PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF GIVING PERMISSION TO LEARN FOR CIVIL SERVANTS IN BANDAR LAMPUNG DEPARTMENT OF HEALTH

By

IKO TIRTAMANA

Study Permit granting policies contained in Bandar Lampung Mayor Regulation Number 10 Year 2012 on Guidelines and Procedures for Candidate Selection Task Learning and Study Permit For Civil Servants in Government Environment Bandar Lampung, the policy guidance for the orderly administration of the civil service. The purpose of this study was to determine the permit granting process execution Learning and the factors that support the implementation of a barrier and granting permission for the Study of Civil Servants in Bandar Lampung City Health Office.

Type of approach used in this study is an empirical juridical. The data used in this study of primary data and secondary data. Methods of data collection in this study was done by library research and field study. The data were then processed by the data selection, examination of the data, classification data, and preparation of the data were then analyzed using qualitative descriptive analysis method.

From the results of research conducted on the implementation of the provision of the Civil Service Study Permit in Bandar Lampung City Health Office is not run in accordance with regulatory requirements. This was shown by the Civil Servants Medical Officer who left the official duties in conducting lectures, it is contrary to the provisions of Bandar Lampung Mayor Regulation Number 10 Year 2012 on Guidelines and Procedures for Candidate Selection Task Learning and Study Permit For Public Servants Environmental civil Government in Bandar Lampung.


(2)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBERIAN IZIN BELAJAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

IKO TIRTAMANA

Kebijakan pemberian Izin Belajar tertuang dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung, kebijakan tersebut guna tertib administrasi dalam pembinaan kepegawaian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pemberian Izin Belajar dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan pemberian Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Jenis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan cara seleksi data, pemeriksaan data, klasifikasi data, dan penyusunan data yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelaksanaan pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tidak berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Hal ini terlihat dengan adanya Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan yang meninggalkan tugas-tugas kedinasan dalam melaksanakan perkuliahannya, hal ini bertentangan dengan ketentuan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Liwa, Lampung Barat, pada tanggal 7 Agustus 1991, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Muhammad Hatta dan Ibu Siti Aisyah.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Liwa, Lampung Barat yang diselesaikan pada tahun 2003.

Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama menjadi mahasiswa penulis menjadi pengurus HIMAHAN (Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara) UNILA periode tahun 2011-2012. Pada tahun 2013 penulis melakukan penelitian bidang konsentrasi Hukum Administrasi Negara dengan judul “Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil

di Dinas Keesehatan Kota Bandar Lampung” dibawah bimbingan Bapak Charles


(7)

MOTTO

Bertakwalah pada Allah maka Allah akan mengajarimu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu


(8)

Persembahan

Dengan segala kerendahan hati,

kupersembahkan karya dari buah

perjuanganku dan doa Ayahandaku

tercinta Muhammad Hatta dan

Ibundaku tersayang Siti Aisyah.


(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Judul Skripsi yang penulis buat adalah “Pelaksanaaan Pemberian Izin Belajar di

Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung”. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kekurangan yang sangat penulis sadari. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membagun sangat diharapkan sebagai motivasi agar penulis menjadi lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung.


(10)

3. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. Selaku Sekretaris Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung.

4. Pembimbing I dan Pembimbing II, Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. dan Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah memberikan gagasan, bimbingan, masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Pembahas I dan Pembahas II, Bapak Nurul Fajri Oesman, S.H., M.H. dan Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. yang telah memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Sudirman Mechsan, S.H., M.H. dan Dr. Maroni, S.H., M.H. yang telah berkenan memberikan kuliah terbimbing.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung terima kasih atas ilmu bidang hukum yang telah diberikan selama perkuliahan.

8. Bapak Budi Ardiyanto, S.Kom. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai.

9. Bapak Muzanni Ali, S.E., dan Ibu Eni Dhartati, S.Pd., Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai.

10. Ayahanda tercinta Muhammad Hatta dan Ibunda tercinta Siti Aisyah untuk setiap tetes keringat, air mata pengorbanan dan selalu berusaha untuk keberhasilanku. Terima kasih atas doa dan kasih sayang yang tidak pernah hilang, telah menjadi tauladan, serta dorongannya selama pengerjaan skripsi ini, and thanks for the gen.

11. Kakak dan adik-adik ku, Muhammad Dahlan, Reri Legatama, Efri Wiranata,


(11)

Muhammad Eldy Syahferi terima kasih untuk doa, senyum kasih sayang, dan dukungannya yang selalu menyemangati di setiap langkahku, kalian segalanya bagi ku.

12. Keponakan ku tersayang Muhammad Ferdian Renaldi, Damian Zabilandri dan Kenzo Zabilandri, terima kasih telah hadir dan memberikan senyuman untuk hidup ku.

13. Keluarga Besar Muhammad Hatta dan Siti Aisyah terima kasih untuk dukungan selama ini.

14. Untuk Fianizsa Isramianda terkasih dan keluarga, terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.

15. Untuk sahabat ku Tryas Yusva, Edi Kurniawan, Ari Doyok, Ari Kobum, Muhammad Sidiq, Ahmad Saifullah, Priyo Anggoro, Arya, Dio, Hafidz, Sendi, Rizky, Tommy, Rusi, Rusli, Ruli terima kasih atas semangat yang kalian berikan selama ini.

16. Teman se-angkatan 2009 Ozi, Ditto, Deddy, Tile, Gilang, Yasir, Ardian, Dono, Aris, Harry, Naditha, Nirma, Amri, Byon, Arif, Bambang, Ais, Dafson, Ridza, Chandra, Radit, Putra, Billy, Yudho, Rey, Yuki, David, Iroq, Depri dan seluruh keluarga besar 2009 lainnya yang berjuang bersama dalam suka duka.

17. Teman KKN Tanjung, Komang, Eka, Cory, Yulinda, Bobby, Ferhat, Rizky, Cici, Nuri. Serta Warga Pekon Karang Anyar, terima kasih atas semua pelajaran hidup yang sangat berharga yang telah diberikan.


(12)

18. Adik-adik, keluarga, sekaligus teman yang saya banggakan angkatan 2010, 2011, 2012 yang memberikan dukungan teknis dan moril selama penulis berada di almamater tercinta.

19. Untuk seluruh pegawai kampus Om Marlan dan Om Misyo yang membantu baik spirit dan moril.

20. Untuk Emak, Bapak, Mang Bob, Aa’, Cici terima kasih atas kopi, teh,

bumbu, mecin dan tinta selama ini.

21. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 22 Juli 2013 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

1.2.1 Permasalahan Penelitian ... 8

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pegawai Negeri Sipil ... 10

2.1.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil ... 10

2.1.2 Unsur-unsur Pegawai Negeri Sipil ... 11

2.1.3 Jenis Pegawai Negeri Sipil ... 14

2.1.4 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil ... 16

2.1.5 Kewajiban Pegawai negeri Sipil ... 17

2.1.6 Hak Pegawai Negeri Sipil ... 20

2.2 Pelaksanaan ... 21

2.2.1 Pengertian Pelaksanaan ... 21

2.3 Izin... 22

2.3.1 Pengertian Izin ... 22

2.4 Belajar ... 23

2.4.1 Pengertian Belajar ... 23

2.4.2 Ciri-ciri Belajar ... 24

2.5 Dasar Hukum dan Tujuan Izin Belajar ... 24

2.5.1 Dasar Hukum Izin Belajar ... 24


(14)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah ... 26

3.2 Sumber Data ... 26

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 27

3.4 Prosedur Pengelolaan Data ... 28

3.5 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 29

4.1.1 Sejarah Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 29

4.1.2 Struktur dan Tugas Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 31

4.1.3 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 40

4.1.4 Perkembangan Izin Belajar di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 41

4.2 Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 43

4.2.1 Kewenangan Kebijakan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung ... 44

4.2.2 Syarat-syarat Izin Belajar ... 46

4.2.3 Mekanisme Pengajuan Izin Belajar ... 48

4.3 Faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas KesehatanKota Bandar Lampung ... 52

4.3.1 Faktor Penghambat ... 52

4.3.2 Faktor Pendukung ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan sejarah Indonesia, khususnya pada era Orde Baru terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia. Bentuk permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan, di mana titik berat kekuasaan berada pada tangan penguasa birokrasi pemerintah yang mengakibatkan rakyat sebagai unsur utama demokrasi tidak mempunyai peran yang dapat mengontrol birokrasi pemerintah secara maksimal. Kekuasaan ini disalahgunakan oleh penguasa Orde Baru untuk menguasai struktur birokrasi pemerintahan dengan konsep monoloyalitas. Semua pejabat termasuk pegawai dari berbagai lini dan layer mempunyai jabatan dan kewajiban rangkap memihak kepentingan golongan yang berkuasa. Keadaan seperti ini membuat sistem sentralisasi pemerintahan menjadi kuat. Konsep monoloyalitas ini berdampak terhadap penataan kepegawaian atau sumber daya aparatur pemerintah. Dibentuknya organisasi tunggal Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) menunjukan bahwa tidak ada alternatif lain bagi semua pegawai pemerintah kecuali hanya untuk memihak kepada golongan politik yang memerintah. Penataan kepegawaian menjadi semakin jauh kompetensinya dari yang seharusnya dipunyai oleh aparatur pemerintah yang menjalankan tugas untuk melayani masyarakat.


(16)

2

Menurut Aristoteles, suatu negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan kedaulatan hukum. Pemerintahan yang berkonstitusi yaitu Pemerintahan yang dilaksanakan untuk kepentingan umum, pemerintahan yang dilaksanakan menurut hukum berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, dan pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan-tekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotik.1

Pada era reformasi ini, upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berwibawa telah menjadi prioritas utama bagi rakyat dan pemerintahan Indonesia. Peristiwa dramatis yang membawa kondisi perekonomian Indonesia terpuruk telah menjadikan awal timbulnya kesadaran akan mekanisme birokrasi dan menjadi tonggak kesadaran pemerintah untuk menata sistem pemerintahan yang baik sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, di bidang pemerintahan telah terjadi perubahan yang mendasar. Salah satu perubahan itu adalah (democratic and good governance) yaitu, perwujudan tata pemerintahan yang demokratis dan baik. Salah satu unsur penyelenggaraan pemerintahan yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya reformasi itu adalah penataan aparatur pemerintah.

Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai alat pemerintah (aparatur pemerintah) memiliki keberadaan yang sentral dalam membawa komponen kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah guna terealisasinya tujuan nasional. Komponen tersebut terakumulasi dalam bentuk pendistribusian tugas, fungsi, dan kewajiban PNS. Dengan adanya peregeseran paradigma dalam


(17)

3

pelayanan publik, secara otomatis hal tersebut akan menciptakan perubahan sistem dalam hukum kepegawaian dengan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban, dari PNS meliputi penataan kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem, dan penataan manajemen kepegawaian.

Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur sebagai pilar utama penyelenggaraan pemerintahan menghadapi tantangan untuk dapat mengembangkan sistem perencanaan SDM aparatur pemerintah sesuai hasil penataan struktur dan perangkat kelembagaan daerah. Konsekuensinya adalah pembentukan disiplin, etika, dan moral di tingkat pelaksana yaitu PNS yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan tuntutan terhadap perwujudan aparatur pemerintah yang bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), dan lebih profesional.2

Dari data Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung pada tahun 2013, tingkat pendidikan PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung memiliki tingkat pendidikan, baik SMA, Diploma-III, Strata-1, Strata-2. Berjumlah 104 orang dengan tingkat pendidikan setingkat SMA (15 orang), Diploma-III (21 orang), Strata-1 (43 orang), Strata-2 (25 orang).

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa masih ada PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang berpendidikan rendah. Maka hal inilah yang telah mendorong PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, guna mengembangkan karirnya serta


(18)

4

meningkatkan kualitas kerjanyasehingga PNS tersebut menjadi lebih profesional dan mampu bersaing di era globalisasi ini.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 merupakan bagian dari penataan manajemen kepegawaian yang seragam melalui penetapan norma, standar, dan prosedur yang jelas dalam pelaksanaan manajemen kepegawaian. Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan dapat diciptakan kualitas PNS yang seragam di seluruh Indonesia.Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 menegaskan PNS adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.3

Kedudukan dan peranan dari PNS dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab PNS merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional, perananan dari PNS diistilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun, the man behind the gun, yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang menggunakan senjata itu. Senjatayang modern tidak berarti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.4

3 Lihat Pasal 1 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.


(19)

5

Upaya pengembangan kualitas merupakan suatu keharusan dalam pemerintahan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pekerjaaannnya. Permasalahan yang terjadi dalam struktur birokrasi Indonesia adalah rendahnya kualitas PNS dan kurang memiliki daya saing dalam menghadapi era globalisasi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas PNS yaitu, dengan melanjutkan

pendidikan. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional memberikan pengertian bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.5 Artinya pendidikan sangatlah penting dan juga berlaku bagi PNS dalam mengembangkan kualitas dan kinerjanya.

Selanjutnya dalam, Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian menegaskan bahwa untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu keahlian, kemampuan, dan keterampilan.6

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Lingkungan Kementrian Kesehatan. Izin belajar adalah pemberian izin oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada PNS untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi atas

5 Lihat Pasal 01 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. 6 Lihat Pasal 31 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.


(20)

6

kemauan sendiri, dengan biaya sendiri yang di selenggarakan di luar jam kerja dan tidak mengganggu tugas kedinasan.7

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007 memberikan pengertian Izin Belajar adalah Izin yang diberikan kepada PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung untuk mengikuti suatu pendidikan formal tertentu yang berkaitan atau sesuai dengan Tupoksi yang bersangkutan, dengan biaya pendidikan ditanggung oleh PNS yang bersangkutan atau mendapat bantuan beasiswa dari pihak ketiga (Sponsor), serta pelaksanaannya tidak mengganggu jam kerja.8

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 memberikan pengertian Izin Belajar adalah Izin yang diberikan kepada PNS di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mengikuti suatu pendidikan formal tertentu yang berkaitan atau sesuai dengan Tupoksi yang bersangkutan, dengan biaya pendidikan ditanggung oleh PNS yang bersangkutan atau mendapat bantuan beasiswa dari pihak ketiga (Sponsor), serta pelaksanaannya tidak mengganggu jam kerja.9

Kualitas atau profesionalisme penyelenggaraan izin belajar merupakan tuntutan yang harus segera direspon, profesionalisme penyelenggaraan izin belajar secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas sumber daya aparatur suatu instansi. Oleh karena itu, upaya-upaya konstruktif dalam mengembangkan sumber daya aparatur

7 Lihat Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2012. 8 Lihat Pasal 1 Peraturan Gubernur Lampung No. 08 Tahun 2007. 9 Lihat Pasal 1 Peraturan Walikota Bandar lampung No. 10 Tahun 2012.


(21)

7

harus dilakukan secara terencana, konsisten, dan berkelanjutan. Dengan demikian, harapan akan tersedianya aparatur pemerintah yang profesional dapat tercapai.

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai instansi pelaksana memiliki peranan penting dalam pemberian izin belajar dan tugas belajar kepada PNS yang melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi, yakni harus lebih meneliti keterkaitan antara kebutuhan pendidikan yang diminati dengan tugas pokok yang dimiliki instansi yang bersangkutan.

Hal ini tercantum dalam Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 802/303/SJ tanggal 09 Januari 1990 hal Petunjuk Pemberian Izin Belajar PNS poin 3.b. yang menyatakan dalam pemberian Izin Belajar untuk mengikuti pendidikan harus dipertimbangkan keterkaitan dan kebutuhan pendidikan yang ditempuh dengan tugas pokok instansi yang bersangkutan.

Sebagai gambaran Tahun 2013, PNS di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang sedang melaksanakan izin belajar, dengan jumlah keseluruhan yakni 11 orang.10PNS yang mengajukan izin belajar dan melaksanakan perkuliahan di luar domisili menyebabkan PNS meninggalkan pekerjaan karena jarak Perguruan Tinggi yang diminati dandomisilinya berjauhan, sehingga yang bersangkutan meninggalkan kewajiban sebagai PNS di jam kerja.

Implementasi kebijakan pemberian izin belajar terkesan masih belum optimal dan belum memperhatikan aspek kebutuhan kepegawaian secara utuh, hal tersebut diperlihatkan dengan pemberian izin yang selama ini masih banyak terdapat kelemahan, seperti PNS yang melanjutkan pendidikan pada perguruan tinggi


(22)

8

meninggalkan tugas-tugas kedinasan,hal ini bertentangan dengan Pasal 9 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Sehubungan dengan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam suatu tulisan ilmiah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi dengan mengambil judul : “Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung”.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalahnya dapat ditetapkan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung?

b. Faktor-faktorapa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Adapun kajian dalam penelitian ini mengenai Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar dan Faktor-faktor apa sajakah yang


(23)

9

menjadi penghambat dan pendukung Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Penelitian ini melibatkan PNS di Instansi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Instansi terkait pemberian izin belajar.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah tujuan penelitian adalah :

a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. UntukMengetahuiFaktor-faktorapa sajakah yang menjadi penghambat dan pendukung PelaksanaanPemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan kedepannya menjadi salah satu sumbangan pemikiran dan informasi mengenaiPelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan Praktis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegawai Negeri Sipil

2.1.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil, Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “Pegawai” berarti “orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya)

sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi PNS adalah orang yang

bekerja pada pemerintah atau Negara.1

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 memberikan pengertian PNS adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kraneburg memberikan pengertian dari PNS yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk mereka yang memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden, dan sebagainya. Logemann denganmenggunakan kriteria yang bersifat materiil mencermati hubungan antar

11 W.J.S Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 478.


(25)

11

Negara dengan Pegawai Negeri sebagai setiap tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan negara.

2.1.2 Unsur-unsur Pegawai Negeri Sipil

Adapun unsur-unsur dari pegawai negeri,2yaitu sebagai berikut:

1) Warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat menurut peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundangan yang mengatur tentang syarat-syarat yang dituntut bagi setiap (calon) Pegawai Negeri untuk dapat diangkat oleh pejabat yang berwenang adalah Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000, yang meliputi:

a. Warga Negara Indonesia. Pembuktian bahwa seseorang itu adalah warga negara Indonesia harus melampirkan akta kelahiran dan fotokopi KTP yang masih berlaku.

b. Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun dan minimal 35 (tiga puluh lima) tahun dibuktikan dengan akta kelahiran dan fotokopi KTP yang masih berlaku.

c. Tidak pernah dihukum atas keputusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

d. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat dalam sesuatu instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta.

e. Tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri atau Calon Pegawai Negeri Sipil.

12 Sastra Djatmika dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 95.


(26)

12

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang diperlukan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang sesuai dengan formasi yang akan diisi.

g. Berkelakuan baik (berdasarkan keterangan yang berwajib). h. Berbadan sehat (berdasarkan keterangan dokter).

i. Sehat jasmani dan rohani.

j. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Indonesia atau negara lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

k. Syarat lainnya yang ditentukan dalam persyaratan jabatan. 2) Diangkat oleh pejabat yang berwenang.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 menegaskan bahwa pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentukan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada dasarnya kewenangan untuk mengangkat Pegawai Negeri berada ditangan presiden sebagai kepala eksekutif, namun untuk (sampai) tingkat kedudukan (pangkat) tertentu, presiden dapat mendegelasikan kewenangan kepada pejabat lain dilingkungannya masing-masing. Kewenangan pengangkatan dan pendegelasian tersebut diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 09 Tahun 2003.

3) Diserahi tugas dalam jabatan negeri.

Pegawai negeri yang diangkat dapat diserahi tugas, baik berupa tugas dalam suatu jabatan negeri maupun tugas negara lainnya. Ada perbedaan tugas negeri dan negara lainnya. Dimaksudkan dengan tugas dalam jabatan negeri apabila yang


(27)

13

dimaksudkan diberi jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk didalamnya adalah jabatan dalam kesekretariatan lembaga negara serta kepaniteraan di pengadilan-pengadilan, sedangkan tugas negara lainnya adalah jabatan diluar bidang eksekutif seperti hakim-hakim pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Di sini terlihat bahwa pejabat yudikatif di level pengadilan negeri dan tinggi adalah pegawai negeri, sedangkan hakim agung dan mahkamah (agung dan konstitusi) adalah pejabat negara.

4) Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gaji adalah balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja Pegawai Negeri yang bersangkutan. Sebagai imbal jasa dari pemerintah kepada pegawai yang telah mengabdikam dirinya untuk melaksanakan sebagaian tugas pemerintahan dan pembangunan, perlu diberikan gaji yang layak baginya. Dengan ada gaji yang layak secara relatif akan menjamin kelangsungan pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan, sebab pegawai negeri tidak lagi dibebani dengan pemikiran akan masa depan yang layak dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga bisa bekerja dengan professional sesuai dengan sesuai dengan tuntunan kerjanya.

Pengaturan mengenai gaji PNS mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977tentang Peraturan Gaji PNS sebaimana telah Sembilan kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007. Selain pemberian gaji pokok, pegawai negeri juga diberikan kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji istimewa. Kenaikan gaji istimewa hanya dapat diberikan kepada PNS yang telah


(28)

14

nyata-nyata menjadi teladan bagi lingkungan kerjanya. Maksud dari pemberian kenaikan gaji istimewa adalah mendorong PNS untuk bekerja lebih baik. Kenaikan gaji istimewa hanya berlaku dalam pangkat yang dijabat oleh PNS yang bersangkutan pada saat pemberian kenaikan gaji istimewa itu, atau dengan perkataan lain, apabila PNS yang bersangkutan telah naik pangkat kenaikan gaji berkalanya ditetapkan sebagaimana biasa.

2.1.3 Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai jenis PNS didasarkan pada Pasal 2 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999Pegawai Negeri dibagi menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil,

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia, dan

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tidak menyebutkan apa yang dimaksud dengan pengertian masing-masing bagiannya, namun disini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan PNS adalah pegawai negeri bukan Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.


(29)

15

Berdasarkan penjabaran diatas, PNS merupakan bagian dari pegawai negeri yang merupakan aparatur negara. Menurut UU No. 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2) Pegawai Negeri dibagi menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintahan Nondepartemen, Kesekertariat Lembaga Negara, Instansi Vertikal di Daerah Provinsi Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas Negara lainnya.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksudkan dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan diluar instansi induknya.

Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan diluar instansi induk, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.3

Di samping pegawai negeri sebagaimana yang disebutkan pada Pasal 2 ayat (1), pejabat yang berwenang dapat pengangkat pegawai tidak tetap. Yang dimaksud dengan pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat dalam jangka

13 Penjelasan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.


(30)

16

waktutertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis professional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai tidak tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.4Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai luar PNS dan pegawai lainnya (tenaga kerja). Penamaan pegawai tidak tetap merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBD/APBN dalam penggajiannya.5

2.1.4 Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang - Undang No. 43 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1), yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur yang bertugas untuk memeberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu menyelenggarakan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.6

Pegawai negeri mempunyai peranan yang amat penting sebab pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menjalankan pemerintahan dan

14 Penjelasan Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

15 Sri Hartini dan Setiajeng kadarsih, 2004, Diklat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, hlm. 26.

16 C.S.T Kansil, 1979, Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm, 38.


(31)

17

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara. Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama sekali tergantung pada kesempurnaan aparatur negara yang pada pokoknya tergantung juga kesempurnaan dari pegawai negeri (sebagai dari aparatur negara).

Dalam konteks hukum publik, PNS bertugas membantu presiden sebagai kepala pemerintahan dalam menyelenggarakan pemerintahan, tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan, dalam arti kata wajib mengusahakan agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh masyarakat. Di dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan pada umumnya, pegawai negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya. Sebagai abdi negara seorang pegawai negeri juga wajib dan setia kepada pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, kepada Undang-Undang Dasar 1945, kepada negara, dan kepada pemerintah.

2.1.5 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Undang - Undang No. 43 Tahun 1999 ditetapkan bahwa kewajiban Pegawai Negeri Sebagai Berikut :

a. Wajib setia, dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 4).

b. Wajib menaati segala peraturan perndangan-perundangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab (Pasal 5).


(32)

18

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang (Pasal 6).

Kewajiban PNS adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra Djatmika, kewajiban pegawai negeri dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan.

2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu tugas dalam jabatan.

3. Kewajiban-kewajiban lain.7

Untuk menjunjung tinggi kedudukan PNS, diperlukan elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan, ketaatan, pengabdian, kesadaran, tanggung jawab, jujur, tertib, bersemangat dengan memegang rahasia negara dan melaksanakan tugas kedinasan.

a. Kesetiaan berarti tekad dan sikap batin serta kesanggupan untuk mewujudkan dan mengamalkan pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

b. Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk menaati segala perarturan perundang-undangan dan peraturan (kedinasan) yang berlaku serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan.

17 Sastra Djatmika dan Marsono, 1995, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 103.


(33)

19

c. Pengabdian merupakan kedudukan dan peranan pegawai negeri Republik Indonesia dalam hubungan formal baik dengan Negara maupun dengan masyarakat.

d. Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat akan dirinya.

e. Jujur berarti lurus hati; tidak curang dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya.

f. Menjunjung tinggi berarti memuliakan dan menghargai dan menaati martabat dan kehormatan bangsa

g. Cermat berarti teliti dan sepenuh hati. h. Tertib berarti menaati peraturan dengan baik.

i. Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang untuk bekerja keras dengan tekad yang bulat dalam melaksankan tugas dalam rngka pencapaian tujuan.

j. Rahasia berarti sesuatu yang tersembunyi hanya dapat diketahui oleh seseorang ataupun beberapa orang.

k. Tugas kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan tehadap bagian pekerjaan umum yang mengurus sesuatu pekerjaan tertentu.


(34)

20

2.1.6 Hak Pegawai Negeri Sipil

Menurut Herzberg, setiap manusia memerlukan dua kebutuhan dasar, yaitu:

1. Kebutuhan menghindari dari rasa sakit dan kebutuhan mempertahankan kebutuhan hidup.

2. Kebutuhan untuk tumbuh, kembang, dan belajar.8

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 ditetapkan bahwa hak Pegawai Negeri Sipil Sebagai Berikut :

a. Setiap PNS berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuaidengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya, gaji yang diterima oleh pegawai negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya (Pasal 7).

b. Setiap PNS berhak atas cuti (Pasal 8).

c. Setiap PNS yang ditimpa oleh kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya berhak memperoleh perawatan, PNS yang menderitacacatjasmani atau rohani dalam dan kareana menjalankan tugasnya dalam kedinasan yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga berhak memperoleh tunjangan, PNS yang tewas keluarganya berhak memperoleh uang duka (Pasal 9).

d. Setiap PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun (Pasal 10).

18 Burhanudin A. Tayibnapis, 1986, Administrasi Kepegawaian; Suatu tinjauan Analitik, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm. 348–350.


(35)

21

2.2 Pelaksanaan

2.2.1 Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan menurut Kamus besar Bahasa Indonesia adalah Proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).9 Secara etimologi pengertian pelaksanaan atau implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa Undang-Undang, Peraturan pemerintah, Keputusan Peradilan dan Kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.

Pandangan Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi atau pelaksanaan merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok, badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalm suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warga negaranya.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi atau pelaksanaan kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu :

a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. b. Adanya aktivitas/kegiatan pencapaian tujuan. c. Adanya hasil kegiatan.

19 W.J.S Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 518.


(36)

22

2.3 Izin

2.3.1 Pengertian Izin

Membicarakan pengertian izin pada dasarnya mencakup suatu pengertian yang sangat kompleks yaitu berupa hal yang membolehkan seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang rnenurut peraturan perundang-undangan harus memiliki izin. terlebih dahulu, maka akan dapat diketahui dasar hukum dari izinnya tersebut.

Menurut Prajudi Admosudirjo, mengatakan bahwa “izin adalah suatu penetapan yang merupakan dispensasi daripada suatu larangan oleh undang-undang”.10Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi : “Dilarang tanpa izin memasuki areal/lokasi ini”. Selanjutnya larangan tersebut diikuti dengan rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut, disertai dengan penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada pejabatpejabat administrasi negara yang bersangkutan.

Menurut Utrecht “Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara yangditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi

negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin”.11

20 Prajudi Admosudirjo, 1998, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 94.

21 Bachsan Mustafa, 2001,Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 80.


(37)

23

Kata perizinan kita peroleh atau kita dengar dan sepintas lalu kata perizinan mengandung arti yang sederhana yaitu pemberian izin terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan, namun bila kita telusuri lebih jauh mengenai pengertian perizinan itu tidaklah semudah apa yang kita sebutkan tadi. Lalu apa sebenarnya perizinan tersebut.

Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan maksudnya dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikat, penentuan kuota dan izin untuk melaksanakan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan.

2.4 Belajar

2.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia “Belajar” adalah usaha untuk

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.12

Menurut Drs. Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan

lingkungannya”.13

22 W.J.S Poerwadarminta, 1986, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 23 Djamarah, Syaiful Bahri, 1999,Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 22.


(38)

24

2.4.2 Ciri-ciri Belajar

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

2.5 Dasar Hukum dan Tujuan Izin Belajar 2.5.1 Dasar Hukum Izin Belajar

1. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 892/808/SJ tanggal 9 Januari 1990 perihal Petunjuk Pemberian Izin belajar PNS.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar di Lingkungan Kementrian Kesehatan.

3. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi PNS di Lingkungan Pemerintahan Provinsi lampung.

4. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(39)

25

2.5.2 Tujuan Izin Belajar

Tujuan izin belajar dalam peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut :

Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2012 menegaskan Pemberian Izin Belajar dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan profesionalisme PNS di llingkungan Kementrian Kesehatan sebagai upaya meningkatkan pemberdayaan dan penyediaan sumber daya manusia yang bermutu dalam jumlah jenis yang sesuai dengan kebutuhan.14

Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 08 Tahun 2007 menegaskan Pemberian Izin Belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap profesionalisme aparatur dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.15

Pasal 8 Ayat (2)Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2012 menegaskan Pemberian Izin Belajar bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap profesionalisme aparatur dalam rangkapelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.16

24 Lihat Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2012.

25 Lihat Pasal 2 ayat (1) Peraturan Gubernur Lampung No. 08 Tahun 2007. 26 Lihat Pasal 8 ayat (2) Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 10 Tahun 2012.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam permasalahan ini adalah yuridis empiris, yaitu pendekatan yang tidak hanya dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung dilapangan, berdasarkan fakta yang ada dan menelaah, mengutip, dan mempelajari ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan dan literatur yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

3.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer data sekunder. Data sekunder adalah data yang di peroleh secara langsung melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka terhadap bahan hukum yang terdiri dari :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang digunakan penulis


(41)

27

dalam penelitian ini antara lain adalah Perwali No. 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang bersumber dari ilmu hukum dan tulisan-tulisan hukum lainnya. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku ilmu pengetahuan hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar PNS.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, jurnal penelitian, dan internet.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan untuk memperoleh data, maka penulis mengadakan studi lapangan dengan teknik wawancara dengan Bapak Budi Ardiyanto, S.kom. selaku Staff Bagian Umum & Kepegawaian di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dan Ibu Eni Dhartati, S.Pd. selaku Kepala Bagian Pengembangan Pegawai di Badan


(42)

28

Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung dan PNS terkait pelaksanaan pemberian izin belajar.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer, sekunder, dan data tersier dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapan data apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti.

c. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data menurut pokok permasalahan agar memudahkan dalam menjelaskan data-data yang sudah terkumpul. d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai

hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat


(43)

29

terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari permasalahan tersebut.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagi berikut :

1. Proses Pelaksanaan kebijakan pemberian Izin Belajar bagi PNS di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampungtidak berjalan sesuai ketentuan yang berlaku, dikarenakan di lapangan masih ada penyimpangan oleh PNS yang melanjutkan pendidikan, seperti belum memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut sebelum yang bersangkutan melaksanakan/ melanjutkan pendidikan.

2. Masih terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pemberian Izin Belajar, antara lain faktor penghambat, diantaranya yaitu tidak lengkapnya hal-hal yang diatur dalam kebijakan pemberian Izin Belajar, sistem pengawasan yang masih rendah, tidak adanya komitmen dari Pimpinan Satuan Kerja, dan kurangnya kesadaran / kepedulian PNS Izin Belajar. Sedangkan faktor pendukungnya antara lain yaitu mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, didukung oleh sumber daya yang memadai, pengaturan pengambilan keputusan yang jelas, sistem administrasi yang cepat dan motivasi lingkungan.


(45)

60

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapatdisarankan beberapa hal sebagai masukan bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung antara lain:

1. BKD Kota Bandar Lampung bersama BidangHukum Sekretariat Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan revisiterhadap Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.Pasal 15 tentangpersyaratan Izin Belajar denganmenambahkan beberapa pointpersyaratan untuk mendapatkan IzinBelajar, diantaranya point yang mengaturtentang kesesuaian Program Studi dan Unit Kerja, batas waktu pemberian IzinBelajar, serta point yang menegaskan bahwa seorang PNS yang inginmelanjutkan pendidikan ke jenjang yanglebih tinggi harus terlebih dahulumelengkapi persyaratan administrasisebelum pelaksanan Ijin Belajar sebelummelaksanakan perkuliahan.

2. BKD Kota Bandar Lampung hendaknyamengadakan sosialisasi

membahastentang kebijakan pemberian program Izin Belajar dengancara mengundang Pimpinan Satuan Kerja.Dalam pertemuan tersebut BKD Kota Bandar Lampung menjelaskan tupoksi Pimpinan Satuan Kerja dalam program Izin Belajar dan menegaskan kepada Pimpinan Satuan Kerja harus melaksanakanseleksi secara internal bagi PNS yang ingin mengajukan program Izin Belajar,antara lain melaksanakan penilaianterhadap kompetensi, disiplin, danmotivasi PNS yang akan mengajukanpermohonan pada program Izin Belajar.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

A, Burhanudin, dan Tayibnapis, (1986). Administrasi Kepegawaian; Suatu tinjauan Analitik. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Djamarah, dan Bahri, Syaiful, (1999). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Djatmika, Sastra, dan Marsono, (1995). Hukum Kepegawaian di Indonesia.

Jakarta : Djambatan

Hartini, Sri, Kadarsih, Setiajeng, dan Sudrajat, Tedi (2007). Hukum Kepegawaian Indonesia. Jakarta :Sinar Grafika.

Hartini, Sri, dan Kadarsih, Setianjeng (2004). Diklat Hukum Kepegawaian. Purwokerto : Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman.

HR, Ridwan, (1994). Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia. Kansil, C.S.T, (1979). Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia.

Jakarta : Pradnya Paramitha.

Muchsan, (1982). Hukum Kepegawaian. Jakarta : Bina Aksara.

Mustafa, Bachsan, (2001). Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia.

Bandung : Citra Aditya Bakti.

Poerwadarminta, W.J.S, (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 43, 1999. Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Undang-Undang Nomor 20, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


(47)

Peraturan Pemerintah Nomor 98, 2000.Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2003.Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2007.Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20, 2011.Tentang Penyelenggaraan Program Studi di Luar Domisili Perguruan Tinggi.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43, 2012. Tentang Pelaksanaan Pemberian Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementrian Kesehatan.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 03, 2011, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Peraturan GubernurLampung Nomor 08, 2007.Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 05, 2012, Tentang Fungsi dan Tugas Pokok Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10, 2012.Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.


(1)

Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung dan PNS terkait pelaksanaan pemberian izin belajar.

3.4 Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer, sekunder, dan data tersier dilakukan pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Seleksi data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dibahas.

b. Pemeriksaan data, yaitu meneliti kembali data yang diperoleh mengenai kelengkapan data apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang akan di teliti.

c. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data menurut pokok permasalahan agar memudahkan dalam menjelaskan data-data yang sudah terkumpul. d. Penyusunan data, yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai

hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan.

3.5 Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasikan data dan memaparkan dalam bentuk kalimat untuk menjawab permasalahan pada bab-bab selanjutnya dan melalui pembahasan tersebut diharapkan permasalahan tersebut dapat


(2)

29

terjawab sehingga memudahkan untuk ditarik kesimpulan dan saran dari permasalahan tersebut.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagi berikut :

1. Proses Pelaksanaan kebijakan pemberian Izin Belajar bagi PNS di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampungtidak berjalan sesuai ketentuan yang berlaku, dikarenakan di lapangan masih ada penyimpangan oleh PNS yang melanjutkan pendidikan, seperti belum memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut sebelum yang bersangkutan melaksanakan/ melanjutkan pendidikan.

2. Masih terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan pemberian Izin Belajar, antara lain faktor penghambat, diantaranya yaitu tidak lengkapnya hal-hal yang diatur dalam kebijakan pemberian Izin Belajar, sistem pengawasan yang masih rendah, tidak adanya komitmen dari Pimpinan Satuan Kerja, dan kurangnya kesadaran / kepedulian PNS Izin Belajar. Sedangkan faktor pendukungnya antara lain yaitu mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas, didukung oleh sumber daya yang memadai, pengaturan pengambilan keputusan yang jelas, sistem administrasi yang cepat dan motivasi lingkungan.


(4)

60

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapatdisarankan beberapa hal sebagai masukan bagi Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandar Lampung antara lain:

1. BKD Kota Bandar Lampung bersama BidangHukum Sekretariat Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan revisiterhadap Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.Pasal 15 tentangpersyaratan Izin Belajar denganmenambahkan beberapa pointpersyaratan untuk mendapatkan IzinBelajar, diantaranya point yang mengaturtentang kesesuaian Program Studi dan Unit Kerja, batas waktu pemberian IzinBelajar, serta point yang menegaskan bahwa seorang PNS yang inginmelanjutkan pendidikan ke jenjang yanglebih tinggi harus terlebih dahulumelengkapi persyaratan administrasisebelum pelaksanan Ijin Belajar sebelummelaksanakan perkuliahan.

2. BKD Kota Bandar Lampung hendaknyamengadakan sosialisasi membahastentang kebijakan pemberian program Izin Belajar dengancara mengundang Pimpinan Satuan Kerja.Dalam pertemuan tersebut BKD Kota Bandar Lampung menjelaskan tupoksi Pimpinan Satuan Kerja dalam program Izin Belajar dan menegaskan kepada Pimpinan Satuan Kerja harus melaksanakanseleksi secara internal bagi PNS yang ingin mengajukan program Izin Belajar,antara lain melaksanakan penilaianterhadap kompetensi, disiplin, danmotivasi PNS yang akan mengajukanpermohonan pada program Izin Belajar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

A, Burhanudin, dan Tayibnapis, (1986). Administrasi Kepegawaian; Suatu tinjauan Analitik. Jakarta : Pradnya Paramitha.

Djamarah, dan Bahri, Syaiful, (1999). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Djatmika, Sastra, dan Marsono, (1995). Hukum Kepegawaian di Indonesia.

Jakarta : Djambatan

Hartini, Sri, Kadarsih, Setiajeng, dan Sudrajat, Tedi (2007). Hukum Kepegawaian Indonesia. Jakarta :Sinar Grafika.

Hartini, Sri, dan Kadarsih, Setianjeng (2004). Diklat Hukum Kepegawaian. Purwokerto : Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman.

HR, Ridwan, (1994). Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia. Kansil, C.S.T, (1979). Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia.

Jakarta : Pradnya Paramitha.

Muchsan, (1982). Hukum Kepegawaian. Jakarta : Bina Aksara.

Mustafa, Bachsan, (2001). Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Poerwadarminta, W.J.S, (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 43, 1999. Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-Undang Nomor 20, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 32, 2004.Tentang Pemerintah Daerah.


(6)

Peraturan Pemerintah Nomor 98, 2000.Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2003.Tentang Wewenang Pengangkatan,

Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 09, 2007.Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20, 2011.Tentang Penyelenggaraan Program Studi di Luar Domisili Perguruan Tinggi. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43, 2012. Tentang Pelaksanaan Pemberian

Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementrian Kesehatan.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 03, 2011, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

Peraturan GubernurLampung Nomor 08, 2007.Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 05, 2012, Tentang Fungsi dan Tugas Pokok Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 10, 2012.Tentang Pedoman dan Tata Cara Seleksi Calon Peserta Tugas Belajar dan Izin Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung.