Studi Pengaruh Jumlah Pukulan Pada Uji Kompaksi Standar Proctor.

(1)

vii

STUDI PENGARUH JUMLAH PUKULAN PADA UJI

KOMPAKSI STANDAR PROCTOR

Shavitri Kania Dewi NRP : 0921005

Pembimbing : Ir. Herianto Wibowo, M.T.

ABSTRAK

Kestabilan tanah perlu diperhatikan untuk menjaga keamanan bangunan sipil diatasnya. Karena itu perlu dibuat pengecekan dan perbaikan kondisi tanah, salah satunya dengan cara pengujian kompaksi. Kompaksi adalah proses dimana udara pada pori – pori tanah dikeluarkan dengan cara memberikan energi mekanis (digilas/ditumbuk).

Untuk memperbaiki kondisi tanah, dilakukan pengujian pemadatan tanah dengan variasi jumlah pukulan yang berbeda-beda, yaitu 15, 25, 35 dan 55 pukulan/lapis. Tanah yang akan digunakan sebagai benda uji sebanyak 2 jenis dengan masing-masing diambil pada kedalaman 1 dan 6 meter dari permukaan tanah yang diambil dari lingkungan Maranatha.

Hasil analisa pengujian dan perhitungan yang sudah dilakukan memperlihatkan bahwa tanah yang diuji merupakan tanah lempung. Jumlah

pukulan yang diberikan terhadap tanah uji mempengaruhi nilai γdry maksimum

dan w optimum. Semakin banyak jumlah pukulan, maka semakin besar juga γdry maksimum yang didapat. Pada tanah 1, untuk 15,35, dan 55 pukulan γdry maksimum meningkat masing-masing sebesar 3,76 %, 4,032% dan 8,046% dari hasil pengujian pemadatan 25 pukulan (standard proctor). Untuk tanah 2, peningkatan yang terjadi sebesar 2,56%, 5,83%, dan 9,167% untuk masing-masing pukulan terhadap hasil pengujian standard. Sedangkan untuk w optimum yang terjadi adalah sebaliknya. Semakin banyak jumlah pukulan, maka semakin berkurang nilai kadar air optimumnya. Pada tanah 1, untuk 15,35, dan 55 pukulan, terjadi penurunan w optimum masing-masing sebesar 11,83%, 12,554%, dan 22,08% terhadap w optimum pengujian pemadatan 25 pukulan (standard

proctor). Untuk tanah 2, penurunan yang terjadi sebesar 15,98%, 9,67%, dan

16,13% untuk masing-masing variasi pukulan terhadap pengujian dengan pukulan standard.

Kata Kunci : Pemadatan Standard Proctor, Kadar air optimum, γdry


(2)

viii

STUDY ON THE EFFECT OF NUMBER OF BLOWS ON

STANDARD PROCTOR COMPACTION TEST

Shavitri Kania Dewi NRP : 0921005

Supervisor : Ir. Herianto Wibowo, M.T.

ABSTRACT

The stability of the soil need to be considered to maintain the safety of civilian buildings on it. Because of that, the soil needs to be checked and improved, one way is to do the compaction test. Compaction is the process which the air in the pores issued by providing mechanical energy (crushed / pulverized). To improve the soil condition, soil compaction testing performed by varying the amount of different blows, namely 15, 25, 35 and 55 blows / layer. The soil to be used as a test object are 2 types, with each taken at a depth of 1 and 6 meters from ground level the environment around Maranatha.

Analysis of test results and calculations that have been done show that the tested soil is clay. The number of blows given to test the soil affecting γdry maximum value and w optimum value. The more the number of blows, the greater

maximum γdry obtained. On soil 1, for 15, 35, and 55 blows, the maximum γdry increased respectively by 3.76%, 4.032% and 8.046% from 25 blows compaction test results (standard proctor). For soil 2, the increase occurring by 2.56%, 5.83%, and 9.167% for each blows against the standard test results. At the same time, for the w optimum, the results that occurr are the opposite. The more the number of blows, the more diminished the value of the optimum water content. On soil 1, for 15, 35, and 55 blows, woptimum decrease respectively by 11.83%, 12.554%, and 22.08% of the optimum w 25 blows compaction test (standard proctor). For soil 2, the decline amounted to 15.98%, 9.67%, and 16.13% for each of the various blows to the test results with a standard blows.

Keywords : Standard Proctor Compaction, Optimum Water Content,


(3)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR NOTASI ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 3

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tanah secara Umum ... 4

2.1.1 Komposisi Tanah ... 4

2.1.2 Klasifikasi Tanah ... 6

2.1.2.1 Batas-batas Atterberg ... 8

2.2 Pemadatan Tanah ... 9

2.2.1 Standard Proctor ... 11

2.2.2 Modified Proctor ... 12

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemadatan ... 12

2.2.4 Sifat Tanah Lempung pada Pengujian Pemadatan ... 14

2.2.5 Spesifikasi Pemadatan Tanah di Lapangan ... 15

2.2.6 Alat-alat Pemadat di Lapangan ... 17

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Rencana Kerja ... 21

3.2 Persiapan Contoh Tanah Uji ... 22

3.2.1 Pemilihan dan Pengambilan Contoh Tanah Uji ... 22

3.2.2 Pembuatan Contoh Tanah Uji ... 23

3.3 Prosedur Pengujian ... 23

3.3.1 Pengujian Specific Gravity ... 23

3.3.2 Pengujian Atterberg Limit ... 29

3.3.3 Pengujian Index Properties ... 32

3.3.4 Pengujian Pemadatan (Kompaksi) ... 37

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Data Pengujian Pendahuluan ... 44

4.1.1 Specific Gravity ... 44

4.1.2 Atterberg Limits ... 46


(4)

x

4.2 Analisis Data Pengujian Pemadatan (Kompaksi) dengan Variasi

Jumlah Pukulan ... 51

4.2.1 Pengaruh Jumlah Pukulan terhadap Energi Pemadatan... 51

4.2.2 Pengujian Kompaksi pada Tanah 1 ... 52

4.2.2.1 Kompaksi 25 Pukulan (standard Proctor) ... 52

4.2.2.2 Kompaksi 15 Pukulan ... 53

4.2.2.3 Kompaksi 35 Pukulan ... 54

4.2.2.2 Kompaksi 55 Pukulan ... 55

4.2.3 Pengujian Kompaksi pada Tanah 2 ... 58

4.2.3.1 Kompaksi 25 Pukulan (standard Proctor) ... 59

4.2.3.2 Kompaksi 15 Pukulan ... 60

4.2.3.3 Kompaksi 35 Pukulan ... 61

4.2.3.4 Kompaksi 55 Pukulan ... 62

4.2.4 Perbandingan Hasil Kompaksi Tanah 1 dan 2 ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah ... 4

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg ... 8

Gambar 2.3 Alat Uji Batas Cair ... 9

Gambar 2.4 Prinsip Pemadatan ... 10

Gambar 2.5 Alat Uji Standard Proctor ... 11

Gambar 2.6 Kurva pemadatan standard proctor dan modified proctor ... 12

Gambar 2.7 Berbagai bentuk kurva pemadatan ... 13

Gambar 2.8 Pengaruh energi pemadatan pada lempung berpasir ... 14

Gambar 2.9 Pengaruh pemadatan pada susunan tanah ... 15

Gambar 2.10 Perhitungan ekonomis dalam memperoleh hasil pemadatan ... 16

Gambar 2.11 Smooth Wheel Roller ... 17

Gambar 2.12 Rubber Tire Roller ... 18

Gambar 2.13 Sheeps Foot Roller ... 18

Gambar 2.14 Tamping Foot Roller ... 19

Gambar 2.15 Grid Roller ... 19

Gambar 2.16 Vibrating Plate ... 20

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ... 21

Gambar 3.2 Contoh tanah 1 ... 22

Gambar 3.3 Contoh tanah 2 ... 22

Gambar 3.4 Lokasi pengambilan tanah ... 23

Gambar 3.5 Ilustrasi antara berat Erlenmeyer, air, dan butir tanah ... 28

Gambar 3.6 Diagram fase tanah ... 35

Gambar 3.7 Grafik perkiraan kadar air optimum ... 40

Gambar 4.1 Pengujian Gs ... 45

Gambar 4.2 Kurva alir pengujian LL tanah 1 ... 46

Gambar 4.3 Bagan plastisitas - Casagrande plasticity chart tanah 1 ... 47

Gambar 4.4 Kurva alir pengujian LL tanah 2 ... 48

Gambar 4.5 Bagan plastisitas - Casagrande plasticity chart tanah 2 ... 49

Gambar 4.6 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 52

Gambar 4.7 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 53

Gambar 4.8 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 54

Gambar 4.9 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 55

Gambar 4.10 Kurva gabungan hubungan berat volume kering dan kadar air tanah 1 ... 56

Gambar 4.11 Kurva pengaruh jumlah pukulan terhadap γdry pada tanah 1 ... 57

Gambar 4.12 Kurva pengaruh jumlah pukulan terhadap kadar air (w) pada tanah 1 ... 57

Gambar 4.13 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 59

Gambar 4.14 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 60

Gambar 4.15 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 61

Gambar 4.16 Kurva hubungan berat volume kering (γdry) dan kadar air (w) ... 62

Gambar 4.17 Kurva gabungan hubungan berat volume kering dan kadar air tanah 2 ... 63


(6)

xii

Gambar 4.19 Kurva pengaruh jumlah pukulan terhadap kadar air (w) pada tanah 1 ... 64


(7)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batasan-batasan ukuran golongan tanah ... 8

Tabel 3.1 Klasifikasi Sr ... 33

Tabel 3.2 Jenis pengujian kompaksi ... 39

Tabel 4.1 Data pengujian specific gravity tanah 1 ... 45

Tabel 4.2 Data pengujian specific gravity tanah 2 ... 46

Tabel 4.3 Data Pengujian Batas Cair ( Liquid Limit) tanah1 ... 47

Tabel 4.4 Data Pengujian Batas Plastis tanah 1 ... 48

Tabel 4.5 Data Pengujian Batas Cair ( Liquid Limit ) tanah 2 ... 49

Tabel 4.6 Data Pengujian Batas Plastis tanah 2 ... 50

Tabel 4.7 Some Typical values for different of some common soil materials ... 52

Tabel 4.8 Hasil Kompaksi 25 pukulan ... 53

Tabel 4.9 Hasil Kompaksi 15 pukulan ... 54

Tabel 4.10 Hasil Kompaksi 35 pukulan ... 55

Tabel 4.11 Hasil Kompaksi 55 pukulan ... 53

Tabel 4.12 Nilai berat kering maksimum dan kadar air optimum kompaksi 15, 25, 35, dan 55 pukulan ... 57

Tabel 4.13 Hasil Kompaksi 25 pukulan ... 59

Tabel 4.14 Hasil Kompaksi 15 pukulan ... 60

Tabel 4.15 Hasil Kompaksi 35 pukulan ... 61

Tabel 4.16 Hasil Kompaksi 55 pukulan ... 62

Tabel 4.17 Nilai berat kering maksimum dan kadar air optimum kompaksi 15, 25, 35, dan 55 pukulan ... 63


(8)

xiv

DAFTAR NOTASI

A Area

D Diameter

e Angka pori

Gs Berat spesifik butir tanah GT Berat jenis air

Ic Consistency Index If Flow Index It Toughness Index LI Liquidity Index LL Batas cair

M Massa total

Ms Massa tanah n Porositas

PI Indeks plastisitas

PL Batas plastis

SL Batas susut

Sr Derajat kejenuhan

T Suhu

Ts Tarikan permukaan membran t Waktu

ua Tekanan udara pori

uw Tekanan air pori V Volume total

Vs Volume butiran padat

Vv Volume pori

Vw Volume air dalam pori W Berat total

Ws Berat padat Ww Berat air w Kadar air

wi Kadar air initial


(9)

xv X Koreksi dispersent

Zr Effective depth

γ Berat volume tanah

γ’ Berat volume tanah efektif

γd Berat volume tanah kering

γw Berat volume air

Viskositas aquades (poise)

w Kadar air volumetrik

ρ Kerapatan tanah

ρd Kerapatan tanah pada kondisi kering

ρs Kerapatan tanah basah

ρw Kerapatan air pada pori

χ Parameter yang berhubungan dengan derajat kejenuhan tanah


(10)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengujian Specific Gravity ... 70

Lampiran 2 Pengujian Atterberg Limits ... 74

Lampiran 3 Pengujian Index Properties ... 79


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan penduduk saat ini semakin meningkat, kebutuhan akan bangunan – bangunan infrastruktur yang berhubungan dengan ilmu teknik sipil juga meningkat, seperti jalan raya, jembatan, gedung dan waduk. Permasalahan yang selama ini melanda Indonesia baik itu permasalahan politik, sosial, ataupun ekonomi tidak terlalu menghalangi untuk dilaksanakannya proses pembangunan meskipun dengan biaya yang begitu tinggi. Pelaksanaan pembangunan sangatlah memerlukan suatu perencanaan yang baik, sehingga diharapkan akan dapat memberikan hasil yang efisien dan ekonomis dengan efektifitas yang tinggi.

Salah satu yang harus diperhatikan adalah keadaan tanah pada lokasi bangunan. Semua bangunan sipil yang dibangun di atas tanah perlu diperhatikan kestabilan dan keamanan bangunannya. Hal ini sangat tergantung pada kestabilan tanah di lokasi tersebut. Karena itu perlu dibuat pengecekan kondisi tanah.

Jika tanah tidak memenuhi syarat maka perlu dilakukan perbaikan berupa pemadatan, sehingga kekuatan dan daya dukung tanah semakin meningkat. Penelitian mengenai pemadatan tanah tersebut dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah.

Pemadatan tanah, atau seringkali disebut kompaksi adalah suatu proses dimana udara pada pori – pori tanah dikeluarkan dengan cara mekanis (digilas/ditumbuk). Percobaan ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah.

Kompaksi terdiri dari 2 jenis yaitu standard proctor dan modified proctor.

Standard proctor digunakan pada pembuatan jalan, gedung, dan bendungan tanah.

Sedangkan modified proctor digunakan dalam pembangunan yg membutuhkan kekuatan daya dukung tanah lebih besar, misalnya bandara dan jalan raya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, alat – alat yang digunakan dalam proyek suatu bangunan semakin berat, sehingga pemadatan tanah menggunakan modified


(12)

2 Universitas Kristen Maranatha

proctor juga seringkali digunakan dalam proyek pembangunan gedung besar dan sarana lainnya.

Percobaan pemadatan ini memerlukan kadar air optimum agar didapatkan hasil kepadatan maksimum. Kadar air ini tergantung dari daya pemadatannya, apabila daya pemadatannya berbeda maka kadar air juga berbeda. Kadar air optimum di tentukan dengan melakukan percobaan di laboratorium. Hasil percobaan ini dipakai untuk menentukan syarat – syarat yang harus dipenuhi pada waktu pemadatan di lapangan. Kadar air optimum didapatkan dari grafik hubungan antara berat volume kering dengan kadar air.

Di laboratorium, kompaksi standard proctor memerlukan 25 kali pukulan

pada setiap lapisan dengan diameter mold 4”. Jumlah lapisan yang digunakan 3 lapis. Pada percobaan ini, peneliti akan memodifikasi dan membandingkan pengaruh variasi jumlah pukulan pada kompaksi standard proctor. Jumlah pukulan yang akan digunakan yaitu 15,25,35 dan 55 kali pada setiap lapisan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nilai dry maksimum dan w optimum pada variasi jumlah pukulan yang diberikan pada pengujian pemadatan standard proctor, sehingga tercapai nilai dry maksimum dan w optimum yang paling baik untuk digunakan sebagai acuan pemadatan di lapangan.


(13)

3 Universitas Kristen Maranatha

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup dari pembahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Kristen Maranatha.

2. Pengujian pemadatan (kompaksi) hanya menggunakan standard proctor. 3. Tanah yang digunakan diambil dari 2 lokasi yang berbeda di lingkungan

kampus Maranatha.

4. Jumlah pukulan yang digunakan pada tiap sample adalah 15, 25,35, dan 55.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari laporan tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan membahas tentang uraian mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup pembahasan serta sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka membahas penjelasan tentang pemadatan (kompaksi) dan langkah – langkah percobaan di laboratorium.

BAB III Studi Kasus dan Analisis menjelaskan mengenai data – data yang didapatkan dari hasil percobaan di laboratorium.

BAB IV Hasil Analisis dan Pembahasan, berisi tentang hasil pengolahan data serta pembahasan dari hasil pengolahan data – data tersebut.

BAB V Kesimpulan dan Saran berisi penutup dari penulisan Tugas Akhir yang berupa kesimpulan dan saran mengenai percobaan yang dilakukan.


(14)

69 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada pengujian pendahuluan, tanah 1 yang diambil pada kedalaman 1 meter merupakan tanah lanau (silt) dan tanah 2 yang diambil pada kedalaman 6 meter merupakan tanah lempung (clay). Dari hasil analisa pengujian laboratorium tentang pengaruh jumlah pukulan pada kompaksi standard proctor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian, jumlah pukulan mempengaruhi nilai γdry maksimum. Semakin banyak jumlah pukulan yang diberikan , maka γdry maksimum juga akan semakin meningkat. γdry maksimum pada tanah 1 terjadi peningkatan sebesar 3,766% untuk 15 ke 25 pukulan (standard proctor), 4,032% untuk 25 ke 35 pukulan, 8,046% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan terjadi peningkatan sebesar 12,13%. Pada tanah 2 peningkatan γdry maksimum sebesar 2,56% untuk 15 ke 25 pukulan, 5,83% untuk 25 ke 35 pukulan, 9,167% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan peningkatan yang terjadi sebesar 11,965%.

2. Jumlah pukulan juga mempengaruhi nilai kadar air optimum. Semakin banyak jumlah pukulan, maka semakin berkurang jumlah kadar air optimumnya. Kadar air optimum pada tanah 1 terjadi penurunan sebesar 11,83% untuk 15 ke 25 pukulan (standard proctor), 12,554% untuk 25 ke 35 pukulan, 22,078% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan terjadi penurunan sebesar 31,298%. Pada tanah 2 penurunan kadar air optimum sebesar 15,989% untuk 15 ke 25 pukulan, 9,677% untuk 25 ke 35 pukulan, 16,129% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan peningkatan yang terjadi sebesar 29,539%.


(15)

70 Universitas Kristen Maranatha

3. Hasil pengujian kompaksi dengan variasi jumlah pukulan menunjukan bahwa nilai γdry tertinggi didapat dari pengujian dengan 55 kali pukulan/lapisan.

4. Berdasarkan pengujian awal, yaitu Specific Gravity, Atterberg Limits, dan

Index Properties, tanah 1 berjenis lanau (silt) dengan GS 2,74 dan nilai PI

42,68%. Untuk tanah 2 berjenis lempung (clay) dengan GS 2,72 dan nilai PI 31,11%.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran-saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya: 1. Pengujian kompaksi dilakukan minimal 3 kali untuk masing-masing

variasi jumlah pukulan, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat . 2. Variasi jumlah pukulan yang digunakan lebih banyak, untuk mengetahui

dimana kekuatan tanah mulai stabil atau tidak ada peningkatan yang terlalu signifikan, sehingga didapat jumlah pukulan yg lebih efisien untuk di lapangan.


(16)

71 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles, Joseph E., Johan K. Hainim, 1986, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis

Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.

2. Craig, R.F., 1987, Mekanika Tanah Edisi Keempat Terjemahan Budi

Susilo Soepandji, Penerbit Erlangga, Jakarta.

3. Das, Braja M., 1994, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa

Geoteknis) Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Hardiyatmo, C. H., 2003, Mekanika Tanah I, Penerbit Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

5. Laboratorium Mekanika Tanah, Prosedur Praktikum Laboratorium

Mekanika Tanah, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

6. Pemadatan Tanah, Website: http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08

7. Sinaga, Ganda Remarto, 2006, Pengaruh Kadar Abu Batu Terhadap Hasil

Uji Kompaksi Suatu Tanah Pasir (Studi Laboratorium), Skripsi

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

8. Weasley, Laurence D., 2012, Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan dan


(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan penduduk saat ini semakin meningkat, kebutuhan akan bangunan – bangunan infrastruktur yang berhubungan dengan ilmu teknik sipil juga meningkat, seperti jalan raya, jembatan, gedung dan waduk. Permasalahan yang selama ini melanda Indonesia baik itu permasalahan politik, sosial, ataupun ekonomi tidak terlalu menghalangi untuk dilaksanakannya proses pembangunan meskipun dengan biaya yang begitu tinggi. Pelaksanaan pembangunan sangatlah memerlukan suatu perencanaan yang baik, sehingga diharapkan akan dapat memberikan hasil yang efisien dan ekonomis dengan efektifitas yang tinggi.

Salah satu yang harus diperhatikan adalah keadaan tanah pada lokasi bangunan. Semua bangunan sipil yang dibangun di atas tanah perlu diperhatikan kestabilan dan keamanan bangunannya. Hal ini sangat tergantung pada kestabilan tanah di lokasi tersebut. Karena itu perlu dibuat pengecekan kondisi tanah.

Jika tanah tidak memenuhi syarat maka perlu dilakukan perbaikan berupa pemadatan, sehingga kekuatan dan daya dukung tanah semakin meningkat. Penelitian mengenai pemadatan tanah tersebut dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah.

Pemadatan tanah, atau seringkali disebut kompaksi adalah suatu proses dimana udara pada pori – pori tanah dikeluarkan dengan cara mekanis (digilas/ditumbuk). Percobaan ini dilakukan untuk menentukan hubungan antara kadar air dan kepadatan tanah.

Kompaksi terdiri dari 2 jenis yaitu standard proctor dan modified proctor. Standard proctor digunakan pada pembuatan jalan, gedung, dan bendungan tanah. Sedangkan modified proctor digunakan dalam pembangunan yg membutuhkan kekuatan daya dukung tanah lebih besar, misalnya bandara dan jalan raya. Namun


(2)

proctor juga seringkali digunakan dalam proyek pembangunan gedung besar dan sarana lainnya.

Percobaan pemadatan ini memerlukan kadar air optimum agar didapatkan hasil kepadatan maksimum. Kadar air ini tergantung dari daya pemadatannya, apabila daya pemadatannya berbeda maka kadar air juga berbeda. Kadar air optimum di tentukan dengan melakukan percobaan di laboratorium. Hasil percobaan ini dipakai untuk menentukan syarat – syarat yang harus dipenuhi pada waktu pemadatan di lapangan. Kadar air optimum didapatkan dari grafik hubungan antara berat volume kering dengan kadar air.

Di laboratorium, kompaksi standard proctor memerlukan 25 kali pukulan

pada setiap lapisan dengan diameter mold 4”. Jumlah lapisan yang digunakan 3 lapis. Pada percobaan ini, peneliti akan memodifikasi dan membandingkan pengaruh variasi jumlah pukulan pada kompaksi standard proctor. Jumlah pukulan yang akan digunakan yaitu 15,25,35 dan 55 kali pada setiap lapisan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nilai dry maksimum dan w optimum pada variasi jumlah pukulan yang diberikan pada pengujian pemadatan standard proctor, sehingga tercapai nilai dry maksimum dan w optimum yang paling baik untuk digunakan sebagai acuan pemadatan di lapangan.


(3)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup dari pembahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Kristen Maranatha.

2. Pengujian pemadatan (kompaksi) hanya menggunakan standard proctor. 3. Tanah yang digunakan diambil dari 2 lokasi yang berbeda di lingkungan

kampus Maranatha.

4. Jumlah pukulan yang digunakan pada tiap sample adalah 15, 25,35, dan 55.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari laporan tugas akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan membahas tentang uraian mengenai latar belakang masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup pembahasan serta sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka membahas penjelasan tentang pemadatan (kompaksi) dan langkah – langkah percobaan di laboratorium.

BAB III Studi Kasus dan Analisis menjelaskan mengenai data – data yang didapatkan dari hasil percobaan di laboratorium.

BAB IV Hasil Analisis dan Pembahasan, berisi tentang hasil pengolahan data serta pembahasan dari hasil pengolahan data – data tersebut.

BAB V Kesimpulan dan Saran berisi penutup dari penulisan Tugas Akhir yang berupa kesimpulan dan saran mengenai percobaan yang dilakukan.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada pengujian pendahuluan, tanah 1 yang diambil pada kedalaman 1 meter merupakan tanah lanau (silt) dan tanah 2 yang diambil pada kedalaman 6 meter merupakan tanah lempung (clay). Dari hasil analisa pengujian laboratorium tentang pengaruh jumlah pukulan pada kompaksi standard proctor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian, jumlah pukulan mempengaruhi nilai γdry maksimum. Semakin banyak jumlah pukulan yang diberikan , maka γdry maksimum juga akan semakin meningkat. γdry maksimum pada tanah 1 terjadi peningkatan sebesar 3,766% untuk 15 ke 25 pukulan (standard proctor), 4,032% untuk 25 ke 35 pukulan, 8,046% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan terjadi peningkatan sebesar 12,13%. Pada tanah 2 peningkatan γdry maksimum sebesar 2,56% untuk 15 ke 25 pukulan, 5,83% untuk 25 ke 35 pukulan, 9,167% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan peningkatan yang terjadi sebesar 11,965%.

2. Jumlah pukulan juga mempengaruhi nilai kadar air optimum. Semakin banyak jumlah pukulan, maka semakin berkurang jumlah kadar air optimumnya. Kadar air optimum pada tanah 1 terjadi penurunan sebesar 11,83% untuk 15 ke 25 pukulan (standard proctor), 12,554% untuk 25 ke 35 pukulan, 22,078% untuk 25 ke 55 pukulan. Antara 15 ke 55 pukulan terjadi penurunan sebesar 31,298%. Pada tanah 2 penurunan kadar air


(5)

3. Hasil pengujian kompaksi dengan variasi jumlah pukulan menunjukan bahwa nilai γdry tertinggi didapat dari pengujian dengan 55 kali pukulan/lapisan.

4. Berdasarkan pengujian awal, yaitu Specific Gravity, Atterberg Limits, dan Index Properties, tanah 1 berjenis lanau (silt) dengan GS 2,74 dan nilai PI 42,68%. Untuk tanah 2 berjenis lempung (clay) dengan GS 2,72 dan nilai PI 31,11%.

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran-saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya: 1. Pengujian kompaksi dilakukan minimal 3 kali untuk masing-masing

variasi jumlah pukulan, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat . 2. Variasi jumlah pukulan yang digunakan lebih banyak, untuk mengetahui

dimana kekuatan tanah mulai stabil atau tidak ada peningkatan yang terlalu signifikan, sehingga didapat jumlah pukulan yg lebih efisien untuk di lapangan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bowles, Joseph E., Johan K. Hainim, 1986, Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, Penerbit Erlangga, Jakarta.

2. Craig, R.F., 1987, Mekanika Tanah Edisi Keempat Terjemahan Budi Susilo Soepandji, Penerbit Erlangga, Jakarta.

3. Das, Braja M., 1994, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1 & 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Hardiyatmo, C. H., 2003, Mekanika Tanah I, Penerbit Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

5. Laboratorium Mekanika Tanah, Prosedur Praktikum Laboratorium Mekanika Tanah, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

6. Pemadatan Tanah, Website: http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08 7. Sinaga, Ganda Remarto, 2006, Pengaruh Kadar Abu Batu Terhadap Hasil

Uji Kompaksi Suatu Tanah Pasir (Studi Laboratorium), Skripsi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

8. Weasley, Laurence D., 2012, Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan dan Residu, Penerbit Andi, Yogyakarta.