MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSI ANAK USIA DINI MELALUI KARTU BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B PAUD BUNDA PERTIWI KEC.MEDAN MARELAN, MEDAN TAHUN 2012/2013.
PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA DENGAN MENERAPKAN
MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN MODEL PEMBELAJARAN
PBL PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1
SIMANINDO T.A. 2013/2014
Oleh:
Desima Eka M. Ginting
NIM. 409111019
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah-Nya skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul, “Perbedaan Kreativitas
Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran
PBL pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Simanindo T.A. 2013/2014” disusun
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan
dan saran kepada penulis sejak awal
pembuatan proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan juga kepada Bapak Abil Mansyur, S.Si,
M.Si, Dr. Edy Surya, M.Si, dan Prof. Dr. P. Siagian, M. Pd yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ibnu Hajar
Damanik, M. Si. Selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc, Ph.D
selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua jurusan
Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris
Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan
Matematika. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H.
Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, untuk selutuh Bapak dan
Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika yang sudah membantu dan
memperlengkapi penulis menjadi seorang guru.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak P. Sihaloho S. Pd,
selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Simanindo, Bapak M. Sitanggang, S.Pd, H.
Siallagan S.Pd. selaku guru matematika SMP Negeri 1 Simanindo, guru dan staf
pegawai SMP Negeri 1 Simanindo atas segala arahan dan bantuan serta kerjasama
yang diberikan kepada penulis.
Rasa terima kasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada Abangda
Oktavianus Ginting, Arifin, kakanda Aprilinda, Jaini beserta keluarga semuanya
yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, nasehat dan
v
doa serta kerja kerasnya sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan baik. Terima kasih juga untuk keluarga besar Nainggolan untuk
dukungannya, untuk sahabat penulis yang selalu setia mendukung dan memotivasi,
Debora Sinuhaji, Geltry Ambarita dan Rosalina Gultom. Terima kasih juga
disampaikan untuk Maranatha Be Froulien ( Kak Dewi, Mosa, Jelita, Sinta) dan
O2Joy ( Andreas, Feber, Dameria, Melissa, Marissa, Dita, Gloria dan Elida) buat
dukungan dan doanya. Terima kasih juga disampaikan kepada Abangda Pirma
Sitohang yang menjadi teman berbagi suka maupun duka, terakhir kepada
keluarga besar DIK B Matematika 2009 yang senasib sepenanggungan dalam
menimba ilmu kurang lebih 4 tahun.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 23 Oktober 2013
Penulis,
Desima Eka M. Ginting
NIM. 409111019
iii
PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN CTL DAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 SIMANINDO
T.A. 2013/2014.
DESIMA EKA M. GINTING (NIM. 409111019)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kreativitas siswa. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kreativitas siswa
dengan menerapkan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran CTL dan
model pembelajaran PBL di kelas VIII SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1 Simanindo T.A.
2013/2014 yang terdiri dari 6 kelas paralel. Sedangkan sampel untuk penelitian ini
adalah siswa dari dua kelas yang dipilih secara acak, yaitu kelas VIII-B sebanyak
36 orang yang diajar dengan model pembelajaran PBL dan kelasVIII-C sebanyak
36 orang yang diajar dengan model pembelajaran CTL.
Penelitian ini didukung oleh beberapa perangkat seperti RPP, lembar
aktivitas siswa (LAS) dan buku pegangan siswa. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes kreativitas yang berisi 4 butir soal uraian yang
telah diujicobakan dan telah dinyatakan valid dan reliabel.
Rata-rata nilai pretes untuk kelas CTL adalah 47,61 dan untuk kelas PBL
adalah 57. Sedangkan rata-rata nilai postes kelas CTL adalah 25 dan rata-rata nilai
postes kelas PBL adalah 25,64. Hasil pengujian dengan taraf signifikansi α =
� � +� �
0,05, dan nilai �(0,975),(35) = �1 = �2 = 02,0083, nilai 1 1 2 2 = 2,0083
� 1 +� 2
dengan t’hitung = 0,0569 sehingga -2,0083 < 0,0569 < 2,0083. Terlihat bahwa nilai
t’hitung berada pada interval penerimaan H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan kreativitas siswa
dengan menerapkan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada
siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Bagan
xi
Daftar Lampiran
xii
Daftar Gambar
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
8
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
9
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.2
Kreativitas
13
2.1.3
Pengukuran Kreativitas
17
vii
2.1.4
Model Pembelajaran
19
2.1.5
Model Pembelajaran Problem Based Learning
19
2.1.6
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Problem
Based Learning
25
2.1.7
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
26
2.1.8
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
32
2.2
Materi Pelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
32
2.3
Hasil Penelitian yang Relevan
36
2.4
Kerangka Konseptual
37
2.5
Hipotesis
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
39
3.1
Jenis Penelitian
39
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
39
3.3
Populasi dan Sampel
39
3.3.1
Populasi
39
3.3.2
Sampel
40
3.4
Mekanisme dan Rancangan Penelitian
40
3.4.1
Mekanisme Penelitian
40
3.4.2
Rancangan Penelitian
43
3.5
Variabel Penelitian
43
3.6
Validitas Penelitian
44
3.7
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
46
3.7.1
Instrumen
46
3.7.2
Teknik Pengumpulan Data
49
3.8
Teknik Analisis Data
50
3.8.1
Uji Normalitas
51
3.8.2
Uji Homogenitas
52
3.8.3
Analisis Pengujian Hipotesis
52
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
54
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
54
4.1.1
Nilai Pretes Kelas CTL dan PBL
54
4.1.2
Nilai Postes Kelas CTL dan PBL
55
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
69
4.2.1
Uji Normalitas Data
69
4.2.2
Uji Homogenitas Data
70
4.2.3
Uji Hipotesis
70
4.3
Temuan Penelitian
71
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
75
5.1
Kesimpulan
75
5.2
Saran
75
DAFTAR PUSTAKA
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa yang Menebak Tahun Lahir Fitri dan Angel
4
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Menggunakan Operasi Aljabar
5
Gambar 1.3 Jawaban Siswa yang Memerlukan Petunjuk Lain
5
Gambar 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Skor Indikator Kreativitas
59
Gambar 4.2 Kategori Tingkat Kreativitas Siswa Kelas CTL
60
Gambar 4.3 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 1
61
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Menggunakan Pendekatan Lain
61
Gambar 4.5 Pendekatan Jawaban Benar Tetapi Tidak Selesai
62
Gambar 4.6 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 3
62
Gambar 4.7 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 4
63
Gambar 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Skor Indikator Kreativitas (PBL)
65
Gambar 4.9 Kategori Tingkat Kreativitas Siswa Kelas PBL
66
Gambar 4.10 Pola Jawaban Siswa dengan Cara Unik
67
Gambar 4.11 Pendekatan Jawaban Benar Tetapi Tidak Selesai
68
Gambar 4.12 Pola Jawaban Siswa dengan 2 Cara dan Benar
68
Gambar 4.13 Pola Jawaban Siswa dengan 2 Cara tetapi Tidak Selesai
69
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL I
79
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL II
86
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL III
92
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTLI
99
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTL II
104
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTL III
109
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa PBL I
113
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa PBL II
122
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa PBL III
128
Lampiran 10 Lembar Aktivitas Siswa CTL I
143
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa CTL II
140
Lampiran 12 Lembar Aktivitas Siswa CTL III
146
Lampiran 13 Kisi-Kisi Pretes
151
Lampiran 14 Soal Pretes
152
Lampiran 15 Alternatif Jawaban Pretes
153
Lampiran 16 Soal Pretes (2)
157
Lampiran 17 Alternatif Jawaban Pretes (2)
158
Lampiran 18 Kisi-Kisi Postes
161
Lampiran 19 Soal Postes
162
Lampiran 20 Alternatif Jawaban Postes
164
Lampiran 21 Pedoman Penskoran Postes (Tes kreativitas)
173
Lampiran 22 Lembar Validitas Tes
174
Lampiran 23 Perhitungan Validitas Tes
175
Lampiran 24 Perhitungan Reliabilitas Tes
180
Lampiran 25 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas CTL dan PBL
182
Lampiran 26 Prosedur Perhitungan Mean, Varians, dan Simpangan Baku
183
Lampiran 27 Perhitungan Uji Normalitas Data
185
Lampiran 28 Perhitungan Uji Homogenitas
189
Lampiran 29 Perhitungan Uji Kesamaan Kemampuan Awal (Pretes)
191
xiii
Lampiran 30 Perhitungan Uji Hipotesis
193
Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian
195
Lampiran 32 Beberapa lembar jawaban pretes dan postes siswa
198
Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t
199
Lampiran 34 Daftar Nilai Kritis Uji Lilliefors
200
Lampiran 35 Daftar Nilai Luasan Kurva Normal
201
Lampiran 36 Tabel Distribusi F
203
Lampiran 37 Surat Perijinan
205
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi maju atau tidaknya sebuah negara.
Salah satunya adalah Kualitas sumber daya manusia negara tersebut. Semakin
tinggi kualitas sumber daya manusia semakin besar pula kemungkinan sebuah
negara akan maju. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
tugas besar dan memerlukan waktu yang cukup lama yaitu melalui proses
pendidikan yang baik dan terarah.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan
perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Khususnya
mengenai pendidikan nasional, UU-20, 2003 (dalam Sagala, 2009 : 3)
menekankan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab .
Agar tujuan pendidikan tersebut tercapai, maka setiap oknum yang
berhubungan dengan pendidikan itu sendiri harus saling bekerja sama. Setiap
komponen pembelajaran harus dikembangkan termasuk unsur kreativitas dalam
diri siswa. Kreativitas memiliki peran vital dalam menentukan keberhasilan setiap
anak didik dan tentunya akan berpengaruh pada perkembangan dan pembangunan
negara Indonesia. Dengan kreativitas yang mereka miliki, mereka akan mampu
memikirkan ide-ide kreatif guna mengatasi sejumlah tantangan yang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk berpikir lancar dan fleksibel
dalam menghubungkan setiap informasi sehingga mampu menghasilkan sesuatu
yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan
apa yang telah ada sebelumnya. Menurut Guilford (dalam Murniati, 2012 : 44),
karakteristik kreativitas adalah orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi.
Inti karakteristik tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah atau
2
tantangan dengan cara yang berbeda dan tidak monoton. Semakin unik dan
orisinal semakin tinggi kekreativitasnya.
Munandar (2009 : 6) menyatakan bahwa kreativitas atau daya cipta
memungkinkan penemuan – penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta
dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Kemajuan teknologi yang meningkat
menuntut kita untuk beradaptasi secara kreatif dan mencari pemecahan yang
imajinatif. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan ketrampilan tinggi yang
melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kemauan kerja sama yang efektif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Hal ini
sangat dimungkinkan karena matematika mempunyai struktur dan keterkaitan yang
kuat dan jelas antara satu dan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif
dan konsisten.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran matematika
di sekolah lebih banyak dibanding pelajaran yang lain. Pelajaran matematika dalam
pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari SD
hingga SMA bahkan di Perguruan Tinggi.
Seperti yang diungkapkan Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253)
mengemukakan alasan perlunya belajar matematika yaitu:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis dan teliti dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa
yang terkandung apa yang di dalam matematika itu sendiri, tetapi matematika
diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa
agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis , kreatif yang melibatkan
imajinasi dengan mengembangkan pemikiran divergen.
Adapun tujuan pembelajaran matematika yaitu:
1.
Melatih cara berpikir bernalar dalam menarik kesimpulan
2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan mencoba-coba.
3
3.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
4.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta dan
diagram.
Jadi,
pembelajaran
matematika
pada
dasarnya
dirancang
untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik. Meski demikian, hasil belajar dan
kreativitas siswa khususnya dalam menyelesaikan masalah matematika cenderung
berada di tingkat rendah. Siswa kurang mampu memahami materi yang bersifat
abstrak, siswa kurang mampu mengaitkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka
miliki, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri, tetapi hanya terpaku pada cara yang diajarkan oleh guru.
Masalah yang sama terjadi di SMP N 1 SIMANINDO dimana peneliti
melakukan observasi. Diberikan tes awal dengan dua soal uraian kepada siswa
untuk melihat tingkat kreativitas siswa. Dengan penilaian berdasarkan pedoman
pengukuran kreativitas yang dirancang olah peneliti diperoleh kreativitas siswa
rendah.
Tabel 1.1 Distribusi Nilai Tes Kreativitas Awal
No.
Kualifikasi Nilai
Patokan Nilai
Frekuensi
1.
Sangat Tinggi
90-100
0
2.
3.
Tinggi
Cukup
80-89
65-79
0
4.
Rendah
55-64
1
5.
Sangat Rendah
0-54
29
0
Total = 30
Hasil yang diperoleh adalah ternyata kreativitas siswa berada pada tingkat
sangat rendah. Dari jawaban yang dibuat oleh siswa, aspek kelancaran, keluwesan
dan kebaruan jawaban sangat rendah. Karena siswa hanya mampu membuat satu
cara penyelesaian dan tidak semua siswa dapat menjawab dengan benar.
Sebagai contoh: “Pada tahun 2000, Fitri dan Angel merayakan ulang tahun
bersama-sama dan umur Fitri 2 kali umur Angel. Sepuluh tahun kemudian mereka
kembali merayakan ulang tahunnya bersama-sama dan umur Angel menjadi ¾
4
kali umur Fitri. Kapan Fitri dan Angel lahir? Jika Astrid menebak bahwa Fitri
lahir tahun 1990, benarkah tebakan tersebut? “.
Contoh tersebut bisa dikatakan materi sistem persamaan linear dua
variabel maupun materi aljabar. Dengan penuh pemahaman akan soal, masalah
tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Misal umur Fitri adalah F dan umur Angel adalah A.
Tahun 2000 Tahun 2010
F = 2A
A=¾F
Dari tabel di atas dapat dihitung nilai A maupun nilai B dengan
menggunakan operasi aljabar. Pada tahun 2010, A = ¾ F maka dapat dibuat
persamaan :
A+ 10 = ¾ ( F+10)
4A + 40 = 3F + 30, jika F = 2A maka 4A + 40 = 3(2A) + 30
10 = 6A - 2A = 2A. Jadi diperoleh A= 5.
Artinya, pada tahun 2000 Angel berusia 5 tahun sehingga dapat dihitung
tahun lahirnya yaitu, 2000-5 = 1995. Sedangkan umur Fitri 2 kali umur Angel
maka Fitri berusia 10 tahun pada tahun 2000. Jadi, Fitri lahir pada tahun 1990.
Tentulah tebakan Astrid tersebut benar.
Cara di atas adalah
salah satu cara formal dari penyelesaian masalah
tersebut dengan menggunakan operasi aljabar. Masalah di atas juga dapat
diselesaikan dengan metode penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel.
Akan tetapi, tidak ada seorangpun dari siswa yang diobservasi yang bisa
menyelesaikan masalah tersebut dengan penyelesaian di atas . Tetapi ada 4 orang
siswa yang mampu menjawab dengan benar tahun kelahiran Angel dan Fitri
dengan berangkat dari tebakan Astrid. Salah satu sampelnya adalah :
Gambar 1.1 Jawaban siswa dengan menebak tahun lahir Fitri dan Angel
5
Jawaban tersebut memang benar. Akan tetapi kreativitas siswa tersebut
masih sangat rendah karena jika ditinjau dari cara mendapatkan jawaban tersebut,
maka siswa dapat menjawab dengan benar karena ada petunjuk lain yang
mengarahkan siswa menemukan jawaban yang benar. Sedangkan dengan
menggunakan cara formal saja, siswa tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah
di atas. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dilihat dari segi kelancaran,
keluwesan, maupun kebaruan masih pada level yang sangat rendah.
Contoh jawaban yang lain :
Gambar 1.2 Jawaban siswa dengan menggunakan operasi aljabar
Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa tersebut hendak
menggunakan konsep operasi aljabar untuk memecahkan masalah di atas. Akan
tetapi karena kurang memahami masalah, maka penyelesaian yang dilaksanakan
menghasilkan jawaban yang salah. Rendahnya kemampuan pemahaman masalah
dapat juga diakibatkan kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan
guru. Jika pemahaman masalah rendah tentu akan berakibat pada rendahnya
kreativitas siswa karena siswa tidak mampu mengidentifikasi masalah,
memecahkannya apalagi mencari alternatif lain dari pemecahan masalah tersebut.
Contoh jawaban siswa yang lain:
Gambar 1.3 Jawaban siswa yang memerlukan petunjuk lain dalam
menyelesaikan masalah.
6
Jawaban siswa ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut memerlukan
petunjuk lain yang lebih jelas agar bisa memecahkan masalah yang dihadapi.
Siswa tersebut dapat dikatakan tidak kreatif dalam menyelesaikan permasalahan
karena siswa tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah dengan benar, tidak bisa
memikirkan suatu cara untuk menemukan kapan Fitri dan Angel lahir dengan
mengolah setiap informasi yang ada. Kelancaran, keluwesan, dan kebaruan tidak
dimiliki siswa tersebut dalam memecahkan masalah.
Mengutip pendapat Armanto (Sinaga, 2007) yang mengatakan: ”sistem
pembelajaran selama ini menghasilkan siswa yang kurang mandiri, tidak berani
punya pendapat sendiri, selalu mohon petunjuk, dan kurang gigih dalam
melakukan uji coba hal tersebut sebagai efek dari pembelajaran konvensional.”
Pendapat tersebut sangat sesuai dengan keadaan di lapangan yaitu di SMP Negeri
1 Simanindo khususnya pada kelas yang diobservasi.
Rendahnya kreativitas siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
pemberian evaluasi dan hadiah yang kurang tepat, penekanan pada kompetisi,
lingkungan yang membatasi, dan siswa tidak bebas untuk memilih ( Munandar,
2009 : 234), pemahaman konsep yang tidak mantap dan juga cara mengajar guru
yang kurang tepat.
Guru kelas yang diobservasi mengajar dengan model pembelajaran
konvensional yang terlalu menekankan penguasaan sejumlah konsep tanpa
mengkomunikasikan cara berpikir kreatif untuk menguasai konsep tersebut,
kurang melibatkan interaksi guru dengan siswa maupun antar siswa dalam kelas
matematika.
Jadi, mengajar hanya sebatas transfer ilmu dari guru kepada siswa.
Akibatnya, siswa bersifat pasif dan mendapatkan konsep tetapi tidak memahami
apalagi mengembangkannya dan menghubungkannya dengan masalah-masalah
sehari-hari yang muncul.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Sinaga (2007) yang menyatakan :
Model konvensional lebih menekankan pada menghapal konsep dan
prosedur matematika guna meyelesaikan soal. Pengajaran yang hanya
berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur ( pandangan
behavioristik) yang cenderung pada penguasaan pengetahuan itu merupakan
akumulasi pengetahuan sebelumnya. Pemberian informasi sebanyak-
7
bnyaknya kepada siswa tanpa mempertimbangkan kebermaknaanya,
bagaikan tumpukan pengetahuan di mana konsep - konsep dan prinsipprinsip matematika yang ada pada struktur kognitif siswa terkesan saling
terisolasi. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep dan prinsip
matematika dalamn pemecahan masalah dan sukar untuk mengadaptasikan
pengetahuannya terhadap perubahan lingkungannya, karena mereka tidak
mengalami penemuan konsep dan prinsip tersebut.
Penulis juga melakukan wawancara singkat dengan salah seorang guru
bidang studi matematika (H. Siallagan, 5 Februari 2013) yang mengatakan bahwa:
Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika
yang membutuhkan penalaran dan pemahaman. Jika soal yang diberikan
diubah sedikit saja, siswa kesulitan mengerjakannya. Hal ini disebabkan
oleh kreativitas siswa yang kurang, siswa tidak bisa menghubungkan
konsep-konsep yang sudah dipelajarinya. Selain itu, metode mengajar yang
digunakan guru kurang tepat dan juga pengaruh lingkungan sehingga siswa
cepat merasa hebat jika mampu mengerjakan beberapa soal sehingga tidak
tertarik untuk memecahkan masalah yang relatif berbeda dengan yang biasa
dipecahkannnya.
Masalah di atas dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran
yang tidak kaku melainkan memberi kesempatan bagi para siswa membangun
sendiri ilmu maupun konsep dengan cara mereka sendiri serta mengaitkannya
dengan informasi-informasi yang sudah diperolehnya sebelumnya dan juga
permasalahan yang dihadapinya sehari-hari. Model pembelajaran yang sesuai
dengan kriteria tersebut diantaranya adalah model pembelajaran Problem Based
Learning ( PBL ) dan Contextual Teaching and Learning ( CTL).
Secara teori, kedua model pembelajaran tersebut mampu meningkatkan
kemampuan berpikir siswa ke tingkat yang lebih tinggi. Problem Based Learning
(PBL) bermanfaat dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
dan keterampilan pemecahan masalah. Banyak penelitian membenarkan bahwa
PBL adalah sebuah pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sebagai contoh adalah laporan Bottge,
Grant, et all (dalam jurnal Min Liu, et all) yang menyatakan bahwa siswa yang
diajari dengan PBL mendapat pencapaian yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang diajari dengan metode tradisional. Sedangkan Contextual Teaching
and Learning (CTL) menekankan pada proses berpikir yang lebih tinggi, transfer
pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan ( Trianto, 2011 : 94 ,105)
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Perbedaan Kreativitas Siswa dengan Menerapkan
Model
Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran PBL pada Siswa Kelas VIII
SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan matematika.
2. Ketidaktepatan metode pembelajaran yang digunakan guru
3. Kurangnya peran guru dalam menumbuhkembangkan kreativitas siswa
4. Rendahnya kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal yang bervariasi.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
pennelitian dibatasi hanya untuk:
i.
Mengetahui bagaimana kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
ii.
Mengetahui bagaimana kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching dan Learning
iii. Mengetahui perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan
model
pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada siswa kelas VIII
SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah : Apakah ada perbedaan kreativitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada
siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014? .
9
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran
CTL dan model pembelajaran PBL pada siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo
T.A. 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkakn dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk cara belajar yang mampu
meningkatkan kreativitas
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang
mampu meningkatkan kreativitas siswa
3. Bagi pihak pengelola sekolah
Sebagai bahan informasi tentang pentingnya model pembelajaran baru
dalam pengembangan kreativitas siswa
4. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan model
pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa
5. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan awal dalam melakukan kajian penelitian yang
lebih mendalam.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
rangkaian pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
2. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada permasalahan yang autentik dengan
maksud menyusun pengetahuan sendiri oleh siswa, mengembangkan
10
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi. Guru berperan
sebagai penyaji masalah, pembimbing dan fasilitator dalam pemecahan
masalah.
3. Kreativitas adalah kemampuan siswa memberi penyelesaian masalah
secara lancar, fleksibel dan asli dalam menghubungkan setiap informasi
sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
4. Pretes adalah tes yang diberikan oleh peneliti sebelum perlakuan untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik yang dikembangkan pada
materi prasyarat materi SPLDV yaitu persamaan linier dua variabel.
5. Postes adalah tes yang diberikan peneliti untuk mengetahui tingkat
kreativitas
siswa
pada
perlakuan/eksperimen.
kelas
CTL
dan
PBL
setelah
diberi
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap data penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran CTL dan model pebelajaran PBL di kelas VIII SMP N 1 Simanindo.
Adapun rata-rata nilai kreativitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran
PBL adalah 25,64 sedangkan rata-rata nilai kreativitas siswa dengan menerapkan
model pembelajaran CTL adalah 25.
Dari hasil postes diketahui bahwa 100% siswa kelas CTL berada pada
tingkat kreativitas sangat rendah, sedangkan pada kelas PBL, ada 97,22% siswa
berada pada tingkat kreativitas sangat rendah dan2,78% siswa berada pada tingkat
kreativitas rendah.
1.2
Saran
1. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
CTL atau PBL sebaiknya dilakukan dengan konsisten agar siswa lebih
terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan saling bertukar pendapat
2. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk lebih memperhatikan keadaan
kelas,
lebih
menguasai
teknik
membangkitkan
motivasi
belajar
matematika sehinga proses pembelajaran lebih bersemangat dan sangat
penting untuk bisa mengontrol validitas internal dan eksternal selama
pemberian perlakuan.
3. Bagi pihak yang terkait lainnya seperti pengelola sekolah diharapkan
untuk
lebih
memperhatikan
kelebihan
dan
kelemahan
metode
pembelajaran yang digunakan dalam mengajar matematika untuk
meningkatkan kreativitas siswa.
4. Kepada siswa khususnya siswa SMP N 1 Simanindo, disarankan untuk
memperbanyak membaca buku dan melatih kerjasama dalam diskusi
kelompok terutama dalam meningkatkan hasil belajar tentang materi yang
dipelajari.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta
Adinawan, M. C. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
------------------------. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Center for Teaching and Learning of Standford University . (2001). Newsletter
On Teaching : Speaking of Teaching, Problem-Based Learning, Volume
11. No.1
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya
Depdikbud. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Harjaningrum, A.T., dkk. (2007). Peranan Orang Tua dan Praktisi
dalamMembantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman
Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta : Prenada
Kholis, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (
Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika di SMPN Depok Sleman. Skripsi. UNY
http://eprints.uny.ac.id/2092/ (diakses 25 Januari 2013)
Liu, M. , Wivagg, J. , Geurtz, R. , Lee, S. , & Chang, H. M. (2012). Examining
How Middle School Science Teachers Implement a Multimedia-enriched
Problem-based Learning Environment. Interdisciplinary Journal of
Problem-based Learning, Volume 6. Issue 2.
Tersedia di: http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1348
Mandasari, L. (2010). Penerapan Contextual Teaching and Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa pada Materi Aritmetika Sosial di Kelas VII SMP Negeri
2 Rantau Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi .Unimed. Medan
Mahmudi, A. (2008). Tinjauan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika : Jurnal
Pendidikan Matematika FMIPA UNY , Volume 4, Nomor 2.
Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta : Rineka Cipta
----------------. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta
77
Murniati, E. (2012). Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Yogyakarta :
Pustaka Insan Madani
Purwanto. (2008). Kreativitas Menurut Guilford, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 074 Tahun ke-14
Pardosi, A. (2011). Perbedaan antara Pendekatan Kontekstual
Berbasis
Masalah dengan Pembelajaran Konvensional dalam Pemecahan
Masalah Trigonometri pada Siswa Kelas XI IPA SMANegeri 1
Habinsaran T.A. 2011/2012. Skripsi. Unimed. Medan
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Penerbit
Alfabeta
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Santtrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Savery, J.R. (2006). Overview of Problem-based Learning : Defenitions and
Distinctions. . Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning,
Volume 1. Issue 1.
Tersedia di: http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1002
Sihombing, W. L. (2012). Telaah Kurikulum ( Pendidikan Matematika Sekolah).
Medan : FMIPA Unimed
Silitonga, M. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: FMIPA
Unimed
Simamora, Y . (2011). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa yang Diberi
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Tesis.
Unimed. Medan
Simajuntak, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP pada Pokok Bahasan Pythagoras
Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Unimed. Medan
Sinaga,
B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Model Pembelajarann Matematika Berdasarkan Masalah
Berbasis Budaya Batak (Pbm-B3). Unesa : Disertasi, tidak diterbitkan.
Siswono, T. Y. (2007). Penjenjangan Kemampuan Berfikir Kreatif dan
Identifikasi Tahap Berfikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan dan
Mengajukan
Masalah
Matematika.
78
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/02/ringkasan-disertasi-tatag-yulieko-siswono-2/ .ISSN 2085-059X ( Diakses 25 Februari 2013)
. (2006). Jurnal Pendidikan : Desain Tugas untuk
Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika.
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
( Pendekatan Kuantitatif,
Sukmadinata, N. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Travers, R. (1977). Essential of Learning. New York: Macmillan Publishing Co.
Inc
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progressif. Jakarta:
Kencana Media Group
Wawan J. (2010). http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/-pembelajaranmatematika.html ( diakses 26 Januari 2013)
Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Edisi Pertama. Jakarta:
Gaung Persada
MODEL PEMBELAJARAN CTL DAN MODEL PEMBELAJARAN
PBL PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1
SIMANINDO T.A. 2013/2014
Oleh:
Desima Eka M. Ginting
NIM. 409111019
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah-Nya skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul, “Perbedaan Kreativitas
Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran
PBL pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Simanindo T.A. 2013/2014” disusun
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan bimbingan
dan saran kepada penulis sejak awal
pembuatan proposal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan juga kepada Bapak Abil Mansyur, S.Si,
M.Si, Dr. Edy Surya, M.Si, dan Prof. Dr. P. Siagian, M. Pd yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Ibnu Hajar
Damanik, M. Si. Selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Dr. Motlan, M.Sc, Ph.D
selaku dekan FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku ketua jurusan
Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris
Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan
Matematika. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H.
Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, untuk selutuh Bapak dan
Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika yang sudah membantu dan
memperlengkapi penulis menjadi seorang guru.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak P. Sihaloho S. Pd,
selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Simanindo, Bapak M. Sitanggang, S.Pd, H.
Siallagan S.Pd. selaku guru matematika SMP Negeri 1 Simanindo, guru dan staf
pegawai SMP Negeri 1 Simanindo atas segala arahan dan bantuan serta kerjasama
yang diberikan kepada penulis.
Rasa terima kasih yang teristimewa penulis sampaikan kepada Abangda
Oktavianus Ginting, Arifin, kakanda Aprilinda, Jaini beserta keluarga semuanya
yang telah banyak memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, nasehat dan
v
doa serta kerja kerasnya sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan baik. Terima kasih juga untuk keluarga besar Nainggolan untuk
dukungannya, untuk sahabat penulis yang selalu setia mendukung dan memotivasi,
Debora Sinuhaji, Geltry Ambarita dan Rosalina Gultom. Terima kasih juga
disampaikan untuk Maranatha Be Froulien ( Kak Dewi, Mosa, Jelita, Sinta) dan
O2Joy ( Andreas, Feber, Dameria, Melissa, Marissa, Dita, Gloria dan Elida) buat
dukungan dan doanya. Terima kasih juga disampaikan kepada Abangda Pirma
Sitohang yang menjadi teman berbagi suka maupun duka, terakhir kepada
keluarga besar DIK B Matematika 2009 yang senasib sepenanggungan dalam
menimba ilmu kurang lebih 4 tahun.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 23 Oktober 2013
Penulis,
Desima Eka M. Ginting
NIM. 409111019
iii
PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL
PEMBELAJARAN CTL DAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 SIMANINDO
T.A. 2013/2014.
DESIMA EKA M. GINTING (NIM. 409111019)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan rendahnya kreativitas siswa. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan kreativitas siswa
dengan menerapkan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran CTL dan
model pembelajaran PBL di kelas VIII SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1 Simanindo T.A.
2013/2014 yang terdiri dari 6 kelas paralel. Sedangkan sampel untuk penelitian ini
adalah siswa dari dua kelas yang dipilih secara acak, yaitu kelas VIII-B sebanyak
36 orang yang diajar dengan model pembelajaran PBL dan kelasVIII-C sebanyak
36 orang yang diajar dengan model pembelajaran CTL.
Penelitian ini didukung oleh beberapa perangkat seperti RPP, lembar
aktivitas siswa (LAS) dan buku pegangan siswa. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes kreativitas yang berisi 4 butir soal uraian yang
telah diujicobakan dan telah dinyatakan valid dan reliabel.
Rata-rata nilai pretes untuk kelas CTL adalah 47,61 dan untuk kelas PBL
adalah 57. Sedangkan rata-rata nilai postes kelas CTL adalah 25 dan rata-rata nilai
postes kelas PBL adalah 25,64. Hasil pengujian dengan taraf signifikansi α =
� � +� �
0,05, dan nilai �(0,975),(35) = �1 = �2 = 02,0083, nilai 1 1 2 2 = 2,0083
� 1 +� 2
dengan t’hitung = 0,0569 sehingga -2,0083 < 0,0569 < 2,0083. Terlihat bahwa nilai
t’hitung berada pada interval penerimaan H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan kreativitas siswa
dengan menerapkan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada
siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
ix
Daftar Bagan
xi
Daftar Lampiran
xii
Daftar Gambar
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
8
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
9
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1
Belajar dan Pembelajaran Matematika
11
2.1.2
Kreativitas
13
2.1.3
Pengukuran Kreativitas
17
vii
2.1.4
Model Pembelajaran
19
2.1.5
Model Pembelajaran Problem Based Learning
19
2.1.6
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Problem
Based Learning
25
2.1.7
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
26
2.1.8
Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
32
2.2
Materi Pelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
32
2.3
Hasil Penelitian yang Relevan
36
2.4
Kerangka Konseptual
37
2.5
Hipotesis
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
39
3.1
Jenis Penelitian
39
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
39
3.3
Populasi dan Sampel
39
3.3.1
Populasi
39
3.3.2
Sampel
40
3.4
Mekanisme dan Rancangan Penelitian
40
3.4.1
Mekanisme Penelitian
40
3.4.2
Rancangan Penelitian
43
3.5
Variabel Penelitian
43
3.6
Validitas Penelitian
44
3.7
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
46
3.7.1
Instrumen
46
3.7.2
Teknik Pengumpulan Data
49
3.8
Teknik Analisis Data
50
3.8.1
Uji Normalitas
51
3.8.2
Uji Homogenitas
52
3.8.3
Analisis Pengujian Hipotesis
52
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
54
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
54
4.1.1
Nilai Pretes Kelas CTL dan PBL
54
4.1.2
Nilai Postes Kelas CTL dan PBL
55
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
69
4.2.1
Uji Normalitas Data
69
4.2.2
Uji Homogenitas Data
70
4.2.3
Uji Hipotesis
70
4.3
Temuan Penelitian
71
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
75
5.1
Kesimpulan
75
5.2
Saran
75
DAFTAR PUSTAKA
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa yang Menebak Tahun Lahir Fitri dan Angel
4
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Menggunakan Operasi Aljabar
5
Gambar 1.3 Jawaban Siswa yang Memerlukan Petunjuk Lain
5
Gambar 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Skor Indikator Kreativitas
59
Gambar 4.2 Kategori Tingkat Kreativitas Siswa Kelas CTL
60
Gambar 4.3 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 1
61
Gambar 4.4 Jawaban Siswa Menggunakan Pendekatan Lain
61
Gambar 4.5 Pendekatan Jawaban Benar Tetapi Tidak Selesai
62
Gambar 4.6 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 3
62
Gambar 4.7 Pola Jawaban Siswa Butir Soal 4
63
Gambar 4.8 Jumlah Siswa Berdasarkan Skor Indikator Kreativitas (PBL)
65
Gambar 4.9 Kategori Tingkat Kreativitas Siswa Kelas PBL
66
Gambar 4.10 Pola Jawaban Siswa dengan Cara Unik
67
Gambar 4.11 Pendekatan Jawaban Benar Tetapi Tidak Selesai
68
Gambar 4.12 Pola Jawaban Siswa dengan 2 Cara dan Benar
68
Gambar 4.13 Pola Jawaban Siswa dengan 2 Cara tetapi Tidak Selesai
69
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL I
79
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL II
86
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PBL III
92
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTLI
99
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTL II
104
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran CTL III
109
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa PBL I
113
Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa PBL II
122
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa PBL III
128
Lampiran 10 Lembar Aktivitas Siswa CTL I
143
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa CTL II
140
Lampiran 12 Lembar Aktivitas Siswa CTL III
146
Lampiran 13 Kisi-Kisi Pretes
151
Lampiran 14 Soal Pretes
152
Lampiran 15 Alternatif Jawaban Pretes
153
Lampiran 16 Soal Pretes (2)
157
Lampiran 17 Alternatif Jawaban Pretes (2)
158
Lampiran 18 Kisi-Kisi Postes
161
Lampiran 19 Soal Postes
162
Lampiran 20 Alternatif Jawaban Postes
164
Lampiran 21 Pedoman Penskoran Postes (Tes kreativitas)
173
Lampiran 22 Lembar Validitas Tes
174
Lampiran 23 Perhitungan Validitas Tes
175
Lampiran 24 Perhitungan Reliabilitas Tes
180
Lampiran 25 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas CTL dan PBL
182
Lampiran 26 Prosedur Perhitungan Mean, Varians, dan Simpangan Baku
183
Lampiran 27 Perhitungan Uji Normalitas Data
185
Lampiran 28 Perhitungan Uji Homogenitas
189
Lampiran 29 Perhitungan Uji Kesamaan Kemampuan Awal (Pretes)
191
xiii
Lampiran 30 Perhitungan Uji Hipotesis
193
Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian
195
Lampiran 32 Beberapa lembar jawaban pretes dan postes siswa
198
Lampiran 33 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t
199
Lampiran 34 Daftar Nilai Kritis Uji Lilliefors
200
Lampiran 35 Daftar Nilai Luasan Kurva Normal
201
Lampiran 36 Tabel Distribusi F
203
Lampiran 37 Surat Perijinan
205
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak faktor yang mempengaruhi maju atau tidaknya sebuah negara.
Salah satunya adalah Kualitas sumber daya manusia negara tersebut. Semakin
tinggi kualitas sumber daya manusia semakin besar pula kemungkinan sebuah
negara akan maju. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
tugas besar dan memerlukan waktu yang cukup lama yaitu melalui proses
pendidikan yang baik dan terarah.
Pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan
perwujudan individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Khususnya
mengenai pendidikan nasional, UU-20, 2003 (dalam Sagala, 2009 : 3)
menekankan bahwa:
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab .
Agar tujuan pendidikan tersebut tercapai, maka setiap oknum yang
berhubungan dengan pendidikan itu sendiri harus saling bekerja sama. Setiap
komponen pembelajaran harus dikembangkan termasuk unsur kreativitas dalam
diri siswa. Kreativitas memiliki peran vital dalam menentukan keberhasilan setiap
anak didik dan tentunya akan berpengaruh pada perkembangan dan pembangunan
negara Indonesia. Dengan kreativitas yang mereka miliki, mereka akan mampu
memikirkan ide-ide kreatif guna mengatasi sejumlah tantangan yang dihadapi.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk berpikir lancar dan fleksibel
dalam menghubungkan setiap informasi sehingga mampu menghasilkan sesuatu
yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan
apa yang telah ada sebelumnya. Menurut Guilford (dalam Murniati, 2012 : 44),
karakteristik kreativitas adalah orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi.
Inti karakteristik tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah atau
2
tantangan dengan cara yang berbeda dan tidak monoton. Semakin unik dan
orisinal semakin tinggi kekreativitasnya.
Munandar (2009 : 6) menyatakan bahwa kreativitas atau daya cipta
memungkinkan penemuan – penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta
dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Kemajuan teknologi yang meningkat
menuntut kita untuk beradaptasi secara kreatif dan mencari pemecahan yang
imajinatif. Untuk menghadapi tantangan tersebut diperlukan ketrampilan tinggi yang
melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kemauan kerja sama yang efektif.
Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Hal ini
sangat dimungkinkan karena matematika mempunyai struktur dan keterkaitan yang
kuat dan jelas antara satu dan yang lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif
dan konsisten.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran matematika
di sekolah lebih banyak dibanding pelajaran yang lain. Pelajaran matematika dalam
pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari SD
hingga SMA bahkan di Perguruan Tinggi.
Seperti yang diungkapkan Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253)
mengemukakan alasan perlunya belajar matematika yaitu:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana
komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan
berpikir logis dan teliti dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa
yang terkandung apa yang di dalam matematika itu sendiri, tetapi matematika
diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk membantu melatih pola pikir semua siswa
agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis , kreatif yang melibatkan
imajinasi dengan mengembangkan pemikiran divergen.
Adapun tujuan pembelajaran matematika yaitu:
1.
Melatih cara berpikir bernalar dalam menarik kesimpulan
2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, instuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan mencoba-coba.
3
3.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
4.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta dan
diagram.
Jadi,
pembelajaran
matematika
pada
dasarnya
dirancang
untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik. Meski demikian, hasil belajar dan
kreativitas siswa khususnya dalam menyelesaikan masalah matematika cenderung
berada di tingkat rendah. Siswa kurang mampu memahami materi yang bersifat
abstrak, siswa kurang mampu mengaitkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka
miliki, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan masalah dengan cara mereka
sendiri, tetapi hanya terpaku pada cara yang diajarkan oleh guru.
Masalah yang sama terjadi di SMP N 1 SIMANINDO dimana peneliti
melakukan observasi. Diberikan tes awal dengan dua soal uraian kepada siswa
untuk melihat tingkat kreativitas siswa. Dengan penilaian berdasarkan pedoman
pengukuran kreativitas yang dirancang olah peneliti diperoleh kreativitas siswa
rendah.
Tabel 1.1 Distribusi Nilai Tes Kreativitas Awal
No.
Kualifikasi Nilai
Patokan Nilai
Frekuensi
1.
Sangat Tinggi
90-100
0
2.
3.
Tinggi
Cukup
80-89
65-79
0
4.
Rendah
55-64
1
5.
Sangat Rendah
0-54
29
0
Total = 30
Hasil yang diperoleh adalah ternyata kreativitas siswa berada pada tingkat
sangat rendah. Dari jawaban yang dibuat oleh siswa, aspek kelancaran, keluwesan
dan kebaruan jawaban sangat rendah. Karena siswa hanya mampu membuat satu
cara penyelesaian dan tidak semua siswa dapat menjawab dengan benar.
Sebagai contoh: “Pada tahun 2000, Fitri dan Angel merayakan ulang tahun
bersama-sama dan umur Fitri 2 kali umur Angel. Sepuluh tahun kemudian mereka
kembali merayakan ulang tahunnya bersama-sama dan umur Angel menjadi ¾
4
kali umur Fitri. Kapan Fitri dan Angel lahir? Jika Astrid menebak bahwa Fitri
lahir tahun 1990, benarkah tebakan tersebut? “.
Contoh tersebut bisa dikatakan materi sistem persamaan linear dua
variabel maupun materi aljabar. Dengan penuh pemahaman akan soal, masalah
tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Misal umur Fitri adalah F dan umur Angel adalah A.
Tahun 2000 Tahun 2010
F = 2A
A=¾F
Dari tabel di atas dapat dihitung nilai A maupun nilai B dengan
menggunakan operasi aljabar. Pada tahun 2010, A = ¾ F maka dapat dibuat
persamaan :
A+ 10 = ¾ ( F+10)
4A + 40 = 3F + 30, jika F = 2A maka 4A + 40 = 3(2A) + 30
10 = 6A - 2A = 2A. Jadi diperoleh A= 5.
Artinya, pada tahun 2000 Angel berusia 5 tahun sehingga dapat dihitung
tahun lahirnya yaitu, 2000-5 = 1995. Sedangkan umur Fitri 2 kali umur Angel
maka Fitri berusia 10 tahun pada tahun 2000. Jadi, Fitri lahir pada tahun 1990.
Tentulah tebakan Astrid tersebut benar.
Cara di atas adalah
salah satu cara formal dari penyelesaian masalah
tersebut dengan menggunakan operasi aljabar. Masalah di atas juga dapat
diselesaikan dengan metode penyelesaian sistem persamaan linier dua variabel.
Akan tetapi, tidak ada seorangpun dari siswa yang diobservasi yang bisa
menyelesaikan masalah tersebut dengan penyelesaian di atas . Tetapi ada 4 orang
siswa yang mampu menjawab dengan benar tahun kelahiran Angel dan Fitri
dengan berangkat dari tebakan Astrid. Salah satu sampelnya adalah :
Gambar 1.1 Jawaban siswa dengan menebak tahun lahir Fitri dan Angel
5
Jawaban tersebut memang benar. Akan tetapi kreativitas siswa tersebut
masih sangat rendah karena jika ditinjau dari cara mendapatkan jawaban tersebut,
maka siswa dapat menjawab dengan benar karena ada petunjuk lain yang
mengarahkan siswa menemukan jawaban yang benar. Sedangkan dengan
menggunakan cara formal saja, siswa tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah
di atas. Hal ini menunjukkan bahwa kreativitas siswa dilihat dari segi kelancaran,
keluwesan, maupun kebaruan masih pada level yang sangat rendah.
Contoh jawaban yang lain :
Gambar 1.2 Jawaban siswa dengan menggunakan operasi aljabar
Jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa tersebut hendak
menggunakan konsep operasi aljabar untuk memecahkan masalah di atas. Akan
tetapi karena kurang memahami masalah, maka penyelesaian yang dilaksanakan
menghasilkan jawaban yang salah. Rendahnya kemampuan pemahaman masalah
dapat juga diakibatkan kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan
guru. Jika pemahaman masalah rendah tentu akan berakibat pada rendahnya
kreativitas siswa karena siswa tidak mampu mengidentifikasi masalah,
memecahkannya apalagi mencari alternatif lain dari pemecahan masalah tersebut.
Contoh jawaban siswa yang lain:
Gambar 1.3 Jawaban siswa yang memerlukan petunjuk lain dalam
menyelesaikan masalah.
6
Jawaban siswa ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut memerlukan
petunjuk lain yang lebih jelas agar bisa memecahkan masalah yang dihadapi.
Siswa tersebut dapat dikatakan tidak kreatif dalam menyelesaikan permasalahan
karena siswa tersebut tidak bisa menyelesaikan masalah dengan benar, tidak bisa
memikirkan suatu cara untuk menemukan kapan Fitri dan Angel lahir dengan
mengolah setiap informasi yang ada. Kelancaran, keluwesan, dan kebaruan tidak
dimiliki siswa tersebut dalam memecahkan masalah.
Mengutip pendapat Armanto (Sinaga, 2007) yang mengatakan: ”sistem
pembelajaran selama ini menghasilkan siswa yang kurang mandiri, tidak berani
punya pendapat sendiri, selalu mohon petunjuk, dan kurang gigih dalam
melakukan uji coba hal tersebut sebagai efek dari pembelajaran konvensional.”
Pendapat tersebut sangat sesuai dengan keadaan di lapangan yaitu di SMP Negeri
1 Simanindo khususnya pada kelas yang diobservasi.
Rendahnya kreativitas siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
pemberian evaluasi dan hadiah yang kurang tepat, penekanan pada kompetisi,
lingkungan yang membatasi, dan siswa tidak bebas untuk memilih ( Munandar,
2009 : 234), pemahaman konsep yang tidak mantap dan juga cara mengajar guru
yang kurang tepat.
Guru kelas yang diobservasi mengajar dengan model pembelajaran
konvensional yang terlalu menekankan penguasaan sejumlah konsep tanpa
mengkomunikasikan cara berpikir kreatif untuk menguasai konsep tersebut,
kurang melibatkan interaksi guru dengan siswa maupun antar siswa dalam kelas
matematika.
Jadi, mengajar hanya sebatas transfer ilmu dari guru kepada siswa.
Akibatnya, siswa bersifat pasif dan mendapatkan konsep tetapi tidak memahami
apalagi mengembangkannya dan menghubungkannya dengan masalah-masalah
sehari-hari yang muncul.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Sinaga (2007) yang menyatakan :
Model konvensional lebih menekankan pada menghapal konsep dan
prosedur matematika guna meyelesaikan soal. Pengajaran yang hanya
berorientasi pada hasil belajar yang dapat diamati dan diukur ( pandangan
behavioristik) yang cenderung pada penguasaan pengetahuan itu merupakan
akumulasi pengetahuan sebelumnya. Pemberian informasi sebanyak-
7
bnyaknya kepada siswa tanpa mempertimbangkan kebermaknaanya,
bagaikan tumpukan pengetahuan di mana konsep - konsep dan prinsipprinsip matematika yang ada pada struktur kognitif siswa terkesan saling
terisolasi. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep dan prinsip
matematika dalamn pemecahan masalah dan sukar untuk mengadaptasikan
pengetahuannya terhadap perubahan lingkungannya, karena mereka tidak
mengalami penemuan konsep dan prinsip tersebut.
Penulis juga melakukan wawancara singkat dengan salah seorang guru
bidang studi matematika (H. Siallagan, 5 Februari 2013) yang mengatakan bahwa:
Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika
yang membutuhkan penalaran dan pemahaman. Jika soal yang diberikan
diubah sedikit saja, siswa kesulitan mengerjakannya. Hal ini disebabkan
oleh kreativitas siswa yang kurang, siswa tidak bisa menghubungkan
konsep-konsep yang sudah dipelajarinya. Selain itu, metode mengajar yang
digunakan guru kurang tepat dan juga pengaruh lingkungan sehingga siswa
cepat merasa hebat jika mampu mengerjakan beberapa soal sehingga tidak
tertarik untuk memecahkan masalah yang relatif berbeda dengan yang biasa
dipecahkannnya.
Masalah di atas dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran
yang tidak kaku melainkan memberi kesempatan bagi para siswa membangun
sendiri ilmu maupun konsep dengan cara mereka sendiri serta mengaitkannya
dengan informasi-informasi yang sudah diperolehnya sebelumnya dan juga
permasalahan yang dihadapinya sehari-hari. Model pembelajaran yang sesuai
dengan kriteria tersebut diantaranya adalah model pembelajaran Problem Based
Learning ( PBL ) dan Contextual Teaching and Learning ( CTL).
Secara teori, kedua model pembelajaran tersebut mampu meningkatkan
kemampuan berpikir siswa ke tingkat yang lebih tinggi. Problem Based Learning
(PBL) bermanfaat dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
dan keterampilan pemecahan masalah. Banyak penelitian membenarkan bahwa
PBL adalah sebuah pendekatan yang efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah. Sebagai contoh adalah laporan Bottge,
Grant, et all (dalam jurnal Min Liu, et all) yang menyatakan bahwa siswa yang
diajari dengan PBL mendapat pencapaian yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang diajari dengan metode tradisional. Sedangkan Contextual Teaching
and Learning (CTL) menekankan pada proses berpikir yang lebih tinggi, transfer
pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan
informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan ( Trianto, 2011 : 94 ,105)
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Perbedaan Kreativitas Siswa dengan Menerapkan
Model
Pembelajaran CTL dan Model Pembelajaran PBL pada Siswa Kelas VIII
SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah:
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan matematika.
2. Ketidaktepatan metode pembelajaran yang digunakan guru
3. Kurangnya peran guru dalam menumbuhkembangkan kreativitas siswa
4. Rendahnya kreativitas siswa dalam menyelesaikan soal yang bervariasi.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
pennelitian dibatasi hanya untuk:
i.
Mengetahui bagaimana kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
ii.
Mengetahui bagaimana kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Contextual Teaching dan Learning
iii. Mengetahui perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan
model
pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada siswa kelas VIII
SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah : Apakah ada perbedaan kreativitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran PBL pada
siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo T.A. 2013/2014? .
9
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran
CTL dan model pembelajaran PBL pada siswa kelas VIII SMP N 1 Simanindo
T.A. 2013/2014.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkakn dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk cara belajar yang mampu
meningkatkan kreativitas
2. Bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang
mampu meningkatkan kreativitas siswa
3. Bagi pihak pengelola sekolah
Sebagai bahan informasi tentang pentingnya model pembelajaran baru
dalam pengembangan kreativitas siswa
4. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan model
pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa
5. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan awal dalam melakukan kajian penelitian yang
lebih mendalam.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
rangkaian pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
2. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada permasalahan yang autentik dengan
maksud menyusun pengetahuan sendiri oleh siswa, mengembangkan
10
inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi. Guru berperan
sebagai penyaji masalah, pembimbing dan fasilitator dalam pemecahan
masalah.
3. Kreativitas adalah kemampuan siswa memberi penyelesaian masalah
secara lancar, fleksibel dan asli dalam menghubungkan setiap informasi
sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
4. Pretes adalah tes yang diberikan oleh peneliti sebelum perlakuan untuk
mengetahui kemampuan awal peserta didik yang dikembangkan pada
materi prasyarat materi SPLDV yaitu persamaan linier dua variabel.
5. Postes adalah tes yang diberikan peneliti untuk mengetahui tingkat
kreativitas
siswa
pada
perlakuan/eksperimen.
kelas
CTL
dan
PBL
setelah
diberi
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap data penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kreativitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran CTL dan model pebelajaran PBL di kelas VIII SMP N 1 Simanindo.
Adapun rata-rata nilai kreativitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran
PBL adalah 25,64 sedangkan rata-rata nilai kreativitas siswa dengan menerapkan
model pembelajaran CTL adalah 25.
Dari hasil postes diketahui bahwa 100% siswa kelas CTL berada pada
tingkat kreativitas sangat rendah, sedangkan pada kelas PBL, ada 97,22% siswa
berada pada tingkat kreativitas sangat rendah dan2,78% siswa berada pada tingkat
kreativitas rendah.
1.2
Saran
1. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
CTL atau PBL sebaiknya dilakukan dengan konsisten agar siswa lebih
terlibat aktif dalam diskusi kelompok dan saling bertukar pendapat
2. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk lebih memperhatikan keadaan
kelas,
lebih
menguasai
teknik
membangkitkan
motivasi
belajar
matematika sehinga proses pembelajaran lebih bersemangat dan sangat
penting untuk bisa mengontrol validitas internal dan eksternal selama
pemberian perlakuan.
3. Bagi pihak yang terkait lainnya seperti pengelola sekolah diharapkan
untuk
lebih
memperhatikan
kelebihan
dan
kelemahan
metode
pembelajaran yang digunakan dalam mengajar matematika untuk
meningkatkan kreativitas siswa.
4. Kepada siswa khususnya siswa SMP N 1 Simanindo, disarankan untuk
memperbanyak membaca buku dan melatih kerjasama dalam diskusi
kelompok terutama dalam meningkatkan hasil belajar tentang materi yang
dipelajari.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta
Adinawan, M. C. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
------------------------. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Center for Teaching and Learning of Standford University . (2001). Newsletter
On Teaching : Speaking of Teaching, Problem-Based Learning, Volume
11. No.1
Daryanto. (2010). Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya
Depdikbud. (2002). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Harjaningrum, A.T., dkk. (2007). Peranan Orang Tua dan Praktisi
dalamMembantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman
Teori dan Tren Pendidikan. Jakarta : Prenada
Kholis, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (
Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika di SMPN Depok Sleman. Skripsi. UNY
http://eprints.uny.ac.id/2092/ (diakses 25 Januari 2013)
Liu, M. , Wivagg, J. , Geurtz, R. , Lee, S. , & Chang, H. M. (2012). Examining
How Middle School Science Teachers Implement a Multimedia-enriched
Problem-based Learning Environment. Interdisciplinary Journal of
Problem-based Learning, Volume 6. Issue 2.
Tersedia di: http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1348
Mandasari, L. (2010). Penerapan Contextual Teaching and Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dan Kemampuan Koneksi
Matematika Siswa pada Materi Aritmetika Sosial di Kelas VII SMP Negeri
2 Rantau Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi .Unimed. Medan
Mahmudi, A. (2008). Tinjauan Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika : Jurnal
Pendidikan Matematika FMIPA UNY , Volume 4, Nomor 2.
Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta : Rineka Cipta
----------------. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta
77
Murniati, E. (2012). Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Yogyakarta :
Pustaka Insan Madani
Purwanto. (2008). Kreativitas Menurut Guilford, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 074 Tahun ke-14
Pardosi, A. (2011). Perbedaan antara Pendekatan Kontekstual
Berbasis
Masalah dengan Pembelajaran Konvensional dalam Pemecahan
Masalah Trigonometri pada Siswa Kelas XI IPA SMANegeri 1
Habinsaran T.A. 2011/2012. Skripsi. Unimed. Medan
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Penerbit
Alfabeta
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana
Santtrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Savery, J.R. (2006). Overview of Problem-based Learning : Defenitions and
Distinctions. . Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning,
Volume 1. Issue 1.
Tersedia di: http://dx.doi.org/10.7771/1541-5015.1002
Sihombing, W. L. (2012). Telaah Kurikulum ( Pendidikan Matematika Sekolah).
Medan : FMIPA Unimed
Silitonga, M. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Medan: FMIPA
Unimed
Simamora, Y . (2011). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
dan Pemecahan Masalah Matematika Antara Siswa yang Diberi
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pengajaran Langsung. Tesis.
Unimed. Medan
Simajuntak, L. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP pada Pokok Bahasan Pythagoras
Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Unimed. Medan
Sinaga,
B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Model Pembelajarann Matematika Berdasarkan Masalah
Berbasis Budaya Batak (Pbm-B3). Unesa : Disertasi, tidak diterbitkan.
Siswono, T. Y. (2007). Penjenjangan Kemampuan Berfikir Kreatif dan
Identifikasi Tahap Berfikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan dan
Mengajukan
Masalah
Matematika.
78
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/02/ringkasan-disertasi-tatag-yulieko-siswono-2/ .ISSN 2085-059X ( Diakses 25 Februari 2013)
. (2006). Jurnal Pendidikan : Desain Tugas untuk
Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika.
FMIPA Universitas Negeri Surabaya.
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
( Pendekatan Kuantitatif,
Sukmadinata, N. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Travers, R. (1977). Essential of Learning. New York: Macmillan Publishing Co.
Inc
Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progressif. Jakarta:
Kencana Media Group
Wawan J. (2010). http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/-pembelajaranmatematika.html ( diakses 26 Januari 2013)
Yamin, M. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Edisi Pertama. Jakarta:
Gaung Persada