Perbandingan Manfaat-Resiko Obat-Obat Antihistamin Penghambat Reseptor H1 Generasi II.

ABSTRAK

Perbandingan Obat-obat Antihistamin Penghambat Reseptor Ht Generasi II
berdasarkan Efektivitas dan Efek samping
Diana .N. Hendra, 2003. Pembimbing I: Diana Krisanti J, dr, M.kes
Pembimbing II:Freddy Soebiantoro, dr
Obat-obat antihistamin penghambat reseptor HI digunakan untuk mengatasi penyakit
alergi. Penyakit alergi merupakan reaksi sistem imUll yang berlebihan dan tidak
diinginkan dengan mediator utama histamin. Obat-obat antihistamin penghambat reseptor
HI (ARI) berdasarkan efek samping sedasi dibagi menjadi dua yaitu generasi I dan
generasi II. AHI generasi I dengan efek samping sedasi tidak menguntungkan bagi
penggunanya, karena efek sedasi ini menimbulkan penurunan produktifitas dan
peningkatan insidensi kecelakaan. Oleh karena itu, AH1 generasi II merupakan obat
terpilih bagi penderita penyakit alergi, karena efek sedasinya minimal.
Karya tulis ilmiah ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui obat antihistamin
penghambat reseptor Ht generasi II yang paling baik untuk mengatasi penyakit alergi
berdasarkan efektivitas dan efek sampingnya.
Obat AHI generasi II yang dibandingkan ada1ah Fexofenadine, Cetirizine, Azelastine,
Desloratadine, dan Loratadine.
Kesimpulan yang dapat diambil, obat ARt generasi II yang paling baik berdasarkan
efektivitas dan efek sampingnya adalah Desloratadine.


IV

ABSTRACT
Comparison Of Antihistamine Drugs Receptor HI Inhibitor Generation II pursuant to
Effectiveness and Side Effects
Diana. N. Hendra, 2003. Counselor of I: Diana Krisanti J, dr, MKes
Counselor of II: Freddy Soebiantoro, dr.
Antihistamine drugs inhibitor of HI receptor used to overcome allergic disease.
Allergic diseases are reaction of abundant immune .system which are not wanted with
histamine as especial mediator. Antihistamine drugs inhibitor of HI receptor (AHI)
pursuant to sedative side effects divided to become two that is generation I and
generation II. AHI Generation I with sedative side effects disadvantage to its user,
because this sedative effect cause degradation of productivity and accident incidence
improvement. Therefore, AHI Generation II represent chosen drug to patient of allergic
disease, because of a minimum sedative effect.
This literature study is made to know which is the best antihistamine drugs inhibitor
of HI generation receptor II to overcome allergic disease pursuant to its effectiveness
and side effects.
AHI generation II drugs, which compared, are Fexofenadine,

Cetirizine,
Azelastine, Desloratadine, and Loratadine.
In conclusion, the best drug of AHI generation II pursuant to effectiveness and its
side effects is Desloratadine.

v

DAFTARISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
SURA T PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSTRA CT
PRAKA TA
DAFT AR ISI
DAFT AR TABEL
DAFT AR GAMBAR

... ...


...

...

'"

......

BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan .
1.4 Kegunaan Studi Pustaka
1.5 Metode Penelitian

ii
iii
iv
.v
vi

vii
ix
.x
1
2
3
3
3

BAB n TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Histamin
2.1.1 Kimia Histamin
2.1.2 Farmakodinamik Histamin
2.1.3 Histamin Endogen
2.1.3.1 Distribusi Histamin Endogen
2.1.3.2 Sumber, Sintesis, dan Penyimpanan Histamin Endogen
2.1.3.3 Fungsi Histamin Endogen, Reaksi Anafilaktik dan Alergi
2.1.3.4 Pelepasan Histamin oleh Zat Kimia dan Obat
2.1.3.5 Pelepasan Histamin oleh Sebab Lain
2.1.3.6 Pertumbuhan dan Perbaikan Jaringan

2.1.4 Histamin Eksogen
2.1.4.1 Farmakokinetik Histamin Eksogen..
2.1.4.2 Intoksikasi Histamin Eksogen
2.1.4.3 Sediaan Histamin Eksogen
2. 1.4.4 Indikasi Histamin Eksogen
2.1.4.5 Kontraindikasi dan Efek Samping Histamin Eksogen
2.1.5 Peran Histamin dalam Reaksi Hipersensitivitas
2.1.5.1 Sistem Imun Non Spesifik
2.1.5.2 Sistem Imun Spesifik
2.1.5.3 Antibodi.
2.1.5.4 Reaksi Hipersensitivitas
.........
2.2 Antihistamin
2.2.1 Antihistamin Penghambat Reseptor HI
2.2.1.1 Kimia AHI.
2.2.1.2 Farmakologi Antihistamin Penghambat Reseptor HI

VII

4

4
4
7
8
8
.8
9
9
9
10
10
10
11
11
11
..12
12
15
.17
...20

.25
26
.26
26

VUl

2.2.1.3 Farmakokinetik Antihistamin Penghambat Reseptor HI
2.2.1.4 Efek Samping Antihistamin Penghambat Reseptor H1
2.2.1. 5 Intoksikasi Akut AHI
2.2.1.6 Perhatian AHI
2.2.1.7 Indikasi Antihistamin Penghambat Reseptor HI
2.2. 1.8 Pemilihan Sediaan
2.2.1.9 Antihistamin Penghambat Reseptor HI yang Ideal
2.2.1.10 Beberapa Gbat AHI Generasi II
2.2.1.11 Perbandingan Gbat-obat AHI Generasi II

28
28
..29

30
30
32
32
36
42

BAB ill PEMBAHASAN

50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

56

DAFTAR P'USTAKA
RIW AYAT HIDUP .

57
59


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.1 Perbandingan Obat-obat AHI Generasi II

41

Tabel3.1 Perbandingan Obat-obat AHI Generasi II dan Skor

55

IX

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Skema Sistem Imun


12

Gambar 2.2 Fungsi Komplemen

13

Gambar 2.3 Rumus Bangun Dasar Imunoglobulin

17

Gambar 2.4 Empat Tipe Reaksi Hipersensitivitas

20

Gambar 2.5 Reaksi Tipe 1

21

x


BABI

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Antihistamin adalah obat yang bekerja mengantagonis aksi dari histamin. Dbat
antihistamin yang pertama digunakan adalall epinefrin, dan antara tahun 1937-1972,
beratus-ratus antihistamin ditemukan dan sebagian digunakan dalam terapi, tetapi
efeknya tidak banyak berbeda. Antihistamin misalnya Antergan, Neoantergan,
Difenhidramin, dan Tripelenamin dalam dosis terapi efektif untuk mengobati udem,
eritema, dan pruritus pada penderita urtikaria, tetapi tidak dapat melawan efek
hipersekresi asam lambung akibat histamin. Antihistamin tersebut di atas digolongkan
dalam antihistaminpenghambat reseptor HI(AHI).
Sesudah tahun 1972, ditemukan kelompok antihistamin barn, yaitu Burinamid,
Metiamid, dan Simetidin yang dapat menghambat sekresi asam lambung akibat histamin.
Kelompok obat antihistamin tersebut digolongkan dalam antihistamin penghambat
reseptor H2(AH2)CUdin.S, Hedi. RD, 1995).
Histamin sendiri dikenal sebagai mediator kimia yang penting pada peradangan
dan secara khusus berperan dalam respon hipersensitivitas tipe cepat. Hipersensitivitas
atau yang dikenal dengan nama alergi adalah perubahan reaksi tubuh atau pertahanan
tubuh terhadap suatu benda asing yang terdapat di dalam lingkungan hidup sehari-hari.
Alergi termasuk salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai dalam masyarakat.
Manifestasi dari alergi dapat berupa Asma Bronkhiale (pada saluran nafas bawah), rinitis
alergika (pada hidung), UrtikarialEksim (pada kulit). Selain itu, manifestasi alergi
terberat dapat berupa syok anafilaktik. Dari seluruh penyakit akibat alergi, angka
kejadian rhinitis diperkirakan lebih kurang sebanyak 200/0(Asma antara 2-10%, dan
Eksim 1-2 %) (M.C Widjaja, 2002). Masyarakat masih menganggap bahwa penyakit
alergi ini dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kenyataannya untuk mengatasi penyakitpenyakit alergi ini diperlukan obat-obatan antihistamin.
Antihistamin sebagai penghambat reseptor HI yang pertama kali ditemukan berpotensi
untuk menghambat reseptor HI tetapi mempunyai efek sedasi dan antikolinergik yang

1

2
kuat juga. Obat-obat itu juga menyebabkan efek yang tidak diinginkan seperti mulut
kering dan efek sedasi. Klasifikasi terbaru membagi antihistamin menjadi obat-obatan
antihistamin AHI generasi pertama dan generasi kedua.
Antihistamin penghambat reseptor HI generasi I melewati sawar darah otak dengan
cepat dan menghambat reseptor HI di otak lebih dari 80%. Antihistamin AHI generasi
pertama merupakan reseptor yang tidak selektif, obat-obatan ini juga mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap reseptor-reseptor dopaminergik, serotoergik, alpha-adrenergik, dan
kolinergik di otak. Semua antihistamin generasi pertama termasuk semua obat-obatan
tanpa resep dokter yang tersedia di pasaran menyebabkan efek-efek yang tidak
diinginkan seperti hilangnya kewaspadaan dalam mengemudi dan bekerja, menurunkan
ketangkasan dan dapat meningkatkan efek buruk ethanol dalam menyebabkan kerusakan
psikomotor. Penurunan produktivitas pekerja yang disebabkan oleh antihistamin sedatif
banyak ditemukan dalam studi klinik. Jems kecelakaan yang paling sering tetjadi pada
penggunaan obat-obat antihistamin sedatif adalah luka bakar, diikuti dengan luka terbuka
dan luka tusuk, juga patah tulang dan dislokasi sendi (Buske, 2002).
Terapi dengan antihistamin secara kroms dapat menyebabkan penurunan kemanjuran
obat tersebut, hal itu berhubungan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Dengan
demikian obat antihistamin generasi pertama walaupun efektif untuk mengatasi penyakit
alergi namun penggunaannya terbatas oleh karena efek sampingnya seperti sedasi. Pada
tahun 1980 para ahli mulai mengembangkan antihistamin non-sedatif yang tetap efektif
untuk mengatasi gangguan akibat penyakit alergi tanpa efek samping sedasi. Saat ini
obat-obat antihistamin non-sedatif yang kita kenal sebagai antihistamin penghambat
reseptor HI generasi IT sudah banyak ditemukan seperti Loratadine, Cetirizine,
Desloratadine, Azelastine, dan Fexofenadine (Buske, 2002).
1.2 Identifikasi Masalah
Obat antihistamin penghambat reseptor HI generasi IT manakah yang paling baik
dalam mengatasi penyakit alergi berdasarkan efektivitas dan efek samping.

3
1.3 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui obat antihistamin penghambat reseptor HI generasl II yang
paling baik dalam mengatasi penyakit alergi.

1.4 Kegunaan

Studi Pustaka

Kegunaan akademis: memberikan informasi mengenai obat antihistamin generasi
kedua.
Kegunaan Praktis: memberikan informasi bagi penderita dan para klinisi mengenai
obat antihistamin generasi kedua yang paling baik berdasarkan efektivitas dan efek
sampmg.

1.5 Metodologi
Studi Pustaka

BABIV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Jika dibandingkan dengan Loratadine, Cetirizine, Azelastine, dan Fexofenadine, obat
antihistamin penghambat reseptor HI generasi IT yang paling baik dalam mengatasi
penyakit alergi berdasarkan efektivitas dan efek sampingnya adalah Desloratadine.
4.2 Saran
Desloratadine dapat digunakan sebagai obat antihistamin penghambat reseptor HI
pilihan utama untuk mengatasi penyakit alergi.

56

DAFTAR PUSTAKA

AD.AM, inc. 2002. Allergic Rhinitis (Hay fever and Rose Fever) and Chronic
Nasal Congestion.
(http://www.umm.edulpatiented/articles/how antihistamines used all rhinitis
000077 1O.htm)

BertramG.
Katzung, M.D., Ph.D, David. J. Julius, Ph.D. 2001. Histamin,
Serotonin, Alkali Ergot. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: SaJemba
Medika. P. 467-487

Buske M. Laurance Du. 2002. International Journal on Immunorehabilitation..
Sicthburg, USA: I.R.E.N.E
David I Bernstein, MD, William Schoenwetter, M.D., Robert.A Nathan, M.D,
1997. Efficacy and Safety of Fexofenadine For Treatment of Seasonal Allergic
Rhinitis
(http://www.medicinecetcanv.fexofenadine/article.htm)
(http://www.ucdmc.ucdavis.edulucdhs/health/a-z/77allergic/doc
77antihistamine.htm)
F. Estelle R. Simons. 1997. Antihistamines. Allergy Principles and Practice.
Chapter 45.Volume 1.Edisi 5. P. 623-629
http://www.medicinecet.canv.desloratadine/article.htm
Kamen Garna Baratawidjaja, Iris Renganis. 2001. Imunologi Dasar. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: FKUI. p. 3-14
M.C. Widjaja. 2002. Mencegah dan Mengatasi Alergi dan Asma Pada Balita. p 12, 56-58

Michael Smith, M.D. 2002. Claritin Available Without Prescription
(http://www.medicinecet.camlloratodine/article.htm)

S7

58

Pierre Gehanno, M.D, Clothilde Bremard-Oury, M.D., Phillipe Zeisser,
M.D. 1996. Cetirizine.
(http://www.medicinecet.cam/cetirizine/article.htm)
Prof B.M. Henz. Pharmacology Profile of Desloratadine: A Review. 2001.
Department of Dermatology and Allergy. Hunbodt University. Berlin.
Gennany. P 7-11
Sudigdo Adi. 2000. Reaksi Hipersensitivitas. Imunodermatolog; Bag; Pemula.
Bandung: FK Unpad. P. 21-26.
Udin Sjamsudin dan Hedi R. Dewoto. 1995. Histamin dan Antialergi.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: FKUI. p. 248-261
Wallace. 2003. Azelastine-Allergies Health and Medical Information About
Allergens and'Allergy Symtoms
(http://www.medicinecet.cam/azelastine/article.htm)
(bttp://www.nmalgsoc/antihist.htm )