Museum KAA, Jiwa dan Semangat Bangsa-bangsa Asia-Afrika.

Pikiran Rakyat
4

.

0

Selasa

5

6

20

21

o Mar

OApr


Rabu

7
22
OMei

0
8
23

0

Kamis

9
24

OJun

Jumat


o Sabtu 0 Minggu

12
13
14
15
16
10
11
27
28
29
30
31
25
26

OJul


0 Ags

o Sep

0

Okt

0

Nov

0

Des

KAA, Jiwa dan Semangat
Bangsa-bangsa Asia-Afrika

Museum


ATAR belakang berdirinya Museum
Konperensi Asia Afrika (KAA)berkaitan
dengan berlangsungnya KAAtanggal24
April 1955. Kejadian tersebut merupakan peristiwa sejarah dalam dunia politik luar negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa-bangsa
di Benua Asia dan Afrika.
Konferensi yang menghasilkan Dasa Sila Bandung, sejatinya jiwa dan semangat KAAtidak
hanya memengaruhi pada masa itu, tetapijuga,
dan lebih penting, terlihat pada m~ setelahnya.
Sebab,jiwa dan semangat KAAjadi salah satu
fuse yang menentukan sejarah dunia.
Dalam rangka memelihara dan melarapkanjiwa dan semangat KAA,peristiwa, persoalan, dan
pengaruh yarig berkaitan dengan KAAdiabadikan dalam wadah museum di tempat
berlangsungnya konferensi, yaitu di Gedung
Merdeka, di Kota Bandung. Kota yang terkenal
sebagai ibu kotanya bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika.
Yang pertama merintis berdirinya Museum
KAA,yaitu Menteri Luar Negeri RI (1978-1988)
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LLM.

Dan selesai berdiri dengan terbilang sempurna
atas jasa Joop Ave, sebagai Ketua Harlan Panitia

L

---~

-

-

-..,-

~-

25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur
Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekeIja sarna dengan Departemen
Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi
Jawa Barat, serta Universitas Padjadjaran. Museum KAAdiresmikan oleh Presiden ke-2 RI Soeharto, tanggal24 April 1980.
Sebelumnya, Museum KAAberada dalam

payung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak tanggal1 Juni 1986 hingga
sekarang, kedudukannya dipasrahkan dan
dikelola oleh Departemen Luar Negeri.
Di Museum KAAterdapat ruangan pameran
tetap, di ruangan itu dipamerkan sejumlah koleksi
benda tiga dimensi, foto-foto dokumenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi KAAtahun 1955.
Berbarengan dengan berdirinya ruang perpustakaan, berdiri juga ruang audio visual. Ruangan
yang dirintis oleh Abdullah Kamil itu digunakan
untuk memutar film-film dokumenter tentang
situasi dunia hingga tahun 1950-an. Adajuga
film-film mengenai kebudayaan bangsa-bangsa
di Asia dan Afrika. (Djasepudin, dari pelbagai
sumber)***
~
-------....-

Kliping Humas Unpad 2010
---