PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK Comparison Of Quality Of Physical Tablet Metformin Hydrochloride Trademark And Generic.

(1)

0

PERBANDINGAN MUTU FISIK TABLET METFORMIN HIDROKLORIDA MERK DAGANG DAN GENERIK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi

Oleh : Fitri Wijayanti

K 100040085

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

1 ABSTRAK

Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten yang tergantung dari jenis obat-obatnya. Setelah obat paten berhenti masa patennya, obat paten kemudian disebut sebagai obat generik. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa obat yang bermutu adalah obat yang harganya mahal seperti obat merk dagang. Salah satu contoh obat merk dagang dan obat generik yaitu tablet metformin hidroklorida yang merupakan obat antidiabetik oral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan mutu fisik tablet metformin hidroklorida merk dagang dan generik. Uji mutu fisik yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya uji keseragaman bobot, ketebalan, uji kekerasan, uji kerapuhan dan uji waktu hancur. Data yang diperoleh dibandingkan dengan persyaratan dalam farmakope Indonesia dan pustaka lainnya. Hasil penelitian menunjukkan produk generik dan produk merk dagang memiliki perbedaan pada kekerasan dan waktu hancur tablet tetapi memiliki kesamaan pada uji keseragaman bobot, ketebalan, diameter, kerapuhan. Mutu fisik tablet metformin hidroklorida pada produk generik dan merk dagang telah memenuhi persyaratan dalam kontrol kualitas tablet.

Kata kunci: tablet metformin hidroklorida generik dan merk dagang, mutu fisik

ABSTRACT

Patent drugs are drugs that have recently been found by research and have the patent duration depends on the type of the medication. After a period of patented drugs to stop his patents, patent medicines and then later referred to as a generic drug. Most people assume that quality drugs are drugs that are expensive like medicine trademark. One example of a trademark drug and the generic drug metformin hydrochloride tablets is an oral antidiabetic medication. The test of physical characteristic was done in this research concludes the test of weight uniformity, thickness tablets, diameter, hardness tester, friability tester and disintegration tester. The result of the data are considered with the rules and regulation of Indonesian farmakope and the other books. The research result show products generic and products are trade having the difference in violence and time destroyed tablet but have in common in test uniformity weight, thickness, diameter, friability. The quality of physical tablet metformin hydrochloride to the generic and a trade have met the requirements in control of the quality of tablet.

Keyword: tablet metformin hydrochloride generic and trademark, physical


(6)

2 1. PENDAHULUAN

Salah satu contoh obat merk dagang dan obat generik yaitu tablet Metformin Hidroklorida yang merupakan obat antidiabetik oral (Ganiswara, 1995). Beberapa industri farmasi yang memproduksi merk dagang tablet metformin hidroklorida antara lain Glucophage, Forbetes, Hexparm, Dexa, dan lain-lain. Jumlah obat yang masuk ke sirkulasi sistemik dan kecepatanya akan menentukan saat mulainya obat menunjukan efek (onset), derajat (intensitas), dan lama (durasi) efek farmakologis obat. Dari uraian tersebut dilakukan penelitian terhadap mutu fisik untuk dapat membuktikan bahwa mutu tablet Metformin HCl merk dagang dengan merk generik adalah sama. Dalam penelitian ini dipilih tablet Metformin HCl karena mengingat tablet Metformin HCl merupakan salah satu obat antidiabetes oral yang digunakan oleh masyarakat dan mempunyai taraf yang tinggi dimasyarakat sekarang ini, dan terlihat jelas perbandingan harga antara obat generik dipasaran A : 500mg x 100 = Rp 27.245,00 dan obat B : 500mg x 100 = Rp 28.700,00 sedangkan harga obat merk dagang C : 500mg x 100 = Rp 91.300,00 dan obat D : 500mg x 100 = Rp 94.100,00. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengetahui informasi yang jelas tentang obat merk dagang dan obat generik dari tablet Metformin HCL.

2.METODE PENELITIAN

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2 macam tablet metformin HCL produk dagang (obat A dan obat B), 2 macam obat produk generik (obat C dan obat D).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : neraca analitik (Ohaus AU 264), hardness tester (Vanguard (YD-1), friability tester (Hanyoung, 6 x 4), dan disintegration tester (LI-3).

Pemilihan dan Pengambilan Sampel

Sampel yang diteliti adalah tablet Metformin HCl 500 mg yang beredar di pasaran, yang terdiri atas, produk generik A dan obat B dipilih berdasarkan pertimbangan banyaknya obat tersebut dibeli oleh masyarakat dan mudah dicari di apotik dengan harga terjangkau, sedangkan produk merk dagang C dan D


(7)

3

diproduksi oleh perusahaan yang mendapat lisensi dari perusahaan farmasi dengan selisih harga yang cukup tinggi dibanding harga produk generik.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet 1. Diameter Tablet

Setelah dibandingkan dengan ketebalan tablet, ternyata baik produk generik maupun produk merk dagang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu diameter tablet tidak kurang dari 1¹/3 dan tidak lebih dari 3 kali tebal tablet, seperti yang terlihat pada tabel 6. Produk obat merk dagang D memiliki diameter paling kecil karena dari bobot tabletnya pun juga terlihat yang paling kecil. Dari data terlihat bahwa diameter tablet mempunyai persyaratan keseragaman CV kurang dari 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa produk obat generik maupun produk obat merk dagang memiliki diameter tablet yang seragam. Tabel 1. Hasil uji diameter tablet metformin hidroklorida generik dan merk

dagang dibanding dengan ketebalan tablet menurut FI Edisi III

Produk Diameter tablet (mm) Ketebalan tablet (mm) Penyimpangan dengan ketebalan tablet CV (%) Tidak kurang

dari 1 1/3 kali

Tidak lebih dari 3 kali

(mm)

Obat A 12,20 + 0,33 3,32 + 0,08 4,32 9,96 2,72 Obat B 12,36 + 0,30 3,40 + 0,11 4,38 10,20 2,40 Obat C 12,22 + 0,25 3,34 + 0,12 4,29 10,02 2,04 Obat D 11,22 + 0,26 3,40 + 0,09 4,41 10,20 2,31

2. Ketebalan Tablet

Ketebalan tablet diperhitungkan terhadap volume dari bahan yang diisikan kedalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan yang di pakai punch 9 untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal perlu pengawasan supaya bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama (Ansel dkk, 1999).


(8)

4

Tabel 2. Hasil uji ketebalan (mm) tablet Metformin Hidroklorida

Pemeriksaan Produk generik Produk dagang

Obat A Obat B Obat C Obat D

Ketebalan

tablet (mm) 3,32 + 0,08 3,40 + 0,11 3,34 + 0,12 3,40 + 0,09

CV 2,53 4,31 3,59 2,56

Hasil uji ketebalan tablet pada tabel menunjukkan bahwa produk obat generik A memiliki ketebalan paling kecil dan produk merk dagang mempunyai ketebalan paling besar.

3. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot tablet merupakan salah satu faktor dalam menentukan keseragaman zat aktif yang terkandung didalam suatu tablet. Perbedaan bobot tablet dapat dimungkinkan karena setiap perusahaan mempunyai formula yang berbeda-beda, seperti bahan pengisi yang digunakan, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin. Farmakope Indonesia edisi III (Depkes, 1979) mensyaratkan untuk bobot tablet yang berat rata-ratanya lebih dari 300 mg, bahwa tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari 5% dari bobot rata-rata. Dan tidak satupun tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa produk generik (A dan B) dan produk merk dagang (C dan D) mempunyai bobot lebih dari 300 mg seperti yang terlihat pada tabel 3. Hasil uji keseragaman bobot produk generik A setelah dibandingkan dengan penyimpangan dari bobot menunjukkan tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A yaitu 5% (533,65 mg - 589,83 mg) dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom B yaitu 10% (505,57 mg - 617,91 mg), untuk produk generik B, produk merk dagang C dan D juga menunjukkan tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A yaitu 5% dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom B yaitu 10% seperti yang terlihat dalam tabel 3.


(9)

5

Tabel 3. Hasil uji keseragaman bobot tablet Produk Bobor

rata-rata tablet (mg)

Penyimpangan Bobot Rata-Rata CV (%) Range 5%

(mg)

Range 10% (mg) Obat A 561,74 ± 4,37 533,65 ±

589,83

505,57 ± 617,91

0,77 Obat B 540,33 + 8,66 513,32 ±

567,36

486,31 ± 594,37

1,60 Obat C 586,57 + 6,01 557,24 ±

586,57

527,91 ± 645,23

1,02 Obat D 532,73 +

13,86

506,09 ± 559, 37

479,46 ± 586,00

2,60

Dari semua data yang diperoleh semua produk obat tersebut mempunyai harga koefisien variasi (CV) kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa produk generik maupun produk merk dagang yang telah diuji mempunyai bobot yang seragam. Pada produk generik A mempunyai nilai CV yang paling kecil, berarti obat tersebut memiliki keseragaman bobot yang paling baik.

4. Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik seperti goncangan dan terjadinya keretakan tablet selama proses pembuatan, pengepakan dan distribusi agar tablet dapat diterima konsumen dalam keadaan baik. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrott, 1971). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh sifat bahan yang dikompresi, tekanan kompresi, jenis dan konsentrasi bahan pengikat.

Tabel 4. Hasil uji kekerasan tablet metformin hidroklorida

No Kekerasan tablet (kg)

A B C D

1 > 20 17,07 11,68 10,60

2 > 20 16,45 11,83 10,47

3 > 20 15,66 12,22 11,20

4 > 20 15,32 11,30 10,69

5 > 20 16,02 11,25 10,98

Rata2 - 16,10 11,66 10,79

SD - 0,684 0,400 0,297

CV - 4,248 3,43 2,75

Kekerasan

tablet (kg) - 16,10+0,684

11,66 + 0,400

10,79 + 0,297


(10)

6

Data dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Keempat produk obat baik generik maupun obat merk dagang tablet metformin hidroklorida memiliki kekerasan yang semuanya melebihi dari 8 kg. Kekerasan tersebut masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.

5. Kerapuhan Tablet

Batas kerapuhan tablet yang baik adalah tidak lebih dari 1% kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan kurang baik. Kerapuhan tabet akan mengurangi nilai estetika karena mungkin ketika sampai ke konsumen tablet yang tadi utuh serta dapat menyebabkan berkurangnya kadar zat aktif dan mempengaruhi efek terapitik yang ditimbulkan.

Tabel 5. Hasil uji kerapuhan tablet metformin hidroklorida

Pemeriksaa Produk generik Produk dagang

A B C D

Kerapuhan tablet (%)

0,078 ± 0,068 0,144 ± 0,078

0,172 ± 0,047 0,138 ± 0,026

Hasil uji kerapuhan tablet metformin hidroklorida menunjukkan bahwa semua produk generik dan produk merk dagang memenuhi persyaratan uji kerapuhan karena hasil dan keempat produk memiliki nilai kerapuhan kurang dari 1%. Pada hasil pengujian produk merk dagang A memiliki nilai kerapuhan paling kecil yaitu 0,078 + 0,068. Hal ini dikarenakan obat tersebut memiliki kekerasan yang paling besar sehingga besar pengaruhnya terhadap waktu hancur tablet, dimana semakin besar nilai kekerasan dan kerapuhan tablet maka kelarutannya dalam air juga semakin lama.

6. Waktu hancur tablet

Waktu hancurnya tablet menggambarkan cepat lambatnya tablet larut dalam cairan tubuh. Hancurnya sebuah tablet didahului masuknya air ke dalam tablet tersebut, semakin mudah air masuk ke dalam tablet maka akan semakin cepat waktu hancur tablet karena ikatan yang terbentuk antar partikel telah pecah. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, tetapi hasil uji waktu hancur yang baik tidak menjamin bahwa disolusi tablet yang akan baik, karena waktu hancur bukan ukuran suatu


(11)

7

disolusi waktu hancur tablet dapat dipengaruhi oleh bahan pengisi, pengikat, penghancur porositas, dan jenis konsentrasi bahan pengikat yang digunakan. Hasil penelitian waktu hancur tablet metformin hidroklorida dijelaskan pada gambar 5.

Gambar 1. Hasil uji waktu hancur tablet

Dari hasil uji waktu hancur tablet produk generik (A dan B) ternyata hasilnya lebih dari 15 menit melebihi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu kurang dari 15 menit. Pada penelitian dapat dilihat bahwa produk obat A mempunyai kekerasan paling tinggi, sehingga mempunyai waktu hancur yang lama. Produk obat B mempunyai waktu hancur dibawah produk obat generik A yaitu 20,74 menit. Sedangkan untuk produk obat merk dagang (B dan C) dari hasil pengujian telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. C mempunyai waktu hacur sebesar 13,69 menit sedangkan untuk obat D sebesar 9,66 menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa waktu hancur produk obat merk dagang D adalah yang paling cepat, hal ini karena produk obat merk dagang D memiliki waktu kekerasan yang paling rendah dan kerapuhan yang tinggi sehingga berpengaruh pada waktu hancurnya.

4. PENUTUP

Pengujian mutu fisik tablet metformin hidroklorida pada obat generik dan merk dagang meliputi keseragaman bobot, keterapuhan, ketebalan, diameter dan waktu hancur tablet telah memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III, Farmakope Indonesia edisi IV dan menghasilkan mutu fisik tablet yang baik.


(12)

8 DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1999, Pengantar Bentuk Sediaan Famasi, Diterjemahkan oleh Farida, Ansnanizar, Iis Aisyah, Edisi IV, Universitas Indonesia.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia. Edisi III, Departement Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 6-7.

Ganiswara, S.G. 1995, Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia, Jakarta, 703.

Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaseutics, 3TH Burgers Publishing Compaby, Minneapolis, 76-82.


(1)

diproduksi oleh perusahaan yang mendapat lisensi dari perusahaan farmasi dengan selisih harga yang cukup tinggi dibanding harga produk generik.

3.HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet 1. Diameter Tablet

Setelah dibandingkan dengan ketebalan tablet, ternyata baik produk generik maupun produk merk dagang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III yaitu diameter tablet tidak kurang dari 1¹/3 dan tidak lebih dari

3 kali tebal tablet, seperti yang terlihat pada tabel 6. Produk obat merk dagang D memiliki diameter paling kecil karena dari bobot tabletnya pun juga terlihat yang paling kecil. Dari data terlihat bahwa diameter tablet mempunyai persyaratan keseragaman CV kurang dari 5% sehingga dapat dinyatakan bahwa produk obat generik maupun produk obat merk dagang memiliki diameter tablet yang seragam. Tabel 1. Hasil uji diameter tablet metformin hidroklorida generik dan merk

dagang dibanding dengan ketebalan tablet menurut FI Edisi III

Produk Diameter tablet (mm)

Ketebalan tablet (mm)

Penyimpangan dengan ketebalan tablet

CV (%) Tidak kurang

dari 1 1/3 kali

Tidak lebih dari 3 kali

(mm)

Obat A 12,20 + 0,33 3,32 + 0,08 4,32 9,96 2,72 Obat B 12,36 + 0,30 3,40 + 0,11 4,38 10,20 2,40 Obat C 12,22 + 0,25 3,34 + 0,12 4,29 10,02 2,04 Obat D 11,22 + 0,26 3,40 + 0,09 4,41 10,20 2,31

2. Ketebalan Tablet

Ketebalan tablet diperhitungkan terhadap volume dari bahan yang diisikan kedalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan yang di pakai punch 9 untuk menekan bahan isian. Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal perlu pengawasan supaya bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan tetap sama (Ansel dkk, 1999).


(2)

Tabel 2. Hasil uji ketebalan (mm) tablet Metformin Hidroklorida

Pemeriksaan Produk generik Produk dagang

Obat A Obat B Obat C Obat D

Ketebalan

tablet (mm) 3,32 + 0,08 3,40 + 0,11 3,34 + 0,12 3,40 + 0,09

CV 2,53 4,31 3,59 2,56

Hasil uji ketebalan tablet pada tabel menunjukkan bahwa produk obat generik A memiliki ketebalan paling kecil dan produk merk dagang mempunyai ketebalan paling besar.

3. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot tablet merupakan salah satu faktor dalam menentukan keseragaman zat aktif yang terkandung didalam suatu tablet. Perbedaan bobot tablet dapat dimungkinkan karena setiap perusahaan mempunyai formula yang berbeda-beda, seperti bahan pengisi yang digunakan, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin. Farmakope Indonesia edisi III (Depkes, 1979) mensyaratkan untuk bobot tablet yang berat rata-ratanya lebih dari 300 mg, bahwa tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari 5% dari bobot rata-rata. Dan tidak satupun tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa produk generik (A dan B) dan produk merk dagang (C dan D) mempunyai bobot lebih dari 300 mg seperti yang terlihat pada tabel 3. Hasil uji keseragaman bobot produk generik A setelah dibandingkan dengan penyimpangan dari bobot menunjukkan tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A yaitu 5% (533,65 mg - 589,83 mg) dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom B yaitu 10% (505,57 mg - 617,91 mg), untuk produk generik B, produk merk dagang C dan D juga menunjukkan tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A yaitu 5% dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan dalam kolom B yaitu 10% seperti yang terlihat dalam tabel 3.


(3)

Tabel 3. Hasil uji keseragaman bobot tablet Produk Bobor

rata-rata tablet (mg)

Penyimpangan Bobot Rata-Rata CV (%) Range 5%

(mg)

Range 10% (mg) Obat A 561,74 ± 4,37 533,65 ±

589,83

505,57 ± 617,91

0,77 Obat B 540,33 + 8,66 513,32 ±

567,36

486,31 ± 594,37

1,60 Obat C 586,57 + 6,01 557,24 ±

586,57

527,91 ± 645,23

1,02 Obat D 532,73 +

13,86

506,09 ± 559, 37

479,46 ± 586,00

2,60

Dari semua data yang diperoleh semua produk obat tersebut mempunyai harga koefisien variasi (CV) kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa produk generik maupun produk merk dagang yang telah diuji mempunyai bobot yang seragam. Pada produk generik A mempunyai nilai CV yang paling kecil, berarti obat tersebut memiliki keseragaman bobot yang paling baik.

4. Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik seperti goncangan dan terjadinya keretakan tablet selama proses pembuatan, pengepakan dan distribusi agar tablet dapat diterima konsumen dalam keadaan baik. Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrott, 1971). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh sifat bahan yang dikompresi, tekanan kompresi, jenis dan konsentrasi bahan pengikat.

Tabel 4. Hasil uji kekerasan tablet metformin hidroklorida

No Kekerasan tablet (kg)

A B C D

1 > 20 17,07 11,68 10,60

2 > 20 16,45 11,83 10,47

3 > 20 15,66 12,22 11,20

4 > 20 15,32 11,30 10,69

5 > 20 16,02 11,25 10,98

Rata2 - 16,10 11,66 10,79

SD - 0,684 0,400 0,297

CV - 4,248 3,43 2,75

Kekerasan

tablet (kg) - 16,10+0,684

11,66 + 0,400

10,79 + 0,297


(4)

Data dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Keempat produk obat baik generik maupun obat merk dagang tablet metformin hidroklorida memiliki kekerasan yang semuanya melebihi dari 8 kg. Kekerasan tersebut masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan.

5. Kerapuhan Tablet

Batas kerapuhan tablet yang baik adalah tidak lebih dari 1% kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan kurang baik. Kerapuhan tabet akan mengurangi nilai estetika karena mungkin ketika sampai ke konsumen tablet yang tadi utuh serta dapat menyebabkan berkurangnya kadar zat aktif dan mempengaruhi efek terapitik yang ditimbulkan.

Tabel 5. Hasil uji kerapuhan tablet metformin hidroklorida

Pemeriksaa Produk generik Produk dagang

A B C D

Kerapuhan tablet (%)

0,078 ± 0,068 0,144 ± 0,078

0,172 ± 0,047 0,138 ± 0,026

Hasil uji kerapuhan tablet metformin hidroklorida menunjukkan bahwa semua produk generik dan produk merk dagang memenuhi persyaratan uji kerapuhan karena hasil dan keempat produk memiliki nilai kerapuhan kurang dari 1%. Pada hasil pengujian produk merk dagang A memiliki nilai kerapuhan paling kecil yaitu 0,078 + 0,068. Hal ini dikarenakan obat tersebut memiliki kekerasan yang paling besar sehingga besar pengaruhnya terhadap waktu hancur tablet, dimana semakin besar nilai kekerasan dan kerapuhan tablet maka kelarutannya dalam air juga semakin lama.

6. Waktu hancur tablet

Waktu hancurnya tablet menggambarkan cepat lambatnya tablet larut dalam cairan tubuh. Hancurnya sebuah tablet didahului masuknya air ke dalam tablet tersebut, semakin mudah air masuk ke dalam tablet maka akan semakin cepat waktu hancur tablet karena ikatan yang terbentuk antar partikel telah pecah. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, tetapi hasil uji waktu hancur yang baik tidak menjamin bahwa disolusi tablet yang akan baik, karena waktu hancur bukan ukuran suatu


(5)

disolusi waktu hancur tablet dapat dipengaruhi oleh bahan pengisi, pengikat, penghancur porositas, dan jenis konsentrasi bahan pengikat yang digunakan. Hasil penelitian waktu hancur tablet metformin hidroklorida dijelaskan pada gambar 5.

Gambar 1. Hasil uji waktu hancur tablet

Dari hasil uji waktu hancur tablet produk generik (A dan B) ternyata hasilnya lebih dari 15 menit melebihi persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III yaitu kurang dari 15 menit. Pada penelitian dapat dilihat bahwa produk obat A mempunyai kekerasan paling tinggi, sehingga mempunyai waktu hancur yang lama. Produk obat B mempunyai waktu hancur dibawah produk obat generik A yaitu 20,74 menit. Sedangkan untuk produk obat merk dagang (B dan C) dari hasil pengujian telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi III. C mempunyai waktu hacur sebesar 13,69 menit sedangkan untuk obat D sebesar 9,66 menit. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa waktu hancur produk obat merk dagang D adalah yang paling cepat, hal ini karena produk obat merk dagang D memiliki waktu kekerasan yang paling rendah dan kerapuhan yang tinggi sehingga berpengaruh pada waktu hancurnya.

4. PENUTUP

Pengujian mutu fisik tablet metformin hidroklorida pada obat generik dan merk dagang meliputi keseragaman bobot, keterapuhan, ketebalan, diameter dan waktu hancur tablet telah memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia edisi III, Farmakope Indonesia edisi IV dan menghasilkan mutu fisik tablet yang baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1999, Pengantar Bentuk Sediaan Famasi, Diterjemahkan oleh Farida, Ansnanizar, Iis Aisyah, Edisi IV, Universitas Indonesia.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia. Edisi III, Departement Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 6-7.

Ganiswara, S.G. 1995, Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia, Jakarta, 703.

Parrot, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaseutics, 3TH Burgers Publishing Compaby, Minneapolis, 76-82.