Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Laporan Keuangan
2.1.1.1. Definisi dan Konsep
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Pelaporan

keuangan

merupakan

salah

satu

sumber


informasi

yang

mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam
periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen
mendapatkan informasi yang bermanfaat (Kartika, 2009 : 199). Sedangkan
menurut Baridwan (2000 : 233), laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan, atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
IAI (2009) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1
Par 07 menyebutkan tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau
pertanggungjawaban manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Atas dasar tujuan tersebut, diharapkan bahwa para pemakai laporan

13

Universitas Sumatera Utara

14

keuangan dapat menilai informasi yang dihasilkan untuk dasar pengambilan
keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut IAI (2009) dalam
PSAK N0. 1 Par 08, terdiri dari komponen neraca, laporan laba/rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara
benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan
keuangan. Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang
wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi.
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh
manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan
tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk mendukung tercapainya
kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi)
yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan Pemerintah.
Karakteristik kualitas laporan keuangan menurut IAI (2009) sebagaimana

yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Par. 07E
adalah:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud
ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan

Universitas Sumatera Utara

15

membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa
depan.
3. Keandalan

Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan secara relatif.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa laporan keuangan yang
berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan,
dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini
berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan
secara tepat waktu.
Suwarjono dalam Wirakusuma (2004 : 186) menyebutkan bahwa
ketepatwaktuan informasi bermakna informasi tersedia sebelum kehilangan
kemampuan mempengaruhi keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam

suatu keputusan. Termaktub pula dalam PSAK No. 1 Paragarph 43 (IAI, 2009),
bahwa penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan akan
berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan.

2.1.1.2. Penyampaian Laporan Keuangan
Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan

Universitas Sumatera Utara

16

telah diaudit oleh akuntan publik. Tuntutan tersebut diatur dalam Pasal 69 ayat (1)
UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur dalam

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan setiap
emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan
perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independennya kepada Bapepam

selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan
keuangan tahunan perusahaan. Namun, sejak tanggal 30 September 2003,
Bapepam memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam
Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003
tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam
Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai
dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal
laporan keuangan tahunan.
Pada penjelasan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diatas
diterangkan dengan jelas kewajiban untuk menyampaikan dan mengumumkan
laporan yang berisi informasi berkala tentang kegiatan usaha dan keadaan
keuangan perusahaan publik, dan diharapkan perusahaan menyampaikan laporan
keuangannya tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bapepam.
Pentingnya ketepatan waktu terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu
sendiri, apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan
keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Peran
tersedianya informasi laporan keuangan yang tepat waktu akan digunakan oleh

Universitas Sumatera Utara


17

investor (pemodal) sebagai keputusan investasi, dan digunakan masyarakat dalam
hal ketersediaan informasi, serta untuk efektivitas pengawasan oleh Bapepam.
Apabila perusahaan tidak menyampaikan laporan keuangannya secara
tepat waktu maka akan dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif yang
dikenakan pada perusahaan yaitu berupa denda, yang sesuai dengan ketentuan
pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa :
“Emiten yang pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi
denda Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian
laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp
500.000.000 (lima ratus juta rupiah).”

2.1.1.3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan menganalisa laporan
keuangan yang lahir dari suatu konsep dan sistem akuntansi keuangan. Kegiatan
analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan
informasi yang lebih banyak, lebih akurat, dan disajikan sebagai bahan dalam

proses pengambilan keputusan. Harahap (2001 : 190) memberikan pengertian
analisis laporan keuangan ”sebagai suatu kegiatan menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikasi atau yang mempunyai makna antara data kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut

Universitas Sumatera Utara

18

Aliminsyah (2003 : 290), “Analisis laporan keuangan adalah pemeriksaan segala
komposisi laporan keuangan yang berguna sebagai landasan yang membuat
penafsiran dan kesimpulan”.
Berdasarkan kedua definisi di atas jelas terlihat bahwa berbicara analisis
laporan keuangan erat kaitannya dengan pemeriksaan atau auditing

guna

memahami secara lebih mendalam hubungan data yang disajikan di dalam laporan

keuangan.
Harahap (2001:197) menyebutkan beberapa tujuan yang hendak dicapai
dari suatu kegiatan analisis laporan keuangan, antara lain :
1. Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3. Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang.
4. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi,
keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
Objek yang di analisis dari suatu kegiatan analisis laporan keuangan
menurut Harahap (2001:198), meliputi :

1. Analisis Neraca
Analisis Neraca merupakan refleksi hasil yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu dan modal yang digunakan untuk
melaksanakan dan mencapainya. Dalam analisis neraca disorot mutu
dan kecukupan aktiva, dan modal serta hubungan antara ketiganya,
apakah ada yang dilebih-lebihkan antara satu dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara

19

2. Analisis Laba Rugi
Analisis Laba Rugi merupakan media untuk mengetahui keberhasilan
operasional perusahaan, keadaan usaha, kemampuannya memperoleh
laba efektifitas operasinya. Dalam analisis laba rugi disorot tern
penjualan, harga pokok produksi, biaya overhead, marjin yang
diperoleh (marjin laba), mutu laba. Poin-poin ini dapat
diperbandingkan dengan rata-rata prestasi perusahaan sejenis atau
perusahaan tertentu yang dianggap sebagai saingan atau yang
berprestasi baik.

3. Analisis Arus Kas
Analisis Arus Kas dapat menunjukan pergerakan arus kas dari mana
sumber kas diperoleh dan kemana dialirkan. Biasanya dalam laporan
arus kas sumber dan penggunaan kas diperoleh dari tiga sumber :
Operasional, Pembiayaan, dan Investasi. Dari struktur arus dana dapat
dilihat kemampuan dana operasional yang dipakai dan disetor untuk
modal kerja.

Metode yang digunakan didalam menganalisa suatu laporan keuangan,
secara umum menurut Prastowo dan Juliaty (2008: 132-133), meliputi : metode
analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis).
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya.
Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan
pos yang sama untuk periode yang berbeda sedangkan disebut analisis dinamis
karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik analisis yang
temasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik perbandingan, analisis
trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor.
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu
dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan

Universitas Sumatera Utara

20

keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena
membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan
yang sama maka disebut metode vertikal. Sedangkan metode ini disebut metode
statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada
tahun (periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode
ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (Common Size), analisis
rasio, dan analisis impas.

2.1.2. Auditing (Pengauditan)
2.1.2.1. Pengertian Auditing
Jusup (2001: 328) mengatakan auditing merupakan suatu proses sistematis
untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi
tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan

dan

mengkomunikasikan

hasilnya

kepada

pihak-pihak

yang

berkepentingan. Menurut Mulyadi (2002 : 162), auditing adalah suatu proses
sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang
berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadiankejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak
yang berkepentingan.
Asmara dalam Sejati (2007 : 87-88) mengatakan suatu laporan keuangan
perlu diaudit dikarenakan :

Universitas Sumatera Utara

21

1) Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan
dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap
penyusunan laporan keuangan tersebut.
2) Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses
pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan
3) Kerumitan data
4) Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan
akuntansi
Audit atas laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan
suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah
disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Selanjutnya dalam audit juga biasanya dirumuskan tujuan khusus
audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan
khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat manajemen dalam laporan
keuangan (Jusup, 2001 : 111).
Berdasarkan sifat yang dianalisis, auditing mempunyai fungsi memecahmecah atau menguraikan informasi yang ada dalam laporan keuangan untuk
mencari bukti yang dapat mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran
penyajian informasi tersebut. Audit laporan keuangan yang dilaksanakan auditor
merupakan fungsi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disusun
manajemen telah memenuhi kriteria yang telah disepakati bersama atau telah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam SAK di Indonesia.

2.1.2.2. Pengertian Auditor
Auditor

adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam

melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau

Universitas Sumatera Utara

22

organisasi disebut auditor. Menurut Jusup (2001 : 112-113), Auditor dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit
harus diatas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di
Indonesia audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk pada
pemerintah sehingga dapat diharapkan dapat melakukan audit secara
independen, namun demikian badan ini bukanlah badan yang berdiri
diatas pemerintah. Hasil audit yang dilakukan BPK disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat kontrol atas
pelaksanaan keuangan negara.
2) Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja didalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Pada umumnya auditor intern wajib memberikan laporan
secara langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan atau pejabat
tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan.
Tanggungjawab auditor intern pada berbagai perusahaan sangat
beranekaragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan
tugas rutin berupa audit kesesuaian. Agar dapat melakukan tugasnya
secara efektif, auditor intern harus independen terhadap fungsi-fungsi
lini dalam organisasi tempat ia bekerja, namun ia tidak dapat
independen terhadap perusahaannya karena ia adalah pegawai dari
perusahaan yang diauditnya.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik
Auditor independen atau sering disebut sebagai akuntan publik adalah
auditor yang mempunyai tanggung jawab melakukan fungsi
pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka yaitu
perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar
modal, perusahaan-perusahaan besar, dan juga perusahaanperusahaan
kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba.
Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat izin dari Departemen
Keuangan. Seseorang baru akan memperoleh ijin berpraktek sebagai
akuntan publik apabila yang bersangkutan memenuhi beberapa syarat
yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara

23

2.1.2.3. Laporan Auditor Independen
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002 : 164). Jusup
(2001 : 121) mengatakan laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor
dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan
audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing.
Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan
dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit
baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar (introductory paragraph),
paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph).
Menurut Mulyadi (2002 : 165), paragraf pengantar berisikan tiga fakta
yang diungkapkan oleh auditor (: (1) tipe jasa yang diberikan oleh auditor, (2)
objek yang di audit, (3) pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan
keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan
keuangan berdasarkan hasil audit. Pada paragraf ini terdapat tiga kalimat, yaitu
kalimat pertama menjelaskan laporan keuangan yang menjadi objek sasaran audit,
kalimat kedua menjelaskan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan,
dan kalimat ketiga menjelaskan tanggung jawab auditor atas pendapat yang
dinyatakan pada laporan audit. Pada paragraf lingkup, auditor menyatakan bahwa
audit dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) dan beberapa penjelasan tambahan. Selain itu paragraf

Universitas Sumatera Utara

24

ini juga berisi pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan
standar audit tersebut dapat memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Paragraf opini audit
digunakan auditor untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan
auditan. Pendapat auditor tersebut mengenai kewajaran laporan keuangan auditan,
dalam semua hal yang material berdasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan
keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Opini audit harus didasarkan atas standar auditing dan temuan-temuannya
(IAPI, 2011 : SA Seksi 508, paragraf 03). Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan
diberikan pada laporan keuangan auditee berdasarkan setiap keadaan yang
dijelaskannya. Terdapat lima tipe pendapat audit (IAPI, 2011 : SA Seksi 508
Paragraf 10) yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan laporan keuangan
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan
dalam laporan auditor bentuk baku. Laporan keuangan dianggap
menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi,
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi
berikut ini :
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan
keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode
ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan,
sesaui dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Jika laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan klien dan tidak terdapat hal-hal yang memerlukan
bahasa penjelasan, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku.

Universitas Sumatera Utara

25

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan
keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah
dengan bahasa penjelasan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan tersebut misalnya :
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi di luar
kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika auditor tersebut tidak
dibatasi ruang lingkup auditnya, sehingga auditor tersebut dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh
auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan
sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Keadaan yang menyebabkan
auditor tidak memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena auditor
tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan atau karena auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.

Universitas Sumatera Utara

26

Berikut ini disajikan contoh laporan auditor independen dengan opini
WTP berdasarkan SA700 pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara

27

Sumber : Laporan Keuangan Audited PT. Tirta Mahakam Resources, Tbk (2014), diaudit oleh
Drs. Pieter Solang, Ak. CPA

Gambar 2.1. Contoh Laporan Auditor Independen

2.1.3. Audit Delay
Menurut Dyer & McHugh (dalam Utami, 2006 : 47), “Auditors’ report lag
is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as

the opinion signature date in the auditor’s report”. Selanjutnya menurut Subekti
dan Widiyanti (2004 : 121), audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit

Universitas Sumatera Utara

28

yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan.
Dyer dan Mc Hugh dalam Hilmi dan Ali (2008 : 36) menggunakan tiga
kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani;
3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang

dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan
berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan
informasi yang dipublikasikan (Kartika, 2009 : 121). Semakin lama auditor
menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika
audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian

laporan keuangan akan semakin besar.
Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit
merupakan hal yang penting terutama bagi perusahaan publik yang menggunakan
pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Keterlambatan pelaporan
keuangan yang telah diaudit secara tidak langsung juga diartikan oleh investor
sebagai sinyal buruk bagi perusahaan karena keterlambatan informasi yang
diterima dapat menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Sementara di
satu sisi, publik khususnya investor menuntut auditor untuk dapat menyelesaikan
laporan audit secara tepat waktu. Pada sisi lain, proses audit merupakan aktivitas
yang membutuhkan waktu dimana auditor harus memenuhi standar auditing

Universitas Sumatera Utara

29

seperti standar umum ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan
dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dan standar pekerjaan lapangan
menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang
dan pengumpulan bukti audit yang memadai. Dengan adanya standar inilah yang
memungkinkan auditor dapat menunda mempublikasikan laporan keuangan
auditan, apabila dirasakan perlu memperpanjang waktu audit ketika menemukan
berbagai peristiwa yang menimbulkan keraguan di dalam proses audit (Panjaitan,
2010 : 168).
Pada umumnya, audit delay menurut Carslaw dan Kaplan (1991), Countis
(1976), Dyer dan Mc Hugh (1975), Halim (2000), Givoly (1982), Na’im (1999)
dan Sulistyo (2010), dipengaruhi faktor ukuran perusahaan, opini audit, reputasi
KAP, solvabilitas, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan.

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay
2.1.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran

Perusahaan

dapat

diartikan

sebagai

suatu

skala

yang

mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Suwito dan Herawaty (2005:
138) membedakan ukuran perusahaan kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
“perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan
perusahaan kecil (small firm). Besar – kecilnya ukuran (size) perusahaan
sebagaimana dikategorikan di atas, dapat diukur dengan menggunakan indikator :
total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut (Basuki, 2006 : 138).
Selanjutnya, dalam penelitian ini, besar kecilnya ukuran perusahaan diproksi
dengan menggunakan (Basuki, 2006 : 138) :

Universitas Sumatera Utara

30

Ln total aktiva.
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan,
semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan
keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak
sumber informasi dan memiliki system pengendalian internal perusahaan yang
baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan
keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan
dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
Febrianty (2011 : 317) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa
semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan
sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan makan semakin panjang Audit Delay.
Hal ini disebabkan perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian
internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan. Kartika (2011 : 166) menemukan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap audit delay, dan penelitian Simbolon (2009 : 71);
Widosari (2012 : 92) dan Prasongkoputra (2013 : 67) yang menemukan ukuran
perusahaan tidak mempengaruhi audit delay. Boynton dan Kell dalam Utami
(2006:5) yang berpendapat bahwa, ”Audit Delay akan semakin lama apabila
Ukuran Perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan
semakin besar perusahaan maka semakin banyak jumlah sampel (anak

Universitas Sumatera Utara

31

perusahaan) yang harus diambil maka semakin luas juga prosedur audit yang
dilakukan.

2.1.4.2. Reputasi KAP
Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan
kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk
menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu,
perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.
Baik-baik buruknya reputasi suatu KAP bergantung pada ukuran besar – kecilnya
KAP tersebut. Riyatno (2007: 151) menggunakan indikator ukuran KAP sebagai
proksi kualitas dengan membedakan KAP menjadi KAP besar (Big Four
Accounting Firms) dan KAP kecil (Non Big Four Accounting Firms). Indikator

ukuran KAP tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu
KAP, jumlah rekan/anggota yang bergabung, serta total pendapatan yang
diperoleh.” Sedangkan menurut Wibowo dkk. dalam penelitian Hamid (2013)
menyebutkan terdapat ada empat indikator penentu ukuran KAP, yaitu:
1. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP,
2. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan,
3. Luasnya cakupan geografis, termasuk afiliasi internasional, dan
4. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.

Universitas Sumatera Utara

32

Dalam penelitian ini, reputasi KAP diproksi dengan menggunakan
indikator kualitas/reputasi :
KAP besar (Big Four Accounting Firms) dan KAP kecil (Non Big Four
Accounting Firms).
(Riyatno, 2007: 151)
KAP yang berafiliasi dengan The Big Four Worldwide Accounting Firm
atau Big Four, di Indonesia (Hilmi dan Ali, 2008 : 116) adalah :
a. KAP Price Waterhouse Coopers, bekerja sama dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana & Rekan.
b. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler ), bekerja sama dengan
KAP Siddharta dan Widjaja.
c. KAP Ernst & Young, bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman
dan Surja.
d. KAP Deloitte Touche Tohmatsu , bekerja sama dengan KAP Osman Bing
Satrio.
Menurut Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau
yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara
efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit
tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif
yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan
Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi
Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika
tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang
mereka akan kehilangan kliennya.

Universitas Sumatera Utara

33

Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat
membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu.
Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan
reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai
jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya
Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit laporan keuangan.
Lestari (2010 : 68); Yuliyanti (2011 : 83); Widosari (2012 : 92); Saputri
(2012 : 68) dan Prasongkoputra (2013 : 67); membuktikan bahwa ukuran kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap Audit Delay. Sebagian besar perusahaan
yang telah menggunakan jasa audit kantor akuntan publik yang bermitra dengan
the big four dapat melakukan auditnya dengan cepat dan efisien. Selain itu, KAP
the big four lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern perusahaan dari

pada KAP non the big four , sehingga banyak menarik klien. Berbeda dengan
Simbolon (2009 : 71); Kartika (2011 : 166) dan Febrianty (2011 : 317) yang
membuktikan bahwa ukuran KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Audit Delay, karena baik KAP besar maupun KAP kecil memiliki standar audit

yang sama yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dalam melaksanakan audit LK.

2.1.4.3. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban-kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang

Universitas Sumatera Utara

34

totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya, dan sebaliknya perusahaan yang
solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih kecil dibandingkan total
asetnya, yang (Hanafi dan Halim, 1996: 203).
Darsono, (2005: 54-55) menyebutkan terdapat 3 (tiga) indikator untuk
menjelaskan solvabilitas perusahaan, yakni : debt to assets ratio (DAR), debt to
equity ratio (DER) dan Long term debt to equity ratio (LTDER). Riyanto, (2001 :

123-124)

menyebutkan 4 (empat) indikator untuk menjelaskan solvabilitas

perusahaan, antara lain : total debt to assets ratio, debt to equity ratio, long term
debt to equity ratio dan times interest earned. Dari indikator – indikator di atas,

solvabilitas dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan debt to equity
ratio, yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut :

Solvabilit as 

Total Kewajiban
x100%
Total Ekuitas

(Darsono 2005: 54).
Lestari (2010 : 68); Kartika (2011 : 166) dan Febrianty (2011 : 317)
menemukan pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas terhadap Audit Delay.
Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah debt holder-nya
banyak. Berbeda dengan Simbolon (2009 : 71); Prasongkoputra (2013 : 67) dan
Yuliyanti (2011 : 83) menemukan bahwa variabel Solvabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
perusahaan dengan utang yang besar ataupun perusahaan dengan utang kecil
sama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap lamanya Audit Delay.

Universitas Sumatera Utara

35

2.1.4.4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan

keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor
yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan
hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan
(profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping
melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan
analisis rasio keuangan. Horne, James and Wachowics (2005: 222), menjelaskan
rasio profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan
penjualan investasi pada perusaahaan “. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi
dua jenis rasio, yaitu :
a. rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan
b. rasio yang berkaitan dengan investasi
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan

antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan (operating asset).
Brigham (2006:95) mengatakan terdapat indikator yang dapat digunakan
untuk menjelaskan profitabilitas suatu perusahaan yaitu margin laba atas
penjualan (gross profit margin dan net profit margin), basic earning power
(BEP), return on asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Selanjutnya,

Universitas Sumatera Utara

36

profitabilitas dimaksud dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan ROA,
yaitu ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang
tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan
akan semakin baik. Secara matematis, ROA dihitung dengan menggunakan
formula :
Pr ofitabilit as ( ROA) 

EAT
x100%
Total Assets

(Brigham, 2006:95)
Tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay.
Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap
pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim (2008 : 186) memperlihatkan
bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi
laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan (2001 : 219) memaparkan
perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk
mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya.
Ditemukan oleh Owusu-Ansah (2000 : 138), perusahaan yang memiliki
hasil gemilang (good news) akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan
dengan perusahaan yang mengalami kerugian (bad news). Ungkapan senada
dikemukakan dalam penelitian Annisa (2004 : 88), perusahaan dengan hasil yang
baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi.
Simbolon (2009 : 71); Lestari (2010 : 68); Saputri (2012 : 68) dan Prasongkoputra
(2013 : 68) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Profitabilitas mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan
yang mengumumkan Profitabilitas yang relatif rendah mengacu pada kemunduran

Universitas Sumatera Utara

37

publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Berbeda dengan Kartika (2011 :
166) dan Yuliyanti (2011 : 83) yang dalam penelitiannya menemukan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Respati (2004 :
209) menyebutkan penggunaan Return on Assets (ROA) sebagai indikator
profitabilitas perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan.

2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Perusahaan
Kompleksitas operasi perusahaan merupakan salah satu karakteristik
perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntansi
(Siuko, 2009 : 179). Lebih lanjut Siuko, (2009 : 180) mengatakan kompleksitas
operasi perusahaan dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 (empat) indikator,
yaitu :

jumlah anak (cabang) perusahaan, letak unit operasi anak (cabang)

perusahaan, diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Dalam penelitian ini,
kompleksitas operasi perusahaan diproksi dengan menggunakan :
Ada atau tidaknya anak perusahaan
(Siuko, 2009 : 180)
Dwyer dan Wilson dalam Siuko (2009 : 180), yang percaya bahwa
kompleksitas operasi perusahaan yang lebih besar akan meningkatkan waktu yang
dibutuhkan untuk audit. Givolvy dan Palmon, dan Ansah dalam Siuko (2009 :
180), kompleksitas operasi perusahaan telah ditemukan dapat memperpanjang
audit delay. Sulistyo (2010 : 89) dalam penelitiannya membuktikan bahwa

Universitas Sumatera Utara

38

kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan.
Ahmad dan Abidin (2008 : 37), antara kompleksitas perusahaan yang
dilihat dari jumlah anak perusahaan klien berdampak pada ketepatan waktu
pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang
mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan. Apabila perusahaan memiliki
anak

perusahaan,

maka

perusahaan

akan

mengkonsolidasikan

laporan

keuangannya. Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan
tersebut. Hal ini akan membuat lingkup audit yang akan dilakukan oleh auditor
semakin luas, sehingga berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor
dalam menyelesaikan tugas auditnya. Menurut hasil penelitian Aktas dan Kargin
(2011 : 96), bahwa laporan konsolidasi perusahaan ditemukan berpengaruh positif
terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

2.2. Mapping Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian terdahulu yang telah mengungkap tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi audit delay, beberapa di antaranya termutakhir : Ayoib
(2008) meneliti dengan judul : “Audit Delay of Listed Companies: A Case of
Malaysia”. Dengan menggunakan metode analisis data Multivariate Analysis,
Ayoib (2008) berhasil menemukan bahwa Determinan audit delay di Malaysia
dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, kompleksitas perusahaan, directors’
shareholdings, ukuran KAP, opini audit, dan profitabilitas perusahaan. Rata-rata

Universitas Sumatera Utara

39

audit delay adalah 114 hari dengan minimal waktu audit delay 20 hari dan

maksimal waktu audit delay 442 hari.
Simbolon (2009) melakukan penelitian dengan judul : ” Anlisis Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Dengan menggunakan metode analisis data Multiple Regression,
Simbolon (2009) menemukan secara simultan return on asset (ROA), debt to
equity ratio (DER), total aktiva dan reputasi akuntan public berpengaruh terhadap
aduit delay. Secara parsial ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap audit
delay, sedangkan DER, total aktiva dan reputasi kantor akuntan publik tidak
berpengaruh terhadap audit delay. Kartika (2009) mengakat topik penelitian yang
sama, yaitu : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Di Indonesia (Studi
Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta)”. Dengan menggunakan metode penelitian analisis regresi linier
berganda, Kartika (2009) menemukan faktor total asset, laba rugi operasi,
mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay
perusahaan. Opini dari auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap audit delay perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan.
Lestari (2010) melakukan penelitian kembali tentang “Analisis faktorfaktor Yang mempengaruhi audit delay: Studi empiris pada perusahaan Consumer
goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan metode

penelitian multiple linier regression, Lestari (2010) membuktikan bahwa semua
variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. secara parsial

Universitas Sumatera Utara

40

memperlihatkan hasil bahwa ada 3 dari 5 faktor yang berpengaruh terhadap audit
delay, yakni faktor profitabilitas, solvabilitas, dan kualitas auditor. Febrianty

(2011) menguji “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit Delay perusahaan
sektor perdagangan yang Terdaftar di BEI periode 2007-2009. Dengan
menggunakan metode analisis data analisis Multivariate, Febrianty (2011)
menyimpulkan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay,
sedangkan kualitas KAP dan leverage tidak mempengaruhi audit delay. Yuliyanti
(2011) meneliti dengan mengangkat judul penelitian : Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Pada Tahun 2007-2008). Penelitian
Yuliyanti (2011) menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian Yuliyanti (2011) membuktikan bahwa

secara simultan, Ukuran

Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Secara parsial hanya
ukuran perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik yang memiliki pengaruh
terhadap audit delay, sedangkan opini auditor, solvabilitas dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap audit delay.
Modugu et. al. (2012) meneliti dengan judul : “Determinants Audit Delay
in Nigerian Companies: Empirical Evidence”. Dengan menggunakan metode
analisis Ordinary Least Square Regression, Modugu, et. al. (2012) menemukan
bahwa multinasionalitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan fee audit
mempengaruhi audit delay. sedangkan debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran

Universitas Sumatera Utara

41

KAP, dan jenis industri tidak mempengaruhi audit delay. Audit delay untuk
masing-masing perusahaan membutuhkan waktu minimal 30 hari dan maksimal
276 hari untuk mempublikasikan annual report. Ramadhan (2012) meneliti
tentang : “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay (studi empiris
pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di daftar efek syariah tahun 20082010)”. Dengan menggunakan metode analisis data regresi linier berganda,
Ramadhan (2012) menyimpulkan rata-rata audit delay perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Daftar Efek Syariah yaitu 72,57 hari. Secara simultan variabel
independent mempengaruhi variabel dependen sebesar 7,6 persen. Secara parsial
profitabilitas dengan proksi Return on Assets (ROA) berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap audit delay. Variabel-variabel lain seperti likuiditas, rasio
aktivitas, ukuran perusahaan dan kualitas Kantor Akuntan Publik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Saputri (2012) melakukan
penelitian tentang : “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay
(Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia). Dengan menggunakan metode analisis data multiple linier regression,
Saputri (2012) membuktikan bahwa ada 4 dari 6 faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay, yaitu laba atau rugi, opini auditor, reputasi kantor akuntan
publik dan kompleksitas operasi perusahaan. Indriyani dan Supriyati

(2012)

mengakat topik penelitian yang sama, yaitu : ” Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Audit Report Lag”. Dengan menggunakan metode analisis data multiple linear
regression, Indriyani dan Supriyati

(2012) menemukan bahwa Adit delay di

Indonesia dan Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan,

Universitas Sumatera Utara

42

profitabilitas, laba rugi perusahaan, dan debt to equity ratio . Ukuran perusahaan
secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay di Indonesia dan
di Malaysia, debt to equity ratio secara parsial berpengaruh secara signifikan
terhadap audit delay di Indonesia.
Prasongkoputra (2013) meneliti dengan judul penelitian “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Audit Delay”.

Dalam penelitiannya, Prasongkoputra

(2013) menggunakan metode analisis data multivariate. Hasil penelitian
Prasongkoputra (2013) membuktikan bahwa Audit delay secara signifikan hanya
dipengaruhi oleh profitabilitas dan ukuran KAP.
Berdasarkan uraian dimuka, ikhtisar mapping penelitian terdahulu,
tercantum di Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Mapping Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti

Judul
Penelitian

1

Ayoib dan
Abidin
(2008)

Audit Delay of
Listed
Companies: A
Case of
Malaysia

[D] : Audit delay
[I] : Ukuran
perusahaan,
kompleksitas
perusahaan, directors’
shareholdings, ukuran
KAP, opini audit dan
profitabilitas
perusahaan

2

Simbolon
(2009)

Anlisis Faktor
– Faktor yang
Mempengaruhi
Audit Delay
pada
Perusahaan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia

[D] : Audit Delay
[I] : Return on asset
(ROA), debt to equity
ratio (DER), total
aktiva dan reputasi
akuntan public

No

Variabel Penelitian

Metode
Analisis
Data
Multivariate
Analysis

Multiple
Regression

Kesimpulan
Determinan audit delay
di Malaysia dipengaruhi
oleh ukuran perusahaan,
kompleksitas perusahaan,
directors’ shareholdings,
ukuran KAP, opini audit,
dan profitabilitas
perusahaan. Rata-rata
audit delay adalah 114
hari dengan minimal
waktu audit delay 20 hari
dan maksimal waktu
audit delay 442 hari
Secara simultan return on
asset (ROA), debt to
equity ratio (DER), total
aktiva dan reputasi
akuntan public
berpengaruh terhadap
aduit delay. Secara
parsial ROA berpengaruh
negatif signifikan
terhadap audit delay,

Universitas Sumatera Utara

43
Tabel 2.1. Lanjutan ….

3

Kartika
(2009)

Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Audit Delay Di
Indonesia
(Studi Empiris
Pada
PerusahaanPerusahaan
LQ 45 Yang
Terdaftar
Di Bursa Efek
Jakarta)

[D] : Audit delay
[I] : Total
asset, laba rugi
operasi, Opini dari
auditor profit dan
reputasi auditor
.

Analisis
Regresi
Linier
Berganda

4

Lestari
(2010)

[D] : Audit delay
[I] : Ukuran
Perusahaan, opini
auditor
Profitabilitas,
solvabilitas, dan
kualitas auditor

Multiple
linier
regression

5

Febrianty
(2011)

[D] : Audit delay
[I] : Ukuran
perusahaan, kualias
KAP dan Leverage

Analisis
Multivariate

6

Yuliyanti
(2011)

Analisis
faktor-faktor
Yang
mempengaruhi
audit delay:
Studi empiris
pada
perusahaan
Consumer
goods
Yang terdaftar
di bursa efek
indonesia
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap audit
Delay
perusahaan
sektor
perdagangan
yang Terdaftar
di BEI periode
2007-2009
Faktor-Faktor
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Audit Delay
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar

[D] : Audit delay.
[I] :Ukuran
Perusahaan, Opini
Auditor, Ukuran
KAP, Solvabilitas,
dan Profitabilitas

Analisis
Regresi
Linier
Berganda

sedangkan DER, total
aktiva dan reputasi
kantor akuntan publik
tidak berpengaruh
terhadap audit delay
Faktor total asset, laba
rugi operasi, mempunyai
pengaruh
yang negatif dan
signifikan terhadap audit
delay perusahaan. Opini
dari auditor punya
pengaruh
yang positif dan
signifikan terhadap audit
delay
perusahaan. Faktor profit
dan reputasi auditor tidak
mempunyai pengaruh
terhadap audit delay
perusahaan.
Semua variabel bebas
secara
bersama-sama
mempengaruhi variabel
terikat. secara parsial
memperlihatkan hasil
bahwa ada 3 dari 5 faktor
yang berpengaruh
terhadap audit
delay, yakni faktor
profitabilitas,
solvabilitas, dan kualitas
auditor.
Ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap audit d

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 30 143

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

1 7 22

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 7 19

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 7

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 35