tolak ukur subjektif dalam pemberian izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil di kota Bandung.

TOLAK UKUR SUBJEKTIF DALAM PEMBERIAN IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KOTA BANDUNG
Novia Permatasari
110110110177
ABSTRAK
Peraturan tentang perkawinan dan perceraian yang berlaku bagi warga negara pada umumnya diatur
dalam Undang-undang Perkawinan yang peraturan pelaksanannya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.9
Tahun 1976. Perkawinan serta perceraian bagi PNS diatur dalam peraturan tersendiri, yaitu dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS, Jo Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi. Dengan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No.
08/SE/1983 tanggal 20 April 1983. Hal ini didasarkan bahwa PNS wajib memberikan contoh yang baik kepada
bawahannya dan menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat, termasuk dalam
menyelenggarakan kehidupan berkeluarga. Namun pada kenyataannya menurut Kepala BKD kota Bandung setiap
tahunnya kasus perceraian di kota Bandung semakin meningkat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
tolak ukur pemberian izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil oleh pejabat berwenang di
pemerintah Kota Bandung. Selain itu, juga untuk mengetahui peranan pembinaan bagi Pegawai Negeri Sipil dalam
penegakan hukum izin perkawinan dan perceraian Pegawai Negeri Sipil di pemerintah Kota Bandung. Diharapkan
dapat diketahui hubungan timbal balik atau faktor-faktor-faktor yang saling memepengaruhi dari kedua hal tersebut di
atas guna menemukan alternatif pemecahan masalah yang tepat dan akurat untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian yang menggunakan data primer dan
data sekunder dengan melakukan penggalian data secara langsung dari narasumbernya. Penelitian ini juga didukung
dengan pendekatan normatif dengan cara menginventarisasi, mengkaji, meneliti bahan pustaka dengan mempelajari
dan menelaah teori-teori, konsep-konsep serta peraturan yang berkaitan dengan permasalahan. Hasil penelitian
akan dianalisis secara yuridis kualitatif dengan cara melakukan analisis data hasil studi literatur / kepustakaan dan
informasi-informasi hasil wawancara.
Dari hasil analisis menunjukan bahwa Pemberian izin perkawinan dan perceraian bagi PNS oleh pejabat
yang berwenang di pemerintah Kota Bandung, dilaksanakan oleh Walikota Bandung. Izin perkawinan dan perceraian
merupakan sebuah keputusan tata usaha negara, Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB, namun pada kenyataannya tolak ukur pemberian izin
perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil oleh pejabat yang berwenang di pemerintah kota Bandung
bersifat subjektif dikarenakan walaupun izin diberikan sudah seusai dengan prosedur yang diatur oleh peraturan
perundang-undangan namun keputusan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang adalah berdasarkan sebuah
diskresi dimana pejabat tersebut diberikan kebebasan untuk bertindak atas dasar pertimbangan pribadi hal ini
dikarenakan dalam peraturan yang ada belum sepenuhnya mengatur secara terperinci tentang dasar atau pedoman
pejabat dalam memberikan keputusan. Selanjutnya peranan pembinaan Pegawai Negeri Sipil di pemerintah kota
Bandung yaitu memiliki peran yang sangat besar, hal ini dikarenakan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil dituntut
untuk dapat taat dan patuh terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga seharusnya
Pegawai negeri sipil enggan untuk melakukan pelanggran dan paham betul baik hak maupun kewajiban dan
larangan yang melekat kepada para pegawai negeri sipil tersebut. Namun pada kenyataannya pembinaan bagi

pegawai negeri sipil masih dianggap belum optimal dikarenakan pembinaan pada pegawai negeri sipil masih belum
merata, terkadang sosialisasi hanya diberikan sampai pada tingkatan pimpinan saja, maka dari itu pada hakekatnya
para pimpinan atau pejabat memiliki kewajiban untuk membina bawahannya. Maka menurut pendapat penulis harus
terdapat tindakan yang perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh di masa yang akan datang, yaitu
pemerintah perlu selain mengefektifkan dan meningkatkan upaya-upaya yang tengah dilakukan saat ini dan
meningkatkan pengawasan dan pengendalian, menegakan disiplin, konsekuen mengoptimalkan penerapan sanksi
bagi mereka tanpa terkecuali yang secara nyata melanggar hukum dan meninjau kembali berbagai peraturan
khususnya tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil.

SUBJECTIVE BENCHMARK IN GRANTING PERMITS MARRIAGE AND DIVORCE FOR CIVIL
SERVANTS IN BANDUNG
Novia Permatasari B.
110110110177
ABSTRACT
Regulations on marriage and divorce that apply to citizens in general regulated in the Marriage
Law that its implementation regulations stipulated in Government Regulation No.9, 1976. The marriage
and divorce for civil servants is set in its own regulations, namely in Government Regulation No. 10 of
1983 on Permits of Marriage and Divorce For Civil Servants, Government Regulation No. 45 of 1990
concerning Amendment to Government Regulation No. 10 Year 1983 on Marriage and Divorce Permits
For. With Circular Letter of Head of State Personnel Administration Agency No. 08 / SE / 1983 dated 20

April 1983. It is based that civil servants are obliged to provide a good example to their subordinates and
be an example as a good citizen in the society, including in organizing family life. But in fact, according to
the head of BKD Bandung, divorce cases each year in the city increased. The purpose of this study was
to determine benchmark of granting marriage and divorce permit for Civil Servants by government
authorities in Bandung. In addition, it was also to determine the development role for Civil Servants in law
enforcement of Civil Servants marriage and divorce permit in Bandung government. Expected outputs to
be known were reciprocal relationship or the factors that influence each of the two things mentioned
above in order to find alternative solutions that precisely and accurately for improvement in the future.
This research was empirical juridical, research that used primary data and secondary data by
extracted data directly from interviewees. This research was also supported by the normative approach
by way of inventory, assess, and examine the library material by studying and examining the theories,
concepts and regulations relating to the cases. Results of the study would be analyzed juridical
qualitatively by performing data analysis results and information on the interviews.
From the results of the analysis showed that granting marriage and divorce permits for civil
servants by the competent authority in Bandung government, carried out by the Bandung Mayor.
Marriage and divorce permit is an administrative decision, Every decision and / or action is required by
the provisions of the legislation and AUPB, but in reality the benchmark of marriage and divorce permits
granting for Civil Servants by the competent authority is subjective because although permit has been
granted after the procedure stipulated by legislation but the decision given by the competent authority is
based on a discretionary where the official is given the freedom to act on the basis of personal

considerations this is because the existing legislation has not been fully set up details about the base or
official guidelines in giving a decision. Furthermore, the role of the Civil Service development in Bandung
government has a very large role, this is because in the development of the Civil Service are required to
obey and comply with all laws and regulations applicable to civil servants should be reluctant to commit
abuses and understand correct rights and obligations and restrictions attached to the civil servants. But in
fact development for civil servants still considered not optimal yet because development for civil servants
is still not evenly distributed, sometimes socialization is given only to the extent of leader level only, and
therefore intrinsically leaders or officials the ones that have an obligation to nurture subordinates. Then in
author opinion there must be contained actions that need to be considered seriously in the future, which
are the government needs to streamline and improve the efforts being made at this time and to improve
oversight and control, maintain discipline, consequently optimizing the application of sanctions for those
without exception that significantly violate the law and revisit the regulations, especially on marriage and
divorce permits for Civil Servants.