HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH DENGAN KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM Hubungan Antara Kepribadian Tangguh Dengan Kebahagiaan Pada Anak YatimDi Panti Asuhan PAKYM.

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH
DENGAN KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM
DI PANTI ASUHAN PAKYM

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :
DANAR WIYADI
F 100 060 155

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH
DENGAN KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM
DI PANTI ASUHAN PAKYM

Yang diajukan oleh:
DANAR WIYADI
F.100.060.155


Telah disetujui untuk dipertahankan
di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

Dra. Hj. Kris Pujiatni, Psi

Tanggal, 23 Januari 2014

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH
DENGAN KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM
DI PANTI ASUHAN PAKYM

Yang Diajukan Oleh:
DANAR WIYADI
F.100.060.155
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal
23 Januari 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji Utama
Dra. Hj. Kris Pujiatni, Psi

.........................................

Penguji Pendamping I
Dra. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si, Psi

.........................................

Penguji Pendamping II
Achmad Dwityanto O, S.Psi, M.Si, Psi

.........................................

Surakarta, 23 Januari 2014

Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Psikologi
Dekan

Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, Psi

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH DENGAN
KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN PAKYM

Abstraksi
Kebahagiaan merupakan semacam perasaan mendalam yang membuat
seseorang merasa senang dan nyaman. Kebahagiaan menciptakan kegairahan dan
membangun energi yang positif. Sehingga dari energi positif tersebut diharapkan
anak yatim dapat tumbuh dan berkembang secara sehat jasmani serta rohaninya.
Tingkat kebahagiaan akan berbeda-beda bagi masing-masing individu dan salah satu
yang mempengaruhi kebahagiaan adalah kepribadian tangguh.
Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kepribadian tangguh dengan kebahagiaan, sehingga penulis mengajukan hipotesis
bahwa ada hubungan positif antara kepribadian tangguh dengan kebahagiaan pada
anak yatim di Panti Asuhan Pakym, Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah

anak yatim di Panti Asuhan Pakym, Surakarta yang berjumlah 50 anak. Teknik
pengambilan sampel adalah Studi Populasi karena jumlah subjek anak yatim di panti
asuhan PAKYM Surakarta terbatas sehingga tidak memungkinkan diambilnya
sampel. Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap variabel-variabel penelitian
ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1) skala kepribadian tangguh, dan (2) skala
kebahagiaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product
moment.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi (rxy) = 0,364;
p = 0,009 (p < 0,01), yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara kepribadian tangguh dengan kebahagiaan. Semakin tinggi kepribadian
tangguh maka semakin tinggi kebahagiaan yang dialami oleh para anak yatim
PAKYM, sebaliknya semakin rendah tingkat kepribadian tangguh maka semakin
rendah pula kebahagiaan yang dialami oleh para anak yatim PAKYM. Rerata
empirik variabel kepribadian tangguh sebesar 73,420 dengan rerata hipotetik
sebesar 67,5. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya
kepribadian tangguh anak yatim PAKYM kategorisasinya sedang. rerata empirik
variabel kebahagiaan sebesar 73,499 dengan rerata hipotetik sebesar 70. Jadi
rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya anak yatim PAKYM
mempunyai kebahagiaan yang juga sedang. Adapun sumbangan efektif (SE)
variabel kepribadian tangguh terhadap kebahagiaan yakni sebesar 13,3 %, berarti

ada 86,7 % faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan.

Kata kunci : kepribadian tangguh, kebahagiaan.

secara ekonomi dan pendidikan, juga

PENDAHULUAN
Panti

asuhan

merupakan

bertujuan

untuk

memberikan

lembaga yang menjamin kelangsungan


perkembangan

hidup, tumbuh kembang, perlindungan

dengan diberikannya lingkungan yang

dan hak-hak anak secara universal,

penuh kasih sayang. Dari lingkungan

yang telah di atur dalam Peraturan

yang penuh kasih sayang tersebut

Menteri Sosial Republik Indonesia

diharapkan salah satunya yakni para

Nomor


anak yatim merasakan kebahagiaan.

30/HUK/2011(Kementrian

mental

yang

sehat

2011).

Anak yatim di panti asuhan

mengatur

biasanya mulai ditampung dari usia

sosial


kanak-kanak hingga berada pada usia

pengasuhan anak dalam memberikan

remaja, dan akhirnya akan dilepas

jaminan bagi hak-hak anak yang berada

setelah dapat hidup mandiri. Sebagai

didalam asuhan lembaga kesejahteraan

seorang remaja yang tengah tumbuh

sosial anak, dalam hal ini Panti

tentunya anak yatim panti asuhan

Asuhan.


sangat menginginkan masa-masa indah

Sosial

Republik

Peraturan

Indonesia,

Menteri

lembaga

ini

kesejahteraan

Kata


“yatim”

berasal

dari

dalam kehidupan remajanya yang mana

bahasa arab, bentuk jamaknya adalah

hal

yatama atau aitam. Kata ini mencakup

kebahagiaan tersendiri. Seperti dialami

pengertian semua anak yang bapaknya

oleh Sobi bahwa dalam panti asuhan


telah meninggal. Anak yang tidak

dia menerima kasih sayang, suasana

memiliki salah satu orang tua lagi

kekerabatan dan keluarga/rumah yang

karena telah meninggal dunia ketika

diimpikannya

anak tersebut belum menginjak usia

bahagia serta dapat menikmati kembali

baligh (dewasa), baik kaya atau miskin,

saat-saat menjadi anak yang bisa

laki-laki

bermain dan bersekolah (Jaya, 2013).

atau

perempuan,

muslim

akan

mendatangkan

yang

membuat

dia

Rasa bahagia itu sendiri akan

maupun nonmuslim (Poerwadarminta,
2006).

dapat
Diselenggarakannya

itu

panti

dirasakan

individu

apabila

dan

diraih

individu

oleh

tersebut

asuhan bagi anak-anak yatim, selain

mampu merasakan kenikmatan, namun

memberikan penghidupan yang layak

kemampuan
1

merasakan

kenikmatan

akan tumbuh apabila ada rasa syukur.

menyebabkan remaja tidak mudah

Sehingga

tidak

untuk mempertahankan emosinya yang

mempunyai rasa syukur maka segala

positif sehingga sebagian besar kurang

hal yang diperoleh akan dirasakan

dapat mempertahankan rasa syukur,

selalu kurang dan hal itulah yang

dan di masa yang penuh krisis identitas

menyebabkan individu tidak dapat

tersebut

merasakan kebahagiaan. Dengan kata

kadangkala kurang dapat menerima

lain kebahagiaan merupakan kesiapan

kenyataan yang ada pada dirinya yang

diri

apabila

untuk

sebagaimana

individu

remaja

menerima

kenyataan

menyebabkan remaja merasa kurang

adanya,

sedangkan

bahagia.

individu yang paling tidak bahagia
adalah

menyebabkan

individu

yang

tidak

Penelitian yang dilakukan oleh
Fajarwati

bisa

(dalam

Pramesti,

2011)

menerima kenyataan yang ada pada

membuktikan bahwa remaja memiliki

dirinya (Sabil, 2013).

kecemasan, khawatir terhadap masa

Hanya saja pada masa remaja

depan, kelanjutan studi dan reaksi-

penuh

reaksi dari orang lain, berada dalam

pergolakan jiwa, mereka akan mudah

kesedihan masa sendiri dan terasing

terpengaruh, mudah emosional dan

dari kehidupan luar.

merupakan

mengalami

masa

yang

goncangan

(Gunarsa,

Apalagi bila remaja tersebut

1988). Seperti dikatakan oleh Santrock

merupakan anak yatim bahwa tidak

(2003) bahwa masa remaja merupakan

memiliki orang tua juga merupakan

masa krisis identitas dan mereka

kesedihan tersendiri, karena disaat

mengalami posisi yang ambigu. Hal

mengalami krisis identitas tersebut,

yang demikian menyebabkan remaja

anak yatim tidak mempunyai sandaran

menjadi tidak stabil, agresif, konflik

jiwa untuk berbagi dan tidak mendapat

antara sikap dan perilaku, kegoyahan

kasih sayang dari orang tuanya, tidak

emosional dan sensitif, terlalu cepat

mempunyai tempat untuk mengadukan

dan

segala permasalahan yang dihadapi,

gegabah

untuk

mengambil

tindakan yang ekstrim. Dari sifat

sehingga

remaja

mengurangi kebahagiaannya sebagai

yang

kegoyahan

mudah
emosional

mengalami

remaja.

tersebut
2

hal

tersebut

semakin

Kebahagiaan menurut Melwani

gejala fisik yang lebih sedikit, juga

(2011) adalah sebuah emosi, semacam

tingkat depresi yang lebih rendah

perasaan mendalam yang membuat

dalam

seseorang merasa senang dan nyaman.

individu yang tidak tangguh (Williams

Kebahagiaan menciptakan kegairahan

dalam Nevid, Rathus & Greene; 2005).

dan membangun energi yang positif.

Kobasa (dalam Nevid, Rathus &

Sehingga dari energi positif tersebut

Greene;

diharapkan anak yatim dapat tumbuh

individu yang tangguh lebih baik dalam

dan berkembang secara sehat jasmani

menangani

serta rohaninya.

menganggap

Namun
harapan

demikian,

sebuah

hadapi

walaupun

panti

menghadapi

2005)

daripada

menyatakan

stres

dan

bahwa

karena

mereka

yang

mereka

stresor

membuat

menarik

untuk

stres

kehidupan
menantang.

kepribadian

yatim tapi belum tentu hal tersebut

aksinya sebagai penopang melawan

tercapai, hal itu dikarenakan oleh

hal-hal negatif dan oleh karenanya

berbagai faktor. Salah satu faktor yang

dapat menyumbangkan kesejahteraan

menentukan

(Wiebe, 1991).

seseorang

juga

Pada

memberikan kebahagiaan kepada anak

kebahagiaan

tangguh

lebih

terlihat

atau

Kepribadian tangguh tersebut

disebut dengan hardiness (Sharma dan

dapat juga tergambar dari sikap anak

Malhotra, 2010). Menurut penelitian

yatim tersebut menghadapi masalah.

yang dilakukan oleh Sharma dan

Bagi

Malhotra (2010) ditemukan bahwa

kepribadian

variabel-variabel

merupakan tantangan, namun bagi

adalah

kepribadian

tangguh

kepribadian

yang

individu

yang

memiliki

tangguh,

masalah

mempengaruhi kebahagiaan seseorang

individu

adalah stabilitas emosi, ekstraversi,

kepribadian

kepribadian tangguh, serta faktor psiko

merupakan

sosial lainnya seperti internal locus of

ketidakbahagiaan.

control, agama dan dukungan sosial.

yang

Anak

tidak

memiliki

tangguh,

masalah

pemicu

panti

tangguh akan segera

Secara psikologis individu yang

yang

berkomitmen

tangguh cenderung lebih efektif dalam

untuk

mengatasi stres, mereka menunjukkan

permasalahan yang berkaitan dengan
3

tetap

asuhan

dari

menghadapi

segala

pengasuhan di panti asuhan, anak akan

yaitu skala kepribadian tangguhdan

mampu

mengendalikan

semua

skala kebahagiaan.

peristiwa

kehidupan

penuh

Teknik analisis yang digunakan

tekanan, serta anak akan menganggap

untuk menghubungkan antara skala

bahwa

kepribadian

yang

kondisinya

merupakan

tangguhdengan

skala

tantangan bagi dirinya untuk menuju ke

kebahagiaan pada anak yatim di Panti

kehidupan yang lebih baik.

Asuhan PAKYM menggunakan SPS

Berdasarkan

uraian

(seri program statistik) dengan analisis

diatas

product moment.

penulis memiliki harapan bahwa anak
yatim di panti asuhan yang memiliki
kepribadian tangguh akan merasakan
kebahagiaan.

Oleh

karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

itu

Data

pertanyaan penelitian yang diajukan

dikumpulkan

oleh

skala.

penulis

adalah

apakah

ada

dalam

penelitian

dengan

ini

menggunakan

hubungan antara kepribadian tangguh

Sebelum analisa data dilakukan

dengan kebahagiaan pada anak yatim

dengan teknik analisis product moment,

di panti asuhan? Sehingga penulis

terlebih dahulu dilakukan uji asumsi

merumuskan

judul

yang meliputi uji normalitas sebaran

“Hubungan

Antara

penelitian

ini

Kepribadian

dan uji linearitas.

Tangguh Dengan Kebahagiaan Pada

Nilai koefisien korelasi (r)

Anak Yatim Di Panti Asuhan Pakym”.

sebesar0,364;

p

=

0,009

(p

<

0,01).Hasil tersebut menunjukkan ada
hubungan

METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini

signifikan

positif

yang

antara

sangat

kepribadian

adalah semua anak yatim yang berada

tangguhdengan kebahagiaan. Semakin

di panti asuhan PAKYM Surakarta

tinggi

yang berjumlah 50anak.

tangguhmaka

.

Pengumpulan

kepribadian
semakin

dalam

tinggikebahagiaan yang dialami oleh

skala

para anak yatim PAKYM, sebaliknya

pengukuran psikologis. Ada dua skala

semakin rendah tingkat kepribadian

yang digunakan dalam penelitian ini,

tangguhmaka

penelitian

ini

data

tingkat

menggunakan

4

semakin

rendah

pulakebahagiaan yang dialami oleh

membawa kebahagiaan sebab individu

para anak yatim PAKYM, yang mana

yang tangguh akan dapat menerima

hal

sesuatu dalam langkah kehidupannya

tersebut

menunjukkan

bahwa

dan dapat menghandel segala sesuatu

hipotesis terbukti.
variabel

pada saat yang tepat. Bahkan dalam

kepribadian tangguh sebesar 73,420

kondisi yang penuh stress, mereka

dengan rerata hipotetik sebesar 67,5.

tidak merasakan kelemahan, tapi lebih

Jadi rerata empirik > rerata hipotetik

pada

yang

mempunyai pemahaman mengontrol

.Rerata

empirik

berarti

kepribadian

pada

tangguh

umumnya
anak

perasaan

bahwa

mereka

segala sesuatu yang lebih besar yang

yatim

dilakukan dan mengubah pandangan

PAKYM kategorisasinya sedang.
Adanya kepribadian tangguh

sebagai tantangan bahkan dibawah

yang sedang pada anak yatim PAKYM

lingkungan yang tidak cocok atau

Surakarta,

merugikan sekalipun.

karena

mereka

sudah

terbiasa menerima cobaan hidup yakni

Kebahagiaan merupakan tujuan

dengan kehilangan orang tua dan harus

hidup semua orang. Sedangkan tujuan

hidup mandiri di lingkungan panti

didirikannya panti asuhan anak yatim

asuhan.Kepribadian

yakni agar para anak yatim yang

tangguh

atau

hardinessdibutuhkan oleh para anak

tertampung

yatim PAKYM untuk menghubungkan

kebahagiaan, namun rasa bahagia itu

individu yang aktif dengan strategi

sendiri akan dapat dirasakan dan diraih

koping yang dipakai dalam mencari

oleh individu apabila individu tersebut

problem solving pada kejadian yang

mampu merasakan kenikmatan, dan

menimbulkan

kemampuan

stres

(Gentry

dan

Kobasa, 1984).
Pada

juga

dapat

merasakan

merasakan

kenikmatan

akan tumbuh apabila ada rasa syukur.
akhirnya

kepribadian

Menurut

(Sabil,

2013)

bahwa

tangguh yang sedang berpengaruh pula

kebahagiaan merupakan kesiapan diri

pada kebahagiaan yang sedang yang

untuk menerima keadaan sebagaimana

dialami oleh anak yatim PAKYM.

adanya, sedangkanindividu yang paling

Seperti dikatakan oleh Kobasa (1979)

tidak bahagia adalah individu yang

bahwa disposisi ketangguhan akan
5

tidak bisa menerima kenyataan yang

Kebahagiaan dengan kategori

ada pada dirinya.

sedang, yang dialami oleh anak yatim

Demikian yang terjadi pada anak

PAKYM terjadi karena sebagian dari

yatim panti asuhan PAKYM, apabila

mereka sudah menerima kenyataan

anak-anak tersebut mampu menerima

yang terjadi dan masih lumayan punya

kenyataan bahwa mereka sudah tidak

optimisme

punya orang tua dan harus tinggal di

mengingat bahwa yayasan akan tetap

panti asuhan, maka keadaan tersebut

menanggung

tidak

pendidikan mereka, sehingga masa lalu

begitu

mengurangi

kebahagiaannya,

namun

akan

masa

biaya

hidup

depan,

dan

justru

yang kelam dan kondisi tidak punya

kehidupan di panti asuhan akan tetap

orang tua tidak terlalu mengganggu

memberikan emosi yang positif, tetap

emosi positif mereka. Dengan kata lain

puas dengan masa lalunya, optimis

bahwa

terhadap masa depan, dan bahagia

rasakan terjadi karena mereka merasa

dengan keadaannya yang sekarang.

tegar terhadap kondisi yang ada. Dan

Seperti

ketegaran tersebut termasuk dalam

dikatakan

(2002)bahwa
mengalami

olehSeligman

kebahagiaan
emosi

positif

kebahagiaan

yang

mereka

kepribadian tangguh.

adalah

Berdasarkan

tentang

analisis

data

kepuasan akan masa lalu, optimistis

diketahui bahwa kepribadian tangguh

akan masa depan, kebahagiaan pada

berpengaruh

masa

kebahagiaan

dengan sumbangan efektifnya sebesar

merupakan faktor yang memanjangkan

13,3%, yang berarti masih ada faktor

usia, juga meningkatkan kesehatan.

lain

sekarang

dan

rerata

kebahagiaan

empirik
sebesar

sebesar

kebahagiaan,

86,7%

yang

mempengaruhi kebahagiaan.

Hal tersebut di atas ditunjukkan
dari

terhadap

Faktor-faktor

variabel

mempengaruhi

73,499dengan

lain

kebahagiaan

selain

rerata hipotetik sebesar 70. Jadi rerata

kepribadian

empirik > rerata hipotetik yang berarti

emosi, ekstraversi, dan kepribadian

pada umumnya anak yatim PAKYM

tangguh,internal locus of control,serta

mempunyai kebahagiaan yang sedang.

dukungan sosial.

6

tangguh

yang

yaitustabilitas

/news/120405164229/page/7
20/limit.html

Adapun kelemahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk

sampling,

Kementrian Sosial Republik Indonesia.
2011.
Standar
Nasional
Pengasuhan Untuk Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak

karena

pengambilan jumlah sampel kurang
maka menimbulkan keterbatasan

Kobasa, S.C. 1979. Stressful Life
Events, Personality and
Health : AprospectiveStudy.
Journal of Personality and
Social Psychology. 37,1-11.

generalisasi hasil penelitian.
2. Peranan

variabel

kepribadian

tangguh

terhadap

kebahagiaan

hanya

13,3%

sehingga

justru

Melwani, R. V. 2011.I Wanna be
Happy: 6 Langkah
MenujuKebahagiaan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

kemungkinan pengaruh yang besar
terjadi akibat kontribusi variabel
lain,

seperti

stabilitas

emosi,

ekstraversi, dan internal locus of

Nevid, J.S., Rathus, S.A., &Greene, B.
2005. Psikologi Abnormal.
Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta
: Penerbit Erlangga.

control,serta dukungan sosial., dan
sebagainya,

karena

penelitian ini

tidak

analisis
melibatkan

Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus
Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

berbagai faktor tersebut.

Pramesti, A.R. 2011. Penyesuaian Diri
Remaja Tunanetra Dalam
Menghadapi
Lingkungan
Yang Baru. Skripsi. (Tidak
Diterbitkan).
Surakarta:
Fakultas Psikologi UMS.

DAFTAR PUSTAKA
Gentry, W. D., & Kobasa, S. C. 1984.
Social and psychological
resources mediating stressillness
relationship
in
humans. In W. D. Gentry
(Ed.),
Handbook
of
behavioral medicine. New
York: Guilford
Gunarsa,
Jaya,

Sabil, T. 2013. http://sabil-motivasiislami.blogspot.com/2013/03
/kebahagiaan-itu-apa-danseperti-apa.html.

1988. Psikologi Remaja.
Jakarta: BPK. Gunung Mulia

Santrock, J.W. 2003. Adolescence.
Perkembangan
Remaja.
Jakarta: Erlangga.

S.
2013.
http://www.jawaban.com/ind
ex.php/mobile/spiritual
/detail/id/9

Seligman,

7

M.E.P. 2002. Authentic
Happiness: Using the New
Positive
Psychology
to

Realize Your Potential for
Lasting Fulfillment. New
York: Free Press.
Sharma,

A, dan Malhotra, D.
2010.Social-Psychological
Correlates of Happiness in
Adolescents.
European
Journal of Social Sciences –
Volume 12, Number 4.

Wiebe, D.J. (1991). Hardiness and
stress moderation: A test of
proposed mechanisms. Journal
of Personality and Social
Psychology, 60: 89-90.

8