PENGARUH PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI DI KELAS X SMA NEGERI 1 SIBOLGA T.P 2011/2012.

iii

PENGARUH PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA P ADA
POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI DI
KELAS X SMA NEGERI I SIBOLGA
T.P 2011/2012
Jonatan Pasaribu (NIM. 071244120056)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara pendekatan pembelajaran Reciprocal Teaching dan
pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa pada pokok bahasan trigonometri dikelas X SMA Negeri I
Sibolga. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA
Negeri I Sibolga semester genap tahun ajaran 20Il/20I2 yang terdiri dari 8 kelas
paralel dengan jumlah siswa sebanyak 350 orang. Sedangkan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-2 sebanyak 40 orang
sebagai kelas kontrol dan kelas X-3 sebanyak 40 orang sebagai kelas eksperimen
yang ditentukan secara random dengan sistem undi. Kelas kontrol menggunakan
pembelajaran metode konvensional dan kelas eksperimen

menggunakan
pendekatan pembelajaran Reciprocal Teaching.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan memberikan
perlakuan pada kelompok sampel penelitian kemudian diberikan pretes dan
postest, sebagai alat pengumpul data digunakan tes kemampuan berpikir kreatif
dalam bentuk uraian pada materi pokok trigonometri sebanyak 10 soal. Sebelum
pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas tes dengan menggunakan
teknik liliefors dan homogenitas tes dengan menggunakan uji F. Dari pengujian
yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis
inferensial regresi anakova. Hasil penelitian diperoleh persamaan regresi untuk
kelas kontrol yaitu y- = 46,32 + l ,0277 X dan kelas eksperimen yaitu y- =
49,10 + 1,40 X. Berdasarkan uji keberartian model regresi diperoleh kesimpulan
bahwa model regresi kelas kontrol dan kelas eksperimen berarti. Karena syarat
homogenitas dipenuhi, maka analisis kovarians dapat dilakukan. Berdasarkan
perhitungan uji analisis kovarians diperoleh Fhitung (4,64) > Frabcl (3,966) pada taraf
o. = 0,05. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan
pembelajaran Reciprocal Teaching dengan pembelajaran menggunakan metode
konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Besamya pengaruh
pendekatan pembelajaran Reciprocal Teaching dan pembelajaran dengan

menggunakan metode konvensional terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa
masing - masing sebesar 0,5484 atau 54,84 %
berdasarkan indeks determinasi (~)
dan 0,1881 atau 18,81 %. Sehingga besamya perbedaan pengaruh dua model
tersebut adalah 36,03%.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu ilmu dasar dari semua jenjang pendidikan dan memegang
peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik menyangkut materi
maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari serta salah satu sarana yang digunakan untuk
dapat membentuk siswa berpikir ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornelius (dalam
Abdurrahman, 2003:253) yang mengemukakan bahwa:
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana
berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan seharihari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana
mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya”.
Meskipun matematika penting untuk dipelajari dan memiliki kegunaan yang begitu besar,
namun pada kenyataannya hasil pembelajaran matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan

pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel masih memprihatinkan. Data yang
penulis peroleh berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Maret 2011 adalah daftar
nilai kelas yang diajar oleh salah seorang guru matematika SMP Pahlawan Nasional yang
bernama Ibu Masniar, S.Pd dan hasil wawancara dengan beliau. Berdasarkan daftar nilai
tersebut, persentase siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel sekitar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel rendah. Menurut beliau, letak kesulitan
siswa adalah dalam mengubah soal cerita menjadi model matematika, mengoperasikan bentuk
aljabar dan menyelesaikan soal dengan menggunakan metode penyelesaian SPLDV.
Dari hasil wawancara dengan Ibu Masniar, S.Pd ternyata pembelajaran konvensional
yang ada di sekolah ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru lebih banyak
menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Menurut
beliau lebih efektif jikalau beliau yang memberikan pembelajaran hingga siswa paham karena
menurutnya kemampuan dasar matematika siswa masih rendah. Ditambah lagi, beliau
menyatakan bahwa aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas masih rendah.
Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya kebanyakan dari

siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan
penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik,
dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan hasil angket yang diberikan pada 40 anak, sekitar ¾ anak menjawab bahwa
gurunya dalam mengajar di dalam kelas adalah menjelaskan, memberi catatan, mengerjakan soal
dan diakhiri dengan pemberian tugas. Mereka juga tidak menyukai pelajaran matematika dengan
alasan banyak rumusnya, sulit dan membosankan. Hanya beberapa siswa yang berminat untuk
memahami matematika lebih dalam selain belajar di sekolah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
persentase siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, mengikuti les private, dan
lembaga lain yang berada di luar sekolah hanya 10 % yang berarti bahwa sebagian besar
pemahaman matematika siswa sangat dipengaruhi oleh pembelajaran matematika yang diadakan
guru di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa diantaranya
adalah kurang minat siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena
adanya anggapan yang kuat pada diri siswa bahwa mata pelajaran matematika sulit dipelajari dan
dipahami. Seperti yang diungkapkan Abdurrahman (2003:252) :
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan
lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar ”.

Selanjutnya Nurhalimah (2009) (http://etd.eprints.ums.ac.id/2030/1/A4100 40120. pdf)
menyatakan bahwa :
“Matematika adalah mata pelajaran yang diangap sulit dalam tiap pembelajarannya.

Anggapan tersebut tidak terlepas dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat
tentang matematika yang dianggap sebagai ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh
dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang sulit dan membingungkan. Hal ini akan
berdampak buruk terhadap prestasi belajar matematika siswa. Maka dari itu seorang guru
matematika harus terampil dalam penyelenggaraan pembelajaran agar dapat menepis
anggapan negatif tentang belajar matematika”.
Faktor lain yang menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah adalah model
pembelajaran yang tidak tepat. Guru kurang memvariasikan model-model pembelajarannya.
Pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh pembelajaran dengan paradigma guru mengajar
yaitu siswa diposisikan sebagai objek yang harus mengikuti prosedur yang berlaku, siswa

dianggap belum tahu apa-apa, sementara guru mendominasi pembelajaran yang cenderung
menggunakan model pembelajaran yang monoton, guru memposisikan diri sebagai sumber
pengetahuan sehingga mengurangi keterlibatan siswa dalam proses pengajaran.
Seperti yang diungkapkan oleh Triyanto (2009:3) :
“Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak rerata hasil
belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya
merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak
menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar

itu (belajar untuk belajar). Dalam arti substansial, bahwa proses pembelajaran hingga
dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak
didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.”
Hal

yang

sama

juga

dikemukakan

oleh

Nurhayati

(2009)

(http://etd.eprint.


ums.ac.id/4805/1/A410050187.pdf) bahwa:
“Guru matematika saat ini cenderung kurang bervariasi dalam mengajar, latihan yang
diberikan kurang bermakna dan umpan balik serta korelasi dari guru jarang diterapkan.
Padahal guru merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan prestasi belajar
siswa bahkan merupakan center aktivitas di kelas. Guru bertanggung jawab mengatur,
mengelola dan mengorganisir kelas. Oleh karena itu, keberhasilan siswa di kelas yang paling
berpengaruh dan dominan adalah guru.”

Pola pembelajaran seperti ini harus diubah dengan cara menggiring siswa untuk mencari
ilmunya sendiri. Berlakunya kukurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang telah direvisi melalui
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya perubahan paradigma dalam
pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar. Perubahan ini harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa, mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar serta mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuannya.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dan mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuannya. Diantaranya adalah

model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Trianto (2009 : 9) mengemukakan bahwa salah satu model pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa adalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Selanjutnya, Donald (dalam
Amir, 2009 : 12) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk
mepelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pemelajar mengkonstruk kecakapan
sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.”
Secara garis besar Pembelajaran Berdasarkan Masalah terdiri dari menyajikan masalah
autentik dan bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini tidak dirancang untuk membangun guru
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa. Seperti yang diungkapkan
Arends (dalam Trianto, 2009 : 92) bahwa:
“Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan rasa percaya diri.”
Pembelajaran Berdasarkan Masalah ditujukan agar siswa mampu mengembangkan
pengetahuannya dalam pemecahan masalah sehingga dapat berakibat baik pada hasil belajar
matematika siswa. Hal ini diperkuat oleh Ratumanan (dalam Trianto, 2009:92) yang menyatakan
bahwa:

“Pembelajaran Berdasarkan Masalah membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.”
Begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran
kooperatif dapat dijadikan model alternatif yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar. Dalam arti siswa harus aktif, saling berinteraksi dengan temantemannya, saling tukar menukar informasi, dan memecahkan masalah. Sehingga tidak ada siswa
yang pasif dalam menyelesaikan masalah pelajaran, yang ada adalah untuk menuntaskan materi
belajarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2009 : 59) bahwa:
“Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.”

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif
sederhana dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
anggota yang saling membantu satu sama lain dan merupakan campuran tingkat kemampuan,
jenis kelamin dan suku. Model pengajaran ini pada hakikatnya adalah menggali dan

mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar untuk
meningkatkan pemahaman materi melalui kerjasama kelompok dan ini sangat baik untuk
diterapkan pada mata pelajaran yang dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa dan salah
satunya adalah mata pelajaran matematika.
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran berdasarkan masalah
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pernah dilakukan oleh:
1. Nasution (2008). Berdasarkan analisis inferensial anakova diperoleh

kesimpulan

bahwa model pembelajaran berdasakan masalah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa SMU N.1 P.Sidempuan
2. Nasution (2010). Berdasarkan tindakan dan analisa yang dilakukan pada penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dan kemampuan siswa menerapakan konsep matematika dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Meskipun berdasarkan teori dan penelitian yang relevan kedua model tersebut (model
pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) dapat

mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan sekaligus meningkatkan hasil belajar
siswa, namun berdasarkan wawancara dengan guru matematika SMP Pahlawan Nasional
ternyata kedua model ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika. Oleh karena
itu, peneliti melanjutkan penelitian untuk mengetahui perbedaaan pengaruh model pembelajaran
berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul : “ Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Pahlawan
Nasional Medan”

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel rendah yaitu persentase siswa yang memperoleh nilai di bawah
KKM pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel sekitar 70%.
2. Adanya anggapan yang kuat pada diri siswa bahwa mata pelajaran matematika sulit dipelajari
dan dipahami sehingga hasil belajar siswa rendah.
3. Model pembelajaran yang diterapkan guru tidak tepat yang menyebabkan hasil belajar siswa
rendah.
4. Guru menerapkan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dalam pembelajaran
matematika.
5. Guru belum pernah menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika.

1.3. Batasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah banyak permasalahan yang muncul dan membutuhkan
penelitian tersendiri untuk memperjelas dan mengarahkannya. Oleh karena itu, perlu diadakan
pembatasan masalah agar penelitian ini jelas dan terarah. Adapun masalah yang peneliti pilih
dari identifikasi masalah adalah hasil belajar siswa SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok
bahasan SPLDV rendah dan model pembelajaran yang diterapkan guru tidak tepat. Untuk
mengatasi masalah ini diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dan mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuannya sehingga meningkatkan
hasil belajar siswa. Untuk melihat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran mana
yang memiliki pengaruh yang signifikan, maka penelitian ini dibatasi pada perbedaan pengaruh
model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan
sistem persamaan linier dua variabel T.A 2011/2012.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan batasan masalah
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang
signifikan model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok
bahasan sistem persamaan linier dua variabel T.A 2011/2012?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah maka tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan model
pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil
belajar matematika siswa SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan sistem
persamaan linier dua variabel T.A 2011/2012.

1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pokok
bahasan sistem persamaan linier dua variabel.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijaksanaan dalam
pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang
tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa yang akan datang.
5. Sebagai masukan pemikiran bagi peneliti lain dalam melaksanakan penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.7. Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul: “Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
SMP Pahlawan Nasional Medan”. Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai
berikut:
1. Hasil belajar adalah nilai siswa dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan
sistem persamaan linier dua variabel yang diperoleh melalui tes yang diberikan pada
sampel penelitian.
2. Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan
masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Model pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 tahapan yaitu orientasi siswa,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
3. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dimana jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
STAD terdiri dari 5 komponen utama yaitu penyajian informasi, pengelompokan siswa,
mengadakan kegiatan kelompok, evaluasi, dan penghargaan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu:
1.

Hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki nilai rata-rata
81,51.

2.

Hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki nilai rata-rata
77,86.

3.

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari nilai pretes dan postes pada kelas yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah :

Y = 48,404 + 1,163 X

Persamaan regresi linier yang diperoleh dari nilai pretes dan postes pada kelas yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :

Dimana:


Y = 46,305 + 1,072 X

� = taksiran nilai postest
Y

X = nilai pretest
4.

Secara statistik dengan menggunakan uji inferensial análisis kovarians disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran berdasarkan
masalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa di
kelas VIII SMP Pahlawan Nasional Medan pada pokok bahasan sistem persamaan linier
dua variabel pada T.A 2011/2012. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipótesis dimana
Fhitung (8,283) > Ftabel (3,978).

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1.

Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran berdasarkan masalah dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai alternatif dalam memilih model
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.

Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebaiknya dapat mengkondusifkan siswa
selama pembelajaran berlangsung dan memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3.

Kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan penelitiannya karena dari
pengalaman peneliti selama melaksanakan pembelajaran penelitian, peneliti belum mampu
mengkondusifkan siswa saat diskusi kelas berlangsung dan belum bisa memanajemen
waktu sebaik mungkin agar sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Hal
ini penting dilakukan agar hasil penelitian ini lebih bermanfaat dan dapat menjadi dampak
kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit: Rineka
Cipta, Jakarta.
Amir, M.Taufiq, (2009), Inovasi Pendidikan Melalui Problem Basad Learning, Penerbit:
Kencana, Jakarta.
Anchoto, (2009), http://aanchoto.sman1ampekangkek.com/2011/02/26/defenisi-karakteristikmatematika/ (diakses Februari 2011)
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Astuty,(2009),http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/teori-pembelajaran-vygotskydalam-cooperative-learning/ (diakses Januari 2011)
Daryanto, (2010), Belajar dan Mengajar, Yrama Widya, Bandung.
Dasna, I Wayan, (2005), Penggunaan Model Pembelajaran Problem-based Learning dan
Kooperatif learning untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kuliah
metodologi penelitian. Malang: Lembaga Penelitian UM.
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S dan Aswan, Z, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta.
Gultom, Syawal dkk., (2010), Kompetensi Guru, Penerbit UNIMED, Medan.
Hamalik, Oemar, (2009), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Manullang,M dan Sihombing,W.L, 2004, Diktat Kuliah Metode StatisTika, UNIMED, Medan.
Manullang,M , 2008, Cuplikan Perkuliahan Metode StatisTika 2, UNIMED, Medan.
Nasution, Nunung S., (2011), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok
Bahasan Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan Pendekatan Pemecahan Masalah, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Nasution, Parimpunan, (2008), Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem
Based Leaarning) Dalam Pembelajaran Matematika di SMU, Dinamika Vol VI No.1 Edisi
Januari-April 2008.
Nurhalimah, Titi, (2009), http://etd.eprints.ums.ac.id/2030/1/A410040120.pdf. (diakses Februari
2011)
Nurhayati, Siti, (2009), http://etd.eprints.ums.ac.id/4805/1/A410050187.pdf (diakses Februari
2011)
Sanjaya,http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran-berbasismasalah. html (diakses
Maret 2011)

Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Penerbit: PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Winansih, Varia, dan Tarmizi., (2008), Psikologi Pendidikan. Penerbit IAIN, Medan.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNISI BERPIKIR KREATIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT SISWA KELAS AKSELERASI DI MTs NEGERI 2 JEMBER

0 18 48

PENGARUH MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN VIRUS KELAS X IPA SMA NEGERI 4 PASURUAN

0 3 25

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA KELAS XI MIA-G SMA NEGERI 1 PROBOLINGGO

0 10 139

PENGARUH INTERAKSI SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA KELAS XII

3 57 139

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI IPA PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA NEGERI SE KOTA PATI

9 132 120

View of KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI BERBASIS MASALAH DI SMA NEGERI 18 PALEMBANG

0 1 10

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI 6 TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional Repository o

0 0 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI 6 TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT SISWA KELAS VII DI MTs NEGERI 6 TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 17

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

0 0 10