Pengaruh Motivasi, Kepribadian dan Ketersediaan Informasi Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Toko Grosir di Jalan Palangkaraya Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Motivasi

2.1.1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah proses psikologis yang mendasar dan merupakan salah
satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Motivasi berasal dari kata
“movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau “menggerakkan”.
Menurut beberapa ahli, motivasi didefinisikan sebagai berikut :
1.

Uno (2007: 39) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan tingkah laku seseorang. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang
yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
motivasi yang mendasarinya.


2.

Hellriegel dan Slocum (2008 : 42) mengatakan bahwa motivasi adalah
proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku
hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain,
perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan
demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

3.

Menurut Hasibuan (2007 : 219) motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka

7
Universitas Sumatera Utara

mau berkerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. Dalam berwirausaha peran motivasi

untuk berhasil menjadi sangat penting sebab didalam motivasi terdapat
sejumlah motif yang akan menjadi pendorong tercapainya keberhasilan.
Jadi,motif adalah daya penggerak pada diri seseorang untuk melakukan
aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu. Sebab sejumlah motif
akan membentuk menjadi motivasi yang bersumber dari kebutuhan
individu, oleh karena itu untuk memahami motivasi perlu untuk
memahami berbagai jenis kebutuhan . hal itu sejalan dengan teori hirarki
kebutuhan (hirearchy of needs) dari Abraham Maslow yang terdiri dari
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial,
kebutuhan terhadap harga diri, kebutuhan akan aktualisasi.
4.

Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (fisiologis) sampai yang paling
tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut, teori motivasi

yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow.
Menurut Maslow mengatakan bahwa didalam diri semua manusia ada lima
jenjang kebutuhan yaitu:

1. Fisiologis: antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian, dan
perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain.

8
Universitas Sumatera Utara

2. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap
kerugian fisik dan emosional.
3. Sosial: mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik, dan
persahabatan.
4. Penghargaan: mencakup faktor penghormatan diri seperti harga
diri, otonomi, dan prestasi serta faktor penghormatan dari luar
seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.
5. Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuatu sesuai
ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi, dan
pemenuhan kebutuhan diri.
Menurut Lau dan Shani (dalam Zuhdi, 2006 : 9), terdapat dua
pendekatan umum dalam mempelajari motivasi, yaitu teori isi dan teori proses.
1. Teori isi adalah teori yang menjelaskan mengenai profil kebutuhan
yang dimiliki seseorang. Teori ini berusaha mengidentifikasikan faktorfaktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja. Teori isi antara lain

adalah Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, Teori E-R-G, Teori Dua
Faktor, dan Teori Tiga Motif Sosial.
2. Teori proses menjelaskan proses melalui dimana munculnya hasrat
seseorang untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan
dengan identifikasi variabel dalam motivasi dan bagaimana variabelvariabel tersebut saling berkaitan. Beberapa teori proses antara lain
Teori Keadilan dan Teori Ekspektansi.

9
Universitas Sumatera Utara

Dari definisi di atas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah
yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan organisasi. masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada
dasarnya manusia mudah dimotivasi dengan memberikan apa yang diinginkannya.
Masalah motivasi, dianggap kompleks, karena sesuatu dianggap penting bagi
orang tertentu.
2.1.2. Teori Motivasi
Teori Dua Faktor dari Herzberg (dalam Mangkuprawira 2007 : 67)
memperkenalkan suatu teori motivasi yang disebut teori Two-Factor, faktor yang
pertama, yaitu apa yang disediakan oleh manajemen yang mampu membuat

karyawan senang, nyaman dan tenang, ini disebut sebagai faktor motivator
(satisfiers). Herzberg lebih lanjut mengidentifikasi bahwa yang termasuk dalam
satisfiers adalah; prestasi (Achievement), pengakuan (recognition), kemajuan
(advancement), pertumbuhan (growth), kondisi kerja (working condition) dan
bekerja sendiri (work itself), faktor kedua, disebut sebagai faktor ketidakpuasan
(dissatisfiers) yang terdiri atas; gaji, kebijakan perusahaan, supervisi, status relasi
antar pekerja dan kehidupan pribadi (personal life).
Kedua faktor yang disebutkan oleh Herzberg ini tidak bisa saling
menggantikan dan bukan merupakan suplemen terhadap satu dengan yang lain.
Bila dissatisfiers terpenuhi, belum tentu menyebabkan timbulnya kepuasan bagi
karyawan. Agar kepuasan bisa muncul dan ketidakpuasan bisa dihilangkan, maka
yang harus dilakukan oleh para manajer adalah dissatisfiers dan satisfiers harus
dijaga dan ditingkatkan keberadaannya secara bersama-sama. Kedua faktor ini

10
Universitas Sumatera Utara

adalah syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu organisasi agar memiliki
karyawan yang mempunyai motivasi tinggi. Manajemen dan organisasi tidak akan
efektif tanpa mempunyai karyawan yang bermotivasi.

Susbandono (2006 : 43)

mengemukakan bahwa dengan menyediakan

fasilitas-fasilitas yang sederhana, tapi mengena, mampu menyenangkan dan
menyamankan karyawan dan ternyata bisa memacu motivasi kerja dan dapat
mendongkrak kinerja perusahaan. Salah satu motivator yang diperkenalkan
Herzberg, adalah pengakuan (recognition), banyak manajer dan atasan lupa bahwa
sedikit sapaan yang sifatnya pengakuan atas dirinya, mempunyai efek ganda yang
sering tidak diduga. Karyawan menjadi lebih merasa memiliki pekerjaan dan pada
akhirnya menguntungkan perusahaan.
2.1.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari
dalam diri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Wahyosumidjo
(2001 : 42), faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor internal yang
bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar
individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan,
pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti
pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.

Menurut Siagian (2006 : 294) motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal
adalah:

11
Universitas Sumatera Utara

1. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
2. Harga diri
3. Harapan pribadi
4. Kebutuhan
5. Keinginan
6. Kepuasan kerja
7. Prestasi kerja yang dihasilkan
Sedangkan fakor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain:
1. Jenis dan sifat pekerjaan
2. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3. Organisasi tempat orang bekerja
4. Situasi lingkungan kerja
5. Gaji

Dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi motivasi yang
dimaksud lingkungan kerja ialah pemimpin dan bawahan. Dari pihak pemimipin
ada berbagai unsur yang sangat berpengaruh terhadap motivasi, seperti:
1. Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya prosedur
kerja, berbagai rencana dan program kerja.
2. Persyaratan kerja yang perlu dipenuhi oleh bawahan.
3. Tersedianya seperangkat alat-alat dan sarana yang diperlukan di dalam
mendukung pelaksanaan kerja, termasuk di dalamnya bagaimana tempat
para bawahan bekerja.

12
Universitas Sumatera Utara

4. Gaya kepemimpinan atasan dalam arti sifat-sifat dan perilaku atasan
terhadap bawahan. Bawahan dalam motivasi memiliki gejala karakteristik
seperti:
a. Kemampuan bekerja
b. Semangat kerja
c. Rasa kebersamaan dalam kehidupan kelompok
d. Prestasi dan produktivitas kerja

Menurut Uno (2008 : 112) seorang yang memiliki motivasi kerja akan
tampak melalui:
1. Tanggung jawab dalam melakukan kerja, meliputi:
a. Kerja keras
b. Tanggung jawab
c. Pencapaian tujuan
d. Menyatu dengan tugas
2. Prestasi yang dicapainya, meliputi:
a. Dorongan untuk sukses
b. Umpan balik
c. Unggul
3. Pengembangan diri, meliputi:
a. Peningkatan keterampilan
b. Dorongan untuk maju
4. Kemandirian dalam bertindak, meliputi:
a. Mandiri dalam bekerja

13
Universitas Sumatera Utara


b. Suka pada tantangan
Berdasarkan beberapa teori pokok di atas dapat dirumuskan motivasi kerja
merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan
perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan pada upaya-upaya nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara implisit, motivasi kerja tampak
melalui:
a. Tanggung jawab dalam melakukan kerja
b. Prestasi yang dicapainya
c. Pengembangan diri, serta
d. Kemandirian dalam bertindak
2.1.4. Metode – metode Motivasi
Terdapat dua metode dalam motivasi, metode tersebut adalah metode
langsung dan metode tidak langsung, menurut Hasibuan (2007 : 100). Kedua
metode motivasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Metode Langsung (Direct Motivation), merupakan motivasi materil atau
non materil yang diberikan secara langsung kepada seseorang untuk
pemenuhan kebutuhan dan kepuasannya. Motivasi ini dapat diwujudkan
misalnya dengan memberikan pujian, penghargaan, bonus dan piagam.
b. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation), merupakan motivasi yang
berupa fasilitas dengan maksud untuk mendukung serta menunjang gairah

kerja dan kelancaran tugas. Contohnya adalah dengan pemberian ruangan
kerja yang nyaman, penciptaan suasana dan kondisi kerja yang baik. Pada
instansi pendidikan atau sekolah, tentunya dalam hal ini pimpinan atau

14
Universitas Sumatera Utara

kepala sekolah memiliki tugas penting dalam meningkatkan kualitas guru
yang dipimpinnya sehingga sekolah dapat menciptakan kualitas guru yang
baik. Pimpinan atau kepala sekolah dapat menggunakan metode seperti
diatas agar mampu meningkatkan motivasi guru dan mampu menunjang
kepuasan kerja guru itu sendiri.
2.1.5. Faktor – faktor Motivasi berwirausaha
Menurut Steinhoff dan Burgess (dalam Suryana, 2003 : 50), ada tujuh
motif yang mendasari seseorang untuk menjadi wirausaha, yaitu:
1.

The desire for heigher income (keinginan untuk mendapatkan pendapatan
yang lebih tinggi).

2. The desire for a more satisfying career (keinginan untuk memilih karir
yang lebih memuaskan).
3. The desire to be self directed (keinginan untuk menjadi pribadi yang
mandiri)
4. The desire for the prestige that comes to being a busineess owner
(keinginan untuk mendapatkan prestise dengan menjadi pemilik usaha
sendiri).
5. The desire to run with a new idea or concep (keinginan untuk menjalankan
ide atau konsep baru).
6. The desire to build long-term wealth (keinginan untuk merencanakan
kesejahteraan jangka panjang).

15
Universitas Sumatera Utara

7. The desire to make a contribution to humanity or to a spesific cause
(keinginan untuk memberikan kontribusi bagi kemanusiaan atau untuk
sebab-sebab spesifik).
Menurut Suryana (2003 : 50), dikemukakan beberapa alasan mengapa
seseorang berwirausaha, yaitu:
1. Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya,untuk
mencari pendapatan tambahan, sebagai stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial, yaitu untuk memperoleh gengsi atau status, untuk dapat
dikenal dan dihormati.
3. Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk
menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat,demi masa
depan anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami dan
isteri, untuk membahagiakan orang tua.
4. Alasan pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi mandiri, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang
lain, untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan
pribadi.
2.2.

Kepribadian
Alma (2005 : 120) menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan

kualitas psikis seseorang yang diwarisinya dan membuat orang tersebut menjadi
unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten
sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu yang satu dengan
individu lainnya. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai variabel

16
Universitas Sumatera Utara

yang sering digunakan untuk menggambarkan diri individu yang berbeda dengan
individu lainnya.
Alisyahbana (dalam Alma, 2005 : 64) menyatakan bahwa kepribadian
adalah keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan,
kata hati, temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki
karakteristik kepribadian yang khusus yang membedakannya dari orang lain.
Scarborough dan Zimmerer (dalam Suryana, 2006 : 24) mengemukakan delapan
karakteristik kepribadian dari seorang wirausaha sukses yakni:
1. Desire for responsibility (memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha
yang dilakukannya).
2. Preference for moderate risk (memilih resiko yang moderat dan telah
diperhitungkan dan tidak mengambil resiko yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi).
3. Confidence in their ability to sucses (percaya bahwa dirinya bisa meraih
kesuksesan yang diinginkannya).
4. Desire for immediate feedback (memiliki keinginan untuk segera
mendapatkan umpan balik).
5. High level of energy (memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk
bekerja keras mencapai tujuannya).
6. Future orientation (berorientasi pada masa depan dan jangka panjang).
7. Skill of organizing (mempunyai ketrampilan mengorganisir sumbersumber daya untuk mencapai tujuannya).

17
Universitas Sumatera Utara

8. Value of achievement over money (lebih menghargai prestasi dibandingkan
uang, karena uang akan mengalir masuk dengan sendirinya jika seorang
wirausaha mempunyai prestasi yang bagus).
Suryana (2006 : 116) menyatakan bahwa wirausaha yang sukses pada
umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi,
nilai-nilai pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan. Cuningham (dalam Riyanti, 2003 : 30) yang melakukan wawancara
terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional Singapura menyatakan bahwa
kepribadian merupakan salah satu faktor penyebab keberhasilan usaha.
Pentingnya kepribadian bagi seorang wirausaha juga didukung oleh Miner
(dalam Riyanti, 2003 : 13) yang menyatakan bahwa tipe kepribadian sangat
menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan dalam
kewirausahaan. Stoltz (dalam Riyanti, 2003 : 14) menyatakan ada tiga tipe
kepribadian yakni The climber adalah orang yang memiliki ketahanan tinggi
dalam menghadapi rintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan
meskipun gagal berkali-kali.
Kedua, The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu
dan berhenti karena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak
mau berusaha lagi agar bisa lebih berhasil. Ketiga, quitter adalah orang yang
mudah menyerah bila menghadapi kegagalan, ia penakut dan tidak mau
mengambil resiko untuk mulai berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau
mencoba lagi.

18
Universitas Sumatera Utara

Ada beberapa karakter atau kepribadian yang diperlukan agar seorang
wirausaha berhasil. Setiap individu dalam usahanya agar menjadi pengusaha yang
berhasil, memiliki reaksi yang berbeda terhadap tantangan dan kesempatan yang
ada, dan pengusaha yang berhasil adalah pengusaha yang mengetahui bagaimana
memanfaatkan sumber daya yang ada demi memenuhi kebutuhan konsumen, serta
merubah tantangan menjadi kesempatan dalam berusaha. dalam personality factor
atau faktor kepribadian yang terbagi lagi menjadi tiga, yaitu:
1.

Kebutuhan akan Prestasi
Konsep kebutuhan akan prestasi pertama-tama dikemukan oleh McClelland

(dalam Alma, 2006: 81). Kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan
seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau
standar yang tinggi. McClelland menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang jika ia berhubungan dengan orang lain di
dalam suatu lingkungan yakni:
1. Motif afiliasi (affiliation motive)
Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh
keakraban, dan disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima
lingkungannya dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan
lingkungannya. Orang seperti ini biasanya merupakan teman yang baik dan
menyenangkan.
2. Motif kekuasaan (power motive)
Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan
mempengaruhi orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang diminta
atau diperintahkannya, ia cenderung tidak mempedulikan perasaan orang

19
Universitas Sumatera Utara

lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia memberikan
bantuan kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya
orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa
menunjukkan kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau
terpengaruh oleh mereka sehingga bisa diperintah dan diaturnya.
3. Motif berprestasi (achievement motive)
Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai
prestasi yang lebih tinggi. McClelland melakukan penelitian terhadap
mahasiswa Harvard University dan membuktikan adanya korelasi antara
tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi pada mahasiswa yang diukur
semasa kuliah dengan pemilihan karier atau pekerjaan setelah mereka lulus
kuliah dan terjun ke masyarakat. Dari hasil penelitian itu ditunjukkan bahwa
mereka yang memiliki motif berprestasi tinggi sekitar 66% memilih karier
sebagai pengusaha, sementara 34% lainnya memilih pekerjaan di bidang
lain. Pada mahasiswa yang memiliki motif berprestasi rendah, hanya 10%
yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha dan 90% memilih pekerjaan di
bidang lain.
Oosterbeek (2008 : 54) menemukan bahwa wirausaha yang sukses
memiliki nilai atau skor yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi
karena mereka akan berjuang untuk memperoleh prestasi yang tinggi, mereka
mendirikan perusahaannya secara profesional dan menentukan target yang tinggi
dan berusaha mencapai target tersebut. Oosterbeek juga menemukan bahwa
wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan kekuasaan (the need of power)

20
Universitas Sumatera Utara

yang tinggi untuk mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka
tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuannya.
McClelland (dalam Zarkasyi, 2006 : 20) menyatakan bahwa orang-orang
yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang terlalu mudah dan terlalu
sulit, mereka memilih tujuan yang moderat yang mampu mereka capai.
2. Memilih dan menyukai umpan balik sehingga mereka dapat menggunakan
umpan balik itu untuk menemukan cara-cara yang kreatif dan inovatif agar
dapat mencapai prestasi yang mereka inginkan.
3. Menyukai tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan. Mereka akan
bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan yang mereka raih tanpa
suka menyalahkan pihak lainnya.
Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa orang yang memiliki
kebutuhan prestasi yang tinggi berbeda dengan para penjudi (gamblers) atau
pengambil resiko (risk takers). Orang-orang dengan kebutuhan prestasi yang
tinggi menetapkan tujuan yang bisa dicapai yang dapat mereka pengaruhi dengan
usahanya sendiri. Mudjiarto (2006 : 28), menyatakan bahwa orang-orang yang
berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berani mengambil resiko.
2. Kreatif dan inovatif.
3. Mempunyai visi.

21
Universitas Sumatera Utara

4. Mempunyai tujuan yang berkelanjutan.
5. Percaya diri.
6. Mandiri.
7. Aktif, enerjik dan menghargai waktu.
8. Memiliki konsep diri yang positif.
9. Berpikir positif.
10. Bertanggung jawab secara pribadi.
11. Selalu belajar dan menggunakan umpan balik.
Penelitian Scapinello (dalam Indarti et al, 2008 : 30) menunjukkan bahwa
seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat
menerima kegagalan dari pada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang
rendah. Sengupta dan Debnath (dalam Indarti et al, 2008 : 31) dalam
penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh
besar terhadap tingkat kesuksesan seorang wirausaha.
2. Sumber Kendali
Tingkat sumber kendali (locus of control) yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh orang itu. Jika seseorang
memiliki tingkat locus of control yang tinggi maka tentunya akan lebih mudah
orang itu dalam memulai suatu usaha. Namun jika seseorang memiliki tingkat
locus of control yang rendah, secara tidak langsung dalam memulai bisnisnya
orang itu akan cenderung melimpahkan atau meminta bantuan orang lain untuk
menjalankan usahanya. Locus of control merupakan sebagai keyakinan individu
menguasai nasibnya sendiri (internal) sedangkan sisanya percaya bahwa hidup

22
Universitas Sumatera Utara

ditentukan oleh kemujuran atau peluang (eksternal). Locus of control dapat dibagi
dua, yaitu:
a. Internal locus of control
Internal locus of control berhubungan dengan semua kejadian yang
dikaitkan dengan perilaku sendiri atau sesuai dengan ciri kepribadian.
b. Eksternal locus of control
Eksternal locus of control berarti semua penguatan baik itu positif atau
negatif yang diikuti bukan karena apa yang dilakukan tetapi berdasarkan
hasilnya seperti : kesempatan, nasib atau keberuntungan. Individu
eksternal lebih taat dan mau mengikuti pengarahan, individu ini lebih
cocok untuk pekerjaan terstruktur, rutin, yang harus mengikuti ketentuan
dan pengarahan sedangkan individu eksternal mempunyai sifat mudah
cemas, depresi, neurosis dan sifat lain yang sejenisnya.
3.

Keyakinan diri
Karakteristik kepribadian yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha

seseorang adalah keyakinan diri (self efficacy). Karena dengan self efficacy yang
tinggi seseorang dapat langsung mengetahui hal - hal apa saja yang dapat
dilakukan dalam menjalankan usaha, sehingga ia tidak selalu bergantung pada
orang lain.
Menurut Gist dan Mitchell self efficacy adalah "Self eficacy defined as a
comprehensive surrimary about the judgement of perceived capability of
performing a specific talk". Jadi keyakinan diri dapat diartikan sebagai ringkasan
yang secara luas tentang keputusan terhadap kemampuan merasakan dalam

23
Universitas Sumatera Utara

menyelenggarakan tugas khusus". Sedangkan menurut Wood dan Bandura “ self
efficacy refers to the belief is one’s cabability to mobilize the motivation,
cognitive resources, and courses of action needed to meet given situsional
demands”. Keyakinan diri menunjukkan kepada perasaan terhadap kemampuan
untuk mengerahkan motivasi, tingkat kesadaran dan bagian dari tindakan yang
diperlukan untuk memberikan jawaban atas situasi yang terjadi’.
2.3

Ketersediaan Informasi
Definisi Ketersediaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dalam jaringan adalah “pertama, kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal,
anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah
ditentukan, kedua keadaan tersedia atau hal tersedia”.
Definisi informasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
jaringan adalah “ pertama penerangan, kedua pemberitahuan kabar atau berita
tentang sesuatu, ketiga keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat
dalam bagian-bagian amanat itu”.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008,
Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun penjelasannya
yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan
dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
secara elektronik ataupun nonelektronik.
Informasi menurut Gaol (2008 : 7) “adalah segala sesuatu keterangan yang
bermanfaat untuk para pengambil keputusan (manajer) dalam rangka mencapai

24
Universitas Sumatera Utara

tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya”, sedangkan menurut
(Laudon dalam Gaol, 2008 : 8)“ informasi adalah data yang telah diolah menjadi
suatu bentuk informasi yang berarti dan berguna bagi manusia”.
Informasi merupakan data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang
penting bagi penerima dan mempunyai nilai nyata bagi pengambilan keputusan
saat ini atau waktu yang akan datang. Informasi memberikan sesuatu yang
berguna jika sesuai dengan kebutuhan, mempunyai ketelitian dalam pengolahan
data, tidak kadaluwarsa dan dapat dipergunakan secara efektif (Marimin dkk,
2006 : 19).
Hattab (2014 : 111) menyatakan “wirausaha menemukan peluang
kewirausahaan tergantung pada informasi yang telah mereka miliki”. Ketersediaan
informasi membantu seseorang agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dari
semua keputusan yang ada.
Menurut Yuliawan dan Ginting (2012 : 45) pengertian ketersediaan
informasi kewirausahaan adalah “tersedianya informasi yang dibutuhkan dan
mendukung kegiatan kewirausahaan secara memadai”.
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa ketersediaan informasi
adalah tersedianya informasi usaha yang dibutuhkan dan mendukung untuk
memulai suatu usaha. Singh dan Krishna ( 1994), mempelajari wirausaha di India,
menunjukkan bahwa pencarian informasi adalah salah satu dari karakteristik
wirausaha. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi dari berinteraksi dengan
orang - orang yang menghasilkan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas ini
paling sering bergantung pada kemampuan untuk mengakses informasi, baik melalui

25
Universitas Sumatera Utara

modal manusia dan usaha individu maupun sebagai bagian dari suatu modal sosial
dan networking.

Menurut Oetomo (2002 : 16-17), kualitas informasi ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu sebagai berikut :
1.

Keakuratan dan teruji kebenarannya.
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan.

2.

Kesempurnaan informasi
Informasi disajikan dengan lengkap tanpa pengurangan, penambahan, dan
pengubahan.

3.

Tepat waktu
Infomasi harus disajikan secara tepat waktu, karena menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan.

4.

Relevansi
Informasi akan memiliki nilai manfaat yang tinggi, jika Informasi tersebut
dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.

5.

Mudah dan murah
Apabila cara dan biaya untuk memperoleh informasi sulit dan mahal, maka
orang menjadi tidak berminat untuk memperolehnya, atau akan mencari
alternatif substitusinya
Menurut Kristiansen, (2004 : 87) “informasi Bisnis berhubungan dengan

persepsi kemampuan untuk berhasil, dan keinginan berwirausaha terkait dengan
pasar, sumber bahan baku, teknologi, desain, dan peraturan pemerintah.
Ketersediaan informasi baru tergantung pada karakteristik seseorang seperti

26
Universitas Sumatera Utara

tingkat pendidikan, kualitas infrastruktur seperti media dan sistem telekomunikasi,
dan modal sosial seperti jaringan”. menyatakan bahwa ketersediaan informasi
usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk
membuka usaha baru dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan
usaha (Indarti dan Rostiani, 2008 : 123).
2.4

Keberhasilan Usaha

2.4.1 Pengertian keberhasilan usaha
Sebagai ukuran keberhasilan usaha suatu perusahaan dapat dilihat dari
berbagai aspek, seperti: kinerja keuangan dan image perusahaan. Wirausaha yang
memiliki kemampuan mengambil keputusan yang superior akan dapat
meningkatkan performansi usaha seperti peningkatan profit dan petumbuhan
usaha Priyanto (2009:73).
Suryana (2011:66) bahwa untuk menjadi wirausaha yang sukses harus
memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan
dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Erliah
(2007:49) mengatakan bahwa suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya
apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik
dalam permodalan, skala usaha, hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan.
Menurut Priyanto (2009:59) seseorang yang memiliki kewirausahaan
tinggi dan digabung dengan kemampuan manajerial yang memadai akan
menyebabkan dia sukses dalam usahanya. Menurut Primiana (2009:49) bahwa
keberhasilan usaha adalah permodalan sudah terpenuhi, penyaluran yang
produktif dan tercapainya tujuan organisasi.

27
Universitas Sumatera Utara

Algifari (2003:118) mengatakan bahwa keberhasilan usaha dapat dilihat
dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara
teknis dan efisiensi secara ekonomis. Mudzakar dalam Andari (2011:21)
berpendapat

bahwa,

keberhasilan

usaha

adalah

sesuatu

keadaan

yang

menggambarkan lebih dari pada yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya.
Noor (2007:397) mengemukakan bahwa keberhasilan usaha pada hakikatnya
adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuannya, suatu bisnis dikatakan
berhasil bila mendapat laba, karena laba adalah tujuan dari seseorang melakukan
bisnis.
Menurut Anaroga (dalam Sazali 2011:63), keberhasilan usaha dapat
tercapai jika memliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana
usaha (business plan). Rencana usaha menjadi acuan dalam semua aktivitas yang
akan dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dijalankan, dengan
adanya rencana usaha maka hasil kinerja yang ada dapat diukur keberhasilannya.
Suryana (2006:7) menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha
sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama (pola perilaku) dan
sikap dengan modal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis, sehingga
dapat dikatakan bahwa pedoman, pengharapan, serta nilai baik yang berasal dari
diri sendiri ataupun kelompok dapat mempengaruhi pembentukan perilaku
kewirausahaan.
Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Istilah
itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi perusahaan.
Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah karyawan,

28
Universitas Sumatera Utara

peningkatan modal, dan lain-lain. Sehingga, dapat diketahui bahwa definisi
keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya,
dimana keberhasilan tersebut didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak yang
cerdas, yaitu kreatif, mengikuti perkembangan teknologi dan dapat menerapkan
secara proaktif dan hal tersebut terlihat dari usaha dari wirausaha dimana suatu
keadaan usahanya yang lebih baik dari periode sebelumnya dan menggambarkan
lebih dari pada yang lainnya yang sederajat atau sekelasnya.
Dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan
berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis, target
perusahaan yang ditentukan oleh manajer pemilik usaha, permodalan, skala usaha,
hasil atau laba, jenis usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta image
perusahaan.
2.4.2 Faktor-Faktor Keberhasilan Usaha
Faktor-Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha yaitu Tanjung,
(2012:43) :
1. Faktor Produksi
Produk yang dihasilan dapat diproduksi sendiri atau dengan menjual kembali
produk orang lain. Kualitas dan harga produk yang ditawarkan haruslah sesuai.
2. Faktor Pemasaran
Untuk meningkatkan penjualan wirausaha dapat melakukan promosi dengan
anggaran tertentu yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu. Produk
yang ditawarkan kepada target pasar harus mudah diperoleh atau paling tidak

29
Universitas Sumatera Utara

pelanggan mengetahui bagaimana untuk mendapatkan produk tersebut,
misalnya dengan memberikan beberapa alternatif untuk melakukan pemesanan.
3. Faktor Manajemen
Untuk mengantisipasi perubahan, maka wirausaha harus selalu berusaha untuk
lebih efisien dan efektif dalam mengelola usahanya. Hal-hal yang dapat
dilakukan di antaranya ialah dengan melakukan TQM (Total Quality
Management), benchmarking dengan meniru usaha yang berhasil, performance
measurement, empowerment, memiliki nilai tambah dibandingkan dengan
usaha lain yang sejenis (competitive advantage), strategi yang lebih unggul dan
lain-lain.
4. Faktor Keuangan
Melakukan sentralisasi pengendalian keuangan dengan cara melakukan
efisiensi anggaran, terutama dengan pemotongan biaya-biaya yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi, peramalan arus kas,
pengelolaan modal kerja, dan mengurangi penjualan dengan cara piutang.
2.4.3

Dimensi Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha dan penilaian keberhasilan usaha didasarkan pada 4

dimensi menurut Diti (2014:47) adalah sebagai berikut :
1. Jumlah tenaga kerja
Adalah banyaknya orang yang bekerja pada suatu usaha. Indikatornya adalah
jumlah karyawan yang dimiliki oleh wirausahawan.
2. Volume penjualan

30
Universitas Sumatera Utara

Adalah jumlah penjualan yang dihasilkan untuk satu tahun. Indikatornya
adalah jumlah penjualan dalam satu tahun, frekuensi produksi per bulan,
peningkatan penjualan, dan perkembangan hasil usaha beberapa tahun.
3. Ketahanan usaha
Adalah lama usaha yang dijalankan oleh wirausahawan. Indikatornya adalah
lama atau umur usaha yang dijalankan dan usaha pernah vakum atau berhenti
produksi.
4. Pendapatan
Adalah jumlah penerimaan bersih yang diterima oleh wirausahawan dari
usahanya. Indikatornya adalah pendapatan usaha selama satu tahun.
Indikator keberhasilan usaha menurut Riyanti (2003:22), kriteria yang cukup
signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari :
1. Peningkatan modal
2. Jumlah produksi
3. Jumlah pelanggan
4. Perluasan usaha
5. Pendapatan usaha
2.5

Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Peneliti
(tahun)

Judul
Penelitian

Variabel
Penelitian

Alat
analisis

Hasil Penelitian

31
Universitas Sumatera Utara

Peneliti
(tahun)

Judul
Penelitian

Rio Zam
Zami
(2015)

Pengaruh,
Pengetahuan
Kewirausahaan,
dan ketersediaan
informasi
terhadap
keinginan
menjadi
wirausaha

Muthalib
(2015)

Al - Farisi
(2014)

Variabel
Penelitian

Alat
analisis

Hasil Penelitian

Variabel
independen:
Pengetahuan
kewirausahaan
(X1),
ketersediaan
informasi (X2),
Variabel
dependen:
keinginan
menjadi
wirausaha (Y).

Analisis
regresi
linear
berganda

Pengaruh
motivasi
kewirausahaan
pada kinerja
bisnis di sector
industri kuliner

Variabel
independen:
Motivasi
kewirausahaan
(X1),
Variabel
dependen:
Kinerja
perusahaan (Y)

Analisis
regresi
linear
berganda

Pengaruh
Inovasi
dan Kreatifitas
terhadap
Keberhasilan
Usaha (Survey
terhadap
para
pengusaha di
Industri Rajut
Binong Jati
Bandung)

Variabel
independen:
Inovasi (X1),
Kreativitas (X2),
Variabel
dependen:
Keberhasilan
usaha (Y)

analisis
regresi
berganda
dan
koefisien
korelasi

Variabel
pengetahuan
kewirausahaan
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
keinginan menjadi
wirausaha, dan
variabel
ketersediaan
informasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap keinginan
menjadi wirausaha
Motivasi
kewirausahaan
berpengaruh positif
dan siginifikan
terhadap kinerja
bisnis kuliner di
kendari, ini
menunjukkan
bahwa motivasi
kewirausahaan
membuat kinerja
dari sektor industri
kuliner lebih baik
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa inovasi
dan kreativitas
memiliki
hubungan yang
kuat terhadap
keberhasilan
usaha.

32
Universitas Sumatera Utara

Peneliti
(tahun)

Judul
Penelitian

Rina
wahyuni
daulay
dan Frida
Ramadini
(2012)

Efikasi diri dan
motivasi
terhadap
keberhasilan
usaha

Rudy
(2010)

Analisis
pengaruh faktor
kepribadian,
lingkungan dan
demografis
terhadap minat
kewirausahaan

Variabel
Penelitian
Variabel
independen:
efikasi diri (X1),
motivasi (X2),
Variabel
dependen:
keberhasilan
usaha (Y).
Variabel
independen:
kepribadian
(X1), lingkungan
(X2), demografis
(X3), Variabel
dependen:
minat
kewirausahaan
(Y)

Alat
analisis

Hasil Penelitian

Analisis
regresi
linear
berganda

Efikasi diri dan
motivasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
keberhasilan usaha

Analisis
jalur

Variabel
kepribadian,
lingkungan, dan
demografis secara
serempak
berpengaruh
terhadap minat
kewirausahaan

Sumber: Rio Zam-zami (2015), Muthalib (2015), Al-farisi (2014), Rina (2012), Rudy (2010).

2.6

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama sepenuhnya dari proyek

penelitian yang dituju, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel
yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan elaborasi dari perumusan
masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei
literatur (Kuncoro, 2003:44).
Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan
ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robbins dan Timothy, 2009:222).
Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi akan berusaha melakukan yang
terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan
bersikap optimis, tidak cepat puas atas hasil yang telah diperoleh serta mempunyai

33
Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang
yang mempunyai motivasi yang tinggi pada umumnya akan lebih cepat meraih
keberhasilan, dalam hal ini motivasi yang tinggi dibutuhkan dalam meraih
keberhasilan usaha. Penjelasan ini didukung dengan adanya penelitian yang
dilakukan wahyuni dan ramadini (2012) bahwa motivasi mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan usaha, Penelitian lain yang dilakukan oleh Muthalib (2015)
bahwa hasil penelitian menunjukkan motivasi memiliki hubungan yang kuat
terhadap keberhasilan usaha.
Keberhasilan usaha atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh
sifat dan kepribadianya, Suryana (2006:27). Kepribadian adalah keseluruhan
karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk pikiran, perasaan, kata hati,
temperamen dan watak. Seorang wirausaha yang sukses memiliki karakteristik
kepribadian yang khusus yang membedakannya dari orang lain.
ketersediaan informasi juga penting untuk keberhasilan usaha. Di zaman
modern ini, informasi berubah-ubah dalam waktu yang singkat, oleh karena itu
informasi terkini harus mudah diakses, Ketersediaan informasi yang lengkap
merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang memulai usaha,
dan juga untuk mendorong keberhasilan dan keberlangsungan usaha. Berdasarkan
teori-teori dan penjelasan yang dituliskan sebelumnya, penelitian ini membahas
mengenai Pengaruh motivasi, kepribadian, ketersediaan informasi terhadap
keberhasilan usaha pada toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

34
Universitas Sumatera Utara

Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka
konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara variabel X1, X2, dan X3
terhadap Y, yaitu sebagai berikut:

Motivasi (X1)

Kepribadian (X2)

Ketersediaan
Informasi (X3)

2.7

Keberhasilan usaha
(Y)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan

rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis
(Sugiyono, 2003 : 206). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan
Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
1. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha
toko grosir di jalan Palangkaraya Medan .
2. Kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan
usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.
3. Ketersediaan informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Keberhasilan usaha toko grosir di jalan Palangkaraya Medan.

35
Universitas Sumatera Utara

4. Motivasi, kepribadian dan ketersediaan informasi secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan usaha toko
grosir di jalan Palangkaraya Medan.

36
Universitas Sumatera Utara