Malaysia Mengklaim Kuliner Indonesia.

Pikiran
. Sen;n o Selas3
1
17

2
18

o Jan

3
19

0

Peb

0

456
20


21

o Mar

OApr

-----------

Rakyat

Rabu
8
7
22
23
OMe;

-- - ---


-

- ----

o

9

10
24

o Sabtu

0

Kam;s

Jumat
11
25

26

12

OJlln o Jill 0 Ags

.

0

13

27

28

0

Sep


M;nggu

([j)

Ok!

15

29

0

16

30

Nav

0


31

Des

Setelah Mengakui Seni Budaya

Malaysia Mengldaim
Kuliner Indonesia.,
=: ::::.-

~

-

K

ONFuKlndonesia

-==


-'

.

__

~

banyak kuliner Malaysia yang mirip
dengan Indonesia, karena kedua negara ini mendapat pengaruh yang
sarna, yakni dari Cina dan India
seperti yang teIjadi pada kuliner gado-gado, atau yang saat ini yang diketabui khalayak rarnai adalah rendang
Sumatra Barat, yang kaya akan bumbu rempah sudab diklaim sebagai kuliner asal Malaysia.
Tidak hanya rendang, tetapi beragarn produk kuliner lain khas Indonesia sudah dikemas dengan standar intemasional dengan label "Buatan Malaysia" di luamya. Bahkan,
pada kemasannya Malaysia tidak
ragu-ragu mencantumkan narna yang
sangat berbau Indonesia pada kemasannya. Produk-produk yang sfldab dikembangkan antara lain mi kocok, otak-otak, rendang daging, laksa,
rempeyek, berbagai produkjarnu dan
rempah-rempah, tauco, ketupat, lontong, gado-gado, sarnbal, pecel, soto,
sate, cendol, bimpang, serundeng,

dan banyak lagi produk-produk kuliner tradisional Indonsesia lainnya.
Bahkan, dalarn beberapa produk
kulinemya, Malaysia tidak segansegan menggunalan kata-kata yang

Malaysia yang semakin runcing dewasa ini atas klaim
produk kebudayaan, terutama di
bidang seni semakin mencuat. Hal ini
tentunya sangat melukai hati seluruh
bangsa Indonesia.
Klaim atas produk kebudayaan
yang terlihat sekarang ini, layaknya
dapat dikatakan sebagai fenomena
gunung es, karena temyata pada
tatanan yang lebih luas terdapat produk kebudayaan Indonesia, yang
akan jauh lebih mengejutkan luput
dari perhatian masyarakat, yakni produk kuliner khas Indonesia yang juga
turut diklaim Malaysia.
Produk kuliner berperan penting
dalarn industri pariwisata, sarna kedudukannya dengan objek wisata,
atraksi budaya, dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya.

Berkaitan dengan gencamya geliat
industri dan promosi pariwisata
Malaysia dan upaya pencitraan negaranya di tingkat intemasional, kuliner menjadi bagian yang sangat
penting untuk dikedepankan. KuHner yang terpilih tentunya harns beragarn dan memiliki nilai etnis serta
cita rasa tinggi. Narnun, yang menjadi permasalahannya kuliner yang
diklaim sebagai produk khas
Malaysia ini perhi dipertanyakan kekhasannya, apakah kuliner tersebut
benar-benar otentik asli Malaysia
atau mencaploknya dari negara lain
yang kaya akan produk
** kulinemya?
INDONFSIA merupakan negara
dengan kekayaan produk kuliner
khas yang sangat beragarn dan termasuk yang terkaya di dunia. Berbagai jenis makanan dan minuman tradisional pun tersedia dengan cita rasa
khas yang tidak dapat dijun1pai di belahan dunia mana pun. Narnun, tampaknya hal ini juga memancing
negeri jiran te'rsebut untuk dapat
menguasai produk kuliner di Indonesia.
Gelagat Malaysia dalarn upaya
klaimnya terhadap kuliner Indonesia
sudab larna dilakukan dengan mengintai produk-produk khas Indonesia,

untuk dijadikan produk kuliner etniknya. Hal itu didasari dengan mengungkapkan argumen bahwa
kedekatan geografis dan rumpun
bangsa yang sarna menyebabkan

Malaysia yang

.

.

_

juga mengundang keprihatinan
adalah gencamya promosi intemasional Malaysia yang memosisikan
negaranya, sebagai pusat rempah
dunia. Hal ini ~enjadi strategis
baginya, bukan hanya karena rempah-rempah menjadi unsur terpenting dalam pembentukan cita rasa kuliner, tetapijuga menjadi bagian
strategi
jangka panjangnya memban~'--


Kliping

Humas

Unpad

,

gun industri rempah-rempah tingkat
dunia.
Untuk kepentingan industri dan
promosinya ini, Malaysia tidak
segan-segan memelintir sejarah
perkembangan rempah-rempah ratusan tahun yang lalu, dengan mengeliminasi Indonesia sebagai pusat
rempah dunia. Malaysia juga mencitrakan dirinya sebagai pusat rempah
dunia sejak ratusan tabun yang lalu,
yang kemudian diekspos di media
massa intemasional sebagai bagian
dari program pencitraan pariwisatanya.
**


saniirtidentik dengan Indonesia sebagai selling point-nya, seperti "Bandung" dalarn Mie Muar Bandung,
dan "Bali" dalarn teh Bali, serta
banyak produk lainnya.
Produk-produk yang dikemukakan
di atas, tidak semata-mata diproduksi
untuk kebutuhan dalarn negeri saja,
tetapi sudab diproduksi masal dengan standar intemasional dan
berhasil digiring untuk menjadi komoditas ekspor andalan Malaysia ke
seluruh dunia, termasuk ke Indonesia, sehingga tidak heran saat ini
banyak produk kuliner Malaysia dapat negara-negara Eropa atau pun di
supermarket-supermarket di Indonesia.
Hal lain dalarn komoditas kuliner
yang dikembangkan

m___

:-..;;; -.

2009

KlAIM yang teIjadi atas kuliner
Indonesia tersebut mungkin bukan
semata-mata kesalahan Malaysia
melainkan kesalahan Indonesia '
sendiri. Malaysia kini mengembangkan kebijakan yang konsisten
dan fokus pada paket-paket kebi- _
jakan serta berbagai strategi unik,
yang dilakukan pemerintab dan
didukung perusahaan-perusahaan
negara, pihak perbankan dan pengusaha swasta. Mereka bersamasarna mendorong usaha besar dan
k~cil untuk memproduksi beragarn
produk kuliner yang berstandar intemasional untuk mendukung industri pertanian dan pariwisatanya.
Untuk menguatkan komoditas
berbasis kuliner ini, Malaysia memberikan bantuan yang disalurkan bagi wirausaha yang mengusahakan
produk halal berupa bantuan Ireuangan khusus, kelonggaran pajak
investasi 100 persen selarna lima
tabun, bantuan perencanaan dan
pengembangan produk hingga
pengembangan bisnis, pengawasan
ketat melalui sertifikasi halal hingga
perhatian khusus pada pengembangan paten yang menyangkut standar
kualitas, proses produksi, penciptaan
produk hingga standar-standar produk halal.
Upaya-upaya tersebutdi atas diikuti dengan mengembangkan pasar
dan promosi merek yang dianggap
serius sebagai investasi strategis
dalarn menjarnin keberlangsungan
pasamya. Bagaimana dengan nasib
kuliner Indonesia selanjutnya?
(Dwi Pumomo, Dosen FukuItas
Teknologi dan Industri Pertanian
Universitas padjadjaran, mahasiswa Program Doktor TIP IPB)***
'

.

J