Formulasi Tablet Lepas Lambat Kuinin Sulfat Menggunakan Berbagai Konsentrasi Matriks Etilselulosa N10 Dengan Metode Granulasi Basah.

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT KUININ SULFAT
MENGGUNAKAN BERBAGAI KONSENTRASI
MATRIKS ETILSELULOSA N10
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Taofik Rusdiana1 Yudi Padmadisastra1, T.P. Simorangkir2, Mahirsyah W.T.W.H.1
1. Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD, Jatinangor-Sumedang
2. Lafi-Ditkesad Bandung
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap lima formula tablet lepas lambat dengan zat aktif
Kuinin Sulfat menggunakan lima konsentrasi berbeda matriks etilselulosa N10. Tablet
dibuat dengan cara granulasi basah; formula I mengandung satu persen matriks etilselulosa
N10, formula II mengandung tujuh persen matriks etilselulosa N10, formula III
mengandung tiga belas persen matriks etilselulosa N10, formula IV mengandung sembilan
belas persen matriks etilselulosa N10, dan formula V mengandung 25 % matriks
etilselulosa N10. Etilselulosa N10 yang digunakan sebagai matriks pada sediaan lepas
lambat Kuinin Sulfat dapat memberikan perbedaan terhadap laju pelepasan zat aktif,
namun laju pelepasan zat aktifnya masih terlalu cepat. Percobaan diulang menggunakan
dua formula, yaitu formula VI dan formula VII yang masing-masingnya mengandung
matriks etilselulosa N10 sebesar 35% dan 45%. Laju pelepasan formula VI dan VII sama
dengan kriteria United States Pharmacopoeia edisi XXVI untuk tablet extended release

Kuinidin Sulfat.
Kata kunci: Lepas lambat, Kuinin sulfat, Etilselulosa N10, Granulasi basah
ABSTRACT
A study on five sustained release tablets with Quinin sulfat as active ingredient using five
different concentration of Ethylcelulose N10 had been carried out. Tablets were made by
wet granulation method; forluma I contains 1% of ethylcellulose N10 matrix, Formula II
contains 7% of ethylcellulose N10 matrix, Formula III contains 13% of ethylcellulose
N10 matrix, Formula IV contains 19% of ethylcellulose N10 matrix while Formula V
contains 25% of ethylcellulose N10 matrix. The ethylcellilose used as matrix in sustained
release quinin sulfat tablet gave different release of its active ingredients, but the release
were still too fast. The study then were repeated using another two formula to which
Forula VI and VII Which was contain 35 and 45% ethylcellulose as matrix. The release of
the two formulas were fulfill the criteria of United States Pharmacopoeia XXVI edition
for quinin sulfat extended release tablets.
Keywords: Sustained release, Quinin sulfat, Ethylcellulose N10, Wet granulation
PENDAHULUAN

Kuinin Sulfat adalah garam sulfat
alkaloid yang diperoleh dari kulit kayu
tanaman Cinchona. Berbentuk hablur

putih, biasanya tidak bercahaya, massa
ringan dan mudah memadat; tidak berbau
dan memiliki rasa pahit yang ama.
l
12

Menjadi berwarna bila terpapar cahaya.
Sukar larut dalam air, dalam etanol, dalam
kloroform, dan dalam eter, mudah larut
dalam etanol pada suhu 80°C, adlam
campuran kloroform-etanol mutlak (2:1),
agak sukar larut dalam air pada suhu 100°C
(Farmakope Indonesia edisi IV, 1995).

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
Formularium Nasional II (1978)
mendefinisikan tablet sebagai sediaan
padat kompak, dibuat dengan cara kempa
cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih
yang kedua permukaannya rata tau

a
cembung mengandung obat dengan atau
tanpa zat pengisi.
Sediaan
pelepasan
terkendali
memungkinkan untuk mempertahankan
kadar obat
terapetik dalam dar
ah,
memberikan
respons
klinik
yang
diperpanjang dan konsisten pada penderita.
(Shargel dan Yu, 1988).
Etilselulosa merupakan polimer
hidrofobik inert, tak berasa, tak berbau, tak
berwarna, serta inert secara isiologis.
f

Etilselulosa telah banyak digu
nakan
sebagai bahan tambahan pada berbagai
sediaan farmasi. Penggunaannya antara
lain sebagai bahan pelapis tablet dan
granul, sebagai bahan mikrokapsul, sebagai
pengikat, dan sebagai pelapis serta matriks
pada sediaan lepas lambat. (Donbrow dan

Friedman,
1974;
Chowzhan,
1980
;
Jalsenjak, 1976; Bodmeier dan Chen
1989).
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari tahapan
kerja sebagai berikut :

1. Penelitian karakteristik tablet inovator.
2. Orientasi dengan tiga formula tablet
konvensional untuk mencari
konsentrasi zat pengikat (PVP) yang
terbaik
3. Penyusunan formula tablet lepas lambat
menggunakan
modifikasi
formula
tablet konvensional yang terbaik.
4. Pembuatan massa cetak.
5. Evaluasi massa cetak.
6. Pembuatan tablet
7. Evaluasi tablet jadi.
8. Analisis data secara statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Massa Cetak
Parameter
Kadar air (%)

Sudut istirahat (°)
Kadar air (%)
Sudut istirahat (°)
Kecepatan alir (g/det)
Kompresibilitas (%)

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Massa Cetak
Formula
I
II
III
IV
2,04 ±0,16 2,37±0,03
2,04±0,05 2,50 ±0,05
19,61±0,08 19,22±0,02 19,05±0,04 19,46±0,03
2,04 ±0,16 2,37±0,03
2,04±0,05 2,50 ±0,05
19,61±0,08 19,22±0,02 19,05±0,04 19,46±0,03
16,87±0,33 22,08±0,144 16,32±0,82 10,26±0,22
30,15±0,53 15,31±0,50 15,81±0,28 18,36±0,32


Uji Anava untuk kadar air
dilakukan dengan derajat kepercayaan 95
%, F hitung (13,704) > F tabel (3,480),
maka disimpulkan terdapat perbedaan nilai
kadar air diantara kelima formula. kadar air
tertinggi dimiliki oleh formul
a IV
(2,500,05 %), kemudian disusul oleh
formula II (2,37±0,03 %), formula V
(2,32±0,10 %), formula I (2,04 ±0,16 %),
serta kadar air paling rendah dimiliki oleh
formula III (2,04±0,05 %). Ter
dapat
perbedaan kadar air yang sifatnya tidak
nyata terlihat antara formula I dengan
formula III, demikian pula antara formula
13

V

2,32±0,10
19,43±0,01
2,32±0,10
19,43±0,01
14,19±0,44
17,53±0,20

V, II, dan IV. Terdapat perbedaan kadar air
yang nyata terlihat antara formula I dan
formula III dengan formula V, II, dan IV.
Kompresibilitas
antar
formula
sangat bervariasi. Formula yang sifat
alirnya cukup baik adalah formula IV
(18,36±0,32
%)
dan
formula
V

(17,53±0,20 %); sedangkan formula II
(15,31±0,50
%)
dan
formula
III
(15,81±0,28 %) memiliki sifat alir yang
baik. Formula I memiliki kompresibilitas
yang buruk (30,15±0,53 %).
Uji Anava untuk kompresibilitas
dengan derajat kepercayaan sebesar 95 %

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
menunjukkan F hitung (728,459) > F tabel
(3,48),
maka
disimpulkan
terda
pat
perbedaan nilai kompresibilitas diantara

kelima formula.
Terlihat bahwa formula I memiliki
nilai kompresibilitas tertinggi (30,15±0,53
%), kemudian disusul oleh formula IV
(18,36±0,32 %), formula V (17,53±0,20
%), formula III (15,81±0,28 %), serta nilai
kompresibilitas paling rendah dimiliki oleh
formula
II
(15,31±0,50
%).
Nil
ai
kompresibilitas formula II dan formula III
memiliki perbedaan yang tidak
nyata, namun akan berbeda nyata bila
dibandingkan dengan formula V, IV, dan I.
Antar formula I, IV, dan V, ap
abila
dibandingkan masing-masingnya memiliki

nilai kompresibilitas yang berbeda secara
nyata.
Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa formula I memiliki sudut istirahat
sebesar 19,61±0,08°, formula I adalah
19,22±0,025°,
formula
III
adal
ah
19,05±0,04°,
formula
IV
adalah
19,46±0,03°, dan formula V ada
lah
19,43±0,01°. Dapat disimpulkan bahwa
semua formula memiliki aliran yang sangat
baik.
Uji Anava untuk sudut istirahat dengan
derajat kepercayaan sebesar 95 %
menunjukkan bahwa F hitung (66,769) > F
tabel (3,480), maka disimpulkan terdapat
perbedaan nilai sudut istirahat diantara
kelima formula. Terlihat bahwa sudut
istirahat yang terbesar di
miliki oleh
formula I (19,61±0,08), disusul oleh
formula V (19,43±0,01), formula IV
(19,43±0,03), formula II (19,22±0,02).

Formula III (19,05±0,04) memiliki nilai
sudut istirahat terkecil. Formula IV dan V
memiliki perbedaan yang tidak nyata
dalam hal nilai sudut istirahat, namun akan
berbeda secara nyata apabila formula IV
dan V dibandingkan dengan formula III, II,
dan I.
Terdapat perbedaan nyata antara
formula I, II, dan III dalam hal nilai sudut
istirahatnya.
Pemeriksaan
kecepatan
alir
menunjukkan bahwa formula I memiliki
kecepatan aliran sebesar 16,87
±0,33
g/detik, formula II adalah 22,08±0,144
g/detik, formula III adalah 16,32±0,82,
formula IV adalah 10,26±0,22 g/detik,
sedangkan formula V adalah 14,19±0,44
g/detik. Dapat disimpulkan bahwa semua
formula memiliki aliran massa cetak yang
sangat baik. Uji Anava untuk kecepatan
alir dengan derajat kepercayaan sebesar 95
% menunjukkan F hitung (259,959) > F
tabel (3,480), maka disimpulkan terdapat
perbedaan nilai kecepatan alir diantara
kelima formula. Formula II (22,08±0,144
g/detik) memiliki kecepatan alir tertinggi,
disusul oleh formula I (16,87±
0,33
g/detik), formula III (16,32±0,82 g/detik),
dan formula V (14,19±0,44 g/de
tik).
Formula IV (10,26±0,22 g/detik) memiliki
kecepatan alir yang paling rendah. Formula
III dan formula I memiliki perbedaan yang
tidak nyata dalam hal kecepatan alirnya,
namun akan berbeda secara nyata apabila
formula III dan formula I dibandingkan
dengan formula II, V, dan IV. Terdapat
perbedaan kecepatan alir yang nyata antara
formula II, V, dan IV

Evaluasi Tablet
Tabel 4.13 Hasil Evaluasi Tablet Lepas Lambat
Parameter
Diameter (mm)

Tebal (mm)
Bobot (mg)
Kekerasan (N)

Keregasan (%)
Kadar zat aktif (%)

14

I

II

Formula
III

IV

V

10,04±0,01
10,04±0,01
10,04±0,01 10,04±0,01 10,04±0,01
4,46±0,03
4,90±0,10
5,50±0,20
5,33±0,07
5,40±0,14
355,90±5,50 372,50±5,05 390,80±0,01 412,40±4,70 436,09±7,50
114,25±14,70 103,30±10,00 57,60±16,30 96,15±11,30 99,00±2,40
0,33±0,03
0,14±0,01
0,25±0,04
0,19±0,06
0,29±0,02
104,37±0,19 112,50±0,25 114,40±0,01 103,32±2,56 116,13±5,81

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20

Evaluasi yang dilakukan pada tablet
meliputi pemeriksaan keseragaman ukuran
yaitu
diameter
dan
tebal
table
t,
keseragaman bobot, kekerasan, keregasan
dan pemeriksaan keseragaman kadar zat
aktif, serta dilakukan uji disolusi.
Pemeriksaan keseragaman ukuran
menunjukkan bahwa formula I memiliki
diameter rata-rata sebesar 10,04±0,01mm,
dengan ketebalan rata-rata 4,46±0,03 mm,
formula II diameter rata-ratanya adalah
10,04±0,01 mm dengan tebal rata-rata
4,9±0,1 mm, formula III diameter rataratanya 10,04±0,01 mm dengan ketebalan
rata-rata sebesar 5,50±0,20 mm, formula
IV
diameter
rata
-ratanya
adalah
10,04±0,01 mm dengan tebal rata-rata
sebesar 5,33±0,07 mm, formula V diameter
rata-ratanya adalah
10,04±0,01 mm dengan tebal rata-rata
5,40±0,14 mm. Hal ini sesuai dengan
persyaratan Farmakope Indonesia III tahun
1979, yaitu diameter tablet tidak boleh
lebih dari tiga kali dan tidak boleh kurang
dari empat pertiga tebal tablet.
Uji Anava untuk keseragaman
diameter dengan derajat kepercayaan
sebesar 95 % menunjukkan F hitung
(4,948) > F tabel (2,470), mak
a
disimpulkan terdapat perbedaan diameter
diantara kelima formula. Diameter tablet
formula IV (10,0530±0,01 mm) adalah
yang terbesar diantara semua ormula,
f
disusul oleh formula V (10,0470±0,01
mm), formula III (10,0435±0,01 mm), dan
formula I (10,0410±0,01 mm). Formula II
memiliki
diameter
tablet
terke
cil
(10,0400±0,01 mm). Terdapat perbedaan
diameter tablet yang tidak nyata antar
formula V dan formula IV; juga antar
formula V, III, I, dan II.
Pemeriksaan keseragaman bobot
menunjukkan bahwa formula I memiliki
bobot rata-rata sebesar 355,90±5,50 mg,
formula II sebesar 372,50±5,05 mg,
formula III sebesar 390,80±0.01 mg,
formula IV sebesar 412,40±4,70 mg, dan
formula V sebesar 436,09±7,50 mg. Hasil
pengukuran keseragaman bobot tablet dari
15

masing-masing formula telah memenuhi
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III
tahun 1979 yaitu untuk bobot arta-rata
tablet lebih dari 300 mg, dari dua puluh
tablet yang ditimbang satu persatu tidak
boleh lebih dari dua tablet yang masingmasing bobotnya menyimpang dari bobot
rata-ratanya lebih besar dari lima persen,
dan tidak satupun tablet yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari sepuluh persen.
Uji Anava untuk keseragaman
bobot dengan derajat kepercayaan sebesar
95 % menunjukkan F hitung (570,914) > F
tabel (2,470), maka disimpulkan terdapat
perbedaan bobot diantara kelima formula.
Formula V memiliki bobot terbe
rat
(436,09±7,50 mg), disusul oleh formula IV
(412,40±4,70
mg),
formula
III
(390,80±0,01 mg), dan formula II
(372,50±5,05 mg). Formula I (355,90±5,50
mg) memiliki bobot paling ringan. Semua
formula memiliki perbedaan yang terlihat
nyata dalam hal bobotnya.
Pemeriksaan
kekerasan
dan
kerapuhan tablet menunjukkan bahwa
formula I memiliki kekerasan ar ta-rata
114,25±14,70 N dengan kerapuhan ratarata sebesar 0,33±0,03 %, formula II
memiliki kekerasan rata-rata 103,30±10,00
N dengan kerapuhan rata-rata 0,14±0,01
%, formula III memiliki kekerasan rata-rata
57,60±16,30 N dengan kerapuhan rata-rata
0,25±0,04 %, formula IV memili
ki
kekerasan rata-rata 96,15±11,30 N dengan
kerapuhan
rata-rata
0,19±0,06
%,
sedangkan formula V memiliki kekerasan
rata-rata 99,00±21,40 N dengan kerapuhan
rata-rata adalah 0,29±0,02 %.
Uji Anava
untuk kerapuhan/
friabilitas dengan derajat kepercayaan
sebesar 95 % menunjukkan F hitung
(10,485) > F tabel (3,480), ma
ka
disimpulkan terdapat perbedaan nilai
friabilitas
diantara
kelima
fo
rmula.
Formula I ( 0,330,03 %) memiliki nilai
friabilitas tertinggi, disusul oleh formula V
(0,29±0,06 %), formula III (0,25±0,04 %),
dan formula IV (0,19±0,06 %). Formula II

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
sebesar 116,13±5,81 %. Keseragaman zat
aktif untuk masing-masing formula tidak
memenuhi persyaratan United States of
Pharmacopoeia XXIII (USP 23), dimana
kandungan zat aktifnya terletak antara 90,0
% sampai 110 %, kecuali formula I yang
kandungan
zat
aktifnya
sebesar
104,37±0,19 %, dan formula IV sebesar
103,32±2,56 %.
Uji Anava untuk keseragaman
kandungan zat aktif dengan der
ajat
kepercayaan sebesar 95 % menunjukkan F
hitung (8,608) > F tabel (5,190), maka
disimpulkan
terdapat
perbedaan
keseragaman kandungan zat aktif diantara
kelima formula.
Kadar zat aktif tertinggi dimiliki
oleh formula V (116,13±5,81 %), disusul
oleh formula III (114,40±0,01 %), formula
II (112,50±0,25 5), dan formul
a I
(104,37±0,19 %). Formula IV memiliki
kadar zat aktif paling rendah (103,32±2,56
5). Terdapat perbedaan nyata kadar zat
aktif
antara
formula
V
dan
III
dibandingkan dengan formula IV dan I.
Terdapat perbedaan tidak nyata kadar zat
aktif antar formula III dan V, antar formula
IV dan I. Formula II memiliki perbedaan
kadar zat aktif yang tidak nya
ta bila
dibandingkan dengan semua formula.

(0,14±0,01 %) adalah formula ang
y
memiliki nilai friabilitas paling rendah.
Terdapat perbedaan nilai friabilitas yang
tidak nyata antara formula II, formula IV,
dan formula; antara formula III dan IV,
serta antara formula II dan IV. Terdapat
perbedaan nilai friabilitas yang nyata
antara formula II dengan formula III,
dengan formula V dan formula I.
Uji Anava untuk uji kekerasan
tablet dengan derajat kepercayaan sebesar
95 % menunjukkan F hitung (39,426) > F
tabel (2,470), maka disimpulkan terdapat
perbedaan nilai kekerasan diantara kelima
formula. Formula I (114,25±14,70 N)
memiliki kekerasan yang tertinggi diantara
semua formula, disusul oleh formula II
(103,30±10,00 N), formula V (99,00±2,40
N), dan formula IV (96,15±11,30 N).
Formula III (57,60±16,30 N) ad
alah
formula yang memiliki kekerasan paling
rendah. Antar formula III dan formula I
memiliki perbedaan kekerasan yang nyata.
Antar formula IV, V, dan II memiliki
perbedaan kekerasan yang tidak nyata.
Pada pemeriksaan kandungan zat
aktif, terlihat bahwa formula I memiliki
kandungan
sebesar
104,37±0,19 %,
formula II sebesar 112,50±0,25 %, formula
III sebesar 114,40±0,01 %, formula IV
sebesar 103,32±2,56 %, dan formula V

Uji Disolusi
Gambar 4.1 Kurva Disolusi Tablet Lepas Lambat Kuinin Sulfat
Kurva Disolusi
120
100
80

P
ersenzatterlarut

60
40
20
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Waktu (jam)

16

Formula I

Formula II

Formula III

Formula V

Formula VI

Formula VII

Formula IV

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
Hasil
pengukuran
kadar
dengan
spektrofotometer
menunjukkan bahwa
Kuinin SO4 dalam larutan HCl 0,1 N
memberikan
panjang
gelombang
maksimum 250,40 nm.
Berdasarkan kriteria USP edisi
XXVI (general chapter Drug
release) untuk Kuinidin Sulfat disyaratkan
bahwa dalam waktu satu jam jumlah zat
aktif yang terlarut berada pada kisaran
20%-50%, dalam waktu empat jam pada
kisaran 43%-73%, dan pada waktu dua
belas jam jumlah zat aktif yang terlarut
harus tidak kurang dari 70%.
Bila dibandingkan dengan formula
tablet konvensionalnya, terlihat jelas
bahwa terdapat pengaruh penambahan
matriks etilselulosa terhadap laju disolusi.
Pada waktu 45 menit formula ta
blet
konvensional
(tanpa
etilselulo
sa)
melepaskan sebesar 94.34 % zat aktif,
sedangkan dalam waktu satu jam, kelima
formula tablet lepas lambat (mengandung
etilselulosa) melepaskan zat aktif sebesar
73,82±13,25
%
pada
formula
I;
55,45±2,59 % pada formula II; 55,36±6,41
% pada formula III; 69,58±1,53 % pada
formula IV; dan 35,36±4,63 % apda
formula V. Disimpulkan bahwa pada jam
pertama konsentrasi matriks etilselulosa N
10 berbanding lurus dengan lambatnya
pelepasan zat aktif (kecuali formula IV),
namun konsentrasinya masih kurang untuk
mencapai waktu pelepasan zat aktif yang
dikehendaki.
Untuk memastikan kesimpulan ini maka
dibuat lagi dua formula, yaitu formula VI
dan formula VII yang mengandung matriks
etilselulosa N 10 sebesar 35 % dan 45 %
masing-masingnya.
Analisis Anava pada Jam Pertama
Dengan
derajat
kepercayaan
sebesar 95%, terlihat bahwa F hitung
(229,692) > F tabel (2,370). Disimpulkan
terdapat perbedaan laju pelepasan zat aktif
pada tujuh formula yang dibuat.
Pada jam pertama, zat aktif yang paling
banyak melarut dimiliki oleh formula I
(73,82±13,25 %), disusul oleh formula IV
17

(69,58±1,53 %), formula II (55,45±2,59
%), formula III (55,36±6,41 %), formula
VI (37,44±2,83 %), dan formula V
(35,36±4,63 5). Zat aktif yang paling
sedikit melarut dimiliki oleh formula VII
(34,00±4,13 %). Terdapat perbe
daan
pelepasan zat aktif yang tidak nyata antar
formula VII, V, dan VI; juga ntara
a
formula III dan II. Terdapat perbedaan
pelepasan zat aktif yang terlihat nyata
antara formula I dengan formula IV.
Analisis Anava pada Jam Keempat
Dengan derajat kepercayaan sebesar 95%,
terlihat bahwa F hitung (80,599) > F tabel
(2,370), berarti terdapat perbedaan laju
pelepasan zat aktif pada tujuh formula
yang dibuat.
Pada jam keempat, zat aktif yang paling
banyak melarut dimiliki oleh formula II
(97,23±1,61%), formula (93,56±2,54 %),
formula III (91,94±0,94 %), formula V
(88,60±6,11 %), formula I (86,31±13,35
%), dan formula VI (68,59±4,77 %). Zat
aktif yang paling sedikit melarut dimiliki
oleh formula VII (68,78±9,25 5). Formula
dikelompokkan atas lima kelomp
ok.
Terdapat perbedaan nyata laju pelepasan
zat aktif antara kelompok satu (formula VI
dan formula VII), dengan formula I,
dengan formula III, dan dengan formula
IV. Formula IV memiliki perbedaan laju
pelepasan zat aktif yang tidak nyata dengan
formula III. Formula V memiliki laju
pelepasan zat aktif yang tidak nyata dengan
formula III dan formula I.
Analisis Anava pada Jam Keduabelas
Dengan
derajat
kepercayaan
sebesar 95%, terlihat bahwa F hitung
(15,361) > F tabel (2,370), disimpulkan
terdapat perbedaan laju pelepasan zat aktif
pada tujuh formula yang dibuat.
Pada jam keduabelas, zat aktif yang paling
banyak melarut dimiliki oleh formula II
(97,33±6,21 %), disusul oleh formula VI
(93,28±3,50 %), formula IV (93,17±3,86
%), formula VII (92,86±4,86 %), formula
III (88,29±3,20 5), dan formul
a V
(87,48±3,18 %). Formula I (87,46±10,14

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
%) adalah formula yang zat aktifnya paling
sedikit melarut. Laju pelepasan zat aktif
yang tidak memiliki perbedaan secara
nyata terlihat antar formula I, V, dan III,
yang dikelompokkan pada satu kolom.
Perbedaan yang tidak nyata ini juga terlihat
antar formula VII, IV, dan VI. Akan tetapi
terdapat perbedaan laju pelepasan yang
terlihat nyata antar formula ,I V, III,
dengan formula VII, IV, dan VI. Formula
II memiliki laju pelepasan zat aktif yang
terlihat nyata bila dibandingkan dengan
semua formula.

namun pelepasan zat aktifnya belum sama
dengan kriteria USP XXVI tentang tablet
extended release Kuinidin Sulfat. Pada
konsentrasi etilselulosa N10 sebesar 35%
(formula VI) dan 45% (formula VII), profil
pelepasan Zat aktif yang sama dengan
kriteria USP XXVI tentang tablet extended
release Kuinidin Sulfat sudah mulai
terlihat.
Disimpulkan bahwa semakin besar
konsentrasi etilselulosa N10 maka semakin
lambat pelepasan zat aktifnya.
Saran

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uji Anava, terlihat
bahwa Etilselulosa N10 yang digunakan
sebagai matriks pada sediaan lepas lambat
Kuinin Sulfat dapat memberikan perbedaan
terhadap laju pelepasan zat aktif pada lima
formula dengan konsentrasi etilselulosa
N10 antara satu persen hingga 25 persen,

Penelitian lanjut mengenai topik
yang sama perlu dilakukan, dan dilanjutkan
dengan uji secara in vivo untuk
melihat
pengaruh
mekanisme
farmakodinamik dan farmakokinetik tubuh
pada profil pelepasan zat aktif. Selain itu
metode pembuatan tablet menggunakan
cetak langsung dan granulasi kering perlu
dilakukan untuk melihat pengaruh proses
produksi pada profil pelepasan zat aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal AM, Neau SH, Bonate PL. 2003. Wet granulation fine particle ethylcellulose
tablets: effect of production variables and mathematical modeling of drug release.
AAPS PharmSci; 5(2): artikel 13.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah : Farida Ibrahim.
Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta. Halaman 287-291.
Bodmeier R, Chen H. 1989. Preparation and characterization of microspheres containing
the antiinflammatory agents, indomethacin, ibuprofen, and ketoprofen. J Control
Release. 10: 167-175.
Chambin, Odile. 2003. Effects of different cellulose derivatives on drug release mechanism
studied at a preformulation stage. Journal of Controlled Release at http://
www.ChemWeb.com. Akses tanggal 23 Maret 2004
Choulis, Nicolas H. Harry Papadopoulos. 1975. Timed-Release Tablets Containing
Quinine Sulfate. J Pharmaceutical Sciences. 64: 1033-1034.
Chowhan ZT. 1980. Role of binders in moisture-induced hardness increase in compressed
tablets and its effect on in vitro disintegration and dissolution. J Pharmaceutical
Sciences. 69:1-4.

18

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

IV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978. Formularium Nasional.Edisi II.
Deshpande, A.A., etc. 1996. Controlled Release Drug Delivery System for Prolonged
Gastric Residence: An Overview. Drug Development and Industrial Pharmacy. 22
(6): 531-537
Donbrow M, Friedman M. 1974. Permeability of films of ethylcellulose and PEG to
caffeine. J Pharm Pharmacol 26: 148-150.
Fukui A, Fujii R, Yonezawa Y, Sunada H. 2002. Analysis of the release process of
phenylpropanolamine hydrochloride from ethylcellulose matrix granules. Chem
Pharm Bull . 50 (11). 1439-42.
Hofmann FF, Pressman JH, et all.1983. Controlled entry of orally administerd drugs:
Phisiological considerations. Drug Devel Indust Pharm 9: 1077-1199.
Jalsenjak I, Nicoladiou CF, Nixon Jr. 1976. In vitro dissolution of phenobarbitone sodium
from ethylcellulose microcapsules. J Pharm Pharmacol. 28:912-914.
Katikaneni PR, Upadrastha SM, Neau SH, Mitra AK. 1995. Ethylcellulose matrix
controlled release tablets of a water soluble drug. Int. J. Pharm. 123:119-125.
Lachman, Leon. et all. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi II. Penerjemah:
Siti Suyatmi. UI Press: Jakarta.
Mutschler, Ernst.1999. Dinamika Obat. Edisi V. Penerjemah: Dr. Matilda B. Widianto, Dr.
Anna Setiadi Ranti. Penerbit ITB : Bandung. Halaman 673-676.
Pelczar, Michael J Jr. ECS Chan.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Edisi II. Penerjemah:
Ratna S.H. dkk. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. Halaman 777-779.
Roy, Louise. et all. 2002. Quinine pharmacokinetics in chronic haemodialysis patients.
British Journal of Clinical Pharmacology. 54 : 604.
Shargel, Leon. Andrew B.C. Yu. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan.
Penerjemah : Siti Sjamsiah. Airlangga University Press: Surabaya. Halaman 446459.
Shlieout G, Zessin G. 1996. Investigation of ethylcellulose as a matrix former and a new
method to regard and evaluate the compaction data. Drug. Dev. Ind. Pharm. 22:
313-319.
Tabandeh H, Seyed AM, Tina BG. 2003. Preparation of sustained release matrix tablets of
aspirin with ethylcellulose, eudragit RS100 and eudragit S100 and studying the
19

Farmaka, Vol.2 No. 2, Agustus 2004, 12-20
release profiles and their sensitivity to tablet hardness. Iranian Journal of
Pharmaceutical Research. 201-206.
United States Pharmacopeial Convention. 2002. The United States Pharmacopeia 26.
Twinbrook Parkway, Rockville, MD: United States Pharmacopeia Convention, Inc.
Wade Ainley. Paul J Weller. 1994. Handbooks of Pharmaceutical Exipients. Edisi II. The
Pharmaceutical Press: London. p 237-238.

20

Dokumen yang terkait

OPTIMASI KOMBINASI MATRIKS SODIUM KARBOKSIMETILSELULOSA DAN ETILSELULOSA UNTUK Optimasi Kombinasi Matriks Sodium Karboksimetilselulosa Dan Etilselulosa Untuk Formula Tablet Kaptopril Lepas Lambat Dengan Sistem Mucoadhesive.

0 1 12

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS NATRIUM CARBOXYMETIL CELLULOSE DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH.

0 1 24

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH.

0 0 26

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS HIDROKSIETIL SELULOSA DAN XANTHAN GUM DENGAN METODE GRANULASI BASAH.

0 1 24

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS NATRIUM KARBOKSIMETILSELULOSA DAN XANTHAN GUM DENGAN METODE GRANULASI BASAH.

0 1 20

OPTIMASI FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING DENGAN MATRIKS Optimasi Formula Tablet Kaptopril Lepas Lambat Sistem Floating Dengan Matriks Etilselulosa Dan Hidroksipropil Metilselulosa.

0 3 14

PENDAHULUAN Optimasi Formula Tablet Kaptopril Lepas Lambat Sistem Floating Dengan Matriks Etilselulosa Dan Hidroksipropil Metilselulosa.

2 10 8

OPTIMASI FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING DENGAN MATRIKS Optimasi Formula Tablet Kaptopril Lepas Lambat Sistem Floating Dengan Matriks Etilselulosa Dan Hidroksipropil Metilselulosa.

0 4 17

PROFIL PELEPASAN IN VITRO PROPANOLOL HCl DALAM TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MATRIKS ETIL SELULOSA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

0 0 18

PROFIL PELEPASAN IN VITRO IBUPROFEN DALAM BENTUK TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS GUAR GUM PADA BERBAGAI KONSENTRASI

0 0 16