TAP.COM - KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI ... - IPB REPOSITORY

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI
(Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK
BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

VISKA DONITA PRAHADINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kajian Stok Ikan
Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten
yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Viska Donita Prahadina
NIM C24090010

ABSTRAK
VISKA DONITA PRAHADINA. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN
Karangantu, Banten. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan ACHMAD
FAHRUDIN.
Ikan kembung lelaki merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang memiliki
nilai ekonomis penting di Teluk Banten dan merupakan ikan tangkapan dominan
yang didaratkan di PPN Karangantu. Dikhawatirkan populasi ikan ini akan
menurun akibat kegiatan penangkapan berlebihan yang dilakukan terus menerus.
Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk mengkaji stok ikan kembung lelaki di
Teluk Banten guna menentukan alternatif pengelolaan ikan tersebut yang lebih
tepat dan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei-Agustus 2012
dengan interval waktu pengambilan contoh setiap ± 13 hari. Data primer yang
dikumpulkan adalah panjang total, bobot basah, TKG, jenis kelamin, dan bobot

gonad melalui pembedahan ikan. Ikan kembung lelaki yang banyak tertangkap
memiliki TKG I dan TKG II. Pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif dan
ukuran pertama kali ikan kembung lelaki matang gonad mencapai 216 mm. Ikan
jantan memiliki umur yang lebih pendek karena nilai koefisien pertumbuhan (K)
nya lebih besar mencapai 0.5011 per bulan. Laju eksploitasi ikan kembung lelaki
mencapai 80% sehingga diduga telah terjadi tangkap lebih di Teluk Banten.
Kata kunci: Ikan kembung lelaki, PPN Karangantu, Stok, Teluk Banten

ABSTRACT
VISKA DONITA PRAHADINA. Stock Assessment of Indian Mackerel
(Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) in Gulf of Banten who landed on PPN
Karangantu, Banten. Supervised by MENNOFATRIA BOER and ACHMAD
FAHRUDIN.
Indian mackerel is one of the small pelagic fish that has an economically
important value in Gulf of Banten and fish catches dominant ashore on PPN
Karangantu. It was feared that populations of fish will decline due to man
activities arrests conducted continuously. So conducted a study to assess the
indian mackerel stock in gulf of Banten to determine the fish alternative
management more appropriate and sustainable. The study was conducted from
May to August in 2012 with each sampling interval ± 13 days. Primary data

collected is the total length, wet weight, gonad maturity, sex, and weight of fish
gonads surgically. Indian mackerel caught a lot of who have gonad maturity I and
II. The growth pattern is allometric negative and the first time the size of indian
mackerel mature gonads is 216 mm. Mackerel manly have a shorter lifespan due
to the growth coefficient (K) is larger reach 0.5011 per month. The rate of
exploitation of indian mackerel to 80% so that suspected of indian mackerel in
Gulf of Banten have experienced overexploitation.
Keywords: Indian mackerel, PPN Karangantu, Stock, Gulf of Banten

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG LELAKI
(Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) DI PERAIRAN TELUK
BANTEN YANG DIDARATKAN DI PPN KARANGANTU, BANTEN

VISKA DONITA PRAHADINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten
yang Didaratkan di PPN Karangantu, Banten
: Viska Donita Prahadina
: C24090010

Disetujui oleh


Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
Pembimbing I

Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 20 Februari 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2012 ini
ialah stok ikan, dengan judul Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Banten yang Didaratkan di PPN
Karangantu, Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si masing-masing selaku ketua dan anggota
komisi pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan dalam
penulisan karya ilmiah ini, Ir. Agus Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan
Program S1, dan Dr. Ir. Etty Riani H., MS sebagai dosen penguji tamu. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, Vina, Ka Aang, Ka Donny, Mas
Gentha, Rodearni, Gilang, Zia, seluruh tim Karangantu, dan MSP 46 atas doa,
kasih sayang, dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013
Viska Donita Prahadina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR


ii

DAFTAR LAMPIRAN

ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
1
2
3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat

Pengumpulan Data
Prosedur Analisis Data
Hubungan Panjang dan Bobot
Identifikasi Kelompok Ukuran dan Parameter Pertumbuhan
Parameter Pertumbuhan
Tingkat Kematangan Gonad
Indeks Kematangan Gonad
Model Surplus Produksi
Mortalitas dan Laju Eksploitasi

3
3
3
5
5
5
6
7
7
8

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Ikan Kembung Lelaki di PPN Karangantu
Nisbah Kelamin
Sebaran Frekuensi Panjang
Kelompok Umur
Hubungan Panjang dan Bobot
Parameter Pertumbuhan
Tingkat Kematangan Gonad
Indeks Kematangan Gonad
Model Surplus Produksi
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pembahasan
Sebaran Frekuensi Panjang
Pertumbuhan
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Model Surplus Produksi
Rencana Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kembung Lelaki


10
10
10
12
12
13
15
17
18
20
20
21
22
22
23
25
25
26


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

27
27
27

DAFTAR PUSTAKA

28

LAMPIRAN

31

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penentuan TKG secara morfologi
Hasil tangkapan (ton) ikan kembung lelaki
Proporsi kelamin ikan kembung lelaki
di PPN Karangantu
Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung lelaki
Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy (L∞, K, t0) ikan
kembung lelaki
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki
di PPN Karangantu
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki

4
11
12
16
17
22
24

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Diagram alir rumusan masalah
Lokasi penelitian
Diagram metode pengambilan contoh ikan kembung lelaki
Hasil tangkapan per jenis ikan tahun 2011 di PPN Karangantu
Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan dan betina
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki betina
Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki
Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki jantan
Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki betina
Proporsi gonad ikan kembung lelaki yang telah matang gonad di
perairan Teluk Banten
Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki jantan
Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki betina
Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki jantan
Indeks kematangan gonad ikan kembung lelaki betina
Grafik hubungan upaya dan CPUE model Schaefer

2
3
5
11
13
14
15
16
17
18
18
19
19
20
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Lokasi penelitian (PPN Karangantu, Banten)
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
Perhitungan nisbah kelamin
Sebaran frekuensi panjang
Sebaran kelompok umur ikan kembung lelaki
Hubungan panjang dan bobot
Uji nilai b antar jenis kelamin
Tingkat kematangan gonad
Indeks kematangan gonad
Ukuran pertama kali matang gonad
Model Ford Walford
Model surplus produksi
Mortalitas dan laju eksploitasi

31
31
32
32
33
34
35
36
36
37
38
38
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan kembung merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat
potensial di Indonesia dan ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia.
Sumberdaya ikan pelagis kecil memiliki beberapa karakteristik antara lain
membentuk gerombolan, variasi rekruitmen cukup tinggi yang erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan yang labil, selalu melakukan ruaya baik temporal
maupun spasial, dan aktivitas gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh
bentuk badan yang menyerupai cerutu atau torpedo (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Departemen Pertanian 1994). Ikan kembung juga
merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan Departemen Pertanian (1994) menyatakan bahwa 63 %
protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia berasal dari ikan
terutama ikan pelagis. Salah satu ikan pelagis kecil adalah ikan kembung lelaki
yang merupakan sumberdaya ikan yang melimpah di perairan Indonesia, termasuk
di Teluk Banten. Sebagian besar ikan hasil tangkapan di perairan Teluk Banten
didaratkan di Kota Serang yaitu di PPN Karangantu.
Pelabuhan perikanan yang dimiliki Kota Serang adalah Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu yang terletak di Kecamatan Kasemen.
Kecamatan Kasemen merupakan kecamatan dengan produksi perikanan tangkap
terbesar dan memiliki jumlah rumah tangga perikanan laut terbanyak
dibandingkan dengan 5 kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa produksi
perikanan tangkap di Kota Serang hanya terjadi di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Karangantu. Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Karangantu terletak di bagian utara Pulau Jawa pada posisi koordinat 06002’LS106009’BT. PPN Karangantu merupakan pelabuhan yang sangat penting bagi
masyarakat sekitar (Seftian 2012).
Volume produksi yang meningkat mendorong para pelaku perikanan
mengeksploitasi sumberdaya ikan yang ada tanpa memperhatikan keberadaan dan
keberlanjutannya. Menurut KKP Banten (2012) produktivitas tangkapan ikan
kembung lelaki mengalami penurunan dari tahun 2002 sampai 2011. Berdasarkan
informasi tersebut dikhawatirkan ikan kembung lelaki telah mengalami eksploitasi
berlebih akibat penambahan upaya penangkapan. Oleh sebab itu diperlukan
penelitian untuk mengkaji stok sumberdaya ikan kembung lelaki di perairan Teluk
Banten guna menentukan alternatif pengelolaan sumberdaya ikan tersebut yang
lebih tepat dan berkelanjutan.
Perumusan Masalah
Menurut KKP Banten (2012) produktivitas tangkapan ikan kembung lelaki
mengalami penurunan dari tahun 2002 sampai 2011 (Tabel 2). Berdasarkan
informasi tersebut dikhawatirkan ikan kembung lelaki telah mengalami
penangkapan berlebih. Permintaan yang tinggi di pasar terhadap ikan kembung
lelaki membuat para pelaku perikanan mengeksploitasi sumberdaya ikan ini tanpa
memperhatikan keberadaan dan keberlanjutannya. Dikhawatirkan jika hal ini

2
terjadi terus-menerus populasi ikan kembung lelaki akan terancam. Hal ini akan
berdampak pada kegiatan ekonomi di Indonesia, dimungkinkan akan terjadi
kegiatan impor pada sektor perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
akan tingginya permintaan pada produk perikanan. Jika hal tersebut terjadi pihak
yang dirugikan adalah nelayan karena harga yang ditawarkan oleh produk ikan
impor jauh lebih rendah di pasar dibandingkan harga yang ditetapkan oleh nelayan.
Oleh karenanya diperlukan penelitian mengenai stok dari sumberdaya ikan
kembung lelaki di perairan Teluk Banten yang didaratkan di PPN Karangantu
guna menentukan alternatif pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang
lebih tepat dan berkelanjutan.
Penelitian ini lebih difokuskan pada dinamika stok ikan kembung lelaki
yang tertangkap di perairan Teluk Banten dan didaratkan di PPN Karangantu.
Untuk lebih jelasnya gambaran mengenai perumusan masalah dapat dilihat pada
Gambar 1.

Sumberdaya ikan
kembung lelaki di
Teluk Banten
Mortalitas alami
(M)

Tingginya
permintaan pasar

Mortalitas
penangkapan (F)

Penangkapan berlebih

Kajian stok ikan
kembung lelaki
Pengelolaan
sumberdaya ikan
kembung lelaki di
Teluk Banten yang
lebih tepat dan
berkelanjutan

Pertumbuhan

Rekruitment

Mortalitas

Gambar 1. Diagram alir rumusan masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai dinamika stok ikan kembung lelaki terkait nisbah kelamin, sebaran
frekuensi panjang, kelompok umur, pertumbuhan, TKG, IKG, model surplus
produksi, mortalitas, dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki di perairan Teluk
Banten yang didaratkan di PPN Karangantu, Serang, Banten guna menentukan

3
alternatif pengelolaan sumberdaya ikan kembung lelaki yang lebih tepat dan
berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dinamika
stok ikan kembung lelaki yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut agar
keberadaan ikan kembung lelaki tetap lestari.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di PPN Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen,
Kota Serang (Lampiran 1). Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu
terletak pada posisi koordinat 06002’LS – 106009’BT (Seftian 2012). Ikan-ikan
yang didaratkan di PPN Karangantu merupakan ikan-ikan yang pada umumnya
ditangkap oleh para nelayan di perairan Teluk Banten seperti yang digambarkan
pada Gambar 2 dengan menggunakan alat tangkap seperti jaring insang hanyut,
bagan, jaring insang, payang, dogol, jaring rampus, jaring rajungan, dan pancing.
Waktu pengambilan contoh dilakukan setiap ± 13 hari selama empat bulan yaitu
dari bulan Mei-Agustus 2012.

Gambar 2. Lokasi penelitian
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer termasuk hasil
wawancara dengan nelayan dan data sekunder. Data primer diperoleh dari contoh
ikan yang diambil dari PPN Karangantu. Ikan-ikan tersebut dibawa di dalam cool

4
box yang telah diberi es. Alat dan bahan yang diperlukan dapat dilihat pada
Lampiran 2. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran panjang
total dan bobot basah ikan kembung lelaki di PPN Karangantu serta mengamati
tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki, menentukan jenis kelamin, dan
menimbang bobot gonad serta identifikasi ikan di Laboratorium Biologi
Perikanan, Bagian Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, sedangkan data sekunder diperoleh dari KKP Provinsi Banten dari tahun
2002-2011. Setelah diidentifikasi dengan menggunakan Saanin (1984) ikan
tersebut termasuk Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817.
Waktu pengambilan contoh ikan kembung lelaki di PPN Karangantu
dilakukan pada pukul 06.00 hingga 08.00. Jumlah contoh yang diambil tergantung
jumlah ikan yang didaratkan dan harga ikan tersebut. Ikan yang sudah diukur
panjang dan ditimbang bobotnya selanjutnya dibedah dengan menggunakan alat
bedah. Hal ini bertujuan untuk mengamati tingkat kematangan gonad ikan baik
jantan maupun betina. Tingkat kematangan gonad ikan kembung lelaki dapat
dibagi menjadi lima tahap. Penentuan TKG menggunakan klasifikasi kematangan
gonad yang telah ditentukan. TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan
bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Penentuan
tingkat kematangan gonad mengacu kepada TKG ikan modifikasi dari Cassie
(Tabel 1).
Tabel 1. Penentuan TKG secara morfologi
TKG
I

II
III

IV

V

Betina
Ovari seperti benang, panjangnya
sampai ke depan rongga tubuh, serta
permukaannya licin
Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari
kekuning-kuningan, dan telur belum
terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat
Ovari makin besar, telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan. Butir
minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3
rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal, butir
telur sisa terdapat di dekat pelepasan

Jantan
Testes seperti benang, warna jernih, dan
ujungnya terlihat di rongga tubuh
Ukuran testes lebih besar,
seperti susu

pewarnaan

Permukaan testes tampak bergerigi, warna
makin putih, dan ukuran makin besar
Dalam keadaan diawetkan mudah putus,
testes semakin pejal
Testes bagian belakang kempis dan di
bagian dekat pelepasan masih berisi

Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak. Contoh yang diperoleh
merupakan contoh yang diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak
Kelompok (PCAK) 2 tahap yaitu dengan cara memilih secara acak kapal yang
menangkap ikan kembung lelaki kemudian memilih jenis ikan di setiap kapal
kembung lelaki. Setelah itu diambil lima tumpukan pada setiap kapal lalu pada
tiap-tiap tumpukan ikan dipilih secara acak ikan kembung lelaki. Jumlah ikan
yang diambil berkisar 96 hingga 110 ekor setiap ± 13 hari. Metode pengambilan
contoh tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

5

Kapal yang menangkap ikan
kembung lelaki

Kapal ke-1

Lima tumpukan

Kapal ke-2

Kapal ke -5

Lima tumpukan

Lima tumpukan

±100 ekor ikan
kembung lelaki

Pengukuran panjang, penimbangan bobot
basah dan bobot gonad, penentuan TKG, JK

Gambar 3. Diagram metode pengambilan contoh ikan kembung lelaki
Prosedur Analisis Data
Hubungan Panjang dan Bobot
Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Model yang
digunakan dalam menduga hubungan panjang dan bobot adalah sebagai berikut
(Effendie 1979):
W = a L

Keterangan :
W
= Bobot
L
= Panjang
= Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y)
b
= Penduga pola pertumbuhan panjang-bobot
Persamaan
= dapat ditransformasi menjadi persamaan linier
model sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L

Identifikasi Kelompok Ukuran dan Parameter Pertumbuhan
Identifikasi kelompok ukuran dapat dilakukan dengan menganalisis
frekuensi panjang yang menggunakan metode NORMSEP (Normal Separation)
yang dikemas dalam paket program FISAT II (FAO-ICLARM Stock Assesment
Tool). Sebaran frekuensi panjang dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok

6
umur yang menyebar normal dengan nilai rata-rata panjang dan simpangan baku
pada masing-masing kelompok umur (Gayanilo et al. 1994 in Fandry 2012).
Menurut Boer (1996) fungsi objektif yang digunakan untuk menduga {µ, , ̂ }
adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likehood function):
log ∑

= ∑

Keterangan:
fi
= Frekuensi ikan pada kelas panjang ke-i (i = 1, 2, ...,N)
µj
= Rata-rata panjang kelompok umur ke-j
σj
= Simpangan baku panjang kelompok umur ke-j
pj
= Proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j =1, 2, .., G)
=

(

)



yang merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan

nilai tengah µj dan simpangan baku σj, xi merupakan titik tengah kelas panjang kei, untuk menduga µ, , ̂ yang digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan
diperoleh dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap µj, σj,
dan pj.
Parameter Pertumbuhan
Laju pertumbuhan dapat diduga dengan menggunakan Model Von
Bertalanffy yaitu:
L( t ) = L∞ x 1 − e

(

)

Keterangan:
L(t) = Ukuran ikan pada umur t tahun (mm)

= Panjang maksimum atau panjang asimtotik (mm)
K
= Koefisien pertumbuhan (bulan-1)
t0
= Umur hipotesis ikan pada panjang nol (bulan)
Model Von Bertalanffy dapat ditransformasi menjadi persamaan linier
berikut ini untuk menaksir parameter pertumbuhan K, L∞, dan t0:
L(

∆ )

= L∞ x 1 − e(

∆ )

+ Lt x e(

∆ )

yang dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut:
L(t+∆t) = a + b x L(t)
dengan a = L∞ x (1-b) sehingga L∞ = a/(1-b) sedangkan b = exp (-K x ∆t)
sehingga K= -(1/∆t) x ln b. Nilai a dan b dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
b=







( ∑

∑ )

(∑ )

7
a=



̅ dengan x = L(t) dan y = L(t+∆t)

Selain itu untuk menentukan nilai t0 (umur teoritis) digunakan rumus
empiris Pauly (1984). Rumus empiris Pauly adalah :
Log (-t0) = -0,3922 – (0,2752 x Log L∞) - (1,038 x Log K)
Tingkat Kematangan Gonad
Menurut Effendie (2002) ada dua cara penentuan TKG yaitu secara
histologis dan morfologis. Cara histologis dengan pengamatan di laboratorium,
yang kedua adalah cara morfologi dengan pengamatan di laboratorium dan
lapangan. Penentuan panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) dapat
menggunakan sebaran frekuensi proporsi gonad yang telah matang (King 1995).
Analisis data sebaran frekuensi tersebut dapat dilakukan dengan cara:
a. Menentukan jumlah kelas dan selang kelas yang diperlukan
b. Menentukan lebar selang kelas
c. Menghitung frekuensi ikan secara keseluruhan dan frekuensi TKG III dan IV
pada selang kelas panjang yang sudah ditentukan
d. Menentukan proporsi antara TKG III dan IV terhadap frekuensi total tiap
selang kelas yang sudah ditentukan
e. Memplotkan pada sebuah grafik dengan panjang ikan sebagai sumbu
horizontal dan proporsi gonad matang sebagai sumbu vertikal
Persamaan proporsi tingkat kematangan gonad terhadap panjang ikan
adalah:
P=
Keterangan:
P
r
L
Lm

(

)

= Proporsi gonad yang telah matang pada selang kelas tertentu (%)
= Kemiringan kurva sigmoid
= Panjang rata-rata pada selang kelas tertentu (mm)
= Panjang pertama kali matang gonad (mm)

Indeks Kematangan Gonad
Penentuan Indeks Kematangan Gonad (IKG) ini dilakukan dengan
menggunakan rumus :
IKG =

x 100%

Keterangan :
BG
= Berat gonad (gram)
BT
= Berat tubuh (gram)

8
Model Surplus Produksi
Model surplus produksi Schaefer dan Fox dapat digunakan untuk menduga
potensi sumberdaya ikan kembung lelaki dengan cara analisis hasil tangkapan dan
upaya penangkapan (Kuriakose et al. 2006). Model surplus produksi dapat
diterapkan bila diketahui hasil tangkapan total berdasarkan spesies, hasil
tangkapan per unit upaya, atau CPUE (catch/effort) berdasarkan spesies dan upaya
penangkapannya dalam beberapa tahun (Abdussamad et al. 2006).
Menurut Boer dan Aziz (1995) in Rahayu (2012) tingkat upaya
penangkapan optimun (fMSY) dan tangkapan maksimum lestari (MSY) dapat
diketahui melalui persamaan:
= a - bft
Hubungan linear ini yang digunakan secara luas untuk menghitung dugaan
MSY melalui penentuan turunan pertama dari:
= a – 2 bft = 0
sehingga diperoleh dugaan fMSY yaitu:
fMSY =
dan untuk mencari MSY adalah:
MSY =
Tidak semua populasi ikan mengikuti model linear seperti model Schaefer,
sehingga Garrod (1969) dan Fox (1970) in Rahayu (2012) mengajukan model
alternatif yaitu model Fox yang menghasilkan hubungan hasil tangkapan per
satuan upaya (C/f) dengan upaya penangkapan (f) yang berbeda, yaitu:
Ln

= a – b ft

sehingga
= e (a-bft)
fMSY dapat dihitung pada saat

= 0 sehingga:

= e (a-bft) – ft e (a-bft) b = 0

sehingga diperoleh dugaan fMSY:

9
fMSY =
dan MSY adalah:
MSY =

e(a-1)

Kedua model tersebut kemudian dibandingkan nilai R2 nya dari hasil regresi
masing-masing. Model yang mempunyai nilai R2 lebih besar menunjukkan model
tersebut mempunyai keterwakilan yang tinggi dengan model sebenarnya (Susilo
2002). Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai korelasi dan
determinasi yang paling tinggi. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan atau Total
Allowable Catch (TAC) dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan dapat
ditentukan dengan analisis surplus produksi dan berdasarkan prinsip kehati-hatian
(FAO 1995 in Syamsiyah 2010), sehingga:
PL

= 90 % x MSY

sehingga dapat ditentukan:
TAC

= 80 % x PL

Keterangan:
PL
= Potensi lestari
MSY = Jumlah tangkapan maksimum lestari
TAC = Jumlah tangkapan yang diperbolehkan
Ct
= Tangkapan
Ft
= Upaya tangkap
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Menurut Spare dan Venema (1999) laju mortalitas total (Z) diduga dari
kurva tangkapan yang dilinierkan berdasarkan data komposisi panjang dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan
menggunakan inverse persamaan Von Bertalanffy
( ) = t0 −



1−

Langkah 2: Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk
tumbuh dari panjang L1 ke L2
∆ = ( 2) − ( 1) =

Langkah 3: Menghitung +
= 0−[











yang diasumsikan sama dengan (t(L1)+ )

( 1 −

)]

10
Langkah 4: Menurunkan kurva hasil tangkapan yang dikonversikan ke
panjang
(

,

)

∆ (

,

)

= c-Z x t(

)

Laju mortalitas alami (M) dapat diduga dengan menggunakan rumus
empiris Pauly (1980) in Rahayu (2012) sebagai berikut:
M = 0,8 exp [ −0,0152 − ( 0,279 x Ln L∞) + ( 0,6548 x Ln K) + ( 0,463 x Ln T) ]

Laju mortalitas penangkapan (F) dapat ditentukan dengan:
=



Menurut Pauly (1984) laju eksploitasi (E) ditentukan dengan
membandingkan laju mortalitas penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z):
=

=

Menurut Gulland (1971) in Rahayu (2012) laju mortalitas penangkapan (F)
atau laju eksploitasi optimum adalah Foptimum = M dan Eoptimum = 0,5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Ikan Kembung Lelaki di PPN Karangantu
Berdasarkan hasil pengamatan ikan-ikan yang didaratkan di PPN
Karangantu terdiri atas ikan kembung lelaki, cumi-cumi, kuniran, sotong, peperek,
kurisi, teri, gulamah, tembang, beloso, selar, lemuru, kuwe, kakap putih, dan ikanikan lainnya (Gambar 4). Ikan-ikan yang dominan didaratkan di PPN Karangantu
adalah jenis ikan pelagis kecil dan demersal.
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa ikan kembung lelaki merupakan
ikan dengan hasil tangkapan terbanyak di PPN Karangantu. Presentase hasil
tangkapan ikan kembung di PPN Karangantu sebesar 12% dari total tangkapan
keseluruhan pada tahun 2011. Ikan kembung yang didaratkan di PPN Karangantu
ada dua jenis yaitu ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) dan ikan
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta). Kedua ikan kembung ini berasal dari
genus yang sama, ciri yang membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol
hitam dekat sirip dada pada ikan kembung lelaki. Selain itu, ikan kembung
perempuan memiliki perut yang lebih lebar dibandingkan ikan kembung lelaki
dan bola mata ikan kembung perempuan lebih besar dibanding ikan kembung
lelaki (Burhanuddin 1984).

11
t enggiri
1%

kuniran
9%

kurisi
6%
kakap put ih
1%
peperek
8%

sot ong
8%
lem uru
3%

kuw e
t eri 2%
6%

cum i-cum i
11%

ikan lainnya
15%

kembung lelaki
12%

beloso t em bang
3%
4%

selar
3%
gulam ah
5%

Gambar 4. Hasil tangkapan per jenis ikan tahun 2011 di PPN Karangantu
Sumber: KKP 2012
Menurut Al-Zibdah et al. (2007) famili scombridae, mackerel, dan tuna
merupakan sumberdaya perikanan komersial yang penting di dunia. Ikan
kembung lelaki hampir setiap bulan didaratkan di PPN Karangantu. Hal ini
disebabkan ikan kembung merupakan ikan ekonomis penting. Akan tetapi hasil
tangkapan ikan kembung lelaki mengalami fluktuasi setiap tahunnya (Tabel 2).
Harga jual dari ikan kembung lelaki berkisar Rp 18.000,00-Rp 28.000,00 per
kilogramnya. Ikan kembung lelaki yang didaratkan di PPN Karangantu ditangkap
dengan alat tangkap jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring sebesar 1.75
inchi yang dioperasikan dengan menggunakan kapal motor berukuran 5-10 GT.
Adapun jenis ikan yang dominan tertangkap dengan alat tangkap jaring insang
hanyut yaitu ikan kembung, layur, samge, tembang (Diniah 2008).
Tabel 2. Hasil tangkapan (ton) ikan kembung lelaki
Tahun
Produksi (ton)
2002
86
2003
42
2004
66
2005
105
2006
134
2007
211
2008
189
2009
135
2010
232
2011
284
Sumber: KKP 2007 dan KKP 2012

12
Nisbah Kelamin
Kestabilan populasi ikan yang ada di alam dapat diketahui dengan cara
menghitung nisbah kelamin atau proporsi jenis kelamin. Proporsi jenis kelamin
ikan kembung lelaki pada setiap pengambilan contoh dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Proporsi kelamin ikan kembung lelaki di PPN Karangantu
Nisbah jenis kelamin (%)
Pengambilan
Waktu
n
contoh
betina
jantan
1
27-Mei-12
100
33
67
2
17-Jun-12
100
49
51
3
30-Jun-12
96
58
42
4
13-Jul-12
108
49
51
5
26-Jul-12
98
48
52
6
08-Agust-12
110
44
56
7
28-Agust-12
101
52
48
Rasio jenis kelamin ikan yang ada di alam bersifat relatif. Dari hasil
penelitian, didapat jumlah total ikan kembung lelaki yang terambil sebagai contoh
adalah sebanyak 713 ekor yang terdiri dari 338 ekor ikan kembung lelaki betina
dan 375 ekor ikan kembung lelaki jantan. Rasio perbandingan ikan kembung
lelaki betina dan jantan dari hasil penelitian mencapai 1:1.1. Selanjutnya
dilakukan uji X2 (chi-square) dengan selang kepercayaan 95% terhadap contoh
ikan kembung lelaki betina dan jantan kemudian didapatkan kesimpulan bahwa
proporsi ikan kembung lelaki betina dan jantan tidak seimbang di alam (Lampiran
3). Menurut Nasabah (1996) in Rahayu (2012) perbandingan jenis kelamin 1:1
sering menyimpang pada kenyataannya di alam. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan pola tingkah laku ikan jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas, dan
laju pertumbuhannya (Effendie 1997).
Sebaran Frekuensi Panjang
Jumlah ikan kembung lelaki yang diambil pada setiap pengambilan contoh
di PPN Karangantu berkisar antara 96-110 ekor. Gambar 5 di bawah ini adalah
sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan dan betina selama empat
bulan.
Berdasarkan hasil pengelompokkan dalam kelas panjang didapatkan 11
kelas panjang dengan frekuensi berbeda-beda (Lampiran 4). Jumlah frekuensi
ikan kembung lelaki betina tertinggi didapatkan pada selang kelas 181-191 mm
sedangkan frekuensi tertinggi untuk ikan kembung lelaki jantan didapatkan pada
selang kelas 170-180 mm. Panjang maksimum ikan kembung lelaki yang
didaratkan di PPN Karangantu adalah 257 mm sedangkan menurut Fandri (2012)
panjang maksimum ikan kembung lelaki adalah 244 mm di perairan Selat Sunda.

13
160
140

Frekuensi

120
100
80
Jant an

60

Bet ina

40
20
0

Selang Kelas (m m )

Gambar 5. Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan dan betina
Kelompok Umur
Analisis kelompok umur dilakukan pada setiap pengambilan contoh ikan.
Analisis ini dilakukan untuk melihat posisi dan perubahan posisi masing-masing
ukuran kelompok panjang. Analisis sebaran frekuensi panjang dapat digunakan
untuk menduga umur ikan dan kelompok umur. Hal ini disebabkan frekuensi
panjang ikan tertentu umurnya berasal dari umur yang sama dan cenderung
membentuk sebaran normal.
Indeks sparasi yang diperoleh nilainya lebih dari dua (Lampiran 5) hal ini
menunjukkan bahwa hasil pemisahan kelompok umur ikan kembung lelaki dapat
diterima dan digunakan untuk analisis berikutnya. Indeks sparasi menggambarkan
kualitas pemisahan dua kelompok umur yang berdekatan. Apabila nilai indeks
separasi kurang dari dua maka tidak mungkin dilakukan pemisahan kelompok
umur karena akan terjadi tumpang tindih dengan kedua kelompok umur tersebut
(Sparre dan Venema 1999).
Parameter pertumbuhan dianalisis dengan menggunakan nilai tengah
panjang pada kelompok umur yang sama. Dugaan pola pertumbuhan ikan
kembung lelaki jantan dan betina dapat ditunjukkan oleh garis putus-putus pada
Gambar 6 dan Gambar 7 yang menghubungkan pergeseran mingguan titik nilai
tengah kelompok umur dari satu kohort. Grafik pertumbuhan ikan kembung lelaki
jantan dan betina mengalami pergeseran ke arah kiri dan kanan. Pergeseran ke
arah kanan menunjukkan adanya pertumbuhan sedangkan pergeseran ke arah kiri
menunjukkan adanya rekruitmen. Rekruitmen ikan kembung lelaki jantan dan
betina diduga terjadi pada bulan Juli-Agustus. Ikan kembung lelaki yang
ditangkap di bulan Juli-Agustus memiliki ukuran panjang yang kecil atau dapat
dikatakan ikan kembung lelaki berusia muda sudah ditangkap oleh para nelayan.
Penangkapan ikan kembung lelaki yang berusia muda sangat mempengaruhi stok
dari sumberdaya ikan tersebut (Handoyo 1991).

14
27 Mei 2012
n = 67

17 Juni 2012
n = 51

30 Juni 2012
n = 40

13 Juli 2012
n = 55

26 Juli 2012
n = 43

08 Agustus 2012
n = 71

28 Agustus 2012
n = 48

Gambar 6. Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan

15
27 Mei 2012
n = 33

17 Juni 2012
n = 49

30 Juni 2012
n = 56

13 Juli 2012
n = 53

26 Juli 2012
n = 39

08 Agustus 2012
n = 55

28 Agustus 2012
n = 53

Gambar 7. Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki betina
Hubungan Panjang dan Bobot
Berdasarkan analisis hubungan panjang dan bobot didapatkan persamaan
W= 6E-05 L 2.711 (Gambar 8). Selanjutnya dilakukan uji t untuk menentukan pola
pertumbuhannya. Dari hasil uji t (Lampiran 6) diperoleh kesimpulan bahwa pola
pertumbuhan ikan kembung lelaki baik jantan maupun betina adalah allometrik
negatif dimana pertambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan bobotnya.

16
Hal ini didukung dengan bentuk tubuh ikan kembung lelaki yang pipih. Ikan
kembung lelaki di perairan Teluk Banten cenderung lebih kurus dibandingkan
dengan ikan kembung lelaki di perairan Selat Sunda. Nilai b ikan kembung lelaki
di perairan Selat Sunda berkisar antara 2.984-3.141 (Tabel 4). Nilai b ikan
kembung lelaki yang berbeda-beda di setiap perairan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan perairan tersebut dan ketersediaan makanan (Effendi 1997).
Nilai b ikan kembung lelaki jantan dan betina tidak dibedakan karena
setelah dilakukan uji t (Steel dan Torrie 1991) untuk menguji kehomogenan
regresi pada ikan kembung lelaki jantan dan betina diperoleh hasil Ftab