Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Risto, Deri, 2010. “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek
Yogyakarta” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa saja jenis-jenis kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa berdasarkan penandannya? Kedua, apa saja maksud
yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendiskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan
pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap
pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat

cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian dan Djoko Lodang.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan
metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat
itu merupakan kalimat imperatif atau bukan.. Metode agih diterapkan dengan
teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung
diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara
sintaksis, serta membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan
jenis dan maksudnya. Teknik baca markah digunakan untuk menunjukkan
kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko.
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda.
Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi tujuh jenis (i)
kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, (ii) kalimat imperatif berpenanda
verba –en, (iii) kalimat imperatif yang berpenanda verba –na, (iv) kalimat
imperatif yang berpenanda verba –ana, (v) Kalimat imperatif dengan penada
perintah aja, (vi) kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, dan (vii) kalimat
imperatif yang berpenanda verba mangga. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa
yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut, (i)

kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba perbuatan, (ii) kalimat imperatif
yang bersetruktur S-P, (iii) kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O, (iv)
kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif. Maksud yang terkandung
dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa Ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis
sebagai berikut, (i) kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, yang
ditandai oleh verba –a, -en, -na, (ii) kalimat imperatif yang mengandung maksud
melakukan tindakan secara berulang-ulang, yang ditandai oleh verba –ana, (iii)
kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, yang ditandai oleh verba –

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

aja, (iv) kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, yang ditandai
oleh verba ayo, (v) kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan,

yang ditandai oleh verba mangga.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Risto, Deri, 2010. “Imperative Sentences in Javanese Ngoko Dialect Yogyakarta”.
Undergraduate thesis (S1). Indonesian Literature Department. Faculty of
Literature, University of Sanata Dharma.
This thesis discusses about imperative sentences in Javanese Ngoko. There
are two problems that have been discussed in this study. The first problem is the
kinds of imperative sentence in Javanese based on its signifier. The second
question is about the meaning of Javanese’s imperative sentences.
This research belongs to a descriptive research; it is a research that is done

by describing the objects of the research based on their existing facts. There are
three procedures of this research, they are: (i) data collection, (ii) data analysis,
and (iii) the finding presentation. The researcher uses scanning methods for data
collecting technique. For data collecting technique, the researcher also uses nonparticipant technique or scanning without conversation technique by analyzing or
making notes based on the data in the form of imperative sentences in Javanese
Ngoko in Risalah Penelitian and Joko Lodhang. The data analyzing technique of
this research is by using identity and distributional methods. The identity method
is used to analyze a sentence whether it is an imperative sentence or not. The
distributional method is used by applying immediate constituent and markers
analyzing technique. The immediate constituent analyzing technique is used to
observe syntactically the imperative sentences in Javanese and to separate the
imperative sentences in Javanese “ngoko” based on their kind and meaning. The
marker analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of
imperative sentences in Javanese ngoko.
The findings of this research are as following explanation. First, there are
two types of Javanese imperative sentence; they are imperative sentence with
signifiers and without signifier. The imperative sentences using signifier can be
differentiated into seven (7) kinds of sentence, they are: (i) Imperative sentences
using verb a. (ii) imperative sentences using verb en. (iii) Imperative sentences
using verb na. (iv) Imperative sentences using verb ana. (v) Imperative sentences

using command aja. (vi) Imperative sentences using verb ayo, and (vii)
Imperative sentences using verb mangga. While the imperative sentences without
signifier can be categorized into four types, they are (i) imperative sentences using
verb. (ii) Imperative sentences using S-P structures. (iii) Imperative sentences
using S-P-O structures. (iv) Imperative sentences using passive verbs as
predicates. The meaning that contains in Javanese “ngoko” can be differentiate
into five kinds, they are (i) an imperative sentence that contains whole meaning,
this kind of sentence is signed by these verbs: a, -en, -na. (ii) an imperative
sentence that contains repeated actions meaning, this kind of sentence is signed by
a verb ana. (iii) an imperative sentence that contains command meaning, this kind
of sentence is signed by a verb aja. (iv) an imperative sentence that contains
invitation meaning, this kind of sentence is signed by the verb ayo. (v) an
imperative sentence that have excuse meaning, this kind of sentence is signed by
the verb mangga.
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO
DIALEK YOGYAKARTA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Progam Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Oleh
Deri Risto
NIM: 104114006

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO
Apapaun yang terjadi hari ini, bersabarlah, memang tidak
mudah , tetapi bersabar akan menjadikanmu damai, dalam
kesulitan, dan upayamu lebih lancar untuk tetap sukses
walau pun ada masalah.
Mario Teguh

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kepada Ayahku yang selalu memberi semangat,
motivasi, dan doa restunya, kepada Ibuku yang sudah
berada di Surga, kepada Kakekku yang selalu
memberiku motivasi, serta kepada Nenekku yang sudah
berada di Surga.
Teman-teman angakatan 2010 yang memberi
semangat, serta motivasi dalam proses pembelajaran.
Kepada Maria Noviani Budi Hastuti yang selalu ada
saat susah dan senang, serta membantu dalam proses
pembuatan tugas akhir.

v

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2015
Penulis

Deri Risto

vi

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Deri Risto

NIM

: 104114006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Kalimat imperatif
dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” berserta perangkat yang
diperlukan (bila ada).
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanataa
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Januari 2015

Yang menyatakan,
Penulis

Deri Risto

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kalimat Imperatif dalam Bahasa
Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Progam Studi Sastra Indonesia, Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan
dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan,
perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut selalu hadir dalam setiap langkah
penulis, terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses
penulisan skripsi ini.
1.

Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dosen pembimbing I
yang dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.

2.

Bapak Dr. P. Ari Subagyo, M. Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini dan memberikan
petunjuk serta masukan kepada penulis.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3.

Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku Ketua Progam Studi Sastra
Indonesia dan penguji yang dengan sabar serta perhatian dalam membantu
proses penyusunan skripsi ini, dan segala masukan atau saran yang beliau
sampaikan.

4.

Seluruh dosen Progam Studi Sastra Indonesia Drs. B. Rahmanto, M.Hum.;
Drs. F X Santoso, M.S.; S.E Peni Adji, S.S. M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih
Adji, M. Hum.; Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu
Wijana, S.U, M.A. yang telah memberikan bekal kepada penulis. Segenap
karyawan fakultas sastra atas bantuannya selama ini.

5.

Kedua orang tua penulis, Sodig Rahayu dan Murtriyatini (alm) atas dukungan
doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.

6.

Maria Noviani Budi Hastuti atas dukungan, doa, serta motivasi yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat
pada waktunya.
Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Skripsi ini mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
perbaikan skripsi ini.
Penulis

Deri Risto

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Risto, Deri, 2010. “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek
Yogyakarta” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa saja jenis-jenis kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa berdasarkan penandannya? Kedua, apa saja maksud
yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendiskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian
terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan
pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap
pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat
cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian dan Djoko Lodang.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan
metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat
itu merupakan kalimat imperatif atau bukan.. Metode agih diterapkan dengan
teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung
diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara
sintaksis, serta membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan
jenis dan maksudnya. Teknik baca markah digunakan untuk menunjukkan
kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko.
Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kalimat
imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda.
Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi tujuh jenis (i)
kalimat imperatif yang berpenanda verba –a, (ii) kalimat imperatif berpenanda
verba –en, (iii) kalimat imperatif yang berpenanda verba –na, (iv) kalimat
imperatif yang berpenanda verba –ana, (v) Kalimat imperatif dengan penada
perintah aja, (vi) kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, dan (vii) kalimat
imperatif yang berpenanda verba mangga. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa
yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut, (i)
kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba perbuatan, (ii) kalimat imperatif
yang bersetruktur S-P, (iii) kalimat imperatif yang bersetruktur S-P-O, (iv)
kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif. Maksud yang terkandung
dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa Ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis
sebagai berikut, (i) kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, yang
ditandai oleh verba –a, -en, -na, (ii) kalimat imperatif yang mengandung maksud
melakukan tindakan secara berulang-ulang, yang ditandai oleh verba –ana, (iii)
kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, yang ditandai oleh verba –

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

aja, (iv) kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, yang ditandai
oleh verba ayo, (v) kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan,
yang ditandai oleh verba mangga.

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Risto, Deri, 2010. “Imperative Sentences in Javanese Ngoko Dialect Yogyakarta”.
Undergraduate thesis (S1). Indonesian Literature Department. Faculty of
Literature, University of Sanata Dharma.
This thesis discusses about imperative sentences in Javanese Ngoko. There
are two problems that have been discussed in this study. The first problem is the
kinds of imperative sentence in Javanese based on its signifier. The second
question is about the meaning of Javanese’s imperative sentences.
This research belongs to a descriptive research; it is a research that is done
by describing the objects of the research based on their existing facts. There are
three procedures of this research, they are: (i) data collection, (ii) data analysis,
and (iii) the finding presentation. The researcher uses scanning methods for data
collecting technique. For data collecting technique, the researcher also uses nonparticipant technique or scanning without conversation technique by analyzing or
making notes based on the data in the form of imperative sentences in Javanese
Ngoko in Risalah Penelitian and Joko Lodhang. The data analyzing technique of
this research is by using identity and distributional methods. The identity method
is used to analyze a sentence whether it is an imperative sentence or not. The
distributional method is used by applying immediate constituent and markers
analyzing technique. The immediate constituent analyzing technique is used to
observe syntactically the imperative sentences in Javanese and to separate the
imperative sentences in Javanese “ngoko” based on their kind and meaning. The
marker analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of
imperative sentences in Javanese ngoko.
The findings of this research are as following explanation. First, there are
two types of Javanese imperative sentence; they are imperative sentence with
signifiers and without signifier. The imperative sentences using signifier can be
differentiated into seven (7) kinds of sentence, they are: (i) Imperative sentences
using verb a. (ii) imperative sentences using verb en. (iii) Imperative sentences
using verb na. (iv) Imperative sentences using verb ana. (v) Imperative sentences
using command aja. (vi) Imperative sentences using verb ayo, and (vii)
Imperative sentences using verb mangga. While the imperative sentences without
signifier can be categorized into four types, they are (i) imperative sentences using
verb. (ii) Imperative sentences using S-P structures. (iii) Imperative sentences
using S-P-O structures. (iv) Imperative sentences using passive verbs as
predicates. The meaning that contains in Javanese “ngoko” can be differentiate
into five kinds, they are (i) an imperative sentence that contains whole meaning,
this kind of sentence is signed by these verbs: a, -en, -na. (ii) an imperative
sentence that contains repeated actions meaning, this kind of sentence is signed by
a verb ana. (iii) an imperative sentence that contains command meaning, this kind
of sentence is signed by a verb aja. (iv) an imperative sentence that contains
invitation meaning, this kind of sentence is signed by the verb ayo. (v) an
imperative sentence that have excuse meaning, this kind of sentence is signed by
the verb mangga.
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG

A.

Daftar Singkatan

S

: Subjek

O

: Objek

P

: Predikat

Ket

: Keterangan

B.

Daftar Lambang

*

: Untuk menyatakan bawha ujaran tersebut tidak gramatikal

#

: Tanda untuk mengakhiri suatu kalimat

2

: Nada sedang

3

: Nada tinggi

1

: Nada rendah

//

: Jeda fungsional antar kalimat

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
MOTTO .................................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................viii
ABSTRAK ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG .........................................xiii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 7
1.6 Landasan Teori ..................................................................................................... 9
1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif ...................................................................... 9
1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif ...................................................................... 10
1.6.3 Pengertian Penanda ..................................................................................... 15
1.6.4 Pengertian Maksud ...................................................................................... 15

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ............................................................................. 17
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 17
1.7.2 Metode Analisis Data .................................................................................. 17
1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ..................................................................... 19
1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................................... 20

BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA
JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA............................................. 22
2.1 Pengantar .............................................................................................................. 22
2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda ...................................................................... 22
2.2.1 Kalimat Imperatif Tidak Berpenanda yang Terdiri Dari Verba Perbuatan . 23
2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P .......................... 24
2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O ...................... 24
2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berupa Verba Pasif Di- ............. 26
2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda .................................................. 26
2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a ......................... 27
2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en ....................... 29
2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na ....................... 30
2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran -ana ...................... 31
2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Akhiran aja............................. 32
2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Ayo ............................ 34
2.3.7 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Mangga ...................... 36
2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –e ......................... 37

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA
JAWA NGOKO DALEK YOGYAKARTA ............................................ 38
3.1 Pengantar .............................................................................................................. 38
3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan ...................................... 39
3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan .................................... 40
3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan ........................................ 41
3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara
Berulang-ulang ..................................................................................................... 42
3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan ........................ 43
3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan ................................. 44
3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah ......................................... 45
3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan ...................................... 45

BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 46
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 46
4.2 Saran ..................................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 49
LAMPIRAN .............................................................................................................. 50

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.
Kalimat imperatif merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing respon
yang berupa tindakan (Cook, 1969:49). Ramlan (1986:42-43) berpandangan
bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Jadi dapat dikatakan bahwa
kalimat imperatif membutuhkan stimulus dan respon. Stimulus ada pada pihak
yang akan melakukan perintah atau pihak pertama, sedangkan respon ada pada
pihak kedua atau pihak yang diajak berkomunikasi. Contoh kalimat imperatif
dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut.

(1) Tan,
‘Tan,
(2) Tut,
‘Tut,

mangana
makanlah
njupuka
ambilah

(3) Tri, ngombea
‘Tri, minumlah

sega dhisik!
nasi dahulu’.

panci!
panci’.
obat ben cepet mari
obat biar cepat sembuh

watukmu!
batukmu’.

Contoh (1), (2), (3) merupakan kalimat imperatif karena merupakan
kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara.
Kalimat (1) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra
bicara (Tan), agar melakukan tindakan, yaitu manggana sega dhisik! ‘makan nasi

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

dahulu’. Pada kalimat (2) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan
dari mitra bicara (Tut), melakukan tindakan yaitu njupuka panci! ‘ambilah panci’.
Pada kalimat (3) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari
mitra bicara (Tri), agar melakukan tindakan ngombea obat ben cepet mari
watukmu! ‘ minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’. Selain itu, kalimat (1),
(2), dan (3) merupakan kalimat imperatif karena, memiliki pola intonasi sebagai
berikut.

(1a)

Tan,
2 //
‘Tan,

(2b)

Tut,
njupuka
panci!
2 //
2 3 // 2 3#
‘Tut,
ambilah panci’.

( 3c)

Tri, ngombea obat ben cepet mari
2 // 2 3 3 // 2 2 // 2
2 2 3
‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh

mangana
sega
2 3 2 // 3
makanlah
nasi

dhisik!
2 3 #
dahulu’.

watukmu!
2 3 #
batukmu’.

Kalimat (1a) memiliki pola intonasi sebagai berikut. 2 (nada sedang)
diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2
(nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi), 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) kemudian tanda # (tanda untuk
mengakhiri kalimat ).
Kalimat (2b) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang)
diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 3

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

(nada tinggi) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat).
Kalimat (3c) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang) diikuti
tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 3 (nada
tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) tanda //
(jeda antar kalimat) 1 (nada rendah) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 2 (nada
sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nda tinggi) dan tanda #
(tanda untuk mengakhiri kalimat).
Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dipilih sebagai topik dalam
penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko belum banyak diteliti. Hal ini terbukti baru ada beberapa
tulisan yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, tokoh ahli
bahasa yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko diantaranya
Herawati, Poerwodarminto, Antunsuhana, dan Wening Hendri Purnami. Kedua,
menurut peneliti kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki fenomena
kebahasaan yang unik untuk diteliti. Fenomena kebahasaan yang unik tersebut
diataranya, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki bermacam jenis,
memiliki pola intonasi kalimat yang sama, serta memiliki maksud yang berbedabeda. Ketiga, penelitian ini akan

menghasilkan

rumusan

kaidah kalimat

imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang bermanfaat sebagai masukan
penyusunan Tata Bahasa Jawa.
Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis-jenis kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya. Contoh jenis-jenis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya adalah
sebagai beikut.
(4) Mangga lungguh ndhisik!
2 3 // 2 3 // 2 3 #
‘Silahkan duduk dahulu’.
(5) Aja
ngrokok nang kene!.
2 3 // 2 3 // 2
3#
‘Jangan merokok di
sini’.
(6) Ndhene saiki!.
2 3 // 2 3
‘Kesini sekarang.’
Kalimat (4) memiliki kebahasaan yang unik yaitu memiliki penanda
perintah Mangga, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) //
(jeda fungsional anatar kalimat) 2 (nada sedang) 1 (nada rendah) // (jeda
fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) dan
tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat).
Kalimat (5) memiliki fenomena kebahasaan fenomena yang unik yaitu
memiliki penanda perintah Aja, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3
(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) //
(jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda
untuk mengakhiri suatu kalimat).
Kalimat (6) memiliki fenomena kebahasaaan yang unik yaitu tidak
memiliki penanda perintah, namun tetap memiliki pola intonasi seperti kalimat
imperatif. Pola intonasi kalimat (6) adalah sebagai berikut. 2 (nada sedang) 3

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi)
2(nada sedang) dan tanda # (untuk mengakhiri suatu kalimat).
Hal kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah maksud yang terkandung
di dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Contoh maksud yang
terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai
berikut.
(7) Mangga,
tindak
‘Silahkan, berangkat
(8) Jupukna gelas
‘Ambilkan gelas
(9) Aja
turu
‘Jangan tidur

ndhisek!.
dulu!.’

kae!
itu!.’
nang kene!.
di sini!.’

(10) Bungkusana
permen kae!.
‘Bungskuslah permen
itu!.’
Kalimat (7) merupakan kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk
mempersilahkan seseorang, agar mitra bicara berangkat terlebih dahulu. Kalimat
(8) merupakan

kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah

seseorang untuk mengambilkan gelas. Kalimat (9) merupakan, kalimat yang
memiliki maksud untuk melarang seseorang agar tidak tidur disini!. Kalimat
(10) merupakan, kalimat imperatif yang

memiliki

maksud untuk menyuruh

seseorang agar melakukan tindakan secara berulang-ulang yaitu membungkus
permen.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

1.2 Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah
kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Secara khusus, permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.2.1. Apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko
berdasarkan penandannya?
1.2.2. Apa saja maksud yang ada di dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa
ngoko ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kalimat imperatif dalam
Bahasa Jawa ngoko. Secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut:
1.3.1. Mendeskripsikan jenis- jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko
berdasarkan penandanya.
1.3.2. Mendeskripsikan maksud kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa

ngoko berdasarkan penanda perintah. Deskripsi ini mencakup

tentang jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dan maksud yang
terkandung di dalam

kalimat

imperatif

dalam

bahasa Jawa ngoko. Hasil

penelitian ini memberikan manfaat praktis dan manfaat teoritis. Manfaat teoretis
dari hasil penelitian ini memberikan masukan dalam bidang kajian sintaksis dan
pragmatik. Dalam bidang kajian sintaksis, deskripsi tentang kalimat imperatif

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

dalam Bahasa Jawa ngoko memperkuat teori bahwa jenis kalimat ditentukan oleh
pola intonasi dan penandanya. Dalam bidang kajian pragmatik, dekripsi tentang
berbagai maksud yang dikandung dalam kalimat imperatif mengukuhkan teori
bahwa, penggunaan kalimat dalam berkomunikasi dilatar belakangi oleh maksud
penutur. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah, memberikan masukan
dalam penyusunan Tata Bahasa Jawa.
1.5 Tinjauan Pustaka
Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah
dikemukakan antara lain oleh Herawati (2012), Wening Handri Purnami (2009)
Poerwadarminto (1953:91-96) (dalam Herawati 2012:64), Antunsuhana (1956:3637) (dalam Herawati 2012: 64) dalam Risalah Penelitian, menguraikan kalimat
perintah dari segi seluk beluk pembentukan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa.
Herawati membagi jenis-jenis kalimat perintah menjadi delapan jenis yaitu
kalimat perintah dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda –
en, kalimat perintah dengan penanda perintah -na, kalimat perintah dengan
penanda perintah –ana, kalimat perintah dengan penanda perintah aja, kalimat
perintah dengan penanda perintah ayo, dan kalimat perintah dengan penanda
perintah mangga.
Wening Handri Purnami dalam penelitian yang berjudul Fungsi Kalimat
Imperatif Wacana Hortatori Khotbah Jumat Agung dalam Bahasa Jawa
menjelaskan kalimat imperatf dalam bahasa Jawa ngoko dari segi jenis-jenis
kalimat imperatif. Beliau membagi kalimat imperatif menjadi sebelas jenis, yaitu
kalimat imperatif dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

perintah –i, kalimat perintah dengan penanda perintah –en, kalimat perintah
dengan penanda perintah –na, kalimat perintah dengan penanda perintah –ana,
kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-a, kalimat perintah dengan penanda
perintah N-/-aken, kalimat perintah dengan penada perintah aja.
Poerwadarminta dalam buku Sarining Paramasastra Djawa (1953:91-96),
mengemukakan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti. Beliau
memasukan kalimat perintah dalam jenis kalimat yang menerangkan perbuatan
yang harus dilakukan. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
menjadi lima bagian. (i) kalimat perintah aktif (pakon tumandang) kalimat jenis ini
digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan, (ii)
kalimat perintah patrap dugunakan untuk menyuruh bagaimana cara harus
bertindak. (iii) kalimat perintah pasif (pakon tanggap) mengacu pada sasaran
perbuatan atau penderita, (iv) kalimat yang menyatakan niat akan melakukan
suatu tindakan, dan (v) kalimat yang menyatakan suatu niat supaya terjadi.
Antunsuhana dalam buku yang berjudul Reringkesaning Paramasastra
Djawi II (1956:36-37), menjelaskan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko
dari segi arti dan dari segi pemakaiannya. Beliau membagi kalimat imperatif
dalam bahasa Jawa menjadi dua jenis, yaitu (i) kalimat perintah aktif (pakon
tanduk) dan (ii) kalimat pasif (ukara pakon tanggap). Kalimat perintah aktif
merupakan kalimat yang digunakan apabila yang dipentingkan oleh penutur
berupa tindakan dari orang yang disuruh. Kalimat pasif merupakan kalimat yang
digunakan apabila yang dipentingkan adalah sesuatu yang dilakukan. Kalimat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

perintah yang harus dilakukan (kalimat pasif) ditandai dengan kata keterangan
yang menyatakan suatu keharusan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa
ngoko telah dibahas oleh beberapa ahli bahasa. Pembahasan tersebut meliputi
jenis-jenis kalimat imperatif, serta pola intonasi. Namun, pembahasan yang
dilakukan oleh para ahli bahasa belum menyentuh ke ranah maksud. Oleh karena
itu peneliti akan membahas mengenai maksud yang terkandung di dalam kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa
Jawa ngoko berdasarkan penandanya, serta pola intonasi kalimat imperatif dalam
bahasa Jawa ngoko.
1.6 Landasan Teori
Pada bagian landasan teori dipaparkan mengenai pengertian kalimat
imperatif, jenis-jenis kalimat imperatif, pengertian maksud, serta pengertian
penanda.
1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif
Menurut Ramlan (1993:37) dalam bukunya yang berjudul Sintakis,
berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat imperatif atau yang
disebut kalimat suruh merupakan kalimat yang mengaharapkan tanggapan berupa
tindakan dari mitra wicara. Adapun ciri kalimat imperatif ialah sebagai berikut.
Pertama memiliki pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Angka 2 menunjuk nada
sedang. Angka 3 menunjuk nada tinggi. Tanda # (pagar) merupakan kesenyapan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

akhir. Tanda // merupakan jeda fungsional antar kalimat. Berikut contoh intonasi
kalimat perintah dalam bahasa Jawa ngoko.
(6) ‘Pergilah !’.
[2] 3 #
(7) ‘Baca buku itu !’.
[2] 3 // [2] 1 #
Kedua, dalam tulisan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!).
Berikut contohnya.
(8) ‘Pergilah !’.
(9) ‘Baca buku itu !’.

1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif
Ramlan

(1993:38-41)

dalam

bukunya

yang

berjudul

Sintaksis

mengemukakan empat jenis kalimat perintah. Pertama kalimat suruh yang
sebenarnya. Kedua kalimat suruh persilahan. Ketiga kalimat ajakan. Keempat
kalimat larangan.
Kalimat suruh yang sebenarnya merupakan kalimat suruh yang ditandai
oleh pola intonasi 2 3 # atau 2 3 2 #. Selain itu, apabila P-nya terdiri dari kata
intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada
kata verbal itu untuk menghaluskan perintah. S-nya boleh dibuang. Berikut contoh
kalimat sururh yang sebenarnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

(1) Lerenna!
‘Beristirahatlah’.
(2) Lungguha!
‘Duduklah’.
(3) Tekaa
‘Datanglah

kowe nang omahku!
engkau ke
rumahku’.

(4) Mangkata
saiki
wae!
‘Berangkatlah sekarang juga’.
Kalimat suruh persilahan merupakan kalimat yang ditandai dengan pola
intonasi 2 3 2 #, serta ditandai dengan kata silahkan atau dipersilahkan yang
diletakkan di awal kalimat. Berikut contoh kalimat sururh persilahan.
(5) Mangga bapak lenggah tengriki!
‘Silahkan bapak duduk disini’.
(6)

Mangga
Tuan
mendet
‘Dipersilahkan Tuan mengambil

(7) ‘Mangga
‘Silahkan

buku piyambak!.
buku sendiri’.

tindak omah kula!’.
datang rumahku’.

(8) Mangga
tindak
rumiyen!.
‘Dipersilahkan berangkat dahulu’.
(9) Mangga
‘Silahkan

leren!
beristirahat’.

Kalimat suruh ajakan hampir sama, dengan kalimat suruh yang
sebenarnya. Kalimat suruh yang sebenarnya mengharapkan tanggapan atau respon

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

dari orang yang diajak berbicara. Perbedaanya apabila kalimat suruh yang
sebenarnya mengaharapkan tanggapan dari orang yang diajak berbicara, namun
pada kalimat suruh ajakan tidak hanya mengharapkan tanggapan atau respon dari
orang yang diajak berbicara, tetapi dari penuturnya. Jadi, kalimat suruh ajakan
mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari pihak pertama atau penutur
dan mitra bicara atau mitra tutur.
Kalimat ajakan ditandai oleh pola intonasi 2 3 2 #, tetapi ditandai dengan
kata-kata ajakan, seperti kata Ayo, yang diletakkan di awal kalimat. Partikel -lah
dapat ditambahkan pada kedua kata itu, menjadi marilah dan ayolah. kalimat
boleh di buang, boleh juga tidak. Sebagai contoh:
(10)

Ayo, kita
‘Mari, kita

mangkat
saiki!.
berangkat sekarang’.

(11)

Ayo,
‘Mari,

(12)

Ayo, kita dolanan bal-balan!.
‘Mari, kita bermain sepak bola’.

(13)

Ayo, kita lungguh
‘Mari, kita duduk

sinau
nang
belajar
ke

perpustakaan pusat!.
perpustakaan pusat’.

nang
di

ngarep!
depan’.

Kalimat perintah atau kalimat suruh larangan merupakan kalimat yang
ditandai oleh pola intonasi perintah. Selain ditandai oleh pola intonasi perintah,
kalimat larangan juga ditandai oleh adanya kata jangan pada awal kalimat.
Partikel lah pada kalimat larangan boleh ditambahkan untuk memperhalus
larangan. Sebagai contoh.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(14)

Aja
kowe maca
buku kuwi!.
‘Jangan kamu membaca buku itu’.

(15)

Aja
kowe mangkat dewe!
‘Jangan kamu berangkat sendiri’.

(16)

Aja
seneng nglarani atine uwong!.
‘Jangan suka menyakiti hatinya orang’.

13

Peneliti menggunakan teori dari Ramlan dikarenakan kalimat imperatif
atau kalimat suruh yang akan dibahas dalam penelitian ini juga menganalisis
mengenai kalimat suruh ajakan, kalimat suruh larangan. Jadi peneliti merasa
bahwa teori Ramlan dirasa cocok apabila digunakan dalam penelitian ini.
Selain Ramlan yang membahas kalimat imperatif ialah Rahardi (2010:7983). Ia membagi kalimat imperatif menjadi lima macam, yaitu kalimat imperatif
biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat
imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.
a) Kalimat Imperatif Biasa
kalimat imperatif biasa ialah, kalimat yang memiliki ciri-ciri (1)
berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, (3) berpatikel pengeras –
lah. Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus
sampai dengan imperatif yang sangat kasar. Contoh.
(17)

Di, jupuken
pelem
kae!.
2
2 3
2
3 #
‘Di, ambilah buah manga itu’.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

b) Kalimat Imperatif Permintaan
Kalimat imperatif permintaan ialah kalimat imperatif dengan kadar
suruhan yang sangat halus. Kalimat imperatif suruhan disertai dengan sikap
penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu
menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan, ditandai
dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa
ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, sudilah seandainya, diminta dengan
hormat, dan dimohon dengan sangat. Contoh,
(18)

Awakku
ra penak, tulung ijenke sekolah!.
‘Badan saya tidak enak, tolong izinkan sekolah’.

c) Kalimat Imperatif Pemberian Izin
Kalimat imperatif jenis ini, memiliki maksud untuk memberika izin dan
ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silahkan, biarlah, dan beberapa
ungkapan lain yang bermakna mempersilahkan, seperti diperkenankan, dan
diizinkan. Contoh.
(19)

Mangga, mangan ndhisek!.
‘Silahkan makan dahulu’.

d) Kalimat Ajakan
Kalimat imperatif ajakan biasanaya digunakan dengan penanda kesantunan
ayo (yo), biar, coba, mari, harap, hendaknya, dan hendaklah. Contoh.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(20)

15

Ayo Jok mangan bakso Dab supri’.
‘Mari Jok makan bakso Dab supri’

e) Kalimat Imperatif Suruhan
Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama dengan penanda
kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan
tolong. Contoh.
(21)

Ayo turu wae, Radit ditunngu suwi!.
‘Mari tidur saja, Radit ditunggu lama’.

1.6.3 Pengertian penanda
Alat seperti afiks, konjungsi, preposisi dan artikel yang menyatakan ciri
gramatikal atau fungsi kata atau konstruksi Kridalaksana (1993:161). Jadi, kalimat
imperatif dalama bahasa Jawa ngoko memiliki afiks, diataranya afiks –a, -na, -en,
-ana. Selain memiliki afiks, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki
perposisi yaitu kata Mangga, dan kata Ayo.
1.6.4 Pengertian Maksud
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat
(2008:865) kata maksud diartikan sebagai (1) ‘yang dikehendaki atau tujuan’, (2)
‘niat atau kehendak’, (3) ‘makna dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa’.
Brooks (1964:4) mengemukakan, maksud adalah hal yang dikehendaki, niat, atau
tujuan seorang penutur berkomunikasi dengan mitra tutur.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

Bagi penutur, maksud erupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak
melakukan komunikasi dengan mitra

tutur. Tuturan beserta informasi yang

dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud
merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami
maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi
2012:17).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud.
Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud
bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik
tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud
merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud
berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat
terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada
dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17).
Maksud dapat diartikan makna kata. Bagi pembicara atau pendengar pada
waktu pertututran terjadi. (Kridalaksana 2008:149). Maksud merupakan sesuatu
yang diluar ujaran dilihat dari segi pengujar, orang yang berbicara. Di sini orangyang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase,
tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri
( Chaer, 2009:37 ).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap, yaitu pada tahap pertama
pengumpulan data, tahap kedua analisis data, dan pada taha yang ketiga penyajian
hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian
ini.
1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.
Objek penelitian ini berada di dalam data berupa kalimat. Data diperoleh dari
sumber tertulis yaitu tabloid Djaka Lodang dan Risalah Penelitian.
Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kalimat, yang
mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak
langsung penggunaaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan
data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan
mengamati dan mencatat data berupa kalimat-kalimat yang mengandung kalimat
imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian pada
kartu data (Sudaryanto, 1993:132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasi
berdasarkan kategorinya dan jenisnya.
1.7.2 Metode Analisis Data
Langkah kedua adalah teknik analisis data. Setelah data diklasifikasikan,
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan. Metode padan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi
bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah
kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto,1993: 1314). Karena kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko menyangkut intonasi
setiap kalimatnya, maka metode padan dipandang sebagai metode yang tepat.
Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu
merupakan kalimat imperatif atau bukan. Jika kalimat tersebut sesuai dengan
fungsi kalimat imperatif, maka kalimat tersebut dapat dianggap sebagai kalimat
imperatif.
(22)

Tan, mangana sega
‘ Tan, makanlah nasi

ndhisik!.
dahulu’.

Kalimat (17) merupakan kalimat imperatif karena memiliki maksud untuk
memerintah, menyuruh mitra tutur (Tan) agar melakukan tindakan yaitu mangan