Varlasi Interpersonal Teks Translasional Parikan Bahasa Jawa Ke Dalam Bahasa Indonesia

Kajian Linguistik, Februari 2014, 111-/25 Copyright ©2014, Program Stud; Linguistik FIB USu, ISSN 1693-4660

..Tahun ke-II, No I

VARlASI INTERPERSONAL TEKS TRANSLASIONAL PARIKAN BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA
Mayasari YP. Dharma Karya Beringin mayasari_ spd@yahoo.com
T. Silvana Sinar FIB Universitas Sumatera Utara
Abstract
This study aims to (1) identifY the interpersonal variation of Parikan translational text ofJavanese into Indonesian, (2) describe the factors which cause the interpersonal variations in translational text of Parilean from Javanese into Indonesian, and (3) analyze the impacts oj interpersonal variation toward translation accuracy of Parilean translational text from Javanese into Indonesian. This research uses descriptive qualitative research. The source ojdata is Javanese Parilean Book by Toer 2011. The data analysed 100 data in Javanese and Indonesian text. The results of the study are (1) there is 41% data show low interpersonal variation, (2) the Jactors which cause the variations of the translational text are the intrinsic Jactor (the similarity of grammatical structure) and extrinsic Jactors (the same register ofteh text), and (3) the low variation impacts to the accuracy of translation. It is because the message can be transfered completely and accurately.
Keywords: Linguistic Systemic Fungsional, Interpersonal Variation, Translation, Accuracy in Translation, Parilean.

PENDAHULUAN
Parikan atau pantun merupakan sejenis puisi yang sangat merakyat di kalangall suku Jawa karena mudahnya diciptakan. Struktur parikan terbagi dalam dua bagian, yang pertama adaJah sampiran dan yang kedua adaJah isi. Sampiran merupakan bagian pertama yang digunakan sebagai wadah. Sementara isi merupakan bagian kedua yang menjadi pelengkap dari sampiran.
Dalam budaya suku Jawa, parikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Judruk yang dianggap sebagai seni pentas rakyat di Jawa Timur terutama di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Parikan digunakan untuk menyampaikan pesan secara terselubung dalam percakapan sehari-hari dan merupakan verbal art utama yang menjadikan seni pentas ludruk menjadi lebih berkembang.
Penelitian ini membahas variasi bahasa secara interpersonal terhadap penetjemahan teks translasional parikan. Variasi interpersonal tersebut bisa terjadi karena adanya pergeseran bentuk yang terdapat antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Alasan pemiHhan parikan sebagai objek peneJitian ini, yang pertama dikarenakan parikan mellgandung nilai-nilai kearifan lokal budaya, @ォオセ Jawa. Alasan, yang kedua adalah untuk melihat penyampaian makna atau pesan dalam parikan dan alasan yang ketiga adaJah untuk meJihat ketepatan pengodean pertukaran variasi interpersonal di dalam bahasa.

Mayasari Variasi interpersonal dapat terjadi dalam dua atau lebih frekuensi kemunculannya
di dalam penerjemahan. Dengan adanya variasi interpersonal pada teks translasional parikan Jawa, maka perlu juga dibahas da'mpak ketepatan penerjemahan teks translasional antara parikan Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, apakah ada dampak dari variasi interpersonal tersebut terhadap ketepatan penerjemahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu diketahui bahwa masalah terjemahan parikan merupakan masalah yang penting untuk menjadi bahasan dalam penelitian ini. Dalam hal ini, ketepatan penerjemahan parikan Jawa ke dalam bahasa Indonesia dapat ditinjau dari kesesuaian dalam penyampaian pesan dari teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran, karena keakuratan penerjemahan mempengaruhi terjadinya variasi interpersonal daJam k1ausa di bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam terjemahan parikan Jawa ke dalam bahasa Indonesia yang harus dipentingkan bukanlah irama dan bunyi, karena tujuan yang hendak dicapai dalam peneJitian ini bukanlah sastra, melainkan arti, supaya pembaca non-Jawa dapat memahami isi pesan dari parikan tersebut.
Penelitian ini menganalisis teks translasional parikan Jawa dan basil terjemahannya dengan menggunakan dua teori, yaitu teori LSF dan teori peneljemahan. Melalui teori LSF, penelitian ini membahas variasi makna interpersonal dalam teks translasional parikan Jawa. Teks parikan Jawa dikaji berdasarkan perubahan posisi interpersonal yang ditemukan dalam bahasa sasaran, dengan demikian kajian teks ini berkonsentrasi pada kajian variasi interpersonal dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi interpersonal dalam kaitannya dengan konteks penerjemahan. Variasi interpersonal mungkin terdapat pada teks parikan, namun seberapa besar terjadinya perlu diteliti.
Selain teori LSF yang dipelopori oleh Halliday, penelitian ini juga menggunakan teori penerjemahan yang dipelopori oleh Larson. Teori Larson digunakan untuk mengetahui dampak penilaian variasi interpersonal terbadap ketepatan penerjemahan teks translasional parikan Jawa dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Teori ini mempunyai kelebihan dalam penyeJesaian masalah budaya di dalam peneJjemahan. Selanjutnya, dalam penerjemahan adanya perbedaan antara sistem bahasa sumber dan sistem bahasa sasaran juga ditunjukkan oleh perbedaan struktur baik tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat. Persoalan-persoalan seperti ini dapat dicari solusinya dengan menggunakan teori penerjemahan yang berorientasi pada penetapan Moda dan Residu dalam teks bahasa sumber dan terjemahannya.

Berdasarkan posisi makna interpersonal yang sangat menentukan keakuratan makna dalam teljemahan, penelitian ini hanya berfokus pada variasi interpersonal dengan melihat struktur Moda dan Residu antara bahasa sumber dengan bahasa sasaran, faktor penyebab terjadinya variasi interpersonal pada teks translasional parikan Jawa, dan pengaruh variasi interpersonal terbadap keakuratan makna.
Berdasarkan penjeJasan yang telah dikemukakan sebelumnya, kajian 1m
memfokuskan pada rumusan masalah tentang bagaimanakah variasi interpersonal teks translasional parikan Jawa, faktor-faktor apakah yang menyebabkan teljadinya variasi interpersonal dalam teks translasional parikan Jawa, dan bagaimana dampak variasi interpersonal terhadap ketepatan teIjemahan teks translasional parikan Jawa.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yang sejalan dengan fokus permasalahan yang akan diteliti. Tujuan tersebut antara lain, mendeskripsikan variasi interpersonal teks transJasional parikan Jawa, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya variasi interpersonal teks translasional parikan Jawa, dan mendeskripsikan dampak variasi interpersonal terhadap ketepatan terjemahan teks translasional parikan Jawa.
Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang positif secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terbadap dua perkembangan kajian ilmu, yaitu linguistik dan penerjemahan. Secara
112

Kajian Linguisti/c, Tahun Ke-11, No 1, Februari 2014
,.
praktis, penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada berbagai kalangan yaitu pembaca, penetjemah, dan para peneliti.
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pemahaman teori LSF dan apJikasinya dalam penetjemahan, khususnya penetjemahan teks bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, penelitian ini hanya meneliti satu metafungsi bahasa saja, yaitu fungsi interpersonal, khususnya untuk menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap pengalaman dalam interaksi sosial yang terdapat pada parikan Jawa yang diteIjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, hasil penelitian ini juga digunakan untuk bertukar pengalaman linguistik yang terepresentasikan dalam makna pertukaran pengalaman (interpersonal meaning). Penelitian ini juga memperlihatkan kajian bahasa lokal dengan teori LSF, sekaligus mengenalkan pengkajian peneIjemahan yang melibatkan bahasa lokaL Secara tersirat, hasil penelitian ini memperlihatkan keanekaragaman bahasa Nusantara yang memiHki keunikan-keunikan sistem bahasa dari bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Penelitian ini memberikan manfaat praktis mengenai kajian variasi fungsi interpersonal pada bahasa lokal berupa teks translasional parikan Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, akan memberikan motivasi kepada pengkaji bahasa, dan pemerhati budaya untuk melakukan kajian yang mendalam mengenai pelestarian budaya daerah seperti bahasa lokal agar tidak dilupakan oleh pemilik bahasa lokal.
KONSEP DAN KERANGKA TEORI
Teori-teori yang dipilih sebagai pemandu dalam pene]itian ini me1iputi teori LSF tiga metafungsi bahasa yang dipelopori oleh Halliday, dan teori penerjemahan yang dipelopori oleh Larson. Penggunaan teori LSF didasarkan pada dua penerjemahan yang menjadi rujukan teks berbahasa Indonesia yaitu LSF oleh Sinar dalam bukunya Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Sistemik Fungsional (terbjt tahun 2003 dan dicetak ulang tahun 2008 dan 2012) dan LSF oleh Amrin Saragih dalam bukunya Bahasa da/am Konteh Sosial: Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Tata Bahasa dan Wacana (2006).
Teori LSF meyakini bahwa bahasa atau teks selalu berada pada konteks pemakaiannya. Secara historis, teori ini dikembangkan oleh Halliday (1985) dan para pengikutnya. Terdapat di dalam Martin (1985), Halliday dan Matthiessen (2004), Kress (2002). Teori LSF awalnya berkembang pesat di Australia sejak Linguistics Department dibuka di Universitas Sydney (Sydney University) pada 1976, namun dengan cepat teori ini berkembang di seluruh Eropa dan Asia. Teori LSF menggunakan teori linguistik sebagai kerangka penelitian analisis wacana, atau prinsip-prinsip teori linguistik yang berbasis pada pendekatan sistem dan fungsi.
Selain teori LSF yang dipelopori oleh HaJliday, penelitian ini juga menggunakan teori penetjemahan yang dipelopori oleh Larson. TeoriLarson digunakan untuk mengetahui dampak penilaian variasi interpersonal terhadap ketepatan penetjemahan teks translasionaI parikan Jawa dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Teori ini mempunyai kelebihan daIam penyelesaian masaJah budaya di dalam penetjemahan. Selanjutnya, dalam penetjemahan adanya perbedaan antara sistem bahasa sumber dan sistem bahasa sasaran juga ditunjukkan oleh perbedaan struktur baik tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat. Persoalan"persoalan seperti ini dapat dieari solusinya dengan menggunakan teori penetjemahan yang berorientasi pada penetapan Moda dan Residu dalam teks bahasa sumber dan tetjemahannya.
113

:",


Mayasari
Menurut Larson (1984: 17) peneJjemahan adalah kegiatan yang berkenaan dengan studi tentang leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi, dan konteks budaya teks bahasa sumber yang dianalisis dengan maksud untuk menentukan maknanya. Makna yang ditemukan kemudian diungkapkan dan dikonstruksi kembali dengan menggunakan leksikon dan struktur tata bahasa dan konteks budaya bahasa sasaran. Saat meneJjemahkan sebuah teks, tujuan peneJjemah adalah mencapai teJjemahan idiomatik yang sedemikian rupa dan berusaha UDtuk mengkomunikasikan makna teks bahasa sumber ke dalam bentuk alami dari bahasa sasaran.
METODEPENELITIAN
Penelitian ini diraneang seeara deskriptif kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran secara nyata terhadap Variasi Interpersonal dalam teks translasional Parikan Jawa. Metode deskriptif kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data yang berhubungan dengan konteks keberadaannya. Sedangkan data tersebut dianalisis berdasarkan bentuk yang sebenamya tanpa melepaskan konteks data yang melingkupinya. Dengan metode deskriptif kualitatif ini, mengenai fonnula yang ada di dalam parikan atau pantun jawa dapat diungkap dengan baik. Sehingga diharapkan dapat menjadi pemaparan dan nilai budaya masyarakat Jawa.
Data yang dikaji merupakan data kualitatif yang berwujud kata dan klausa. Data tersebut kemudian dideskripsikan dengan menganaJisa, mengklasifikasi dan menyelidiki Variasi Interpersonal dalam buku Parikan-Pantun Jawa oleh Toer 2011 dengan menggunakan teori LSF oleh Halliday. Disamping menggunakan teori LSF, peneiitian ini juga menggunakan teori peneJjemahan oleh Larson untuk menilai keakuratan peneJjemahan dalam teks translasional Pankan Jawa.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah klausa yang terdapat variasi interpersonal pada teks parikan Jawa, kemudian data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan Variasi Interpersonal dan kemudian dinilai tingkat keakuratan basil teJjemahan parikan Jawa tersebut yang dideskripsikan oJeh peneliti.
Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data .' yang diperlukan (Nazir, 2011: 174). Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang dirasa paling sesuai, yaitu analisis dokumen, kuesioner dan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan teknik pengumpulan data dengan analisis dokumen.
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari buku Pankan-Pantun Jawa oleh Toer 2011. Data yang terkumpul akan digunakan UDtuk mengidentifikasi vanasi interpersonal, faktor-faktor pendorong teJjadinya variasi interpersonal, dan ketepatan teJjemahan dalam teks translasional parikan Jawa.
ANALISISDATA
Analisis data pada penelitian ini berisikan tentang pendeskripsian analisis data Variasi Interpersonal yang didasari oleh alasan bahwa dalam penelitian ini perlu dijelaskan terlebih dabulu apa yang dimaksud dengan Variasi Interpersonal dan jenisjenis Variasi Interpersonal, setelah itu barulab dapat diidentifikasi temuan dari analisis data tersebut, bahwa Variasi Interpersonal disebabkan oleh beberapa faktor yang rnenyebabkan terjadinya Variasi Interpersonal tersebut. Setelah kedua Jangkah tersebut dilakukan maka langkah terakhir dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan , @セ pembahasan mengenai dampak Variasi Interpersonal terhacIap kualitas teJjemahan yang difokuskan pada keakuratan teJjemahan.
114

Kajian Linguisti/c, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014

1. Variasi Interpersonal
Dalam penelitian ini Variasi Interpersonal dikategorikan ke dalam tiga bagian penting yaitu:
a. Variasi Interpersonal Rendah
Pada penelitian ini data dikategorikan ke dalam Variasi Interpersonal Rendah apabila susunan keseluruhan unsur Moda dan Residu di bahasa sumber dan di bahasa sasaran tidak berubah, sehingga susunan struktur Moda dan Residu pada kJausa di bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak mengalami perubahan.
Di dalam penelitian ini dideskripsikan 41 data pada teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia yang dikategorikan ke dalam Variasi Interpersonal Rendah. Data-data tersebut memi1iki sebaran unsur yang sarna, Variasi Interpersonal Rendah ini mempunyai unsur Variasi Interpersonal yang terdiri dari UDSur Moda dan Resj.du yang sarna dalam satu klausa baik pada teks bahasa sumber maupun teks bahasa sasaran.
Analisis Variasi Interpersonal Rendah yang teJjadi pada teks trans!asional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:


Tabe14.1 Analisis Data Variasi Interpersonal Rendah

NO. BAHASA TEKS
Bsu

KLAUSA

Kembang kenikir

Dipangan

Komplemen

Predikator

RESIDU

Luwak Subjek MODA


1.

Bunga kenikir

Dimakan

Luak

Bsa Komplemen Predikator

Subjek

RESIDU

MODA

Dari tabel di atas diketahui bahwa tidak ada perubahan dari keseJuruhan unsur, baik unsur Moda (Subjek dan Finit) maupun unsur Residu (predikator, Komplemen, dan Adjung) di bahasa sumber dan bahasa sasaran, di mana nosur Moda yang terdapat pada data 1 di atas baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran yaitu hanya Subjek saja, sementara unSUT Residu yang terdapat pada data 1 di atas, baik di bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah Komplemen dan Predikator. Frekuensi kemunculan dari masingmasing unsur pada data I di atas hanya satu kali. Tidak adanya perubahan struktur Moda dan Residu pada data di atas dikategorikan sebagai Variasi Interpersonal Rendah.

b. Variasi Interpersonal Sedang
I.';

Pada penelitian ini data dikategorikan ke dalam Variasi Interpersonal Sedang apabila ada satu atau dua unsur Moda dan Residu di bahasa sumber dan bahasa sasaran
115

Mayasari
yang susunannya menga]ami perubahan, tapi tidak merubah susunan struktur Moda dan
Residu pad..a klausa baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran.
Analisis Bentuk Variasi Interpersonal Sedang yang terjadi pada teks translasional parikan bahasa Jawa ke da]am bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel4.2 Analisis Data Variasi Interpersonal Sedang

Ngetan

Bali ngulon

Bsu Adjung

Predikator

Adjung


RESIDU

3.

Bsa Ketimur

ke barat

kembali

Adjung

Adjung

Predikator

RESIDU

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada data 3 terdapat satu unsur interpersonal yaitu Residu, di mana unsur Residu tersebut terdiri dari dua unsur Residu yaitu Predikator dan Adjung. Pada bahasa sumber dapat dilihat bahwa struktur Residu yang terdapat pada klausa tersebut adalah Adjung-Predikator-Adjung, sementara itu pada bahasa sasaran struktur Residu yang terdapat pada klausa tersebut adalah AdjungAdjung-Predikator. Frekuensi kemunculan unsur Residu hanya terjadi satu kali dan unsur Residu yaitu Predikator juga hanya tetjadi satu kali, sementara Adjung tetjadi sebanyak dua kali baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran. Adanya perubahan struktur unsur Residu yang tetjadi pada bahasa sumber dan bahasa sasaran menyebabkan data dikategorikan sebagai Variasi Interpersonal Sedang.


c. Variasi Interpersonal Tinggi
Pada penelitian ini data dikategorikan ke dalam Variasi Interpersonal Tinggi apabila keseluruhan unsur Moda dan Residu di bahasa sumber dan di bahasa sasaran mengalami perubahan sehingga mempengaruhi susunan struktur Moda dan Residu pada klausa di bahasa sumber dan di bahasa sasaran menjadi berubah.
Analisis bentuk Variasi Interpersonal Tinggi yang tetjadi pada teks translasional parikan bahasa Jawa ke daJam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel4.3 Analisis Data Variasi Interpersonal Tinggi

Yendipikir Bsu Predikator
2.
Kalau dipikir
Bsa Predikator
RESIDU

ngrusake Predikator RESIDU

awak Komplemen

badan
Subjek
MODA


Jadi rusak Predikator Komplemen 1,-' RESIDU

116

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
Berdasarkan analisis ke-l00 data di atas dengan mengkategorikan data ke dalam setiap jenis Variasi Interpersonal, maka dapat dideskripsikan bahwa Variasi Interpersonal yang paling dominan dalarn peneIjemahan teks parikan bahasa Jawa ke dalarn bahasa Indonesia adalah Variasi Interpersonal Rendah, seperti yang dapat dilihat dalarn tabe) 4.61 di bawah ini.

Tabe14.4 Variasi Interpersonal Teks Translasional Parikan bahasa Jawa ke dalam
bahasa Indonesia

No. Variasi
1. Variasi Rendah
2. Variasi Sedang 3. Variasi Tinggi
lumlah

JumlahData

Frekuensi

Persentase


41 41

23 23

36 36

100 100

TeIjadinya Variasi Interpersonal Rendah, Variasi Interpersonal Sedang, dan Variasi Interpersonal Tinggi merupakan hasil proses peneIjemahan dari klausa bahasa sumber ke klausa bahasa sasaran. Seperti diuraikan di bab III, bahwa Variasi Interpersonal dikatakan rendah jika jumJah Moda dan Residu di bahasa sumber dan bahasa sasaran adaJah sarna dan susunan kedua unsur tersebut tidak berubah. Variasi Interpersonal dikatakan sedang jikajumlah Moda dan Residu berbeda satu susunan unsur Moda dan Residu yang terdapat di bahasa sumber ke bahasa sasaran dan susunan kedua unsur tersebut mengalami sedikit perubahan. Variasi Interpersonal dikatakan tinggi jika jumlah Moda dan Residu di bahasa sumber dan bahasa sasaran tidak sarna (perbedaannya dua atau lebih) dan susunan kedua unsur tersebut rnengalami perubahan, yaitu Moda dan Residu di bahasa sumber berubah letak susunannya menjadi di bahasa sasaran. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Variasi interpersonal yang teIjadi pada semua tingkat variasi adalah Variasi Interpersonal Rendah, Variasi Interpersonal Sedang, dan Variasi Interpersonal Tinggi. Jurnlah terbesar ada pada Variasi Interpersonal Rendah yaitu 41 (41 %) data dan yang terendab adalah Variasi Interpersonal Sedang dengan 23 (23%) data.
Perubahan jumlah dan susunan unsur Moda dan Residu dirujuk pada struktur Moda dan Residu itu sendiri, di mana Moda terbentuk dari dua unsur yaitu subjek dan tinit, sementara itu Residu terbentuk dari tiga unsur yaitu Predikat, Komplemen, dan Adjung.

Tabel4.5 Jumlah Struktur Moda dan Residu pada Teks Translasional Parikan bahasa Jawa
ke dalam bahasa Indonesia

Struktur No. Modadan
Residu
1. Moda , " 2. Residu
Jumlah


Teks Bahasa Jawa

Frekuensi 82 125 j. 207

Persentase 39,61 60,39 100

Teks Bahasa Indonesia

Frekuensi 90 140 230

Persentase 39,13
i.-' 60,87 100

117

Mayasari
Struktur Residu mendominasi kedua teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran. Perbedaan antara jumlah Residu dengan Moda yaitu pada bahasa sumber Residu memperoleh hasil 125 (60,39%) data dan di bahasa sasaran Residu memperoleh hasil 140 (60,87%) data sementara itu Moda pada bahasa sumber memperoleh hasil 82 (39,61 %) data dan di bahasa sasaran Moda memperoleh hasil90 (39,13%) data.
Struktur Moda dan Residu mempunyai komponen atau unsur-unsur yang membentuk Moda dan Residu. Moda terbentuk dari Subjek dan Finit. Residu terbentuk dari Predikator, Komplemen, dan Adjung. Distribusi penggunaan unsur-unsur Moda dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel4.6 Jumlab Unsur Moda pada Teks Translasional Parikan babasa Jawa ke dalam
bahasa Indonesia.


No. UnsurModa

Teks Bahasa Jawa

1. Subjek 2. Finit
Jumlah

Frekuensi 58 34 92

Persentase 63,04 36,96 100

Teks Bahasa Indonesia

Frekuensi 59 38 97

Persentase 60,83 39,17 100

Dari !abel di atas dapat diketahui bahwa unsur Moda yaitu subjek mendominasi kedua teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran. Oi bahasa sumber, Subjek memperoleh persentase 58 (63,04%) data, sementara itu di bahasa sasaran SUbjek memperoleh presentase 59 (60,83%) data. Pada bahasa sumber unsur Moda yaitu Finit memperoleh hasil 34 (36,96%) data dan di bahasa sasaran Finit memperoleh hasil lebih tinggi dibandingkan pada bahasa sumberyaitu 38 (39,17%) data.
Adapun unsur-unsur yang membentuk Residu adaJah Predikat, Komplemen, dan Adjung. Oistribusi penggunaan unsur-unsur Residu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel4.7 Jumlab Unsur Residu pada Teks Translasional Parikan bahasa Jawa ke dalam
bahasa Indonesia

No. Unsur Residu

Teks Bahasa Jawa

Teks Babasa Indonesia

1. Predikator
2. Komplemen 3. Adjung
Jumlah

Frekuensi 98 81 54 233

Persentase 42,06 34,76 23,18 100

Frekuensi 97 82 58 237

Persentase 40,93 34,60 24,47 100

Unsur Residu yang dominan di kedua teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah Predikator, pada bahasa 'sumber unsur Residu yaitu Predikator memperoleh hasil 98 (42,06%) data sementara di bahasa sasaran unsur Residu yaitu Predikator memperoleh hasil97 (40,93%) data, unsur

118

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
<
Residu lainnya yaitu Komplemen di bahasa sumber memperoleh hasil 81 (34,76%) data dan di bahasa sasaran unsur Residu yaitu Komplemen memperoleh hasil 82 (34,60%) data, dan unsur Residu yang terakhir adaJah adjung, di bahasa sumber adjung memperoleh hasil 54 (32,52%) data dan di bahasa sasaran unsur Residu yaitu adjung memperoleh hasil 58 (24,47%) data.
Teridentifikasinya Variasi Interpersonal Rendab sebagai variasi yang dominan pada teks parikan bahasa Jawa ke daJam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh Jetak struktur Moda dan Residu, apakah berubah atau tidak berubah. Distribusi perubahan letak struktur Moda dan Residu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel4.8 Jumlah Letak Struktur Moda dan Residu pada Teb Translasional Pankan bahasa
Jawa ke dalam bahasa Indonesia

No. Letak Struktur Moda dan Residu
1. Berubah
2. Tidak Berubah
Jumlah

JumlahData

Frekuensi

Persentase

36 36 64 64 100 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa letak struktur Moda dan Residu yang tidak berubah lebih dominan pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Letak struktur Moda dan Residu yang tidak berubah memperoleh hasil 64 (64%) data, sementara itu letak struktur Moda dan Residu yang berubah pada teks pankan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia memperoleh basil 36 (36%) data. Dengan demikian, variasi rendah pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia menjadi variasi yang paling dominan karena letak struk'tur Moda dan Residu yang tidak berubah paling mendominasi pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia, baik pada teks bahasa somber maupun bahasa sasaran.

Dalam penelitian ini telah dideskripsikan bahwa Variasi Interpersonal yang dominan dalam teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah Variasi Interpersonal Rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya perubahan susunan antara Moda dan Residu yang dilakukan dalam proses terjemahan.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Temuan
Temuan pada penelitian ini dideskripsikan berdasarkan analisis data. Selanjutnya, pembahasan dalam peneJitian ini difokuskan pada temuan yang terkait dengan dampak Variasi Interpersonal terhadap kualitas penerjemahan yang dihasilkan.
Berdasarkan analisis data pada bagian 4 ditemukan bahwa dari 100 data yang diteliti terdapat 41 (41 %) data yang dikategorikan sebagai Variasi InterpersonaJ Rendah, 23 (23%) data dikategorikan sebagai Variasi Interpersonal Sedang, dan 36 (36%) data dikategorikan sebagai Variasi Interpersonal Tinggi. Terjadinya Variasi Interpersonal Rendah, Variasi Interpersonal Sedang, dan Variasi Interpersonal Tinggi merupakan hasil proses penerjemahan dari teks bahasa sumber ke klauSa bahasa sasaran. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa Variasi Interpersonal yang dominan dalam teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah Variasi
119

Mayasari
Interpersonal Rendab. Hal ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya perubaban susunan antara Moda dan Residu yang dilakukan dalam proses peneJjemaban.
Perubahan jumlah dan susunan unsur Moda dan Residu dirujuk pada struktur Moda dan Residu itu sendiri, di mana Moda terbentuk dari dua unsur yaitu SUbjek dan Finit, sementara itu Residu terbentuk dari tiga unsur yaitu Predikat, Komplemen, dan Adjung. Dalam penelitian ini, struktur Residu mendominasi kedua teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran. Perbedaan antara jumlah Residu dan Moda yaitu pada bahasa sumber Residu memperoleh hasi1 frekuensi kemunculan sebanyak 125 kali atau 60,39% dan di bahasa sasaran Residu memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 140 kali atau 60,87%, sementara itu Moda pada babasa sumber memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 82 atau 39,61% dan di bahasa sasaran Moda memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 90 kali atau 39,13%.
Struktur Moda dan Residu mempunyai komponen atau unsur-unsur yang membentuk Moda dan Residu. Moda terbentuk dari SUbjek dan Finit Residu terbentuk dari Predikator, Komplemen, dan Adjung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur Moda yaitu Subjek mendominasi kedua teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun di bahasa sasaran. Di bahasa sumber, Subjek memperoleh basil frekuensi kemuculan sebanyak 58 kali (63,04%), sementara itu di babasa sasaran Subjek memperoleh hasil frekuensi kemuculan sebanyak 59 kali (60,83%). Pada bahasa sumber unsur Moda yaitu Finit memperoleh hasil frekuensi kemuculan sebanyak 34 kali (36,96%) dan di bahasa sasaran Finit memperoleh hasil frekuensi kemunculan lebih tinggi dibandingkan pada bahasa sumber yaitu 38 kali (39,17%). Adapun unsur-unsur yang membentuk Residu adalah Predikator, KompJemen, dan Adjung. Unsur Residu yang dominan di kedua teks partkan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia baik di bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah Predikator, pada bahasa sumber unsur Residu yaitu Predikator mernperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 98 kali (42,06%) sementara di bahasa sasaran unsur Residu yaitu Predikator memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 97 kali (40,93%), unsur Residu lainnya yaitu Komplemen di bahasa sumber memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 81 kali (34,76%) dan di bahasa sasaran unsur Residu yaitu Komplemen memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 82 kali (34,60%), dan unsur Residu yang terakhir adalah Adjung, di bahasa sumber adjung memperoleh hasil frekuensi kemuncu)an sebanyak 54 kali (32,52%) dan di bahasa sasaran unsur Residu yaitu Adjung memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 58 kali (24,47%).
Teridentifikasinya Variasi Interpersonal Rendah sebagai Variasi yang dominan pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh letak struktur Moda dan Residu, apakah berubah atau tidak berubah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa letak struktur Moda dan Residu yang tidak berubah lebih dominan pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Letak struktur Moda dan Residu yang tidak berubah memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 64 kali (64%), sementara itu letak struktur Moda dan Residu yang berubah pada teks parikau bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia memperoleh hasil frekuensi kemunculan sebanyak 36 kali (36%). Dengan demikian, Variasi Interpersonal Rendab pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia menjadi Variasi yang paling dominan karena letak struktur Moda dan Residu yang tidak berubah paling mendominasi pada teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia, baik pada teks bahasa sumber maupun babasa sasaran.
,.",
120

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Variasi Interpersonal Rendah
Terjadinya Variasi Interpersonal Rendah pada penerjemahan dari bahasa sumber yaitu bahasa Jawa ke bahasa sasaran yaitu bahasa Indonesia disebabkan dua faktor utama yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor intrinsik yang muncuJ dalam Variasi Interpersonal Rendah pada teks translasionaJ parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah unsur gramatikal pembentuk Moda dan Residu setiap klausa. Umumnya tidak adanya perubahan struktur Moda dan Residu dari bahasa sumber ke struktur Moda dan Residu bahasa sasaran menyebabkan terjadinya Variasi Interpersonal Rendah tersebut.
Sementara itu, faktor ekstrinsik yang menyebabkan terjadinya Variasi Interpersonal Rendah dalam teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah konteks situasi atau register. Konteks situasi berperan penting dalam pembentukan Variasi yang dominan daJam terjemahan teks parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Terdapat tiga aspek dalam konteks situasi, yang pertama yaitu aspek medan wacana yang membicarakan kegiatan berinteraksi yang memiliki dua dimensi yaitu tentang apa yang dibicarakan dan untuk apa dibicarakan, yang kedua adalah pelibat wacana yaitu siapa yang membicarakan, dan yang ketiga adalah sarana wacana yaitu bagaimana pembicaraan itu dilakukan.
KeseJuruhan medan wacana dari data peneiitian ini adaJah nasihat dan sindiran yang ditujukan untuk memberi nasihat kepada manusia dan sindiran terhadap negara Jepang yang ingin menguasai negara Indonesia pada waktu itu. Unsur medan wacana ini dapat ditemukan di hampir semua bunyi kJausa parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia yang terdapat pada buku parikan Jawa oleh Toer 2011.
Unsur yang kedua dari konteks situasi adalah pelibat, dalam teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia ini yang menjadi pelibat wacananya adalah penutur dan petutur, daJam bali ini yang menjadi penutur dan petuturnya adaJah masyarakat suku Jawa secara khusus karena masyarakat suku Jawa yang lebih memahami makna dari klausa tersebut. Variasi yang terjadi yaitu variasi rendah karena pelibatnya tetap masyarakat secara umum meskipun diubah ke dalam bentuk bahasa Indonesia yang diharapkan menjadi konsumsi masyarakat bertutur Indonesia.
Unsur ketiga dari konteks situasi adalah sarana wacana, yang digunakan adalah bahasa tulis baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran, dalam teks translasionaJ parikan bahasa Jawa ke daJam bahasa Indonesia adalah teks tuJisan. Pada hakikatnya masyarakat suku Jawa merupakan pemegang sastra lisan. Dalam hal ini terdapat beberapa klausa lisan yang dituliskan sehingga perlu mendapat penambahan unsur. Faktor konteks situasi yang sarna unsurnya mendorong terjadinya variasi rendah daJam teks transJasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Pembabasan
Dampak Variasi Interpersonal Rendah terhadap Kualitas Penerjemahau
Berdasarkan analisis data dan temuan dalam penelitian ini, maka pembahasan daJam penelitian ini dideskripsikan pada temuan yang terkait dengan dampak Variasi Inte£personal Rendah terhadap·· kualitas penerjemahan yang dihasjlkan. Kualitas penerjemahan pada penelitian ini difokuskan pada penilaian keakuratan penerjemahan teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Penilaian
121

Mayasari
penerjemahan pada peneJitian dilakukan dengan cara pemberian kode angka untuk menilai setiap tingkat keakuratan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
1. Terjemahan Akurat
Terjemahan akurat merujuk pada terjemahan yang tidak mengalami distorsi makna. Dengan kata lain, makna kata, dan klausa bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Kategori penilaian terjemahan yang akurat pada penelitian ini diJakukan dengan cara pemberian kode angka 3 (tiga). Nilai 3 (tiga) tersebut berarti bahwa apabila penyampaian makna dalam teks bahasa sumber sudah akurat dengan pesan daJam teks bahasa sasaran karena tidak ada banyak penambahan, penghilangan, atau perubahan makna. Dalam penelitian ini ada 57 (57%) data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang sudah akurat.
a. Terjemahan Kurang Akurat
Terjemahan yang kurang akurat merujuk pada terjemahan yang sebagian besar makna kata dan klausa bahasa sumber yang diaIihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau teIjemahan yang mengganggu keutuhan makna. Kategori penilaian terjemahan yang kurang akurat pada penelitian ini dilakukan dengan cara pemberian kode angka 2 (dua). Nilai 2 (dua) tersebut berarti bahwa apabila penyampaian makna dalam teks bahasa sumber kurang akurat dengan makna dalam teks bahasa sasaran dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna. Dalam peneiitian ini ada 39 (39%) data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang kurang akurat
b. Terjemaban Tidak Akurat
Teljemahan yang tidak akurat merujuk pada teljemahan yang makna kata dan k1ausa bahasa sumber yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan. Kategori penilaian terjemahan yang tidak akurat pada penelitian ini dilakukan dengan cam pemberian kode angka 1 (satu). Nilai 1 (satu) tersebut berarti bahwa apabila makna dalam teks bahasa sumber tidak akurat dengan makna dalam teks bahasa sasaran. Dalam penelitian ini ada 4 (4%) data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang tidak akurat.
Berdasarkan variasi interpersonal yang dominan daJam teks translasional parikan bahasa Jawa ke daJam bahasa Indonesia yaitu Variasi Interpersonal Rendah dapat dideskripsikan dampak Variasi Interpersonal Rendah terhadap keakuratan penerjemahan tersebut, bahwa kemampuan peneljemah yang sangat mahir dalam menerjemahkan bahasa sumber ke bahasa sasaran menyebabkan hasil penerjemahan sudah akurat dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan demikian, para pembaca yang tidak bersuku Jawa dapat dengan lebih mudah memahami pesan, isi, dan makna dari teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari 100 data berupa k1ausa dalam dua teks yaitu teks parikan bahasa Jawa dan teljemahannya dalam bahasa Indonesia diperoleh beberapa simpulan berikut:

'''..

122

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
1. Variasi Interpersonal yang paling dominan dalarn terjemahan teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia adalah Variasi Interpersonal Rendah yaitu sebanyak 4] (41 %) data. Dengan demikian, dalarn teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalarn bahasa Indonesia, Variasi Interpersonal Rendah ini bermakna tidak banyak terjadi perubahan struktur Moda dan Residu yang diJakukan oleh penerjemah. Variasi Interpersonal Rendah yang terjadi dalarn teljemahan teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalarn bahasa Indonesia tersebut karena hanya terdapat sedikit perbedaan struktur unsur Moda dan Residu, dan Residu yang paling dominan daripada Moda.
2. Terjadinya Variasi Interpersonal Rendah yang paling dominan dikarenakan adanya faktor penyebab teljadinya variasi rendah tersebut. Faktor penyebab yang ada yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dimaksud adalah tidak terjadinya perubahan konteks gramatikal dari teks bahasa Jawa ke teks bahasa Indonesia pada teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalarn bahasa Indonesia. Tidak adanya perubahan unsur gramatikal yang dimaksud adalah kedudukan Subjek dalam bahasa Jawa tetap menjadi Subjek dalam bahasa Indonesia, begitu juga unsur Predikatnya, sehingga struktur Moda dan Residunya tidak berubah letaknya. Kesamaan fungsi klausa ini menyebabkan munculnya variasi interpersonal rendah, sedangkan secara konteks ekstrinsik adanya konteks budaya yang sarna-sarna diwakili oleh mode, tenor, dan field yang sarna yaitu merupakan nasihat dan sindiran dalam teks transJasional parikan bahasa Jawa ke dalarn bahasa Indonesia. Kesamaan unsur register ini memungkinkan terciptanya variasi interpersonal yang rendah.
3. Dominasi Variasi Interpersonal Rendah menyebabkan tercapainya keakuratan makna dalarn teljemahan. Dalam penelitian ini hal tersebut tercapai dikarenakan kemahiran peneljemah dalam menerjemahkan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran sehingga diperoleh keakuratan penerjemahan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dengan demikian, para pembaca yang tidak bersuku Jawa dapat lebih mudah memahami pesan, isi, dan makna dari teks translasional parikan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia.
Saran
Sebuah penelitian akan sangat berguna jika dapat dimanfaatkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Untuk memberikan sumbangan pemikiran, diberikan beberapa saran untuk pihak yang bergelut dengan hal teljemahan dan linguistik.
1. Untuk menentukan Variasi Interpersonal yang dominan dalam teks sastra terutama syair, panton, ataupun parikan, perlu diketahui beberapa hal antara lain: a. Pembagian klausa yang jelas karena dalam parikan atau sastra lama suatu baris belum tentu merupakan suatu klausa. b. Konsep Variasi yang digunakan lebih dikhususkan untuk Variasi Interpersonal teks sastra lama.
2. Untuk menentukan faktor-faktor penyebab teIjadinya Variasi (rendah, sedang, atau tinggi) harns diperhatikan faktor intrinsik dan ekstrinsik teks tersebut. Perlu kiranya ditambahkan latar belakang penerjemah dalam penganalisisan teks.
3. Penilaian ketepatan teljemahan sudah bisa diterimajika dilengkapi dengan keterangan atau data sekunder berupa hasil wawancara dengan narasumber yang memaharni teks translasional parikan dalarn dua bahasa yaitu bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
:,-,
123

Mayasari
DAFTAR PUSTAKA
Alindah, Lutfiyah. (2012). "Variasi Keluasan Malena Interpersonal Dalam Teks Translasional Multibahasa 'JMR 'AT 'INDA NUQTHAT AL-SHIFR' Berbahasa Arab, Inggris dan Indonesia" (Tesis). Yogya: Universitas Negeri Yogyakarta, Program Pascasrujana

Amelia, T.Winona. (2001). "Malena Antarpesona Dalam !klan Lisan dan Tulisan". (Tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.
Andriany, Liesna. (2011). "Ujaran Interpersonal dalam Wacana Kelas Analisis Linguistik Sistemik Fungsional. " (Disertasi). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Baker, M. (1992). In Other Word: A Course Book on Translation: London: Sage Publication.
Bell, Roger T. (1993). Translation and Translating: Theory and Practice: Second Edition. London: Longman.

Eggins, Suzanne. (2004). An Introduction to Systemic Functional Linguistics: Second Edition. London: continuum International Publishing Group.
Halliday, M.A.K. dan J.R. Martin (ed.). (1993). Writing Science: Literacy and Discoursive Power. London: The Falmer Press.

Halliday, M.A.K. (1994). An Introduction to Functional Grammar. London: Arnold.
Halliday, M.A.K. (2004). An Introduction to Functional Grammar. Third edition. London:Arnold.

Herlina. (2007). "Makna Antarpesona Da!am Teks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Karo." (Tesis). Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascarsarjana.
Jakobson, Roman. (1959). (2000). "On Linguistic Aspects of Translation" dalam Lawerence Venuti (Ed.). The Translation Studies Reader, pp113-118. New York:
Routledge.

Kress, G. (2002). "Ideological Structures in Discourse", daIam van Dijk, T.A. (ed). Handbook of Discourse Analysis, Volume 4, Halaman 27-42.
Larson, Mildred L. (1984). Meaning-based Translation: A Guide to Cross Language Equivalence. New York: University Press ofAmerica.
Larson, Mildred L. (1988). Penerjemahan Berdasarkan Malena: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa (Diterjemahkan oleh Kencanawati Taniran dar; Meaning-based Translation: A Guide to Cross Language Equivalence). Jakarta: Penerbit Arcan.

Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa.

Martin, J.R. (1992). English Text System and Structure. Amsterdam: Benjamins BV.
Martin, J.R., Matihiessen, & c. Painter. (1995). Developing Functional Grammar: A
Workbookfor Halliday's Introduction to Functional Grammar. Sydney: Sydney University

Munday, Jeremy. (2012). Introducing Translation Studies: Theories and Applications. Third Edition.London and New York: Routledge.

:.... Newmark, Peter. ィーYセウXI」ッ。NaイH@Q・

to Translation. Oxford: Pergamon.

. "-

Nida, Eugene. A dan Charles R. Taber. (1969). The Theory and Practice o/Translation. Leiden: E. J Brit

124

Kajian Linguistik, Tahun Ke-II, No I, Februari 2014
Novikawati, Yuneni. (2010). ''Nilai Budaya Tradisi Lisan ParikanJawa".
Saragih, Amrin. (2006). Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: Universitas Negeri Medan, Program Pascasarjana
Silalahi, Roswita, (2012). Terjemahan Teks Medis dalam Bahasa Indonesia: Analisis Dampak Kemampuan Peneryemah Terhadap Kualitas Teryemahannya. Medan: Bantong Jaya.
Sinar, T. SUvana. (2003). Teori dan Analisis Wacana Pendekatan Sistemik FWlgsional. Medan: Pustaka Bangsa Press.
Sinar, T. Silvana. (2011). Kearifan Lokal Berpantun dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan: USU Press.
Sutopo, H.B. (2006). Metodologi: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian: Edisi Kedua. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syihabuddin, (2002). Teori dan Praktik Peneryemahan Arab-Indonesia. Bandung: Departemen Pendidikan nasional.
Toef, K. S (2011). Parikall Pantun Jawa. Jakarta: Feliz Books. Tou, Asruddin B. (2008). An SFL-Inspired Framework of Translation: a Translation
Semiotic Communication Model. JournaJ ofModem Languages 18: 15-40.
Sumber dari Internet:
Pengertian Parikan Jawa. Diunduh dari: http://id.\vikipedia,orglv,,-ikilTradisi lisan (Diakses pada tanggal20 Desember 2013; 10:44:04)
Struktur Kalimat Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Diunduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Struktur bahasa (Diakses pada tanggal 21 Desembef 2013; 12:04:22)

i,-'
125

''':.