet

b. TV (tayangan dan film asing baik berupa VCD, DVD, Video record/berdurasi)

c. Media cetak d. Game Online

Media Transnasional (X) memiliki 2 indikator, sebagai berikut: 1. Lamanya penggunaan media informasi dalam sehari

2. Tujuan penggunaan Media, sebagai: a. Hiburan

b. Informasi, tren


(50)

B. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1998 : 57).

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah penyimpangan perilaku dengan indikator sebagai berikut:

1. Berbohong

Apa penyebab timbulnya kebohongan remaja dan sejauh mana penggunaan media transnasional membuat remaja sering berbohong kepada keluarga, guru bahkan mungkin teman-temannya.

2. Membolos

Sejauh mana pengaruh penggunaan media transnasional terhadap tingkat kehadiran remaja di sekolah.

3. Mencuri

Bagaimana media transnasional dapat mempengaruhi niat remaja untuk mengambil barang yang bukan miliknya tanpa ijin dan seberapa sering remaja melakukan perbuatan tersebut.

4. Seks bebas

Sejauh mana pengaruh media transnasional terhadap perilaku seks remaja dan apakah berpengaruh terhadap aktivitas seks dengan kata lain melakukan seks bebas.

5. Penggunaan narkotika

Seberapa besar pengaruh media transnasional terhadap kecenderungan remaja menggunakan bahkan kecanduan narkotika.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang berusaha menggambarkan secara jelas pengaruh media transnasional terhadap perilaku remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Di lokasi ini berkembangnya fasilitas-fasilitas media informasi sangat terlihat dan yang menggunakan mayoritas adalah pelajar atau usia remaja.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara gejala, nilai peristiwa, sikap hidup dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001:99).

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Maka berdasarkan sumber yang di dapat dari data remaja pada Kelurahan Helvetia Tengah yang menjadi populasi adalah sebanyak 5208 orang. Karena jumlah populasi melebihi 1000 orang, maka dalam


(52)

penelitian ini akan diambil sampel dengan teknik pengambilan sampel Taro Yamane yang menggunakan rumus sebagai berikut:

n = N N . d² + 1 Keterangan :

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

d : presisi (tingkat penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95%)

Berdasarkan rumus diatas dapat diperoleh sampel sebagai berikut : n = 5208

5208. 0,01 + 1 n = 5208

52,08 + 1 n = 5208

53,08 n = 98,1 n = 98

Berdasarkan pendapat di atas maka besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 98 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik penarikan secara aksidental (accidental sampling), dengan asumsi bahwa peneliti mempercayai orang-orang yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian. Cara yang ditempuh penulis yaitu dengan mewawancarai atau menyebarkan angket kepada remaja yang terlihat di lapangan.


(53)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang ada menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku dan media lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari faktor yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini ditempuh dengan cara:

a. Observasi, mengumpulkan data tentang gejala-gejala tertentu yang dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadianyang menjadi sasaran penelitian.

b. Kuisioner, mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket yang kemudian dijawab oleh responden.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisa data langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari penelitian. 2. Koding, yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya.


(54)

3. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban. Hal ini berguna untuk dapat dipahami sebagai data sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan dan menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam itu dapat disingkatkan.

4. Tabulasi, dimana data disusun dalam keadaan ringkas dan tersusun dalam suatu table tunggal sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Product Moment. Korelasi Product Moment merupakan teknik pengukuran tingkat hubungan antara 2 variabel yang datanya berskala interval. Angka korelasinya disimpulkan dengan “r”.

Rumus penghitungan r Product Moment adalah sebagai berikut:

Rxy =

( )( )

( )

( )

}

{

( )

( )

}

{

2 2 2 2

Y Y n X X n Y X XY n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan :

Rxy = koefisien korelasi product moment n = jumlah individu dalam sampel X = angka mentah untuk variabel X Y = angka mentah untuk variabel Y

Untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan dari Guilford. Yaitu sebagai berikut :

1. +0,70 - ke atas : Hubungan positif yang kuat 2. +0,59 - +0,69 : Hubungan positif yang mantap


(55)

3. +0,30 - +0,49 : Hubungan positif yang sedang 4. +0,10 - +0,29 : Hubungan positif yang rendah 5. +0,01 - +0,09 : Hubungan positif yang tak berarti


(56)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Helvetia Tengah

Kelurahan Helvetia Tengah merupakan bagian dari Kecamatan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kelurahan Helvetia Tengah berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Medan Sunggal di sebelah Utara, Kelurahan Dwi Kora dan Kecamatan Medan Helvetia di sebelah Selatan, Kelurahan Helvetia Timur dan Kecamatan Medan Helvetia di sebelah Timur kemudian Kelurahan Helvetia dan Kecamatan Medan Helvetia di sebelah Barat.

Kelurahan Helvetia Tengah memiliki luas wilayah sebesar 15 Ha/m2, dengan keterangan luas sebagai berikut:

Luas wilayah : 14,4 Ha/m2 Luas taman : 0,1 Ha/m2 Luas perkantoran : 0,5 Ha/m2

Total luas : 15 Ha/m2

4.2 Keadaan Penduduk 4.2.1 Jumlah Penduduk

Menurut data kelurahan Tahun 2010/2011, penduduk Kelurahan Helvetia Tengah adalah 37.449 jiwa dengan 18.540 jiwa laki-laki dan 18.909 jiwa perempuan serta terdiri dari 8.667 kepala keluarga. Untuk lebih memahami aspek kependudukan Kelurahan Helvetia Tengah, berikut ini disajikan gambaran kependudukan tersebut:


(57)

4.2.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Kelompok Usia

Tabel 4.1 di bawah ini menunjukkan komposisi penduduk berdasarkan tingkatan usia:

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

No. Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 0-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-18 Tahun 19-24 Tahun 25-55 Tahun 56-58 Tahun > 59 Tahun

2.297 2.350 2.589 1.840 3.200 16.894 2.229 6.050 6,13 6,27 6,91 4,91 8,54 45,11 5,95 16,15

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia Tengah masih berusia produktif yang diperkirakan berada pada umur 19-55 tahun, yakni sebanyak 20.094 jiwa (53,65%). Penduduk usia remaja berusia 11-15 tahun sebanyak 2.589 jiwa (6,91%), usia 16-18 tahun sebanyak 1.840 jiwa (4,915%) dan usia 19-24 tahun sebanyak 3.200 jiwa (8,54%). Sementara yang berusia non produktif sebanyak 6.050 jiwa (16,15%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi penduduk adalah tergolong usia produktif. Yang dimaksud usia produktif disini adalah kelompok usia yang masih bisa bekerja.


(58)

4.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 seperti di bawah ini:

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2.

Laki-laki Perempuan

18.540 18.909

49,50 50,49

Total 37.449 100,00

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat kita lihat komposisi perbandingan jenis kelamin penduduk di Kelurahan Helvetia Tengah yaitu laki-laki sebanyak 18.540 jiwa (49,50%) dan perempuan sebanyak 18.909 jiwa (50,49%). Hal ini menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan selisih sebesar 369 jiwa atau 0,98%.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah pada umumnya menganut agama Islam. Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(59)

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5.

Islam

Kristen Protestan Katholik

Buddha Hindu

22.467 13.926 921 112 23

59,99 37,18 2,45 0,29 0,06

Total 37.449 100,00

Sumber : Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Helvetia Tengah mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 22.467 jiwa (59,99%) dari seluruh jumlah penduduk. Selanjutnya agama Kristen Protestan sebanyak 13.926 jiwa (37,18%), agama Katholik sebanyak 921 jiwa (2,45%), agama Buddha sebanyak 112 jiwa (0,29%), dan agama Hindu sebanyak 23 jiwa (0,06%).


(60)

4.2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi tingkat potensi sumber daya manusia. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Belum sekolah

Tidak tamat SD/sederajat Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat D1 Tamat D2 Tamat D3 Tamat S1 Tamat S2 Tamat S3 1.563 61 18.881 3.116 5.421 61 21 59 3.315 71 25

Total 32.594

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 menunjukka n bahwa ragam tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Helvetia Tengah, mulai dari yang belum sekolah, yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D1, D2, D3, tamat S1, S2, hingga penduduk yang telah menyelesaikan S3.


(61)

4.2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah terdiri dari bermacam suku. Pada tabel 4.5 berikut akan disajikan komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa:

Tabel 4.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No. Suku Bangsa Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jawa Batak Toba Minang Mandailing Aceh Karo Simalungun Padang Nias 20.834 11.730 812 741 716 685 101 77 53 55,63 31,32 2,16 1,97 1,91 1,82 0,26 0,20 0,14

Total 37.449 100,00

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat diketahui yang merupakan suku mayoritas dan bahkan cukup dominan dibandingkan suku lain ialah suku Jawa. Data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia memiliki suku yang cukup beragam dengan terdatanya 9 suku. Akan tetapi menurut keterangan petugas kelurahan, masih terdapat beberapa suku lainnya yang tidak terdata dikarenakan adanya beberapa kendala.


(62)

4.2.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

Secara umum mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia Tengah bervariasi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (KK)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Buruh Pegawai swasta PNS Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang Kayu Montir Dokter Sopir Pengemudi becak TNI/Polri Pengusaha Dll 2092 439 1231 2133 12 185 1 12 22 25 64 216 136 2099

Total 8667

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Helvetia Tengah mempunyai mata pencaharian sebagai pedagang berjumlah 2133 kepala keluarga sedangkan penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta berjumlah 439 kepala keluarga, PNS dengan jumlah 1231 kepala keluarga, penjahit dengan jumlah 12 kepala keluarga, tukang batu sebanyak 185 kepala keluarga, montir sebanyak 12 kepala


(63)

keluarga, dokter sebanyak 22 kepala keluarga, sopir sebanyak 25 kepala keluarga, pengemudi becak sebanyak 64 kepala keluarga, TNI/Polri sebanyak 216 kepala keluarga, pengusaha sebanyak 136 kepala keluarga dan yang bermata pencaharian lain-lain sebanyak 2099 kepala keluarga.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat mendukung pencapaian tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik tentunya akan membantu segala perencanaan dalam program maupun kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.

Untuk mendukung tugas pelayanan terhadapa masyarakat dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka di Kelurahan Helvetia Tengah tersedia berbagai sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, sarana tempat ibadah, prasarana kesehatan dan lain sebagainya.

4.3.1 Sarana Pendidikan

Dalam hal sarana pendidikan terbagi atas SD, SMP, dan SMA, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan

No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1. 2. 3.

SD SMP SMA

12 2 2

Total 16


(64)

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.7 dapat diketahui jumlah SD sebanyak 12 (perincian jenis SD tidak diketahui) sedangkan jumlah SMP sebanyak 2 yakni SMP Negeri dan SMP Swasta kemudian jumlah SMA sebanyak 2 yakni SMA Negeri dan SMA Swasta.

4.3.2 Sarana Ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan di Kelurahan Helvetia Tengah dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Sarana Tempat Ibadah

No. Sarana Tempat Ibadah Jumlah (Unit)

1. 2. 3.

Mesjid Gereja Mushola

14 10 2

Total 26

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jumlah mayoritas tempat ibadah yang ada di Kelurahan Helvetia Tengah ialah Mesjid dan Gereja serta 2 Mushola. Hal ini juga didukung oleh jumlah penduduk yang beragama Islam dan Kristen Protestan sebagai penduduk mayoritas Kelurahan Helvetia Tengah.


(65)

4.3.3 Prasarana Ekonomi

Prasarana ekonomi yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Prasarana Ekonomi

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

1. 2. 3. 4. 5.

Warung makan Warung internet Toko/swalayan Bengkel Kios Kelontong

46 27 6 23 107

Total 209

Sumber: Kantor Kelurahan Helvetia Tengah 2010

4.3.4 Prasarana Kesehatan

Prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Prasarana Kesehatan

No. Jenis Tempat Jumlah (Unit)

2. 3. 4. 5.

Poliklinik/balai pengobatan Apotik

Posyandu Praktek Dokter

1 5 12 15

Total 33


(1)

9. Apakah anda sering menggunakan internet? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

10.Darimanakah anda pertama kali mengenal internet dan penggunaanya? a. Keluarga

b. Teman sekolah c. Guru sekolah

d. Lainnya, sebutkan ___________________________________ 11.Berapa lamakah anda mempergunakan internet dalam sehari?

a. 1-2 jam sehari b. 3-4 jam sehari c. 5-6 jam sehari d. >6 jam sehari

12.Topik apakah yang anda paling tertarik untuk anda ketahui lewat internet? a. Berita (politik, olahraga, entertainment)

b. Informasi pembelajaran untuk tugas sekolah c. Seks

d. Musik

13.Apakah anda sering mengunduh situs maupun gambar porno? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

14.Darimana biasanya anda mempergunakan fasilitas internet? a. Komputer (milik pribadi)

b. Warung internet c. Handphone d. Sekolah


(2)

15.Biaya rata-rata yang dikeluarkan dalam sehari untuk bermain internet adalah Rp________________________

16.Dengan siapakah biasanya anda mempergunakan internet? Sebutkan ________________________________________ 17.Menurut anda apakah kegunaan yang anda peroleh dari internet?

Sebutkan _________________________________________

18.Apakah pandangan anda secara umum mengenai informasi-informasi yang didapat melalui internet?

Sebutkan __________________________________________ 19.Apakah pentingnya internet dalam kehidupan anda sehari-hari?

Sebutkan ________________________________________ 20.Apakah pada saat ini anda sering bermain game online?

a. Sering b. Jarang c. Sangat sering d. Tidak pernah

21.Darimanakah anda pertama kali mengenal game online dan penggunaannya? a. Keluarga

b. Teman sekolah c. Guru sekolah

d. Lainnya, sebutkan ____________________________________ 22.Berapa lamakah anda mempergunakan game online dalam sehari?

a. 1-2 jam sehari b. 3-4 jam sehari c. >5 jam sehari

d. Lainnya, sebutkan ____________________________________ 23.Darimana biasanya anda mempergunakan game online?

a. Komputer (milik pribadi) b. Warung internet/game on line c. Handphone


(3)

24.Biaya rata-rata yang dikeluarkan dalam sehari untuk bermain game online adalah Rp____________________

25.Menurut anda apakah kegunaan yang anda peroleh dari game online? Sebutkan _________________________________________

26.Apakah pentingnya game online dalam kehidupan anda sehari-hari? Sebutkan _________________________________________

27.Apakah pada saat ini anda sering membaca majalah atau media cetak lainnya? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat jarang d. Tidak pernah

28.Jenis media cetak apakah yang paling anda gemari? a. Majalah

b. Koran c. Tabloid

d. Lainnya, sebutkan ______________________________

29.Topik apa yang paling tertarik untuk anda ketahui dari media cetak? a. Berita

b. Seputar artis c. Tren mode

d. Lainnya, sebutkan _______________________________ 30.Apakah pada saat ini anda sering membaca majalah porno?

a. Sering b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

31.Menurut anda apakah kegunaan yang anda peroleh dari media cetak? Sebutkan __________________________________________ 32.Apakah pentingnya media cetak dalam kehidupan anda sehari-hari?

Sebutkan _________________________________________

33.Apakah pandangan anda secara umum mengenai rubrik maupun informasi yang tersedia melalui media cetak saat ini?


(4)

Sebutkan

_______________________________________________________________

B.II PENYIMPANGAN PERILAKU (VARIABEL Y)

1. Jika pada saat ini anda bersekolah, apakah anda sering membolos? a. Sering

b. Jarang c. Sangat sering d. Tidak pernah

2. Apakah pada saat ini anda sering terlibat tawuran? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

3. Apakah anda sering merokok? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

4. Apakah anda sering berbohong pada orangtua? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

5. Apakah anda sering melawan atau bersikap kasar kepada orangtua? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

6. Jika anda pernah mencuri baik berupa barang ataupun uang, darimanakah anda mencurinya?


(5)

a. Rumah b. Sekolah c. Tempat umum

d. Lainnya, sebutkan _____________________________

7. Apakah anda sudah pernah melakukan hubungan seks dengan pacar? a. Pernah

b. Tidak pernah

8. Apakah pada saat ini anda sering menghisap ganja atau narkoba jenis lainnya? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

9. Apakah pada saat ini anda sering bermain judi online? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

10.Apakah pada saat ini anda sering tidur larut malam? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

11.Apakah pada saat ini anda sering pergi ke diskotik? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

12.Apakah pada saat ini anda sering pergi ke bar? a. Sering

b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah


(6)

13.Apakah pada saat ini anda sering ke tempat-tempat maksiat seperti kafe remang-remang ataupun sejenisnya?

a. Sering b. Jarang

c. Sangat sering d. Tidak pernah

14.Jika anda pergi ke tempat-tempat seperti diskotik, bar, kafe remang-remang seperti yang tersebut pada pertanyaan sebelumnya, dengan siapakah anda mengunjungi tempat-tempat tersebut?

a. Saudara b. Teman c. Pacar

d. Lainnya, sebutkan ________________________________ 15.Apakah anda pernah berhadapan dengan hukum?

a. Pernah b. Tidak pernah

16.Jika anda pernah berhadapan dengan hukum, kasus apakah yang anda lakukan?