HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MINERAL MIKRO (ZAT BESI DAN ZINC) DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SD NEGERI Hubungan Antara Asupan Mineral Mikro (Zat Besi Dan Zinc) Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Siswa SD Negeri Pabelan 01 Kartasura

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MINERAL MIKRO (ZAT BESI DAN

ZINC

) DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SD NEGERI

PABELAN 01 KOTA KARTASURA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

Oleh :

SITI ROHMAH MAISYAROH J 310 090 053

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014


(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Hubungan antara Asupan Mineral Mikro (Zat Besi dan Zinc) dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Siswa Sd Negeri Pabelan 01 Kota Kartasura

Nama Mahasiswa : Siti Rohmah Maisyaroh

Nomor Induk Mahasiswa : J 310 090 053

Telah Dibaca dan Disetujui oleh pembimbing Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Tanggal 14 april 2014

Surakarta, April 2014 Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Sarbini, SST., M.Kes Wahyuni, SKM., M. Kes

NIK. 747 NIK. 808

Mengetahui Ketua Program Studi Gizi

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Setyaningrum Rahmawaty, A., M.Kes., Ph.D. NIK. 744


(3)

iii

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MINERAL MIKRO (ZAT BESI DAN ZINC) DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SD NEGERI PABELAN 01 KARTASURA

Siti Rohmah Maisyaroh

Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lack of iron and zinc nutrition including problems of nutrition in Indonesia. If iron deficiency experienced by children in school will cause less blood (anemia). Zinc deficiency will bring changes in multiple organ systems such as the central nervous system, respiratory tract, reproductive system, and defense functions. Physical activity is also one of the factors that can affect the growth and development of children result in weight regulation also affects the nutritional status.

To determine the Analyzing the relationship between the intake of micro minerals (iron and zinc) and physical activity and nutritional status at the Elementary School students Pabelan 01 Kartasura.

The research was an observational with cross-sectional method. Samples taken are student Class III, IV and V were 53 people with a total sampling technique. The results were analyzed by statistical tests Pearson product moment correlation.

The results indicated that Students with normal nutritional status as much as 64.2%, the average iron intake was 88.7% in the low category, the average zinc intake of 81.1% in the low category, and the average physical activity 83% in the moderate category. Based on the results of statistical tests there is no association between iron intake and nutritional status (p = 0.107), no correlation between zinc intake and nutritional status (p = 0.004), and there is a relationship between physical activity and nutritional status (p = 0.016).

There was no significant association between iron intake and nutritional status, there is a correlation between zinc intake and physical activity and nutritional status in children at 01 elementary students Pabelan Kartasura State.

Keywords : Iron, Zinc, Physical Activity, Nutritional Status. Bibliography : 38 : 1998-2013


(4)

1

PENDAHULUAN

Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia yang dimulai sejak janin dalam kandungan sampai tua nanti. Menginjak usia 6 tahun anak sudah mulai menentukan pilihan makanannya sendiri, tidak seperti saat balita lagi yang sepenuhnya tergantung pada orang tua (Devi, 2012).

Gizi yang baik atau gizi buruk yang dialami seorang anak sekolah merupakan pilihan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan anak sekolah. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satunya yang sangat essensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi (Devi, 2012).

Kekurangan zat gizi besi dan

zinc termasuk masalah gizi di Indonesia. Jika kekurangan zat besi dialami oleh anak sekolah maka akan menyebabkan kurang darah (anemia). Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia dan 36% diantaranya adalah anak sekolah (Arisman, 2009).

Defisiensi besi dan zinc sering terjadi pada populasi gizi kurang (Donald, 2000). Terutama pada negara-negara berkembang dengan tingkat ekonomi masih lemah. Defisiensi besi berpengaruh pada pertumbuhan anak. Salah satu akibatnya adalah lemahnya peningkatan berat badan yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizinya (Lonnerdal, 1998).

Internationa Conference of Zinc and Human Health (2000) memperkirakan sekitar 48% populasi dunia mempunyai resiko terjadi defisiensi zinc. Ada beberapa bukti yang nyata bahwa defisiensi zinc juga mempengaruhi perkembangan kognitif, motorik dan perilaku anak (Gibney, et al.,2008).

Aktivitas fisik penting bagi kesehatan anak-anak dan remaja untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan berat badan (Salmon,dkk, 2007). Golongan anak cenderung mempunyai banyak aktivitas diluar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7-9 tahun (Notoadmodjo, 2003).


(5)

2 Hasil penelitian Reski (2013)

disimpulkan bahwa asupan mineral seperti zat besi dan zinc

semua responden termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Terdapat hubungan antara asupan zinc dengan status gizi, sedangkan untuk zat besi tidak terdapat hubungan dengan status gizi. Hasil penelitian Sevanya (2012) disimpulkan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan status gizi pada kelompok anak SMP.

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan September tahun 2013 di SD Negeri Pabelan 01 kota Kartasura menunjukkan sebanyak 36 % memiliki status tidak normal yaitu siswa dalam kategori gemuk 8%, dalam kategori obesitas 8%, dalam kategori kurus 12% dan dalam kategori sangat kurus 12%, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara asupan mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD Negeri Pabelan 01 kota Kartasura.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa SD Negeri Pabelan 01 kota Kartasura.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat observasional menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai April 2014. Populasi dari penelitian ini semua siswa kelas III, IV, dan V di SD Negeri Pabelan 01 Kota Kartasura sebanyak 53 siswa.

Subjek yang diteliti adalah siswa SD Negeri Pabelan 01 Kota Kartasura yang memenuhi criteria inklusi siswa bersedia menjadi responden, aktif olahraga, dan kriteria eksklusi, siswa tersebut pindah, sakit saat pengambilan data.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji

Kolmogorof Smirnov, menunjukkan semua data berdistribusi normal


(6)

3 maka digunakan uji statistik

Korelasi Pearson Product Moment.

HASIL PENELITIAN A. Karaktersitik Subjek

Subjek yang terlibat pada penelitian ini adalah siswa Kelas III, IV, dan V siswa SD N Pabelan 01 Kota Kartasura.

1. Jenis Kelamin

Karakteristik subjek berdasarkan Jenis Kelamin diketahui bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan 52,8% dari keseluruhan subjek dalam penelitian.

2. Umur dan IMT

Karakteristik subjek berdasarkan Umur dalam penelitian ini berusia 8 sampai 14 tahun. Umur minimal subjek 8 tahun, umur maksimal subjek 13,6 tahun dengan rata-rata umur 10,1 ± 1,4 tahun. Pengukuran status gizi menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Nilai IMT minimal subjek 11,7 IMT maksimal subjek 26,7 dengan rata-rata IMT subjek yaitu 16,48 ± 3,12 (status gizi normal). Sebagian

besar subjek penelitian memiliki nilai IMT dalam kategori normal sebesar 64,2%

3. Asupan Zat Besi

Karakteristik subjek berdasarkan asupan zat besi dalam penelitian ini rata-rata 6,54 ± 3,37 mg. Sebagian besar subjek penelitian memiliki frekuensi asupan zat besi kategori kurang yaitu sebanyak 88,7%.

4. Asupan Zinc

Karakteristik subjek berdasarkan asupan zinc dalam penelitian ini rata-rata 5,91 ± 2,36 mg. Sebagian besar subjek penelitian memiliki frekuensi asupan zinc kategori kurang yaitu sebanyak 81,1%.

5. Aktivitas Fisik

Karakteristik subjek berdasarkan masa kerja diketahui bahwa tenaga kerja wanita yang masa kerjanya rendah sebanyak (94,3 %) lebih banyak dibandingkan yang masa kerjanya sedang sebanyak (5,7 %).


(7)

4

B. ANALISIS HUBUNGAN

1. Hubungan antara Asupan Zat Besi dengan Status Gizi

Hasil analisis hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Hubungan Antara Asupan Zat Besi dengan Status Gizi Asupan

Zat Besi

Status Gizi Jumlah P

Sangat kurus

Kurus normal Lebih obes

Kurang (%) 0 0 7 14,9 31 66 6 12,8 3 6,4 47 100 0,107 Cukup (%) 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 Lebih (%) 0 0 1 20 3 60 0 0 1 20 5 100

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi gemuk dengan zat besi kurang yaitu sebesar 12,8%, status gizi normal dengan asupan zat besi kurang yaitu sebesar 66,0% dan status gizi kurus dengan asupan zat besi kurang yaitu sebesar 14,9%.

Status gizi normal dan gemuk diperoleh bukan hanya dari asupan zat besi saja, tetapi dari asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi

yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral (Devi, 2012).

Berdasarkan hasil yang telah diuji diketahui bahwa p value sebesar 0,107 yang berarti tidak ada hubungan antara hubungan asupan zat besi dengan status gizi siswa pada SD N 01 Pabelan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Reski (2013) tentang hubungan asupan energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat gizi (kalsium, zat besi, zinc, vitamin C, natrium dan magnesium) dengan status gizi diketahui bahwa tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi.

2. Hubungan antara Asupan

Zinc dengan Status Gizi

Hasil analisis hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 2.


(8)

5 Tabel 2

Hubungan Antara Asupan Zat Zinc dengan Status Gizi Asupan

Zat Zinc

Status Gizi Jumlah P

Sangat kurus

Kurus normal Lebih obes

Kurang (%)

1 2,4

7 16,7

28 66,7

5 11,9

1 2, 4

42 100

0,004

Cukup (%)

01 0

1 1,9

6 54,5

1 1,9

3 27,3

11 100

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi normal dengan asupan

zinc kurang yaitu sebesar 66,7% status gizi gemuk dengan asupan kurang yaitu sebesar 11,9% dan status gizi kurus dengan asupan zinc

kurang yaitu sebesar 16,7%. Status gizi normal dan gemuk diperoleh bukan hanya dari asupan zinc saja, tetapi dari asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral (Devi, 2012). Anak yang gizi buruk mengalami penurunan konsentrasi serum zinc dan

zinc yang rendah pada hati dan otot. Defisiensi zinc dapat mengganggu pertumbuhan anak menjadi gizi buruk dan meningkatkan risiko diare dan infeksi saluran nafas (Nasution, 2004).

Berdasarkan hasil yang telah diuji diketahui bahwa p value sebesar 0,004 yang berarti ada hubungan antara hubungan asupan zinc

dengan status gizi siswa pada SD N Pabelan 01. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Reski (2013) tentang hubungan asupan energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat gizi (kalsium, zat besi, zinc, vitamin C, natrium dan magnesium) dengan status gizi diketahui bahwa ada hubungan antara asupan zinc dengan status gizi.

3. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Hasil analisis hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 3.


(9)

6 Tabel 3

Hubungan Antara Asupan Zat Besi dengan Status Gizi

Aktivitas Fisik

Status Gizi Jumlah P

Sangat kurus

Kurus normal Lebih obes

Kurang (%) 1 14,3 2 28,6 3 42,9 0 0 1 14,3 7 100 0,016 Sedang (%) 0 0 5 11,4 31 70,5 6 13,6 2 4,5 44 100 Lebih (%) 0 0 1 50 0 0 0 0 1 50 2 100

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi normal dengan aktivitas fisik sedang yaitu sebesar 70,5% dan status gizi gemuk dengan aktivitas fisik sedang yaitu sebesar 13,6%.

Berdasarkan hasil yang telah diuji diketahui bahwa p value sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi siswa pada SD N Pabelan 01. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sevanya (2012) tentang hubungan aktivitas fisik dan screen time dengan status gizi diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi.

Olahraga atau latihan sering diidentifikasikan

sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktivitas fisik yang teratur dalam jangka dan intensitas tertentu (Soeharto, 2004). Aktivitas fisik penting bagi kesehatan anak-anak dan remaja untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan berat badan.

Adanya peningkatan prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas pada masa kanak-kanak, maka ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi kejadian kelebihan berat badan dan obesitas (Salmon,dkk, 2007). Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih (Hidayati dkk, 2010).


(10)

7

4. KETERBATASAN PENELITIAN

Tidak dianalisis data pendukung seperti

data

sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan lingkungan subjek sehingga tidak diketahui pengaruh faktor lain terhadap status gizi.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar siswa SD N Pabelan 01 Kartasura mempunyai status gizi normal yaitu 64,2%.

2. Rata-rata asupan zat besi subjek masuk dalam kategori kurang sebesar 88,7%.

3. Rata-rata asupan zinc subjek masuk dalam kategori kurang sebesar 81,1%.

4. Rata-rata aktivitas fisik subjek masuk dalam kategori sedang cukup tinggi yaitu sebesar 83%. 5. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi.

6. Ada hubungan antara asupan

zinc dengan status gizi.

7. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi.

SARAN

1. Bagi Sekolah

Untuk pihak sekolah dapat mengambil informasi dalam meningkatkan asupan mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktivitas fisik siswa melalui mata pelajaran dan memotivasi siswa untuk mengkonsumsi

zat-zat makanan yang

mengandung gizi seimbang. 2. Bagi Penelitian Lanjut

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor-faktor lain seperti data sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan lingkungan subjek.


(11)

8

DAFTAR PUSTAKA

Adisapoetra. 2005. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Status Kegemukan pada Kohort Anak Tahun 2011 di Kota Bogor.

Tesis Fakultas

Masyarakat. UI

Agoes, D., Poppy, M. 2003.

Mencegah dan M engatasi Kegemukan Pada Balita Puspa Suara Jakarta.

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2009. ”Prinsip Dasar

Ilmu Gizi”. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Kedokteran EOC. Jakarta.

_______. 2010. Gizi Dalam daur Kehidupan. EGC. Jakarta

Depkes R.I. 2006. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan. Devi, N. 2012. “Gizi Anak

Sekolah”. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Donald A. Vitamins and minerals in pediatrics. In : Wharton B. Protein Energy Malnutrition. Nutrition and Child Health. London : Harcourt Publishers Limited; 2000.p. 89-91.

Gibney, M.J., dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.

Hidayati, S., Irwan, R. dan Hidayat, B. 2010. Obesitas pada Anak. (Online), (http://www.pediatrik.co m/buletin/06224113652-048qwc.pdf, diakses 15 februari 2012)

Hutagalung, M. 2009. Artikel Pendidikan : Karakteristik Siswa SD. http://xpresiriau.com. Diakses tanggal 2 juni 2012.

Johnson B, Nelson J. 2004.

Practical Measurements for Evaluation in Physical Education. Macmillan Publishing Company. New York Judarwanto, W. 2006. Antipasi

Pelaku Makan Anak Sekolah. Diakses 10 Oktober 2007. http// www.gizi.net

Khomsan, A. 2002. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kowalski KC, Crocker PRE, Donen RM. The Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) and Adolescent (PAQ-A) Manual. [serial online] 2004 [cited 2013 March 24];5-7p. Available from: URL: HYPERLINK

http://www.dapatoolkit.m rc.ac.uk/document/en/P AQ/PAQ_manual.pdf Kurnia, P dkk., 2010. Efek

Fortifikasi Fe dan Zn Pada Biskuit yang


(12)

9 Diolah Dari Kombinasi

Tempe dan Bekatul Untuk Meningkatkan Kadar Albumin Anak Balita Kurang Gizi dan Anemia. Volume 5 Nomor 2 edisi oktober 2010. Surakarta. [diakses pada 10 Januari 2013].

Lambert NJF, Aggoun Yacine, Marchand LM, Martin XE, Herrmann FR, Beghetti Maurice. Physical Activity Reduces Systemic Blood Pressure and Improves Early Markers of Atherosclerosis in Pre-Pubertal Obese Children. Journal of the American College of Cardiology 2009; 54:25. Lesmana, Indra, dan Syahmirza.

2001. Prinsip Dasar Cidera Olahraga. FIKFIS UIEO. Jakarta.

Lonnerdal B. iron-Zinc-Cooper Interaction. Micronutrien Interaction : Impact on Child Health and Nutrition. Washington: The USAID/FAO: 1998. P.3-10.

Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2. Papas Sinar Sinanti. Jakarta. Nasution E. Efek Suplementasi

Zinc dan Besi Pada Pertumbuhan Anak. Sumatra Utara: Bagian

Gizi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara; 2004. p. 1-5. Sarah salim halaman 12.

Notoadmodjo, 2003. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Bineka Cipta. Jakarta. Piliang WG, Djojosoebagio Al Haj

S. 2006. Fisiologi Nutrisi

Volume 2. Bogor: IPB Press.

Poerwanto, H. (2005).

Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Pustaka Pelajar. Jogyakarta.

Reski, A. 2013. Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status Gizi Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar Sulawesi Selatan Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makasar.

Riskesdas. 2010. Prevalensi Status Gizi Umur 6-15 Tahun (IMT/U). Badan

Penelitian dan

Pengembangan

Kesehatan. Kementerian Kesehatan. Jakarta. Riyadi, H. 2006. Gizi dan

Kesehatan Keluarga. Jakarta : Universitas Terbuka.

Salmon, J., Booth, M., Phongsavan, P., Murphy, N., Timperio, DA . 2007. Promoting Physical Aktivity Participation among Children and Adolescents. Centre for Physical Activity and Nutrition Research, School of Exercise and Nutrition Sciences,


(13)

10 Deakin University, 221

Burwood Highway, Burwood, VIC 3125. Australia.

Santoso, SPJP. 2007.

Penatalaksanaan Awal Jantung Berdasarkan Paradigma Sehat. http://www.idi.or.id (12 Agustus 2007).

Sevanya, T. 2012. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Screen Time Dengan Status Gizi Pada Siswa-Siswa Smp Kristen Eben Haezar 2 Manado. Program Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Sharkey, Bryan.J. 2003.

Kebugaran dan Kesehatan. Cetakan pertama. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. PT. Raja Grafindo, Jakarta. Sjostrom M et al. 2005. Pengkajian

Aktivitas Fisik. Jakarta. Soeharto, I. 2004. Serangan

Jantung dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolesterol.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suharjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Supariasa. 2002. “Penilaian Status Gizi”. EGC. Jakarta. U.S. Department of Health and

Human Services. 2005.

The science of energy balance.

http://science.education. nih.gov/supplements/nih

4/energy/guide/ info-energy-balance.htm. [27 September 2007].

Widyakarya Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi. Jakarta. LIPI


(1)

5

Tabel 2

Hubungan Antara Asupan Zat Zinc dengan Status Gizi

Asupan Zat Zinc

Status Gizi Jumlah P

Sangat kurus

Kurus normal Lebih obes

Kurang (%)

1 2,4

7 16,7

28 66,7

5 11,9

1 2, 4

42 100

0,004

Cukup (%)

01 0

1 1,9

6 54,5

1 1,9

3 27,3

11 100

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi normal dengan asupan zinc kurang yaitu sebesar 66,7% status gizi gemuk dengan asupan kurang yaitu sebesar 11,9% dan status gizi kurus dengan asupan zinc kurang yaitu sebesar 16,7%. Status gizi normal dan gemuk diperoleh bukan hanya dari asupan zinc saja, tetapi dari asupan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Zat gizi yang dibutuhkan anak adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral (Devi, 2012). Anak yang gizi buruk mengalami penurunan konsentrasi serum zinc dan

zinc yang rendah pada hati dan otot. Defisiensi zinc dapat mengganggu pertumbuhan anak menjadi gizi buruk dan meningkatkan risiko diare dan infeksi saluran nafas (Nasution, 2004).

Berdasarkan hasil yang telah diuji diketahui bahwa p value sebesar 0,004 yang berarti ada hubungan antara hubungan asupan zinc dengan status gizi siswa pada SD N Pabelan 01. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Reski (2013) tentang hubungan asupan energi (karbohidrat, protein dan lemak) dan zat gizi (kalsium, zat besi, zinc, vitamin C, natrium dan magnesium) dengan status gizi diketahui bahwa ada hubungan antara asupan zinc dengan status gizi.

3. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Hasil analisis hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 3.


(2)

6

Tabel 3

Hubungan Antara Asupan Zat Besi dengan Status Gizi

Aktivitas Fisik

Status Gizi Jumlah P

Sangat kurus

Kurus normal Lebih obes

Kurang (%)

1 14,3

2 28,6

3 42,9

0 0

1 14,3

7 100

0,016

Sedang (%)

0 0

5 11,4

31 70,5

6 13,6

2 4,5

44 100 Lebih

(%) 0 0

1 50

0 0

0 0

1 50

2 100

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki status gizi normal dengan aktivitas fisik sedang yaitu sebesar 70,5% dan status gizi gemuk dengan aktivitas fisik sedang yaitu sebesar 13,6%.

Berdasarkan hasil yang telah diuji diketahui bahwa p value sebesar 0,016 yang berarti ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi siswa pada SD N Pabelan 01. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sevanya (2012) tentang hubungan aktivitas fisik dan screen time dengan status gizi diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi.

Olahraga atau latihan sering diidentifikasikan

sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktivitas fisik yang teratur dalam jangka dan intensitas tertentu (Soeharto, 2004). Aktivitas fisik penting bagi kesehatan anak-anak dan remaja untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik juga mempunyai pengaruh dalam pengaturan berat badan.

Adanya peningkatan prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas pada masa kanak-kanak, maka ada kebutuhan mendesak untuk melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi kejadian kelebihan berat badan dan obesitas (Salmon,dkk, 2007). Perubahan gaya hidup mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak dan kolesterol, dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menimbulkan masalah gizi lebih (Hidayati dkk, 2010).


(3)

7 4. KETERBATASAN

PENELITIAN

Tidak dianalisis data pendukung seperti

data

sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan lingkungan subjek sehingga tidak diketahui pengaruh faktor lain terhadap status gizi.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar siswa SD N Pabelan 01 Kartasura mempunyai status gizi normal yaitu 64,2%.

2. Rata-rata asupan zat besi subjek masuk dalam kategori kurang sebesar 88,7%.

3. Rata-rata asupan zinc subjek masuk dalam kategori kurang sebesar 81,1%.

4. Rata-rata aktivitas fisik subjek masuk dalam kategori sedang cukup tinggi yaitu sebesar 83%. 5. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi.

6. Ada hubungan antara asupan zinc dengan status gizi.

7. Ada hubungan antara aktifitas fisik dengan status gizi.

SARAN

1. Bagi Sekolah

Untuk pihak sekolah dapat mengambil informasi dalam meningkatkan asupan mineral mikro (zat besi dan zinc) dan aktivitas fisik siswa melalui mata pelajaran dan memotivasi siswa untuk mengkonsumsi

zat-zat makanan yang

mengandung gizi seimbang. 2. Bagi Penelitian Lanjut

Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor-faktor lain seperti data sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan lingkungan subjek.


(4)

8 DAFTAR PUSTAKA

Adisapoetra. 2005. Hubungan Antara Aktivitas Fisik

dengan Status

Kegemukan pada

Kohort Anak Tahun

2011 di Kota Bogor. Tesis Fakultas Masyarakat. UI

Agoes, D., Poppy, M. 2003.

Mencegah dan M

engatasi Kegemukan

Pada Balita Puspa

Suara Jakarta.

Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar

Ilmu Gizi. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

__________. 2009. ”Prinsip Dasar

Ilmu Gizi”. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur

Kehidupan. Penerbit

Kedokteran EOC. Jakarta.

_______. 2010. Gizi Dalam daur Kehidupan. EGC. Jakarta

Depkes R.I. 2006. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa

Indonesia. Keputusan

Menteri Kesehatan. Devi, N. 2012. “Gizi Anak

Sekolah”. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Donald A. Vitamins and minerals in pediatrics. In : Wharton B. Protein Energy Malnutrition. Nutrition and Child Health. London : Harcourt Publishers Limited; 2000.p. 89-91.

Gibney, M.J., dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.

Hidayati, S., Irwan, R. dan Hidayat, B. 2010. Obesitas pada

Anak. (Online),

(http://www.pediatrik.co m/buletin/06224113652-048qwc.pdf, diakses 15 februari 2012)

Hutagalung, M. 2009. Artikel

Pendidikan :

Karakteristik Siswa SD. http://xpresiriau.com. Diakses tanggal 2 juni 2012.

Johnson B, Nelson J. 2004. Practical Measurements

for Evaluation in

Physical Education.

Macmillan Publishing Company. New York Judarwanto, W. 2006. Antipasi

Pelaku Makan Anak

Sekolah. Diakses 10 Oktober 2007. http// www.gizi.net

Khomsan, A. 2002. Pangan dan gizi untuk kesehatan. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kowalski KC, Crocker PRE, Donen

RM. The Physical

Activity Questionnaire

for Older Children

(PAQ-C) and Adolescent

(PAQ-A) Manual. [serial online] 2004 [cited 2013 March 24];5-7p. Available from: URL: HYPERLINK

http://www.dapatoolkit.m rc.ac.uk/document/en/P AQ/PAQ_manual.pdf Kurnia, P dkk., 2010. Efek

Fortifikasi Fe dan Zn Pada Biskuit yang


(5)

9 Diolah Dari Kombinasi

Tempe dan Bekatul Untuk Meningkatkan Kadar Albumin Anak Balita Kurang Gizi dan Anemia. Volume 5 Nomor 2 edisi oktober 2010. Surakarta. [diakses pada 10 Januari 2013].

Lambert NJF, Aggoun Yacine, Marchand LM, Martin XE, Herrmann FR, Beghetti Maurice. Physical Activity Reduces Systemic Blood Pressure and Improves Early Markers of Atherosclerosis in Pre-Pubertal Obese Children. Journal of the

American College of

Cardiology 2009; 54:25. Lesmana, Indra, dan Syahmirza.

2001. Prinsip Dasar Cidera Olahraga. FIKFIS UIEO. Jakarta.

Lonnerdal B. iron-Zinc-Cooper Interaction. Micronutrien Interaction : Impact on Child Health and Nutrition. Washington: The USAID/FAO: 1998. P.3-10.

Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2. Papas Sinar Sinanti. Jakarta. Nasution E. Efek Suplementasi

Zinc dan Besi Pada Pertumbuhan Anak. Sumatra Utara: Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara; 2004. p. 1-5. Sarah salim halaman 12.

Notoadmodjo, 2003.

Prinsip-prinsip dasar ilmu

kesehatan masyarakat. Bineka Cipta. Jakarta. Piliang WG, Djojosoebagio Al Haj

S. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 2. Bogor: IPB Press.

Poerwanto, H. (2005).

Kebudayaan dan

Lingkungan dalam

Perspektif Antropologi.

Pustaka Pelajar. Jogyakarta.

Reski, A. 2013. Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi

Dengan Status Gizi

Santri Putri Yayasan

Pondok Pesantren

Hidayatullah Makassar

Sulawesi Selatan Tahun 2013. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Hasanuddin Makasar.

Riskesdas. 2010. Prevalensi Status Gizi Umur 6-15 Tahun (IMT/U). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Kementerian Kesehatan. Jakarta. Riyadi, H. 2006. Gizi dan

Kesehatan Keluarga.

Jakarta : Universitas Terbuka.

Salmon, J., Booth, M., Phongsavan, P., Murphy, N., Timperio, DA . 2007. Promoting

Physical Aktivity

Participation among

Children and

Adolescents. Centre for Physical Activity and Nutrition Research, School of Exercise and Nutrition Sciences,


(6)

10 Deakin University, 221

Burwood Highway, Burwood, VIC 3125. Australia.

Santoso, SPJP. 2007. Penatalaksanaan Awal

Jantung Berdasarkan

Paradigma Sehat.

http://www.idi.or.id (12 Agustus 2007).

Sevanya, T. 2012. Hubungan Antara Aktivitas Fisik

Dan Screen Time

Dengan Status Gizi

Pada Siswa-Siswa Smp Kristen Eben Haezar 2

Manado. Program

Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Sharkey, Bryan.J. 2003.

Kebugaran dan

Kesehatan. Cetakan

pertama. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

. 2011. Kebugaran

dan Kesehatan. PT.

Raja Grafindo, Jakarta. Sjostrom M et al. 2005. Pengkajian

Aktivitas Fisik. Jakarta. Soeharto, I. 2004. Serangan

Jantung dan Stroke

Hubungannya Dengan

Lemak dan Kolesterol. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suharjo, 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta.

Supariasa. 2002. “Penilaian Status

Gizi”. EGC. Jakarta. U.S. Department of Health and

Human Services. 2005. The science of energy balance.

http://science.education. nih.gov/supplements/nih

4/energy/guide/ info-energy-balance.htm. [27 September 2007].

Widyakarya Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan

Pangan dan Gizi.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI SISWA-SISWI Hubungan Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Siswa-Siswi SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 2 15

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO (ZAT BESI, VITAMIN B12, Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Mikro (Zat Besi, Vitamin B12, dan Vitamin A) dengan Kejadian Anemia pada Siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah.

0 2 13

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Mikro (Zat Besi, Vitamin B12, dan Vitamin A) dengan Kejadian Anemia pada Siswi SMK Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah.

0 2 18

HUBUNGAN KECUKUPAN ZAT GIZI MIKRO DENGAN STATUS GIZI ANAK DI SD NEGERI PABELAN 1 KARTASURA Hubungan Kecukupan Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Anak Di Sd Negeri Pabelan 1 Kartasura.

1 4 18

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA – SISWI DI SMP Hubungan Tingkat Asupan Zat Gizi Mikro Dan Morbiditas Terhadap Status Gizi Siswa – Siswi Di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 2 16

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA – SISWI DI SMP Hubungan Tingkat Asupan Zat Gizi Mikro Dan Morbiditas Terhadap Status Gizi Siswa – Siswi Di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura.

0 5 14

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MINERAL MIKRO (ZAT BESI DAN ZINC) DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SD NEGERI Hubungan Antara Asupan Mineral Mikro (Zat Besi Dan Zinc) Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Siswa SD Negeri Pabelan 01 Kartasura

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Asupan Mineral Mikro (Zat Besi Dan Zinc) Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Siswa SD Negeri Pabelan 01 Kartasura.

0 1 6

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN ANGKA KESAKITAN ANAK DI SD NEGERI KARTASURA 1 Hubungan Antara Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Angka Kesakitan Anak Di SD Negeri Kartasura 1.

0 1 20

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN ANGKA KESAKITAN ANAK DI SD NEGERI KARTASURA 1 Hubungan Antara Status Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Angka Kesakitan Anak Di SD Negeri Kartasura 1.

0 1 13