Sastra di Tengah Gemuruh Industri Kreatif.

Pikiran Rakyat
o Selasa - o Rabu
12:1
18

17

OJan

19

OPeb

6
4
5
21
20

oMar OApr


.

o

0

Kamis
Jumat
Sabtu
0 Minggu
8
9
10
11
7
16
22
23
24
25

26 12 27 13 28 14 29 150
31
OMei OJun 8Jul 0 Ags
Sep 0 Okl 0 Nav () Des

o

~

Sastra di Tengah Gemuruh
Industri Kreatif

Literasi

K
.

ETlKA produk dipersiapkan

guna memenuhikebutuhan


masyarakat yang tems mendesak, .industri dimulai. Sebagaimana film,
.sastra juga tdah memasuki era industri.
Sampai tahun 1950-1960-an, masih
ada kesulitan untuk mencari apa yang
bisa dibaca. Di masa itu penerbitan
langka. Yang aktif hanya Balai Pustaka,
Gunung Agung, dan PP Analisa. Tetapi kini justru sastra meledak. Hampir tidak b.isalagi kita lacak apa saja yang
terbit, karena hegitu banyaknya. Jenis
sastra yang diterbitkan pun sudah beragam.
Dalam industri kreatif, sengaja tak sengaja, langsung tak langsung, sastramemang memilikl posisi kuncl. Dalam musik, lirik-lirik lagu yang ditulis oleh Taufiq lsmailuntuk Trio Bimbo, misalnya,
sangat menentukan kesuksesan gmp
musik tersebut. Di dalam film, kehadiran Novel Ayat-ayat Cinta dari Habiburahman dan Laskar Pe/angidari Andrea
Hirata yang mendahulul filmnya, menyebabkan film itu meledak tidak kaman.
Di dalam kehidupan media, kemampuan untuk meracik formula sebagaimana dilakukan oleh Maplah Tempo di
tahun 70-an (mengawinkan antara jurnalisme dan sastra) merupakan kunCl
kesuksesan majalah itu yang sampai kini banyak pengaruhnya. Tayangan-tayangan sinetron yang meledak seperti

--


-

_

:.a.:._

Losmen, Si Doel, Bajaj Bajuri, dan sebagainya juga sangat ditentukan oleh
pencapaian sastra dalam penulisan skenario.
Fenomena tersebut menandakan
bahwa industri kreatif tidak bisa meninggalkan sastra. Karya sastra adalah
bagian dari regulasiny,a,sehingga karya
sastra dianggap penting untuk menjadi
teks penafsir. Memang kecenderungan
umum dari fenomena ini adalah hanya
memperpanjang napas pasar.
Sastra memang berbeda dengan industri barang yang tidak "menjual eillosi", seperti industri mobil, obat-obatan,
senjata, properti, dan sebagainya. Sastra
menjual jasa kreativitas. Sifat-sifat produknya pun berbeda. Wilayah sastra dengan demikian adalah rasa dan pikiran.
Tetapi karena kedua hal itulah yang banyak mengemudikan tindakan manusia, arti sastra menjadi amat penting.
Sastra dapat mengakibatkan pembahan-perubahan yang penting kepada

tingkah-Iaku dan kebijakan 'manusia.
Tak heran kalau sejarah pemah mencatat bahwa tulisan Beecher Stowe, Uncle
Tom's Cabin, pemah menyulut perang
saudara di Amerika yang berbuntut
penghapusan perbudakan.
Jadi kendati diawali dengan sarna sekali tidak "fisikal",sastra adalah sebuah
media yang tidak langsung memengamhi realitas. Sastra memiliki peran penting dalam berbagai pembahan sosial.

:

Kllping

_

Humos

Unpod

Perubahan prioritas. Pembahan nilai.
Pembahan selera. Walhasil sastra sebenamya langsung berdampak pada ke.bu, tuhan nyata dalam Kehidupan, dalarn

segala aspeknva, kendati jalannya panjang.
Karena poslsi sastra semacam itu,sastra tidak hanya terkait kepada sastra~
tempi kepada selumh masyarakat dan
pada semua sektor kehidupan. Tidak
ada orang yang bisa luput dari sastrallselama ia mempergunakan bahasa sebagai
basisnya untuk berkomunikasi. Inilah
yang menyebabkan sastra juga bisa masuk menjadi kumoditas it1dustri.
Ketika novel yang dijadikan film atau
lirik lagu laris di pasaran, misalnya, !'\fOduser terus menyambungkan napas dafam bentl;lklainnya. Karena itu, terkadang sastra sejenis ini hanya semaCal1J.
gimmicksaja. Risa jadi fungsinva sarna
dengan gimmicklain seperti mug, tas,
arau kaus. Pada titik ini fungsi sastra ~ebagai teks penafslr dari karya seni lain
teranc:un. Namun temyata ada juga
yang mencoba tak terpengamh. Salah
satunya adalah Seno Gumira Ajidamia.
Saat Seno menovelkan film "Biola
tak Berdawai", ia sepertinya sangat menVld3ri bahwa sastra dengan hakikat
h:sastraannya bisa membuat narasi film
berubah bentuk. Hal ini Seno lakukan
dengan mengoptimalkan sudut pandang (yang sulit diverbalkan dalam

I
film) dan membiarkan kata menjelajah
secara imajiner sehingga cerita bisa begitu transeden yang pada titik kemampuan tertentu akan sangat sulit difilmkan.
Ke'beranian Seno melawan verbalitas
transformasifilm ke sastra, mematahkan citra gimmick tadl. Novel Bio/aTak
Berdawal-nyaSenu berpotensi memiliki
mdependcnsi cstetika yang akan mempcrkava penonton film "Biola tak Berdawai"-nyQ.Sekar Ayu Asmara. Pada titik inilah karya sastra sedang bemegosiasi dengan industri. Karenanya; perlulah kiranya para penulis novel pesanan
dari penerbit yang bekerja sarna dengan
produser film mcncontoh apa yang dilakukan Seno. (Irein Rizqiah Khalida,
maMslSwa]urusan]urnalistikFikom Unpad)***
.

HEYKA..1..SYA'BAr:!..

2009

----