Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan yang sangat serius di
Indonesia. Kejadian demam berdarah tidak kunjung berhenti walaupun telah
banyak program dilakukan oleh pemerintah. Keluarga dan petugas kesehatan
memegang peranan yang sangat penting dalam penanggulangan demam berdarah
sehingga dengan melihat upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mencegah
demam berdarah dapat mengurangi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) di
masyarakat pada saat ini (Depkes RI, 2006)
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
spp. Aedes aegypti dan Aedes albopictus merupakan vektor utama penyakit DBD
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak
tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
(Kementerian Kesehatan RI, 2010)


1
Universitas Sumatera Utara

2

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 menyebutkan
bahwa penyakit DBD merupakan salah satu jenis penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah dan menyebabkan malapetaka bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu, dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, DBD merupakan salah
satu penyakit menular yang dicantumkan sebagai masalah yang wajib menjadi
prioritas oleh daerah.
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Pada tahun 2015 Indonesia menduduki
peringkat kedua penderita DBD setelah Brazil. Data tersebut sekaligus
menempatkan Indonesia di Asia Tenggara sebagai negara tertinggi dalam kasus

penyakit DBD. (Kementerian Kesehatan RI, 2015)
Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan. Secara umum rumah dikatakan sehat apabila
memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas
jentik nyamuk terutama bebas jentik nyamuk aedes aegypti yang merupakan
vektor penyakit demam berdarah dengue (DBD) (Chaturvedi, 2008)
Pengetahuan dan sikap masyarakat yang kurang mengetahui tentang
tanda/gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit demam berdarah

Universitas Sumatera Utara

3

mempunyai resiko terkena penyakit demam berdarah. Dengan demikian upaya
peningkatan pengetahuan mengenai gejala/tanda, cara penularan dan pencegahan
serta pemberantasan penyakit demam berdarah perlu mendapat perhatian utama
agar masyarakat lebih berperan aktif untuk melakukan pembersihan dan
pemberantasan sarang nyamuk. Kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam
rumah merupakan kesenangan nyamuk aedes agypti untuk beristirahat (Depkes,

2005)
Tempat Penampungan Air (TPA) terdiri dari tempat penampungan air
dalam rumah dan tempat penampungan air luar rumah. Tempat penampungan air
dalam rumah yaitu ember/baskom, gentong, tempayan dan bak mandi/wc.
Sedangkan tempat penampungan air luar rumah yaitu kaleng vas bunga, kolam
ikan dan lain-lain. Keberadaan Tempat Penampungan Air (TPA) di dalam maupun
luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti, bahkan
Tempat Penampungan Air (TPA) tersebut bisa menjadi tempat perkembangbiakan
menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor DBD. Salah satu Tempat
Penampungan Air (TPA) dalam rumah yang sering dijumpai adalah bak
mandi/wc. Menguras Tempat Penampungan Air (TPA) tersebut minimal sekali
dalam seminggu dapat mengurangi tempat berkembagbiaknya larva Aedes aegytpi
(Bustan, 2007)
Keberadaan jentik Aedes aegypti di suatu daerah merupakan indikator
terdapatnya populasi nyamuk Aedes aegypti di daerah tersebut. Dalam rangka
pemberantasan penyakit DBD diperlukan pengetahuan mengenai biologi nyamuk
Aedes aegypti di suatu wilayah tertentu untuk mengendalikan populasi nyamuk.

Universitas Sumatera Utara


4

Beberapa indikator telah dikenal untuk menentukan tingkat penularan penyakit
DBD dengan mengukur telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa yang dihubungkan
dengan kasus DBD di daerah endemis tinggi, daerah endemis rendah dan daerah
bebas DBD (Kesetyaningsih, 2006).
Nyamuk aedes aegypti ini hidup dan berkembang biak pada Tempat
Penampungan Air (TPA) bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah
seperti bak mandi/WC, minuman burung, air tandon, air tempayan atau gentong,
kaleng, ban dan lain-lain. Sejak pertama kali ditemukan sampai saat ini demam
berdarah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cenderung
meningkat jumlah penderitanya serta semakin luas penyebarannya. Agar lebih
diketahui luasnya penyebaran nyamuk di suatu wilayah, salah satu caranya adalah
mengetahui kepadatan jentik di wilayah dengan menghitung House Index (HI),
Container index (CI) dan Breteau index (BI) (Chaturvedi, 2008)
Dengan adanya jentik menunjukkan di rumah tersebut terdapat nyamuk
aedes agypti karena nyamuk tersebut bersifat domestik sehingga untuk
meletakkan telur akan mencari tempat perindukan terdekat yaitu yang terdapat di
dalam rumah itu sendiri.


Tempat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti

berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana. Tempat
Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-hari termasuk bak mandi
(Depkes RI, 2010a)
Tingginya kasus DBD di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingginya
populasi nyamuk Aedes aegypti di wilayah tersebut. Semakin padat populasi
nyamuk semakin tinggi pula resiko terinfeksi virus DBD dengan waktu

Universitas Sumatera Utara

5

penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat
yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB penyakit DBD (Yulce, 2013)
Menurut Purnama (2012) bahwa Tempat Penampungan Air (TPA) yang
diperiksa pada sebanyak 1.215 kontainer, yaitu pada kasus 675 buah dan pada
kontrol 540 buah. Tempat Penampungan Air (TPA) paling banyak jentik yakni
bak mandi (29,27%), dispenser (18,29%), wadah tirta (10,98%), sumur (10,98%).
Status Maya index rendah pada kasus (24%) lebih kecil dibandingkan dengan

kontrol (37,33%). Nilai HI = 23,33; CI = 10,69; BI = 55; PI = 15,33. Berdasarkan
indikator HI dan CI Kecamatan Denpasar Selatan berarti memiliki risiko
penularan sedang terhadap penyebaran penyakit DBD. Berdasarkan BI, memiliki
risiko penularan tinggi terhadap penyebaran penyakit demam berdarah dengue.
Berdasarkan maya index menunjukkan rumah kasus berisiko tinggi sebagai
tempat perkembangbiakan nyamuk dibandingkan dengan rumah kontrol. House
index, Breteau index, container index, pupa index dan maya index memiliki
hubungan dengan kejadian DBD. Jenis Tempat Penampungan Air (TPA) yang
paling berisiko adalah bak mandi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2014), penyakit DBD telah
menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai angka
kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Berdasarkan KLB, wilayah Provinsi
Sumatera Utara dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu: (1) Daerah Endemis
DBD yaitu Kota Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Asahan, Tebing Tinggi,
Pematang Siantar dan Kabupaten Karo, (2) Daerah Sporadis DBD yaitu Kota
Sibolga, Tanjung Balai, Simalungun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi,

Universitas Sumatera Utara

6


Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan,
Labuhan Batu, Humbang Hasundutan, Pak-Pak Barat, Serdang Bedagai dan
Kabupaten Samosir, serta (3) Daerah Potensial/Bebas DBD yaitu Kabupaten Nias
dan Nias Selatan (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2014), Kota
Medan merupakan daerah endemis DBD. Dari 21 Kecamatan di Kota Medan,
tercatat enam kecamatan yang merupakan daerah endemis DBD, yaitu Kecamatan
Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Amplas, Medan Baru
dan Medan Selayang
Menurut Juraidi (2015) bahwa pada tahun 2013, jumlah tertinggi dalam
kasus DBD ada di Kecamatan Medan Deli mencapai 135 kasus, Medan Johor
sebanyak 110 kasus, Medan Selayang sebanyak 105 kasus, Medan Helvetia
sebanyak 101 kasus, Medan Amplas sebanyak 80 kasus. Sedangkan pada tahun
2014 terdapat lima kecamatan tertinggi dalam kasus DBD yakni Kecamatan
Medan Sunggal sebanyak 171 kasus, Medan Helvetia 158 kasus, Medan Deli 141
kasus, Medan Selayang 121 kasus, Medan Johor 120 kasus dan Medan Amplas
sebanyak 95 kasus. Sedangkan menurut Fitri (2015) kasus Demam Berdarah
(DBD) ditemukan sepanjang Januari hingga September 2015 Sebanyak 923 terdiri
dari pada Januari tercatat 194 kasus, Februari 182 kasus, Maret 115 kasus, April

87 kasus, Mei 64 kasus, Juni 60 kasus, Juli 81 kasus, Agustus 55 kasus, dan
September 85 kasus
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu Kecamatan di kota Medan
dengan luas wilayah 11,60 km dan terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kelurahan

Universitas Sumatera Utara

7

Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Sikambing CII, Dwikora, Cinta
Damai dan Tanjung Gusta. Jumlah penduduknya sebanyak 142.187 jiwa yang
terdiri dari 35.144 Kepala keluarga. Kelurahan Helvetia Tengah merupakan
kelurahan yang terbanyak jumlah penduduknya yaitu 26756 jiwa yang terdiri dari
7803 Kepala Keluarga. Angka Bebas Jentik (ABJ) di Lingkungan XX Kelurahan
Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2014 yaitu 93%
sedangkan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang direkomendasikan Depkes yaitu 95%.
Kasus demam berdarah yang terjadi di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2014 sebanyak 40 kasus dengan 2
kematian (CFR 0,7).
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di beberapa rumah di

Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia
diketahui bahwa masih banyak ditemukan jentik nyamuk di tempat penampungan
air, barang bekas yang dapat menampung air hujan, drum penampungan air diluar
rumah. Tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang
tergenang. Masyarakat di Kelurahan Helvetia Tengah lebih suka menampung air
sebanyak mungkin untuk keperluan sehari-hari di Tempat Penampungan Air
(TPA) seperti baskom, ember, gentong dan tempayan. Sehingga nyamuk Aedes
aegypti lebih suka menetaskan telurnya di Tempat Penampungan Air (TPA)
tersebut hingga menjadi larva Aedes aegypti. Sehingga menutup rapat Tempat
Penampungan Air (TPA) sangat berperan penting dapat mengurangi jumlah larva
Aedes aegypti yang ada di dalam Tempat Penampungan Air (TPA) bahkan tidak
ada larva aedes aegypti di Tempat Penampungan Air (TPA) dalam rumah karena

Universitas Sumatera Utara

8

adanya tutup Tempat Penampungan Air (TPA) tersebut. Selain itu sebagian
masyarakat masih merasa tidak aman untuk melakukan abatisasi karena air dalam
Tempat Penampungan Air (TPA) akan menjadi kotor serta takut jika bubuk abate

akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis tertarik untuk mengetahui analisis perilaku keluarga dan keberadaan
jentik pada rumah dengan kejadian demam berdarah di Lingkungan XX
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015.

1.2. Permasalahan Penelitian
Pada 21 kecamatan yang terdapat di kota Medan, terdapat enam kecamatan
yang merupakan daerah endemis DBD, dan di antara keenam kecamatan tersebut
Kecamatan Medan Helvetia adalah daerah yang paling endemis demam berdarah.
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia terdapat 22 lingkungan.
Kejadian demam berdarah terbanyak terdapat di Lingkungan XX. Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan penelitian ini bagaimana
analisis perilaku keluarga dan keberadaan jentik pada rumah dengan kejadian
demam berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
Medan Helvetia Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

9


1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui analisis perilaku keluarga dan keberadaan jentik pada
rumah dengan kejadian demam berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia
Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

1.3.2. Tujuan Khusus.
1.

Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dengan kejadian demam
berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
Medan Helvetia Tahun 2015

2.

Untuk mengetahui sikap keluarga dengan kejadian demam berdarah di
Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2015

3.

Untuk mengetahui tindakan keluarga dengan kejadian demam berdarah di
Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2015

4.

Untuk mengetahui keberadaan jentik pada rumah dengan kejadian demam
berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan
Medan Helvetia Tahun 2015.

5.

Untuk mengetahui kejadian demam berdarah di Lingkungan XX
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara

10

1.4. Manfaat Penelitian
1.

Sebagai bahan masukan masyarakat yang ada di Lingkungan XX
Kelurahan

Helvetia

Tengah

Kecamatan

Medan

Helvetia

dalam

mendukung program pemerintah serta ikut serta dalam pelaksanaan
kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah supaya dapat
berperilaku lebih baik dan dalam upaya pencegahan, pemberantasan
penyakit DBD
2.

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan membuat
program dan kebijakan dalam menekan angka kejadian demam berdarah
dengan meningkatkan pelaksanaan kegiatan penanggulangan demam
berdarah dan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan operasional
dan strategi yang efisien dan komprehensif dalam pelaksanaan
penaggulangan DBD yang terjadi pada masyarakat

3.

Sebagai bahan masukan referensi dan kepustakaan bagi Program Studi S-1
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentang perilaku
keluarga dan keberadaan jentik pada rumah dengan kejadian demam
berdarah

4.

Sebagai bahan masukan bagi penelitian lanjutan sebagai bahan
perbandingan tentang perilaku keluarga dan keberadaan jentik pada rumah
dengan kejadian demam berdarah

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Sumber Air Utama dan Status Kesehatan Keluarga di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia

2 67 78

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Medan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

22 82 93

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 16

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 2

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 50

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 3 4

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Medan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 1 15

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Medan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 2

Analisis Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam Program Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Puskesmas Medan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 2 8

Analisis Perilaku Keluarga dan Keberadaan Jentik pada Rumah dengan Kejadian Demam Berdarah di Lingkungan XX Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2015

0 0 33